NovelToon NovelToon

TIARA NANDINI

Pergi ke sekolah

Tiara Nandini adalah seorang siswi di salah satu SMAN Magelang. Dia adalah anak tunggal dari bapak Suryo dan ibu Sinta. Keluarga Tiara berasal dari keluarga sederhana, tapi Tiara termasuk anak yang berprestasi di sekolahnya. Jadi, dia selalu mendapatkan beasiswa dari pihak sekolah.

Tiara merasa kesepian, karena tidak memiliki saudara. Untuk mengurangi kesepiannya, terkadang ia mengunjungi rumah teman dekatnya, Chika. Jarak rumah Tiara dan Chika tidak terlalu jauh, jadi Tiara hanya perlu berjalan kaki jika ingin kerumahnya Chika. Dirumah Chika terasa ramai, karena ada adiknya Chika yang banyak bicara.

Kali ini adalah malam selasa, kebetulan pada selasa pagi Tiara dan rekan OSIS-nya akan mengadakan rapat di ruang OSIS. Tiara yang takut akan bangun kesiangan, meminta tolong kepada ibunya agar membangunkannya pada selasa dini hari.

"Tiara ... bangun Nak, sudah shubuh. Sholat dulu, lalu bersiaplah ke sekolah," ucap Bu Sinta yang sudah berada di samping tempat tidurnya.

"Iya Bu ... Terima kasih sudah membangunkan Tiara," jawab Tiara sambil tersenyum kepada Bu Sinta.

"Iya Nak ...." Bu Sinta membalas senyum, lalu mengecup kening Tiara.

Tiara beranjak dari tempat tidurnya, lalu mengambil air wudhu untuk sholat subuh. Tiara sholat subuh berjamaah dengan kedua orang tuanya. Setelah sholat, dia bergegas untuk mandi dan bersiap untuk pergi ke sekolah. Setengah jam kemudian, Tiara telah selesai melakukan persiapannya, lalu berpamitan pada ibunya.

"Bu, Tiara berangkat dulu." Tiara pamit sambil mengecup tangan Ibunya.

"Ya Nak, hati hati di jalan," jawab Bu Sinta.

"Bapak sudah berangkat ya, Bu?" tanya Tiara sambil melangkah keluar rumah.

"Sudah Nak, tadi ada tetangga yang nyuruh Bapak untuk nganter anak nya sekolah," jawab Bu Sinta.

"Ya sudah Bu, Tiara berangkat dulu. Wassalamu'alaikum. " Tiara mulai berjalan ke tempat pemberhentian angkutan umum, untuk berangkat ke sekolah.

"Wa'alaikum salam. " Bu Sinta pun masuk kembali kedalam rumah.

Bapak Tiara bekerja dengan mengantar penumpang, terkadang hanya mengantar barang dengan becak nya. Sedangkan ibu Tiara, berjualan camilan keliling kampung untuk membantu perekonomian keluarga. Terkadang Tiara juga membawa camilan untuk di jual ke teman sekolahnya.

Tiara kini telah sampai di tempat pemberhentian angkutan umum,yang berjarak 10 menit dari rumah jika berjalan kaki. Karena tidak mempunyai kendaraan pribadi untuk ke sekolah, Tiara menggunakan angkutan umum.

"Tiara ... Sudah dari tadi nunggu angkutan nya?" tanya Chika.

"Belum Chik, baru lima menit nih." Tiara tersenyum sambil menjawab pertanyaan Chika.

Chika juga satu sekolah dengan Tiara, hanya beda kelas saja. Chika di kelas X4, sedangkan Tiara di X5. Rumah Chika dekat dengan tempat pemberhentian angkutan umum, jadi dia tidak terburu-buru datang nya.

Setelah menunggu, akhirnya angkutan umum nya datang. Mereka pun segera masuk kedalam angkutan umum itu, didalam angkutan umum masih sepi penumpang, jadi Tiara dan Chika bisa bebas duduknya. Perjalanan untuk ke sekolah, sekitar lima belas menit menggunakan angkutan umum.

"Tiara, kamu sudah di beri tugas yang ini belum sama bu Dewi?" tanya Chika sambil menunjukkan buku Matematika nya.

"Coba aku lihat." Tiara mengambil buku Chika.

