NovelToon NovelToon

Cinta Di Alam Mimpi

Bab. 1

Ini adalah hari pertama Citra menginjakkan kaki di rumah barunya. Sebelumnya dia dan orang tuanya tinggal berpindah-pindah. Namun, saat Citra merasa sudah nyaman dengan sekolah barunya, dia ingin menetap di kota ini, meskipun akan tinggal sendirian.

Dari salah seorang perantara, akhirnya ayah Citra membeli rumah ini. Rumah yang cukup bagus, dengan halaman luas, dan terdapat lahan yang masih kosong di bagian samping maupun belakang. Rumahnya pun cukup sejuk karena terdapat pohon beringin yang cukup besar dan rindang di pojok halaman depan.

Mereka pun segera berbenah dan membersihkan rumah agar layak untuk di huni. Meskipun bangunannya agak sedikit kuno, namun rumahnya terlihat kokoh dan mempunyai gaya arsitektur yang cukup bagus. meski terkesan seperti rumah jaman dulu.

Ketika beres-beres di dekat gudang, Citra menemukan sebuah foto anak laki-laki yang tengah tergeletak di lantai. Saat diperhatikan wajahnya sangat manis dan lucu. Ketika membalikkan foto itu, rupanya ada sebuah tulisan di bagian belakangnya.

Lucu juga fotonya, pasti anak ini anak pemilik rumah yang lama, batin Citra.

Namun, sebelum Citra membaca tulisan yang tertera pada belakang foto, terdengar teriakan dari bundanya memanggil.

"Citra, ayo kita makan dulu, Nak!" ujar bundanya saat makanan pesan antar mereka telah datang.

"Iya, Bun," jawab Citra.

Citra lalu bergegas memasukkan fotonya ke dalam kantong dan pergi ke toilet untuk mencuci tangan dan kakinya usai menaruh barang-barang yang tidak terpakai di gudang belakang.

"Bun, Citra kepengen punya adik laki-laki dong, Bun. Biar ada temennya kalau Ayah dan Bunda balik kerja ke luar kota lagi," rengek Citra yang seketika membuat bundanya tersedak.

"Uhuuuk ... uhuk ...!"

"Pelan-pelan, Bun. Nih, minum dulu!" ujar ayah seraya menyodorkan segelas air putih ke hadapan bunda.

"Bunda nggak apa-apa kan, Bun?" tanya Citra.

Bunda menggeleng pelan, "Ayo cepat habiskan makannya!"

Mereka kemudian makan dengan tenang tanpa membahasnya lagi. Entah mengapa orang tuanya tidak pernah membahasnya kembali tentang hal itu. Citra pun hanya bisa diam tanpa mempertanyakannya kembali.

Usai makan siang dan menjalankan salat, Citra mengobrol dengan orang tuanya di ruang tengah. Lama kelamaan dia pun merasa mengantuk karena sudah cukup letih sehabis beres-beres. Citra kemudian memutuskan untuk masuk ke kamarnya dan beristirahat.

Menjelang sore bunda membangunkan Citra agar salat dan mandi, sebab waktu sudah menunjukkan pukul 16.00. Citra pun perlahan duduk. Setelah nyawanya terkumpul Citra beranjak bangkit dan mengambil perlengkapan mandinya.

Saat berada di dalam kamar mandi dan hendak melepas bajunya, Citra teringat akan foto yang tadi ditemukannya di dekat gudang. Citra pun kembali ke luar dan menaruhnya di bawah bantal. Barulah dia kembali masuk ke kamar mandi.

......................

Hari ini malam pertama Citra tidur sendiri setelah seminggu ditemani bunda dan ayah di rumah barunya. Kini ayah dan bunda telah kembali bekerja di luar kota. Pada dasarnya Citra selalu berani tinggal di rumah sendiri. Ditinggal orangtuanya pergi memenuhi undangan jamuan sudah makanan sehari-hari. Dia habiskan waktu di rumah dengan membaca novel kesukaannya di kamar atau tiduran sambil menonton drakor di laptopnya sampai terlelap sendiri.

