PT.Anytime Fitness.
Sebuah perusahaan terbesar di Indonesia yang terletak di Ibukota.Tampak pria gagah bernama Harvey dengan setelan kerjanya yang rapi serta rambut kuning dan warna manik matanya yang hijau benar-benar membuat pria itu terlihat sangat tampan.Namun,siapa sangka ternyata Ia hanyalah seorang bawahan yakni wakil presdir.Ia saat ini tengah mengerjakan laporan yang akan diserahkan kepada presdir perusahaan.
Drt...Drt...
Bunyi ponselnya membuyarkan kefokusannya dan dengan segera Ia mengangkat telfon itu.Satu menit,dua menit,hingga tiga menit Ia terdiam ditempatnya dengan wajah pucat bercampur rasa marah setelah mendengar laporan dari seseorang yang menelfonnya.
Bukk.
Ia membanting semua yang ada diatas mejanya dan berteriak frustasi hingga tak lama pintu ruangannya terbuka dan menampilkan wajah yang tak kalah tampan yaitu presdir nya bernama Harley.
"ada apa denganmu?"tanya presdirnya dengan wajah yang terkejut melihat ruangan wakil presdir tampak berantakan."Harley,mereka korupsi."ucap Harvey dengan wajah sendu dan terduduk di lantai.Harley yang mendengarnya menjadi sedikit bingung dan melangkah mendekat pada Harvey.
"maksudnya siapa yang korupsi?"tanya Harley lagi."pembangunan disurabaya"lirih Harvey meremas rambut kuningnya.Ia benar-benar pusing dan sangat frustasi bercampur rasa marah dan takut.Harvey benar-benar takut jika Daddy nya tau karena untuk membangun perusahaannya sendiri yang berada disurabaya itu,dia meminjam uang pada Daddy nya dan sekarang belum sempat Ia mengembalikan uang itu dana perusahaan yang sementara pembangunan justru dikorupsi.
Harley yang mengetahuinya kini ikut merasakan seperti yang dirasakan kakaknya Harvey.Namun,disisi lain Ia juga ingin tertawa karena Harvey yang orangnya masa bodo dengan pekerjaan tiba-tiba saja berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi namun,di saat perubahan baik itu menghampiri justru malah diberikan ujian.
"sudahlah,nanti beritahu pada Daddy saja."ucap Harley dengan enteng.Ia kemudian segera berlalu menuju ruangannya lagi.Sedangkan Harvey kini segera berdiri dan mengambil kunci mobilnya.Dengan langkah cepat Ia sudah berada di dalam lift dan tak lama sudah sampai di lantai satu.Ia berlari menuju basement dan segera masuk di dalam mobilnya.
Sembari melajukan mobilnya Ia juga menghubungi Daddy nya."Hallo Dad'."ucapnya saat panggilannya sudah diangkat oleh Daddy nya.
"ada apa"tanya Daddy nya diseberang telfon yang bernama Ben Murray."Daddy,pembangunan disurabaya berhenti karena orang kepercayaanku sudah menggelapkan dananya."terang Harvey dengan rasa takut."aku akan segera ke surabaya mengurus hal ini,kumohon bantu aku Daddy."ucapnya lagi yang tak menjawab balasan dari Daddy nya diseberang telfon.
Lama Harvey menunggu dan tak mendengar sahutan dari Daddy nya,Ia melihat layar ponselnya dan ternyata panggilan itu sudah berakhir.Dengan menghela nafasnya Ia menambah kecepatan laju nya untuk segera ke surabaya.
Sementara disisi lain,tampak pria tua yang sedang bersantai di dalam mansionnya kini tertawa kecil.Ia adalah Ben Murray."Aku kasihan sekali padamu Harvey.Namun,kau harus belajar mandiri"gumamnya sembari membolak-balikkan koran dan masih tertawa kecil membayangkan wajah tampan putra pertamanya itu yang pasti pucat bercampur rasa marah dan takut.
****
Sekitar tiga jam perjalanan,akhirnya Harvey sudah tiba di Surabaya dan tepat saat waktu petang.Ia melajukan mobilnya dengan perasaan tidak enak seperti akan terjadi sesuatu lagi.
Bersambung....