"Yang ini udah kemarin Chik." Tiara melihat-lihat buku Chika.

"Beneran?Ajarin aku dong," pinta Chika dengan penuh harap.

"Iya ... Iya ... nanti waktu istirahat kamu ke kelas ku ya." Tiara hanya geleng-geleng kepala, karena Chika langsung memeluknya.

Walaupun mereka beda kelas, tapi mereka cukup dekat. Chika sebenarnya berasal dari keluarga berada.Namun, karena dia ingin dekat dengan Tiara, Chika rela pulang-pergi menggunakan kendaraan umum untuk ke sekolah.

Sebenarnya, Chika ingin menggunakan mobil ayah nya untuk berangkat ke sekolah bersama Tiara. Tapi Tiara menolaknya, jadi Chika yang mengalah menggunakan angkutan umum. Tak terasa, lima belas menit telah terlewati. Mereka segera turun dari angkutan umum, dan membayar ongkosnya.

"Tiara ... kamu lama banget sih, aku udah nunggu kamu dari tadi ni." Reno cemberut menyambut kedatangan Tiara dan Chika.

"Apaan sih Ka? Pagi-pagi udah cemberut aja. Lagian siapa suruh nungguin kalau gak sabaran. Ha ... ha ... ha ...." Chika tertawa meledek wajah Reno yang cemberut.

"Jadi jelek tau wajahnya." Chika meledek ,tapi tak di tanggapi oleh Reno. Chika yang di abaikan malah ikut cemberut dan meninggalkan mereka.

"Tiara ... aku ke kantin dulu ya, males di sini lihat wajah kak Reno yang cemberut." Chika berlalu menuju ke kantin.

"Ok, Chik." Tiara yang tahu Chika sedang ngambek hanya mengiyakan perkataan Chika.

"Yuk Tiara, kita langsung ke ruangan OSIS, yang lain udah pada nunggu nih" Reno yang tidak sabar langsung mengajak Tiara ke ruangan OSIS untuk rapat kegiatan OSIS.

"Ya ... ya ... oke." Tiara mengikuti Reno dari belakang menuju ruangan OSIS.

Saat melewati depan ruang guru, Tiara dan Reno dipanggil oleh seorang guru. Mereka pun segera menghampiri seorang guru yang memanggil mereka. Ternyata, guru itu adalah bu Yuli.

"Reno ... Tiara ... bisa bantu Ibu? Sebentar kok," pinta Bu Yuli.

"Tapi, sebentar kan Bu? Saya dan Tiara ada rapat di ruang OSIS," ucap Reno.

"Iya sebentar kok, yaudah yuk langsung masuk aja sekarang." Bu Yuli masuk ke ruang guru.

Tiara dan Reno segera membantu permasalahan ibu Yuli, setelah beberapa saat mereka telah menyelesaikan permasalahan yang dihadapi ibu Yuli. Tiara dan Reno memang Murid yang pandai di sekolah itu. Mereka berdua mempunyai pengetahuan yang luas.

"Bu, ini sudah selesai. Saya dan Tiara pamit dulu ya," ucap Reno.

"Baik, terima kasih Reno ... Tiara ...," respon Bu Yuli.

" Iya Bu, wassalamu'alaikum," ucap Tiara dan Reno bersamaan.

" Wa'alaikum salam." Bu Yuli menjawab salam dari Reno dan Tiara.

Tiara dan Reno keluar dari ruangan guru, mereka berjalan menuju ke ruang OSIS. Saat berjalan, tiba-tiba Tiara terjatuh. Entah apa yang membuat Tiara terjatuh.

" Aduh ...." Tiara terjatuh.

" Kenapa kamu Ra? Ada yang sakit nggak? " tanya Reno.

" Nggak tau ni, kenapa tiba-tiba jatuh ya? Lututku agak perih ini, Kak." Tiara memegang area lututnya.

" Yaudah kita ke UKS dulu ya, kamu bisa jalan sendiri?" tanya Reno.

" Bisa, Kak. Tapi ... pelan-pelan, " jawab Tiara.

" Yaudah hati-hati ya, nggak usah buru-buru," ucap Reno.

" Tapi rapatnya gimana, Kak?" tanya Tiara.