Kali ini pun sama, dia mulai menghidupkan laptop dan memilih judul drakor yang sudah didownload sebelumnya. Sayup-sayup terdengar rintik hujan membasahi genteng. Suhu di dalam kamar terasa dingin menembus lapisan kulit. Diambilnya jaket dari dalam almari. Belum lima menit duduk perutnya mulai keroncongan tanda ingin diisi. Rupanya si perut pengen yang hangat-hangat merasai udara sekitar yang dingin karena hujan.

Citra memutuskan keluar kamar menuju dapur untuk membuat mie instan. Dia letakkan handphone di atas meja dapur, kemudian mengambil panci untuk merebus air. Tak lama ia masukkan mie kedalam panci. Sambil menunggu mie matang ia menyeduh kopi. Mie matang tinggal dibubuhi bumbu dan jadilah mie kuah lezat seperti iklan di televisi. Harumnya sungguh menggoda untuk segera disantap. Dicarinya handphone yang tadi di taruhnya di atas meja. Namun tidak ketemu juga, padahal Citra sudah mengitari seluruh dapur.

"Apa jangan-jangan di kamar ya?" gumanya sendiri

Citra menggaruk kepalanya yang mulai pusing. Dibawanya mangkuk mie dan cangkir kopi menuju kamarnya. Dilihatnya handphone yang dicari sudah berada di atas tempat tidur.

Citra seketika membelalakkan mata. Sungguh dia merasa heran. Mana mungkin handphone itu bisa berpindah dengan sendirinya.

Masa sih aku salah mengingat! batinnya.

Tak ambil pusing, Citra mulai menghidupkan laptop kembali untuk menonton drakor. Disantapnya mie kuah hangat yang berada di hadapannya. Mie kuah yang sangat nikmat untuk disantap, cocok dengan suasana hujan di malam yang dingin.

Sluurpp...slurrrrp...slurrrrppp!

Tak terasa habislah mie dalam mangkuk tinggal kuahnya. Masih kurang puas, Citra menyeruput kuahnya sampai habis dari sisi mangkuknya. Akhirnya tandas sudah tak bersisa.

Kini tiba saatnya untuk meminum kopi hangat buatannya. Namun, betapa terkejutnya lagi-lagi dia tidak menemukan cangkir kopi yang tadi dibuatnya. Diedarkan seluruh pandangan mengitari setiap sudut kamar, tapi tidak ditemukan cangkir kopinya.

Citra terdiam memikirkan hal itu. Dia pun mulai kesal, seperti merasa ada yang tengah mempermainkannya. Namun, dia juga merasa aneh tentang hal itu. Bagaimana mungkin bisa terjadi padanya. Sebab sebelumnya hal ini tidak pernah terjadi. Citra mulai takut mengingat bahwa saat ini dia hanya sendirian di rumahnya.

"Siapa sih dari tadi iseng banget!" gumamnya lirih seraya celingukan.

Namun hanya keheningan yang ada. Citra pun akhirnya memutuskan untuk tidur. Saat merapikan bantalnya dia menemukan foto yang dulu ditemukannya di dekat gudang. Citra ingat bahwa dibagian belakang ada tulisannya. Citra segera membaliknya dan membaca tulisan itu.

"Andra Melviano, 10 Maret 2004"

Citra kemudian menaruhnya kembali di bawah bantalnya dan perlahan-lahan dia terlelap dalam tidurnya.

......................

Citra seolah berjalan ke luar dari kamar dan memutuskan untuk kembali ke dapur. Ditaruhnya mangkuk mie yang tadi ke dalam wastafel.

Lagi-lagi dia dibuat heran. Secangkir kopi yang sejak tadi dicarinya bertengger di atas meja dapur. Citra mengambilnya dan melihatnya masih utuh, dia langsung meneguk kopi hangatnya hingga habis tak bersisa.

Tepat saat itu lampu tiba-tiba padam, seluruh ruangan gelap gulita. Da terkejut dan menjerit sekencang-kencangnya. Bulu kuduknya mulai berdiri. Sejurus dia berlari sekencang mungkin menuju pintu utama ruang tamu. Dibukanya kunci pintu dengan tergesa.

Saat membuka pintu betapa terkejutnya dia mendapati sesosok hitam tinggi berada di depan pintu.

"Aaaarrghhh."

Citra pun pingsan karena ketakutan.

......................

Setengah jam berlalu, Citra merasakan kepalanya pusing berkunang-kunang. Dia mulai mengerjapkan matanya menyisir seluruh ruangan. Rupanya dia tertidur di sofa ruang tamu rumahnya. Citra bangun, kemudian duduk membetulkan bajunya yang sedikit berantakan dan basah.