Malam sudah tiba dan Harvey belum juga sampai pada tujuannya.Bagaimana tidak,mobilnya kehabisan bensin karena tadi saat dirinya meninggalkan perusahaan Ia benar-benar lupa untuk mengisinya sebab sudah sangat panik,hingga disinilah Ia berada dibawah pohon besar yang jauh dari keramaian hingga tidak bisa meminta tolong pada siapapun.
"shitt" umpat Harvey dengan kesal karena ponselnya pun kehabisan daya.Ia kini semakin kesal karena mengalami banyak masalah yang bertubi-tubi. "ujian apa lagi ini." lirihnya seraya bersandar pada pohon itu.Ia menghela nafasnya dengan pasrah seraya berfikir untuk mendapatkan solusi dari masalahnya sekarang.Namun,di tengah kefokusannya berfikir hujan deras tiba-tiba mengguyur tempat itu.
Ia semakin emosi dan sangat kesal hingga tak mampu lagi untuk berkata dan hanya memandang pada mobilnya yang dibasahi air hujan.Untunglah pohon tempat nya berteduh sangat besar hingga air hujan tidak mengenainya.
Sembari menunggu hujan reda tiba-tiba saja seorang gadis muda datang dan ikut berteduh.Ia memperhatikan dengan intens gadis itu sambil menautkan kedua alisnya karena merasa gadis itu tidak asing baginya. "kau Allen kan "ucapnya hingga membuat gadis muda itu berbalik menatapnya. "iya,artis remaja yang cantik." celetuk Allen dengan mengerlingkan sebelah matanya.
Harvey yang melihatnya bergidik geli.Ia tersenyum sinis memperhatikan Allen yang basah kuyub. "kau sangat menggoda jika terlihat basah seperti itu." seru Harvey yang sengaja menggoda Allen untuk mengerjainya.Allen yang mendengarnya tentu saja merasa panik hingga reflek berteriak minta tolong.
Tepat saat Allen berteriak tampak beberapa pria berumur singgah karena memang ingin berteduh.Allen yang melihat beberapa pria berumur tentu merasa senang dan berteriak lagi meminta tolong. "akhaakkk,tolong pak...dia mesum." teriaknya membuat para bapak-bapak itu menatap Allen.
Allen yang merupakan artis remaja yang top dan sedang naik daun tentu dikenal siapa saja termasuk para bapak-bapak itu. "wah itu kan Nona Allen,wih gelis pisan teh" ujar salah satu bapak itu.Allen yang sejak tadi berteriak membuat Harvey kesal dan segera menyumpal mulut Allen dengan tangannya.
Sementara bapak-bapak itu yang melihat perlakuan Harvey tersadar seketika. "eh anak muda,kamu kurang ajar sekali yah sama anak gadis mesum juga." ujar salah satu bapak itu hingga membuat Harvey melepaskan Allen yang sejak tadi memberontak.
"huh,kau harus tanggung jawab om" maki Allen pada Harvey. "Iya non,kami akan bantu dia tanggung jawab." sahut bapak itu.Harvey yang merasa terpojokkan hanya diam karena tidak tau harus berbuat apa. "kamu harus nikahi nona cantik ini." sahut salah satu bapak itu hingga membuat Harvey dan Allen sontak terkejut dengan mata yang membulat sempurna.
"kenapa harus nikah pak." tanya Allen sudah mulai merasa tidak enak. "karena dia mesum neng jadi harus tanggung jawab,kalau tidak nanti tersebar kalau neng sama anak muda ini mesum di bawa pohon." tutur salah satu bapak itu.
Allen yang sudah cemas benar-benar tidak bisa berfikir lagi karena otaknya saat ini buntu.Sedangkan,Harvey Ia sudah pasrah karena memang sejak Ia tiba di Surabaya sudah merasa tidak enak dan mungkin karena hal ini.Dengan desakan para bapak-bapak itu,mau tidak mau Harvey menikahi Allen dengan mahar seadanya yaitu ponsel dan mobilnya yang diguyur air hujan.Pernikahan yang tidak akan pernah dilupakan oleh keduanya karena dilakukan di bawah pohon besar dan ditengah derasnya hujan.