" Iya, nanti kita kesana setelah ke UKS," jawab Reno.

Tak lama, Tiara dan Reno sudah sampai di UKS. Reno menunggu Tiara di depan UKS, Tiara ingin mengobati sendiri luka dilututnya. Setelah diobati, Tiara sudah bisa berjalan seperti biasa karena lututnya hanya lecet sedikit. Tiara segera keluar dari ruang UKS, dia teringat akan rapat di ruang OSIS.

"Gimana Ra? Udah nggak sakit?" tanya Reno.

"Alhamdulillah, udah nggak sakit. Lecet dikit dikasih betadine sembuhlah, Kak. Paling cuma perih dikit sih," jawab Tiara.

"Tapi bisa kan jalannya?" tanya Reno lagi.

"Bisa, Kak," jawab Tiara.

Tiara dan Reno melanjutkan langkah kaki mereka ke ruang OSIS. Sepanjang jalan menuju ruang OSIS tak terlalu ramai, karena belum banyak murid yang datang ke sekolah.

"Ra, semua dokumen udah disiapin buat persiapan rapat?" tanya Reno.

"Udah, Kak, udah aku bawa. Tapi ada satu dokumen yang berada di ruang OSIS, kemarin aku lupa membawanya pulang. Semoga masih ada disana," jawab Tiara. Sebenarnya Tiara khawatir jika dokumen di ruang OSIS itu hilang.

"Ya, semoga aja," ucap Reno.

Tiara dan Reno memang cukup dekat, karena mereka berada di organisasi yang sama. Dan sebenarnya, Reno ingin selalu dekat dengan Tiara karena dia menyukai Tiara. Reno mulai tertarik kepada Tiara, saat dia pertama kali melihat Tiara masuk di SMA itu. Dan sejak saat itu, Reno mencari berbagai cara agar bisa dekat dengan Tiara.

Tiara sudah menyadari jika Reno tertarik dengannya, namun Tiara tak menganggap serius. Karena Tiara ingin fokus belajar, terlebih lagi tidak ada kata pacaran dikamus Tiara. Tiara sudah menganggap Reno seperti kakaknya sendiri.

Di dalam ruang OSIS

Tiara dan Reno telah sampai di depan ruang OSIS. Baru masuk ruangan, Tiara dan Reno di kagetkan dengan suara Dila. Tentu saja hal itu membuat keduanya terkejut.

"Heh Tiara, lo kok bisa sih ngilangin dokumen penting buat acara besok?" Dila bertanya dengan marahnya.

"Itu kan tanggung jawab lo, bisa-bisanya nggak becus!" imbuh Dila.

"Udah ... udah ... apaan sih kamu Dil? Dari pada ribut mending cari solusi!" ucap Reno dengan nada sedikit tinggi.

Dila hanya melotot ke arah Reno, tanpa menjawab ucapan Reno. Dila ingin mendengar reaksi dari Tiara setelah ia maki.

"Kok bisa? Padahal kemarin aku taruh di sini, di atas meja," kata Tiara sambil menyentuh permukaan meja. Hal yang dikhawatirkan Tiara benar-benar terjadi.

"Mana gue tau," jawab Dila masih dengan mulut pedasnya.

"Yaudah, nanti aku print out lagi ya, aku masih ada berkas nya di flasdisk." Tiara mencoba menenangkan suasana.

"Terserah!" Dila berlalu hendak meninggalkan ruang OSIS. Tetapi, tiba-tiba dia menghentikan langkahnya.

"Lain kali jangan diulangi lagi! Awas lo!" Dila mengomel lagi dan keluar dari ruang OSIS.

...***...

Dila menggerutu sendiri, lalu menuju ke kantin menghampiri temannya. Dila merasa jika rencananya tidak berjalan mulus, Dila pun ingin mencari cara lain untuk menghancurkan Tiara.

"Eh lo kenapa Dil, cemberut gitu?" tanya Gita, teman Dila.

"Gue lagi sebel," jawab Dila tanpa menoleh ke arah Gita.

"Kenapa? Lo kalau lagi emosi ke kamar mandi sana, biar adem. Ha ... ha ... ha ...," celoteh Gita yang membuat Dila tambah emosi.