"Kok baju aku basah sih?"

"Ekhm ...."

Terdengar suara orang berdehem dari arah samping. Kemudian ditolehnya ke arah samping kanannya.

"Huwaaaaaa ...!"

Citra terlonjak kaget berjinggat ke arah kirinya.

"Eh, jangan takut! ini gue manusia," ujar seorang pemuda.

Pemuda itu duduk tenang dengan gayanya yang keren, kedua tangannya dimasukkan ke dalam jaket hoodie berwarna hitam yang dia kenakan. Mukanya manis dan tampan, Citra rasa tidak mungkin kalau setan.

"Kamu siapa?" tantanya.

Sebenarnya Citra sedikit lega, sebab kini dia tidak sendirian di rumahnya.

"Gue Andra. Gue tadi lagi joging, karena turun hujan gue akhirnya berteduh di depan rumah lo. Soalnya pintu gerbang lo terbuka jadi gue langsung masuk," tutur Andra.

"Ohh gitu ...! Oh ya, gue Citra. Lo bisa berteduh di sini sampai hujan reda," ujar Citra.

Akhirnya mereka berdua menunggu hujan reda bersama dalam diam dengan pikirannya masing-masing.

...________Ney-nna________...

Bab.2

Keesokan paginya ketika Citra terbangun dari tidurnya, dia sudah berada di kamarnya. Citra lantas beranjak duduk dan ke luar kamar dengan setengah berlari menuju ruang tamu, namun tidak ada siapa pun di sana selain dirinya sendiri.

Pemuda yang semalam, sudah tidak ada. Pintu rumahnya pun masih tertutup rapat meski tidak terkunci. Namun, setelah mengingat-ingat kembali Citra baru ingat jika semalam dia memang belum mengunci pintunya sedari sore.

Citra mencoba mengecek semua barang-barang di rumahnya. Dan semuanya terlihat sama. Tidak ada yang berubah sedikit pun. Citra merasa ragu apakah yang terjadi semalam hanya mimpinya saja.

Namun, setelah dia mengecek cangkir kopinya semalam yang diyakininya sudah diminum olehnya, ternyata benar-benar kosong dan telah tergeletak di dalam wastafel.

Citra semakin pusing dibuatnya. Ditolehnya jam di dinding menunjukkan pukul 05.00. Citra seketika terlonjak saking kagetnya. Dia belum salat subuh bahkan harus berangkat sekolah pagi-pagi sekali karena ada ulangan di jam pertama, dia tidak boleh terlambat kali ini.

Citra buru-buru masuk ke dalam kamarnya dan bergegas mengambil air wudhu. Seusai salat Citra bergegas mandi, lalu bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Dia menyisir rambutnya dengan terburu-buru hingga kepalanya terasa ditarik-tarik hingga kulit kepalanya terasa sakit. Lalu Citra mengikat dengan asal rambutnya ke atas hingga berbentuk cepolan yang sedikit berantakan.

Citra segera menyabet tas dan kunci motornya lantas ke luar dari rumahnya. Setelah mengunci pintu dan mengenakan helm dia segera menaiki sepeda motornya dan bergegas menyalakan mesin motornya dan melaju ke jalanan dengan kencang.

......................

Sesampainya di kelas dilihatnya, Amel sudah duduk manis ditempatnya. Amel merupakan teman sebangkunya. Meskipun baru seminggu mengenalnya Citra merasa cocok dengan Amel. Selain anak yang manis Amel juga lucu dan sangat ramah.

"Pagi, Mel," sapa Citra.

"Pagi ...," untung aja udah sampai kamu Cit, aku pikir nggak masuk kamu," jawab Amel.

Citra segera mendudukkan diri ditempat duduknya. Diliriknya jam dinding menunjukkan pukul enam lima puluh lima menit. Artinya masih ada waktu lima menit sebelum bel masuk.

"Mel, laper nih belum sarapan," ujar Citra seraya memegangi perutnya yang keroncongan.

"Tumben lo gak sarapan dulu, Cit? nih tadi mama bekalin gue roti, buruan makan gih keburu bel."

Tanpa basa-basi Citra langsung menyerobot roti di tangan Amel dan langsung mencomotnya dengan lahap.

