Prolog
POV Karin
Di kehidupanku ini yang aku sesali adalah kehidupan perjalananku yang selalu monoton tentang kerja dan kerja. Perkenalkan namaku Karin Andraini jomblo dari lahir sampai 27 tahun lamanya.Keuangan yang pas-pasan dan teman yang dihitung jari pun ada.Tidak membuat aku merasa kesepian dan aku males untuk berinteraksi yang dianggap gak kenal dan sok kenal. Dan aku tidak berfikir seorang karin bisa nyangkut di tubuh seseorang gara-gara keserempet motor, itu gak masuk akal. Percaya gak percaya itulah kisahku.
Kenapa aku kok gak mati, malah hidup lagi. Ingin menangis tapi apa yang ditangisin, mungkin sudah jalannya dari Tuhan. Apalagi tubuh yang aku tempati sangat cantik menurutku. Soalnya wajahku standar dan badan gak kayak gitar spanyol menurut cowok-cowok. Kehidupan kedua ini yang dikasih Tuhan akan aku jalani dengan lebih baik lagi dan tidak menjadi orang yang monoton. Tubuh ini akan aku rubah menjadi pribadi yang lebih baik dan mencintai keluarga seperti yang aku inginkan dulu. Mencari pendamping hidup yang mencintai dengan tulus walaupun aku jomblo dari lahir.
Tidak ada ingatan sama sekali dari tubuh ini yang aku tempati, menjadikan aku serba salah mau berbohong tidak bisa. Pasti keluarga tubuh ini jadi curiga sama aku pastinya. Aku amati wajah baruku ini, cukup menarik dan imut. Lumayan tinggi, putih, cubby, bibir merah muda, mata bagus dan kayak artis korea gitu. Aku jadi gak pede tentang tubuhku yang lalu dan mempunyai keluarga yang cukup terpandang. Dilihat dari dalam kamar yang ditempati tubuh ini, sangat bagus dan elegan. Aku suka dengan dekorasi kamarnya yang aku impikan sejak dulu, simpel tapi menawan gitu. Mungkin aku anak baik jadi kehidupan keduaku dibuat menjadi orang kaya dan keluarga menyayangiku juga. Atau mungkin sebaliknya aku kurang tahu dan semoga di kehidupan ini aku menjadi orang baik lagi dari pada hidupku yang dulu. Berharap tak apa bukan, mungkin nanti Tuhan mengabulkan do'aku ini.
Apa kayak di cerita novel-novel yang aku baca yang namanya perpindahan jiwa, ternyata ini membingungkan. Jatuhnya aku terlalu beruntung atau sial di dalam tubuh ini. Atau aku harus memperbaiki perilaku ataupun semua sifat yang ada pada tubuh ini. Semoga saja tidak memperburuk keadaanku saat ini di tubuh ini.
Kemudian ada yang buka pintu kamar yang aku tempati, dan aku cukup diam dan mau ngomong juga kayak bisu gitu.
“Karin sudah bangun, kok tidak turun untuk makan bersama di meja makan” kata Ibu itu.
“maaf”, kata itu saja yang keluar dari mulutku dan Ibu tersebut pun bingung dengan sikapku aneh.
Ibu itu bertanya lagi, “ karin anak Bunda kenapa, apa sakit dan belum sembuh habis pingsan”. Aku bingung mau bicara gimana dan aku tahu fakta kalau Ibu ini Ibunya si karin sama seperti namaku.
“Aku gak papa B-U-N-D-A”, bicaraku kok jadi gugup gini sih. Oh my god, tumben aku jadi agak kikuk gini.
“Yasudah kalau gitu Bunda ke bawah dulu, nanti karin nyusul ya”.
“Iya Bunda”, jawabku.
Sebaiknya aku turun ke bawah dari pada ditunggu dan nanti orang-orang rumah pada curiga. Nama lengkap Karin saja aku tidak tahu, apalagi seluruh keluarga di rumah ini menambah pusing dan lama-lama aku jadi stress. Dan aku pun turun menuju meja makan dan di isi tiga laki-laki, Bunda dan anak kecil yang imut dan gemesin.
“Selamat pagi”, sapaku dengan tersenyum manis kayak gulali.