"Lo tu ya, temen lagi emosi itu di hibur biar adem lagi, ini malah bikin tambah emosi!" Dila langsung ngomel pada Gita.

"Yaudah sini, ada apa Dila sayang ... kok emosi gitu? Cerita, sini." Gita langsung mengubah nada bicara nya, tak mau teman nya bertambah murka.

"Gini ... gue tu sengaja ambil dokumen penting buat acara sekolah, dan yang tanggung jawab berkas itu Tiara," ucap Dila. Belum selesai Dila bicara, Gita sudah memotong.

"Lalu?" tanya Gita dengan polosnya.

"Eh, dengerin dulu dong ... main motong pembicaraan aja, bikin tambah kesel." Dila kembali cemberut.

"Ok ... ok ... maaf ya," kata Gita sambil merangkul bahu Dila.

"Harapan gue kalau dokumen itu ilang, Tiara bakal kena marah. Eh, malah dia masih punya salinan nya di flasdisk.Gagal deh kena marah si Tiara itu." Dila kembali emosi.

"Lagian lo tu kenapa sih cari gara-gara terus sama Tiara? Kasian tau," Gita menjawab sambil memakan camilan yang di beli di kantin, dia tidak memikirkan efek dari  perkataannya itu. Mendengar omongan Gita, Dila langsung memukul kepala Gita dengan tangannya.

"Auuu ... sakit Dil, lo tu teman macam apa? nyiksa gitu?" Gita merengek kesakitan.

" Pelan juga ... maaf deh ..., lagian lo kan tau si Tiara itu saingan gue dari jaman SMP. Gue pengen jadi yang nomer satu di sekolah dalam hal apapun! Gak boleh kalah sama dia," ucap Dila masih dengan emosinya.

"Ya, okelah ... boleh lo bersaing sama dia, tapi dengan cara yang sehat dong," jawab Gita. Jawaban Gita tak memuaskan hati Dila.

"Ah udah ah, gue ke kelas dulu." Dila berlalu meninggalkan Gita.

"He em ... ati-ati ya, jangan sampai nabrak tembok karena emosi!"

Gita cekikikan sendiri. Dila hanya menoleh sekilas pada Gita, lalu pergi meninggalkannya.

"Dil ... Dil ... lo tu ya, udah cantik ... pinter ... anak orang kaya ....Eh, masih aja iri sama Tiara." Gita berbicara sendiri.

Ya, walaupun Dila benci sama Tiara. Namun, Gita tak ikut-ikutan membenci Tiara. Bagi Gita, Tiara anak yang baik dan berprestasi, tidak mungkin baginya untuk membenci Tiara.

"PR gue bikin Dila baikan sama Tiara, dan gak jahilin Tiara lagi." Gita bermonolog lagi, lalu pergi meninggalkan kantin.

...***...

Setelah Tiara print out ulang berkas nya, Tiara menitipkan sementara dokumen itu ke Reno. Tiara takut jika dokumennya akan hilang kembali.

"Kak, aku titip ini dulu ke Kak Reno. Aku takut kalau ilang lagi." Tiara menyodorkan dokumen itu ke tangan Reno.

"Ya ... tapi kamu gak usah pikirin omongan pedes si Dila. Dia tu emang omongannya pedes kayak cabe." Reno mencoba menghibur Tiara.

"Iya, Kak." Tiara tersenyum mendengar perkataan Reno.

"Kak ,aku balik ke kelas dulu ya ... udah mau masuk nih," Tiara pamit ke Reno.

"Ok ... aku juga mau balik ke kelas juga nih ... bye." Reno melambaikan tangan, lalu meninggalkan Tiara.

Reno menuju ke kelas nya, kelas Xl IPA 1.

Reno merupakan kakak kelas Tiara. Kelas Tiara dan Reno tak searah. Jadi, mereka berjalan berlawanan arah.

Reno kembali mengingat perasaannya pada Tiara. Tapi, Reno berusaha membuang pikiran itu. Karena Reno tau Tiara tidak mau berpacaran, Tiara mau fokus sekolah. Terlebih lagi Tiara pernah bilang kalau tidak mau berpacaran, tapi ingin langsung menikah dengan calon suaminya kelak.

Mengingat hal itu Reno menjadi sedih. Tapi, sekarang hal yang ingin dia ingin kan adalah tetap dekat dengan Tiara walaupun itu sebatas teman.