****
Dua jam berlalu setelah acara sakral mendadak itu,kini Harvey dan Allen sudah berada dalam mobil yang sedang melaju.Harvey tadi meminta tolong pada bapak-bapak itu untuk membelikannya bensin saat hujan reda hingga Ia bisa mengemudikan mobilnya lagi.
Bersambung....
"mobil mu sepertinya murah ya?" celetuk Allen yang sejak tadi hanya diam. "jika kau tidak mau turun ditengah jalan sebaiknya diam." ucap Harvey dengan suara beratnya.Perasaannya kini seperti diambang kematian,antara Ia ingin hidup dan mati karena masalah satunya belum selesai dan sekarang Ia punya masalah baru.
Setelah melihat pertamina,Harvey memhentikan mobilnya untuk mengisi bensin lagi karena bapak-bapak tadi hanya membeli diwarung saat Ia minta tolong.Tepat saat Ia akan membayar dompetnya tidak ada. "sial." gumamnya karena teringat bahwa dompetnya pun tertinggal di kantor.Dengan perasaan malu Ia meminta tolong pada Allen yang sejak tadi diam disampingnya.
"kau punya uang tidak,aku lupa membawa dompet." ucap Harvey.Allen pun segera mengambil uang dalam tas mini yang sejak tadi dipegangnya karena Ia sangat malas untuk berbicara lagi.
Sepanjang perjalanan keduanya sama-sama terdiam karena larut dalam pikiran masing-masing.Harvey yang berfikir tentang masalah barunya sedangkan Allen yang tengah merutuki kebodohannya karena tadi Ia sangat kesal saat dilokasi syuting hingga dirinya pergi diam-diam tanpa memberitahu pada manager nya bernama Valery.Ia berfikir andai saja dirinya tidak pergi mungkin Ia tidak akan berteduh dibawah pohon hingga bertemu laki-laki disampingnya yang sudah berstatus sebagai suaminya.
"antar aku ke hotel." ucap Allen yang sejak tadi terdiam. "tidak bisa,aku harus ke kantor polisi" jawab Harvey dengan suara beratnya.Ia akan ke kantor polisi karena tadi saat dalam perjalanan ke Surabaya,Harley menghubunginya bahwa orang kepercayaannya itu yang sudah menggelapkan dana kini berada di kantor polisi berkat bantuan dari Harley sendiri.
"Ya..om mau apa ke kantor polisi." tanya Allen menatap intens pada Harvey yang fokus pada kemudi nya.Harvey yang mendengar Allen kini menginjak pedal rem dengan tiba-tiba. "kau pikir aku om mu sampai memanggilku seperti itu,kau harus tau bahwa suami mu ini masih muda." terang Harvey panjang lebar lalu kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh hingga membuat Allen menjerit ketakutan.
****
Harvey yang sudah kembali dari kantor polisi kini sudah berada di kamar hotel bintang lima yang ada di Surabaya karena sesuai permintaan Allen Ia mengantar gadis kecil itu yang sudah berstatus istrinya.Harvey dan Allen segera duduk di sofa dan menghela nafasnya secara bersamaan.
"Nona Allen,anda dari mana saja?" pekik manager nya yang bernama Valery.
Valery kini bernafas lega saat melihat Nona nya baik-baik saja setelah lama menghilang saat selesai syuting sore tadi. "Nona,siapa dia." tanya Valery saat menyadari seorang pria tampan yang sejak tadi ikut bersama Nona nya. "suamiku." jawab Allen dengan enteng tanpa memperdulikan Valery yang terkejut setengah mati.
"Nona,kau jangan bercanda.jika publik tau popularitasmu akan turun." ucap Valery pada Allen yang hanya sibuk dengan ponselnya.Allen yang baru sadar kini menghentikan kegiatannya dan menatap serius pada manager nya. "kau benar,berarti aku harus menyembunyikan om ini dari publik." celetuk Allen hingga mendapatkan tarikan pada hidung mancungnya karena Harvey benar-benar kesal saat dirinya dipanggil om oleh Allen.
"huhuh...sakit." ringis Allen memegang hidungnya. "kalau begitu kita bercerai saja.lagipula kan tidak ada yang tau pernikahan kita.aku juga jijik dengan anak kecil sepertimu." sahut Harvey memandang kesal pada Allen yang duduk disampingnya.
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!