Tapi semua yang ada di meja makan pada diam dan lihatin aku kayak tersangka yang ngambil barang di rumah ini. Akupun garuk-garuk kepala karna tidak tahu mau ngomong apa kagi. Untung ada penyelamat yaitu Bunda ngambil aku suruh duduk dekat beliau, akupun nurut untuk duduk dan diam saja.
“Sini sayang duduk dekat Bunda. Mau makan apa Bunda ambilin”.
“Terserah Bunda saja, karin nurut saja”, kataku.
“Kamu kenapa, masih marah sama kakak Aidan”, tanya cowok tersebut.
“marah untuk apa ya”, tanyaku soalnya aku gak tau apa-apa tentang masalah ini bisa gawat nih ujung-ujungnya.
“Kak Aidan bilang kamu jangan dekat sama sahabatnya, si Axel masak kamu lupa atau pura-pura lupa hem”, jawab ketus dari cowok lainnya yang menggebu-gebu.
“Emangnya aku percaya sama kamu, jangan gaya-gaya kalau ujung-ujungnya mepet terus kayak prangko sama Axel”.
“Terserah situ kalau tidak percaya, up to you”. Kataku
“Sudah-sudah, kapan makannya kalau kalian berdebat mulu”, kata pria yang seumuran kayak Bunda.
“Baik Ayah”, jawabnya serempak. Dan aku tau sekarang kalau pria seumuran sama Bunda Ayahnya
Karin, ganteng dan berkarisma.
Selesai makan semua pada pamitan sama Bunda karena mau berangkat bekerja.
“Bunda, Aidan pamit kerja dulu”.
“Bun, Abi juga mau kerja dulu”.
“Hati-hati jagoan Bunda, semoga kerjanya lancar dan pulang dengan selamat, Aamiin”. Kata Bunda.
“Bunda, Ayah berangkat kerja dulu hati-hati di rumah dan kamu Karin jangan keluyuran dan untuk Ana mau berangkat sama Ayah sekolah apa diantar Bunda”
Anak kecil yang dipanggil Ana itu menjawab, “ diantar sama Bunda saja Yah”. Dan ketiga pria tersebut berangkat ke kantor masing-masing. Anak kecil yang di panggil Ana malah menarik bajuku.
😊 Semoga semua saudaraku suka dengan cerita ini, terima kasih.
Baby Sister Dadakan
Ana menghadap Karin dengan tampang yang berbinar seolah-olah mendapatkan hadiah istimewa.
“Mba Karin, bisa anterin Ana ke sekolah pleaseeeee.......!!!”.
Menggemaskan sekali sih, jadi gak bisa nolak kan kalau kayak begitu.Dan aku cuma menganggukkan kepala doang. Senangnya Ana bukan main kalau aku bisa nganterin dia sekolah. Apakah tubuh ini gak dekat dengan adiknya ya, entahlah dan bodoh amat aku memikirkannya dari pada aku
tambah pusing.
Mengantarkan Ana harus pakai apa ya, soalnya aku gak bisa naik mobil dan apa ada motor matic
gitu.Nanti aku ngomong apa kalau gak bisa mengendarai mobil, bahaya ini dan jadi masalah besar dan mencurigakan.
Akhirnya aku naik motor pinjam punya Pak satpam yang kerja di rumah Karin. Bunda juga mengijinkan kalau aku naik motor tapi harus hati-hati, soalnya Karin gak pernah naik motor. Demi buah semangka, aku gak percaya kalau Karin tidak pernah naik motor.
Mungkin si Karin manja,sombong, angkuh, cerewet, pokoknya jelek-jelek kayak cerita di aplikasi baca tentang transmigrasi sama fantasi. Apa aku suka baca dan terbawa suasana sampai nyasar ke tempat keluarga Karin.
Setelah mengantar ade Ana sekolah,Karin menunggu adenya di ujung cafe dekat sekolah.
"Enak juga nunggu sambil ngemil, kapan lagi coba bisa santai sejenak dan nikmati hidup dengan bahagia" kata Karin dalam hati.
Mungkin proses bahagia Karin masuk ke tubuh Karin ( sekarang panggil Karin saja oke, kata author).
Waktunya ade Ana pulang sekolah jadi Karin nunggu di luar pagar dekat dengan satpam dan banyak Ibu-Ibu pada jemput anaknya sekalian ghibah dan arisan sosialita.