...***...

Reno telah sampai di kelasnya. Lalu, dia mengikuti pelajaran pertama di kelasnya itu. Reno menyimak penjelasan yang guru sampaikan. Dia memaksakan matanya untuk tetap fokus, padahal dia sedang mengantuk.

Teng ... teng ... teng .... lonceng berbunyi, menandakan waktu istirahat telah tiba.

"Ren ... yuk ke kantin!" ajak Riko, teman sebangku Reno.

"Ah males, lo aja sendiri, ngantuk gue." Reno bicara dengan Riko, dengan posisi kepala tidur di atas meja.

"Ah dasar lo, kebo!" Riko langsung lari, takut dapat bogem dari Reno.

Reno tak menghiraukan perkataan Riko, lalu tidur kembali. Reno mengantuk karena semalam tidur larut, mengerjakan tugas sekolah. Reno adalah siswa berprestasi di sekolahnya, dia sering mewakili sekolah untuk lomba antar sekolah,pernah juga antar kota.

...***...

Di sisi lain.Tiara telah berlalu meninggalkan kelas nya X5, lalu menghampiri Chika di X4. Tiara mencari keberadaan Tiara didalam kelas X4.

"Tiara ... sini ... sini ..., ku kira kamu lupa mau bantu aku mecahin soal matematika ini." Chika menghampiri Tiara dengan gembira.

Enggak lah, aku kan enggak pikun." Tiara langsung duduk di samping tempat duduk Chika.

"Eh, tapi aku laper. Bentar ya, kamu tunggu sini. Aku mau beli makanan di kantin, nanti kita makan bareng di sini," pinta Chika.

"Ya ... okelah," jawab Tiara.

Sambil menunggu Chika, Tiara mulai mempelajari soal matematika yang Chika tanyakan kepada nya. Setelah beberapa saat, Chika pun kembali.

"Nih, kita makan bareng dulu roti nya. Biar gak laper, nanti kalau laper bisa pingsan lagi ... repotkan?" Chika menyodorkan roti ke Tiara.

"Makasih ya." Tiara mengambil roti itu sambil tersenyum.

Setelah selesai makan, mereka melanjutkan belajarnya. Chika menyimak penjelasan pemecahan soal tugas matematika nya. Teng ... teng ... teng ... lonceng berbunyi kembali, menandakan berakhirnya waktu istirahat.

"Waktu istirahat udah selesai nih, aku balik ke kelas aku dulu ya, bye." Tiara berlalu meninggalkan Chika.

"Ok, makasih ya bantuannya, bye." Chika melambaikan tangannya.

Tiara hanya mengacungkan ibu jarinya ke Chika, lalu keluar kelas X4. Tiara berjalan menuju kelasnya.

Keributan di kantin

Tiara dan Chika sedang berada di kantin sekolah. Mereka sedang menikmati jus buah yang mereka pesan disana.

"Tumben rame ni kantin, ada acara apa ya?" Chika melihat sekelilingnya.

"Nggak tau, Chik." Tiara juga melihat sekelilingnya.

"Ada yang ngerayain ulang tahun kali ya," ucap Chika sambil memakan makanan nya.

"Iya kali," respon Tiara.

Di sisi lain.

"Eh Put, mana sih yang namanya Tiara Tiara itu?" tanya Clara dengan wajah mengkerut karena menahan marah.

"Itu lo yang duduk di meja ujung." Putri menunjuk ke arah Tiara. Clara langsung bergegas ke arah Tiara.

"Lo yang namanya Tiara ya?" tanya Clara dengan nada tinggi, hingga semua orang melihat mereka.

"Iya Kak." Tiara terkejut, kenapa kakak kelasnya datang dengan ekspresi seperti itu.

Clara langsung menumpahkan minuman di tangannya ke baju Tiara. Tiara tak bereaksi, namun masih syok dengan apa yang terjadi.

"Apa-apaan ini?" Chika langsung naik darah melihat kejadian ini.

"Bukan urusan, Lo!" Clara melirik Chika sekilas.

Tiara melihat semua orang melihat kejadian itu, Tiara masih belum mengerti akar permasalahannya. Tiara menunggu Kakak kelasnya mengatakannya.