"Bunda sama ayah udah berangkat ke Jogja, Mel. Gue bangun kesiangan, nggak sempet buat sarapan," ujar Citra dengan mulut penuhnya yang tidak henti-hentinya mengunyah.

"Hebat! Lo berani Cit, di rumah sendirian?" tanya Amel.

"Beranilah, Mel. Udah sejak dulu juga aku sering di rumah sendirian," ujar Citra. "Tapi, semalem di rumah aneh banget, Mel!"

Bulu kuduk Citra sampai merinding mengingat kejadian semalam. Kejadian aneh seperti tadi malam baru pertama kalinya dialami olehnya.

"Emang ada apa, Cit?" Amel menjadi penasaran.

Teeet...teeet...teeet!

Tepat di saat itu bel masuk berbunyi.

"Yahh ... keburu bel deh. Nanti pas istirahat dilanjut lagi deh, Cit!"

Citra mengacungkan jempolnya tanda setuju, kemudian meminum air mineral milik Amel sampai habis.

"Astaga, kaya yang nggak makan seminggu aja sih, Cit, semua-mua langsung dihabisin!"

Melihatnya Amel sampai geleng-geleng kepala. Namun, yang disindir hanya nyengir kuda saja.

Akhirnya dua jam pelajaran telah usai. Jam istirahat telah tiba, semua siswa berhamburan ke luar kelas untuk keperluannya masing-masing. Citra dan Amel memutuskan untuk membeli makan di kantin. Sembari menunggu makanan datang, Citra menceritakan kejadian semalam yang dialaminya kepada Amel dari awal sampai akhir, tidak terkecuali tentang kedatangan pemuda yang semalam mendatanginya.

"Iih serem amat sih Cit rumah baru, lo. Jangan-jangan cowok itu juga hantu jadi-jadian, Cit!" ujar Amel.

"Masa sih ada hantu sekeren itu sih, Mel. Kakinya napak kok!" keukeh Citra.

"Eh jangan salah ya Cit, Edward di film Twilight ganteng bingit!" ujar Amel asal.

"Itu kan dikehidupan nyata manusia juga Amel, filmnya cuman fiksi." Citra menoyor jidat Amel yang bikin gemas bin kesal.

"Iya yah? hehehe ...!" ujar Amel. "Mendingan kamu bilang sama ortu minta dicarikan pembantu deh, Cit. Aku nggak bisa bayangin kalau aku yang tinggal sendirian! Ih, sereeemm!" Amel bertingkah seolah sedang ketakutan seraya memeluk tubuhnya sendiri.

"Bener juga ya, Mel. Coba deh nanti aku bilang ke bunda. Yuk ah balik ke kelas!" ujar Citra kemudian bergegas bangkit.

Saat dia usai membayar makanannya sekilas dia melihat seperti anak laki-laki yang tadi malam datang ke rumahnya. Namun, Citra kehilangan jejaknya saat banyak siswa yang berlalu lalang. Citra berdiri sambil celingukan ke segala arah mencari keberadaan anak laki-laki itu, tapi tidak juga terlihat lagi olehnya.

"Mel, gue tadi kaya lihat cowok yang semalem datang ke rumah gue, deh!"

"Mana ..., mana...?" tanya Amel seraya ikut celingukan mencari.

Saking banyaknya siswa yang berhamburan meninggalkan kantin untuk kembali ke kelas. Akhirnya pemuda yang dicari tidak diketemukan, menghilang tanpa jejak. Meski sangat penasaran akhirnya Citra memutuskan kembali ke kelasnya bersama Amel.

......................

Sepulang sekolah Citra segera mengganti baju, salat kemudian tidur siang. Badannya cukup letih dan ingin beristirahat. Ketika dia bangun jam sudah menunjukkan pukul 15.00.

Citra bergegas mandi, kemudian melaksanakan salat Ashar. Dia merasakan perutnya sudah sangat lapar dan ingin diisi.

"Duh, laper banget, sih! Sore ini gak boleh makan mie lagi. Kata bunda ususnya bisa melintir kalau kebanyakan makan mie instan!" gumam Citra sendiri sembari mengusap perutnya yang terasa lapar.