Karin diam saja dan tidak mau ikut campur sama Ibu-Ibu yang lainnya. Dari kejauhan terlihat Ana mengobrol dengan temannya dan bercanda tertawa. Karinpun tersenyum melihat Ana yang punya teman, tidak kayak Karin teman saja bisa dihitung pakai jari sedikit banget.
“Mba Karin nunggu lama ya”, tanya Ana
Ku jawab “ enggak lama kok, baru aja nunggu de Ana tiba-tiba sudah datang sama temannya.”
“Ini temanku namanya Aqeela mba”
“Hallo mba Karin namaku Aqella, temannya Ana”, jawabnya.
Dan ku jawab “nama mba Karin, mbanya Ana salam kenal Aqeela”. “Aqeela sudah ada yang jemput”.
“Belum mba, Pak Joko belum datang jemput aku nih”.
“Mba antar mau,tapi pakai motor sama Ana”, kataku.
“Boleh mba”, kata Aqeela amat senang.
Mungkin belum pernah naik motor kali, Ana dan Aqeela bahagia bisa pulang bersama katanya tapi sekalian mau beli ice cream dekat sekolah katanya enak banget.
“let’s go,meluncur”. Ana di depan dan Aqeela bonjeng di jok belakang, sampailah di pedagang ice cream. Mereka berdua makan ice cream sambil cerita tentang disekolah dan permainan yang mereka suka.
"Aku disini kayak pengasuh kedua anak ini dan malah mereka berdua asik sendiri ngobrol", kata Karin dalam hati.
Setelah selesai makan ice cream, kita melanjutkan perjalanan menuju rumah Aqeela rakut ditunngu
kedua orang tuanya. Sudah sampai di rumah Aqeela, Ana dan aku pamt untuk pulang takut dicariin Bunda. Hari ini aku seneng-seneng sama duo bocil yang menggemaskan dan gampang diatur yang penting. Semoga orang rumah tidak marah kalau kita berdua pulangnya agak sore hehehehe......
“Mba Karin kapan-kapan kita main ke taman alun-alun kota ya”. Kata Ana
“Emangnya Ana gak pernah ke taman alun-alun kota gitu”.
Dan jawaban Ana hanya geleng-gelengkepala. Jadi penasaran aku tentang kehidupan Karin kayak apa dan semoga tidak buruklah.
“Ok, kapan-kapan mba Karin ajakin Ana jalan-jalan ke taman kota”, kataku.
“Asyikkkkk, pasti seru” kata Ana dengan girangnya.
“Tapi ingat harus minta izin sama Bunda dulu, kalau diizinin kita berangkat kalau tidak jangan ngambek oke Ana.” Dan Ana hanya mengangguk-anggukkan kepala saja.
Kita masuk ke rumah ditunggu oleh Bunda di ruang tamu dan dengan keponya tanya Ana kalau
mereka habis kemana saja kok baru pulang sampai sore.
“Ana habis dari mana kamu sama mba kok jam segini baru pulang gak biasa pulangnya telat Ana”, keponya
Bunda pada kita.
“Ana sama mba Karin mampir sebentar ke kedai ice cream sama Aqeela sekalian nganterin Aqeela ke rumahnya. Soalnya dia lama belum di jemput Pak Joko, jadi kita anterin dulu ke rumahnya baru kita pulang ke rumah, iya kan mba Karin”. Aku hanya mengangguk saja.
“Ya sudah kalau gitu kalian berdua ganti baju sana ke kamar, bersih-bersih dulu.” Kata Bunda.
“Iya Bunda”, jawab serempak
Kumpul Bersama
Di meja makan kami sekeluarga berkumpul untuk makan dan tidak boleh ada yang bicara
sekalipun, hanya suara sendok garpu dan piring yang bersahutan di meja makan.
“Aku sudah selesai”, kata Karin. Mau beranjak dari tempat duduk tiba-tiba dipanggil Ayah.
“Tunggu kami semua Karin di ruang santai, jangan kemana-mana”, kata Ayah.
Karin pun mengiyakan saja apa yang disampaikan oleh Ayahnya. Sesampai mereka ruang keluarga,
pihak kepala keluarga membahas obrolan tentang semua anaknya termasuk Karin juga.
“Karin gimana kegiatanmu hari ini”, tanya Ayah.
“Baik dan berjalan lancar”, jawab Karin singkat dan padat. Semua memperhatikan Karin
dengan sesama,Karin jadi bingung akan tingkah mereka kepadanya.