"Lo jangan deket-deket sama Reno ya, awas lo!" Clara kembali berkata. Tiara seketika tahu apa masalahnya.

"Kak, aku sama Kak Reno cuma temen Kak. Gak ada hubungan apa apa. Maaf ya Kak, aku permisi dulu." Tiara bergegas pergi meninggalkan kantin bersama Chika.

"Berani lo ya main kabur aja, gue belum selesai ngomong." Clara melotot ke arah Tiara. Tapi, Tiara tak menghiraukan, lalu pergi berlalu meninggalkan kantin.

...***...

Tiara dan Chika berada di ruang OSIS,Tiara mengambil seragam cadangan yang di letakkan di loker, setiap anggota OSIS mendapat satu loker di ruangan itu. Karena Tiara mengikuti kegiatan OSIS dan Kegiatan PRAMUKA di sekolahnya, Tiara pun meninggalkan 1 set baju OSIS dan 1 set baju PRAMUKA di ruang OSIS.

Tiara selalu membawa kunci lokernya, Tiara berjaga-jaga jika seragam itu di butuhkan di saat genting. Setelah beberapa menit, Tiara telah selesai mengganti pakaian nya. 

"Kurang ajar banget tu Kak Clara, main nyiram nyiram aja,di kira lo tanaman apa!" Chika masih emosi mengingat kejadian itu. Tapi Tiara, malah menahan tawa mendengar ucapan Chika.

"Mungkin karena cuaca tadi panas banget kan, jadi kak Clara mau ngademin badan aku." Tiara malah bercanda.

"Apaan sih kamu? Serius nih!" Chika tak puas dengan jawaban Tiara.

"Hehehe ... ok ... ok ... itu Kak Clara kayaknya suka sama Kak Reno, mereka 1 kelas. Mungkin udah lama sukanya," ucap Tiara.

"Hah, tambah lagi saingan aku." Chika mendengus kesal.

"Udah, fokus aja belajarnya, sebentar lagi kita kan ulangan kenaikan kelas." Tiara memperingatkan Chika.

"Kak Reno kan pinter, masa kamu gak malu kalau tinggal kelas,yang ada kak Reno gak mau dekat sama kamu." Tiara sengaja berkata seperti itu, supaya Chika semangat lagi belajar nya.

"Ya, aku harus pinter juga, masa pasangan aku pinter aku nya bego. Ayo balik ke kelas!" Chika kembali bersemangat, lalu berlalu pergi meninggalkan ruang OSIS.

Tiara tersenyum mendengar perkataan Chika. lalu, ia mengikuti Chika dari belakang. Karena saking semangatnya untuk belajar, Chika lupa untuk menunggu Tiara.

"Mana sih si Tiara?" Chika bermonolog. Tak lama, muncullah Tiara.

"Kamu kemana aja sih Tiara?" Chika keheranan.

"Kan kamu yang ninggalin aku tadi," Tiara menjawab dengan perasaan heran, temannya itu ternyata agak pikun.Tiara menahan tawanya, sedangkan Chika terdiam mencerna perkataan Tiara.

"Oh iya ya, kok aku jadi pikun gini." Chika menepuk jidatnya sendiri.

"Ya udah, kita ke kelas yuk," ajak Tiara.

"Oke." Chika menggandeng tangan Tiara. Setelah beberapa menit, sampailah mereka di depan kelas masing-masing, lalu mereka masuk.

"Nanti tunggu aku ya pulangnya." Chika sampai di depan pintu kelasnya.

"Oke." Tiara juga berada di depan pintu kelasnya.

Kini, keduanya benar-benar masuk ke kelas masing-masing. Mereka duduk manis di tempat duduk mereka, sambil menunggu kedatangan guru.

...***...

Bel lonceng berbunyi, menandakan kelas telah berakhir. Siswa-siswi berhamburan keluar dari kelasnya. Tapi, ada beberapa siswa yang masih berbincang didalam kelas.

"Tiara, yuk pulang! Eh, mampir bentar yuk ke alun-alun kota." Chika menghampiri Tiara ke kelas X5.

"Yaudah, ayo." Tiara dan Chika berlalu meninggalkan kelas X5.