Bunda sangat tegas dengan jadwal makan mie Citra. Seminggu hanya diijinkan satu kali dihari jum'at. Itu salah satu peraturan tidak tertulis yang dibuat bunda dan harus ditepati.

Akhirnya Citra memutuskan untuk keluar rumah mencari penjual bakso keliling yang sering lewat di depan rumah, beruntungnya Citra melihat ada tukang bakso di ujung gang depan yang sedang mangkal.

"Abang tukang bakso...sini!" teriak Citra memanggil si abang penjual bakso.

"Iya, Neng. Berangkat ...!" jawab si abang.

"Baksonya satu bungkus ya, Bang, komplit!"

ucap Citra setelah si abang mulai mendekat.

"Siap, Neng. Pasti di bikinin! Eneng baru ya tinggal di kompleks ini?" tanya si penjual bakso

"Iya, Bang. Baru semingguan di sini."

"Pantes Abang baru lihat. Neng hati-hati yah, jangan tinggal sendirian kalau di rumah!" ujar si penjual bakso menasehati.

"Memangnya kenapa, Bang?" Citra menyelidik.

"Gak apa-apa kok, Neng. Cuma sering gonta-ganti aja yang nempatin, kayak yang pada nggak betah aja," ungkap si penjual bakso nampak berhati-hati dengan bicaranya.

"Ihh si Abang gaje gitu, bikin penasaran aja!" ujar Citra mulai terpengaruh dengan perkataan penjual bakso.

Setelah membeli bakso Citra segera masuk ke dalam rumah dan menyantapnya. Dalam lima menit bakso dan kuahnya tandas tak bersisa.

"Pantas saja banyak yang pada ngantri di ujung gang, rupanya bakso bikinan si Abang rasanya emang endes, bikin keringetan gegara nggak sabaran pengen dimakan panas-panas!" gumam Citra sembari mengibas-kibaskan tangannya ke samping lehernya.

Seusai salat maghrib Citra mengerjakan tugas di kamarnya. Di putarnya lagu-lagu yang lagi hits dikalangan anak muda untuk menghilangkan ke sunyian malam itu.

Tikk!

Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh. Kedengarannya di bagian atap rumahnya. Citra nampak sedikit terkejut, namun tak dihiraukannya suara tersebut.

"Palingan cuma tikus!" gumamnya untuk membuatnya lebih tenang.

Dia kembali fokus menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Setelah usai dia menutup buku dan memasukkannya ke dalam tas. Jam menunjukkan pukul 20.00. Kemudian, dia mengambil wudhu untuk melaksanakan salat.

Setelah itu Citra keluar dari kamar hendak mengunci pintu depan agar tidak terjadi lagi hal serupa dengan yang kemarin.

Comprangg!

Tiba-tiba terdengar lagi suara benda jatuh namun agak keras. Yang awalnya niat mau mengunci pintu, dia malah kembali masuk ke dalam kamar dan bersembunyi di balik selimutnya, hingga lama kelamaan Citra tertidur.

......................

Tiba-tiba Citra seolah berlari sekencang-kencangnya menuju ke luar rumah.

"Aaaaarrggghh!!" teriaknya.

"Bruuukkk!" Sampai di jalan Citra seperti menabrak sesuatu.

..._________Ney-nna________...

Bab.3

Gerimis hujan menjadikan sepanjang jalan perumahan menjadi sunyi. Kebanyakan orang-orang akan memilih bersembunyi di balik selimut tebalnya. Di bawah lampu temaram ada sepasang anak muda yang sedang meringis kesakitan akibat luka di sebagian tubuhnya.

Citra tak bisa duduk dengan tenang ketika Andra mengoleskan obat merah di kedua telapak tangan, lutut dan jari kakinya yang terluka. Sedangkan Andra sesekali memijat bahunya yang terasa nyeri.

Flashback on...

"Aaaaarrggghh!" Citra berlari keluar rumahnya dengan sekencang-kencangnya.

"Bruuukkkk!" tiba-tiba Citra terjatuh karena menabrak sesuatu.

Citra tersandung ranting pohon yang tumbang akibat sejak sore tadi hujan lebat dan angin kencang. Tubuhnya serasa melayang, kemudian tanpa sengaja menubruk badan Andra yang kebetulan sedang joging melewati depan rumah Citra.