“Mba Karin tadi itu nganterin Ana sekolah sama jemput Ana sekolah sama mampir ke kedai ice
cream. Sekalian anterin Aqeeela pulang ke rumahnya Ayah,” kata Ana.
Ayah hanya menganggukkan kepala sambil masih lihatin Karin dari tadi.
Jadi Karin risih kalau dilihatin secara intens gitu.
Setiba mengobrol keluarga dan bercanda Karin hanya menyimaknya saja dan akhirnya kepala keluarga
menyudahi pembicaraan dan semua pada ke kamar masing-masing.
“Leganya, aku sudah bosen dan masih kikuk dengan keluargaku yang baru.
Enaknya tidur di kasur empuk dan nyaman. Betah nih kalau begini jadinya, kasur kamu memang sahabat
terbaikku”. Karin merebahkan tubuhnya dan akhirnya tertidur menyelam mimpi.
Seseorang masuk ke kamar Karin, melihat Karin sudah tidur dengan pulas dan nyenyak dia adalah
Aidan kakak Karin yang pertama.
“Good night princessnya kakak moga mimpi indah”, sambil cium kening Karin agak lama dan
tanpa sadar Karin tersenyum dengan tidurnya. Akhirnya Aidan keluar dari kamar Karin.
Ayam berkokok membangunkan semua penjuru di komplek tersebut termasuk Karin juga.
“Nyenyaknya tidurku, apa karna kasur mahal ya. Siap-siap saja dulu langsung lanjut keluar”.
Karin bergegas ke kamar mandi berganti pakaian dan turun ke bawah.
Ternyata ada Bibi Siti yang mau masak.
“Pagi Bi Siti,mau masak apa hari ini”, tanyaku. Bi Siti sedikit kaget melihat Karin ada disebelahnya.
“Lagi mau bikin nasi goreng non Karin, tumben non bangun pagi”.
Bi Siti terkejut melihat Karin bangun pagi dan ke dapur segala.
“Emangnya aku kalau bangun siang ya Bi”, tanyaku. Bibi hanya menganggukkan kepalanya saja.
“Berarti si Karin orangnya pemalas juga ya”, kataku dalam hati.
“Ya sudah Bi, aku mau keluar dulu. Byeee” sambil melambaikan tangan.
“Non Karin kok aneh ya sekarang, mungkin mau tobat kali ya”, monolog Bi Siti.
Semua pada kumpul sarapan pagi dan selesai makan Karin dipanggil Ayahnya untuk menuju
ke ruang kerjanya dan diiyakan oleh Karin.
“Ada apa Ayah memanggil aku kesini”, to the point laangsung aku layangkan kepada Ayah.
“Kamu habis kuliah mau apa Karin mau nganggur saja apa mau kerja di kantor keluarga”, tanya Ayahku
Akupun berpikir “berarti aku sudah lulus kuliah dan nganggur gitu,gila nih.
Aku lulus jurusan apa ya aku gak tau”, monolog Karin dalam hati.
“Emang aku lulusan apa ya Yah”, tanyaku. Ayahku bingung apa yang aku tanyakan.
“Maksudnya aku lupa dengan kuliahku Yah, jadi aku tanya Ayah gitu”, jawabku cepat agar Ayah
tidak curiga padaku. Ayah pun hanya menganggukkan kepalanya saja tentang pertanyaanku.
“Karna kamu sibuk ngejar-ngejar Axel sampai lupa jurusan apa kamu lulus”, sindirnya.
Aku hanya diam disindir oleh Ayah, karna memang aku lupa dengan kalau aku belum kerja juga.
“Mau kerja dengan Ayah jadi asisten Ayah di kantor”, kata Ayah. Aku semakin curiga sama Ayah,
apakah Karin selama ini perilakunya buruk ya seolah-olah harus di pantau agar tidak cari gara-gara.
“Tidak Yah, Karin mau cari kerja sendiri” jawabku mantap.
“Apa kamu yakin”,kata Ayah kurang yakin akan jawabanku.
“Yakin Yah, percaya pada anakmu ini”, guraunya Karin.
Ayah menghela napas sejenak sebelum berbicara.
“Bailkah kalau itu kemauan kamu, tapi kalau ada apa-apa minta bantuan pada Ayah ataupun kedua
kakak kamu”. Karin hanya mengiyakan saja.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!