Beberapa saat kemudian, mereka telah sampai di alun-alun kota. Tiara dan Chika, melihat keadaan sekitar alun-alun yang lumayan ramai.

"Kita keliling bentar yuk, mumpung gak panas nih." Ajak Chika.

"Oke." Jawab Tiara.

Setelah berkeliling, mereka ingin makan dulu. Tiara dan Chika, memilih untuk membeli makanan langganan mereka di alun-alun itu.

Tiara dan Chika memesan 2 mangkuk bakso di tempat Ibu Tri. Ibu Tri merupakan pedagang bakso dan beberapa camilan ringan di alun-alun itu. Karena Tiara dan Chika sering ke warung Ibu Tri, mereka menjadi akrab dengan Ibu Tri.

"Enak ni baksonya," ucap Chika.

"Iya, kan emang langganan kita kalau ke sini." Tiara memakan baksonya dengan lahap.

"Oh iya, kok aku pikun gini sih, kurang piknik ni kayaknya." Chika keheranan dengan diri nya sendiri yang akhir-akhir ini jadi pelupa.

"Alasan aja kamu," balas Tiara.

Setelah selesai makan, mereka pun membayar bakso mereka. Lagi-lagi Chika tak membolehkan Tiara untuk pulang. Chika mengajak Tiara untuk masuk ke mall terdekat dari alun-alun kota.

"Ra, yuk cari diskonan baju! Kali aja ada yang murah." Chika menuju tumpukan pakaian di mall itu.

"Oke." Tiara pun mengikuti Chika.

...***...

Setelah selesai belanja, mereka langsung pulang ke rumah masing-masing. Tiara sampai rumah pada pukul tiga sore, Tiara langsung membersihkan badannya. Karena tadi di sekolah sudah sholat dzuhur, setelah itu Tiara langsung istirahat sebentar di kamar nya.

"Ra, tidur kah kamu?" Bu Santi bertanya.

"Enggak Bu, cuma rebahan aja istirahat sebentar. Habis itu mau ngerjain tugas, Bu," jawab Tiara.

"Yaudah, kalau mau istirahat. Ibu mau ke warung dulu ya." Ibu Tiara berlalu meninggalkan Tiara.

"Ya, Bu." Tiara memandangi kepergian lbunya.

Setelah cukup istirahat, Tiara membuka laptopnya. Tiara ingin meng-update novel online-nya.

Semenjak kelas 3 SMP, Tiara sudah mulai menulis novel online-nya. Sampai sekarang Tiara masih aktif menulis novel online-nya, dan dari situ Tiara mendapatkan penghasilan sendiri tiap bulannya. Penghasilan itu cukup untuk kebutuhan pribadi nya. Kalau untuk biaya sekolah, Tiara tidak membayar apapun, dia mendapat beasiswa karena prestasinya. Setelah update novelnya, dia tak sadar telah tertidur di samping laptopnya.

...***...

Keesokan harinya.

"Ra, bantu Ibu masak yuk, kamu libur kan hari ini." Bu Santi masuk ke kamar Tiara.

"Baik, Bu." Tiara pun mengikuti Ibunya ke dapur untuk membantu memasak.

Dapur di rumah Tiara berdesain semi terbuka, sehingga udara di dapur tidak pengap. Tiara juga dapat melihat pemandangan indah diluar rumah dari dalam dapurnya.

...***...

Setelah selesai masak, Tiara menghidangkan masakan yang dia masak tadi ke meja makan. Walaupun hanya masakan sederhana, tapi mereka mensyukuri semua itu.

" Pak ... Buk ... mari sarapan bersama," ajak Tiara.

"Ya, Nak," jawab Bapak dan Ibu Tiara bersamaan.

...***...

Setelah sarapan, Tiara pamit pada kedua orang tuanya. Dia ingin berkunjung ke rumah Chika. Chika mengajak Tiara untuk belajar bersama, karena beberapa hari lagi ulangan kenaikan kelas akan tiba.

"Chik ... Chika ... aku udah sampai nih." Tiara telah sampai di depan rumah Chika.

"Oke ... oke, Ra. Bentar ya," ucap Chika dari dalam rumahnya. Chika bergegas keluar rumahnya. Mereka pun memulai belajar bersama di teras rumah Chika.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!