Citra mendarat di atas aspal jalanan. Telapak tangannya lecet, lutut dan jempol kakinya berdarah. Sedangkan Andra terlempar ke samping, bahu dan lengan tangannya mengenai tong sampah. Andra kemudian beranjak bangun dan hendak menolong gadis itu.

"Eh, kamu lagi ya?" ucapnya seraya membantu Citra bangkit.

Citra mendongak ke atas melihat ke arah wajah pemuda yang ditabraknya.

"Andra!" pekiknya terkejut. "Maaf, aku benar-benar nggak sengaja!" ucap Citra seraya bangkit berdiri.

"Kita berteduh ke sana dulu, di sini gerimis."

Andra mengajak Citra berteduh di rumahnya. Mereka kemudian berjalan ke teras rumah Citra karena di luar hujan belum juga reda.

Flashback off.

"Sudah, begitu saja tidak perlu menangis." ejek Andra selesai mengoleskan obat merah di tangan dan kaki Citra yang terluka. Dia melihat ada setitik air mata di ujung kelopak mata Citra yang mengembun.

"Gue nggak nangis!" ujar Citra ketus seraya menahan perih.

"Ini buktinya!" ujar Andra seraya mengusap air mata Citra dengan ibu jarinya.

"Ehh...!" pekik Citra kaget, reflek dia memegang tangan Andra yang terulur ke mukanya. Sejenak pandangan mereka pun bertemu.

Citra langsung melepas tangannya dan Andra kembali duduk. Tak berapa lama mereka terdiam dalam pikirannya masing-masing.

"Kamu tinggal di rumah ini sendirian ya? sepertinya nggak ada yang keluar nyariin kamu dari tadi."

Andra memecah keheningan. Pandangan matanya mengitari ke sekitar rumah yang nampak sepi.

"Iya, ortu aku lagi ke luar kota," jawab Citra.

"Kamu tadi mau apa? lari ke jalan kayak yang dikejar-kejar aja!" tutur Andra mengingat kejadian tadi.

"Gue takut di rumah sendirian. Kayaknya ada yang aneh di rumah ini," jawab Citra sambil matanya celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri seolah sedang memastikan sesuatu.

"Kamu baru ya tinggal di sini?" ujar Andra menyelidik.

"Iya. Awalnya seminggu di sini masih ditemenin sama ortuku. Baru dua hari ini gue sendirian di rumah," ungkap Citra.

"Kamu harusnya cari pembantu buat nemenin kamu di rumah Cit. Apalagi kamu anak perempuan dan masih kecil," ujar Andra.

"Enak aja kamu ngatain gue anak kecil. Gue udah SMA tauk ...! di tempat tinggal yang lama aku juga berani tinggal sendirian gak ada masalah kok," elak Citra.

Tiba-tiba lampu padam. "Ah, ini kenapa? kok bisa mati lampu sih?" seru Citra.

Reflek Citra langsung mendekat ke samping Andra sambil memegang lengan tangan Andra erat.

"Sepertinya mati lampu, itu rumah depan juga mati lampu kok. Kamu tenang dulu, jangan takut." Andra mencoba menenangkan.

Andra mengambil gantungan kunci model senter kecil di sakunya. "Nih, untung aku selalu bawa ini."

Comprang!

Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh lagi dari dalam rumah.

"Aaahh...! Ini gimana, Ndra? aku takuuuut!" Citra semakin menempel dan mengeratkan cengkraman di lengan Andra.

"Kamu tenang dulu, Cit. Palingan juga tikus yang ngejatuhin sesuatu."

Andra mencoba menenangkan Citra dengan melepas cengkraman tangan Citra di tangannya. Kemudian menggenggam jari-jemari Citra. Dalam hati sebenarnya ia juga sedikit takut.

"Maaf ya, Ndra? Aku jadi ngrepotin kamu?"

tutur Citra lirih. Dia gak tau harus bagaimana jika tidak ada Andra yang menemaninya.

"Gak apa-apa, aku di sini temenin kamu, Cit. Tapi sebaiknya besok kamu segera cari pembantu," ujar Andra.

Andra merasa iba dengan nasib Citra, masih beruntung dirinya yang masih ditemani pembantu dan satpam di rumahnya. Sedangkan Citra hanya seorang diri terlebih dia anak perempuan. Bagaimanapun jika ada laki-laki yang datang dengan niat tidak baik kepadanya. Muncul rasa ingin menolong dan melindunginya.

Sesekali mereka melanjutkan mengobrol masih dengan saling berpegangan tangan. Mereka menghabiskan malam dengan duduk di kursi panjang teras depan rumah Citra, hingga Citra tertidur.

......................

Keesokannya Citra terbangun di atas tempat tidurnya. Citra merasa aneh kapan dia pindah ke kamarnya, sebab seingatnya kemarin dia berada di teras bersama Andra.

Citra bangkit dari tidurnya kemudian melaksanakan salat subuh. Setelah itu dia mandi karena dia harus berangkat ke sekolah.

Beberapa saat kemudian Citra sudah siap dengan seragam putih abu-abu, dandanan kuncir kuda, ransel di punggungnya, dan jaket yang tersampir di lengan tangannya.

"Cantik...!" pujinya pada diri sendiri saat melihat dirinya di depan cermin.

Tiba-tiba handphonenya di atas nakas bergetar menandakan ada panggilan masuk. Diintipnya pada layar handphone bertuliskan bunda. Citra bergegas mengangkat telepon itu.

"Halo, assalamu'alaikum, Bun!" ucapnya sembari duduk di kursi yang berada di kamarnya.

"Wa'alaikumussalam, Sayang. Kamu sudah sarapan?" tanya bunda dari seberang telepon.

"Belum, Bun. Nanti beli di jalan aja. Citra nggak sempet masak, udah kesiangan. Bunda kapan pulang?" Ditengoknya jam di dinding menunjukkan pukul 06.30.

"Makanya kalau habis subuh jangan balik tidur dong anak gadis musti rajin. Bunda, minggu ini belum bisa pulang, Sayang. Kemungkinan minggu depan baru pulang. Kamu jaga diri baik-baik ya, Cit. Jangan macem-macem selama tinggal sendiri. Inget pesan Bunda!" tutur bunda panjang lebar. Selalu saja bilang seperti itu, sampai Citra hapal karena terus diucapkan berulang-ulang, sehingga membuatnya sedikit kesal. Dia merasa seperti anak telantar.

"Iya...! Bunda tolong carikan pembantu dong Bun, Citra merasa kurang nyaman sendirian di rumah ini!" ujar Citra mengatakan yang saat ini sedang dibutuhkannya, dari pada mendebat Bunda yang tidak bisa pulang.

"Memangnya kenapa, Cit? Biasanya kamu juga sendirian nggak apa-apa di tempat tinggal yang lama?" tanya bunda.

"Tapi di sini beda, Bunda. Citra merasa ada sosok yang lain di rumah ini yang menggangu Citra!" ujar Citra sambil berjalan ke luar rumah kemudian mengunci pintu.

"Sosok yang lain apa? kamu ada-ada saja deh, Nak. Kemaren waktu Bunda di sana nggak ada yang aneh, perasaan adem ayem saja. Kamu pasti kebanyakan nonton film horor, Sayang!" Terdengar suara bunda yang tertawa di seberang telepon.

"Bunda Citra serius, kalau nggak di datangkan pembantu buat nemenin Citra, nanti Citra nginep di rumah temen Citra aja! ya udah Citra berangkat ke sekolah dulu, Bun. Assalamu'alaikum!" Citra bergegas menaiki motornya.

"Iya deh nanti Bunda carikan pembantu. Wa'alaikumussalam, hati-hati ya, Sayang!"

Citra kemudian menutup teleponnya.

Handphone iya masukkan ke dalam tas, memakai jaket, memakai helm, kemudian menyalakan motornya. Citra melaju dengan kecepatan sedang.

Sejenak Citra berhenti di lampu merah. Saat mengedarkan pandangannya ke samping, betapa terkejutnya dia saat menangkap sesosok laki-laki yang di kenalnya, berada di dalam mobil yang tak jauh dari tempatnya kini.

"Andra!" pekiknya.

Tin...tin...tin..!

Suara sirine dari arah belakang mengalihkan pandangannya pada traffic light. Ternyata lampu sudah berganti dengan warna hijau. Mobil yang di duga di kendarai oleh Andra melesat lebih dulu dengan kecepatan tinggi. Citra yang hanya mengendarai motor matic tidak akan mampu mengejarnya.

..._________Ney-nna_________...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!