"Turut berdukacita yah, semoga ibumu diterima oleh-Nya. Sabar yah..." Kata seorang ibu yang merupakan teman dekat ibuku Gatari.
Air mataku berlinang tak ada hentinya, orang yang paling aku sayangi meninggalkanku secara tiba-tiba. Aku ngga terima, aku ingin mengulang waktu bersama ibu dengan kehidupan yang bahagia. Yang paling aku benci adalah ayahku, padahal hari ini adalah hari terakhir acara pemakaman nya ibu tapi dia tak kunjung pulang setelah meninggalkan kami berdua selama 15 tahun lamanya.
Tapi aku salut dengan kesetiaan nya ibu, meskipun udah di tinggalkan oleh ayah selama 15 tahun tapi ibu masih tetap mencintainya, ibu tidak berniat mencari lelaki lain untuk menggantikan posisi ayah di hatinya. Ibu bilang kalau ayah ngga pernah pulang selama ini karena sibuk bekerja, aku tidak tau pekerjaan apa sebenarnya yang ayahku tekuni sampai sampai ngga pernah menengok keluarganya selama 15 tahun.
Benci! Benci! Benci! aku sangat benci dengannya, kenapa aku harus dilahirkan menjadi anakmu? Aku terus mengutuknya dan ingin memasukkan nya ke neraka. Tapi aku tidak mengerti kenapa ibu sangat mencintai nya, bahkan selama ibu terbaring di rumah sakit selama berbulan-bulan tapi tak pernah sekalipun keliatan batang idungnya.
Kembali ke cerita...
3 hari sudah berlalu setelah ibuku di makamkan, sekarang aku tinggal sendirian di rumah yang besar ini. Nenek dan ibuku sudah duluan meninggalkanku, silih berganti keluarga keluarga tetangga yang datang menjenguk ku dan menyuruhku agar tinggal di rumah mereka dan mulai mengangkat aku sebagai anak mereka, tapi aku tidak mau.
Aku tau maksud mereka baik tapi aku tidak mau merepotkan mereka yang bahkan bukan siapa siapaku melainkan ayahku sendiri tidak perduli padaku sama sekali. Aku berfikir mungkin ini adalah takdir yang sudah di tentukan dan aku sudah di haruskan untuk hidup mandiri.
Di keesokan harinya, pagi lagi sekali 5 buah mobil Avanpa hitam berderet masuk ke halaman rumah. Kemudian mereka semua keluar dari dalam mobil dengan menggunakan setelan jas semua hitam, ada salah seorang yang paling mencolok dan berjalan paling depan.
Lelaki paruh baya memakai kacamata dengan banyak pengawal di belakangnya memayunginya. Bel rumah pun berbunyi, aku ketakutan dan tidak ingin membukakan pintu ke mereka. Aku menebak kalau mereka adalah gangster, padahal aku tidak punya hutang maupun perjanjian dengan seorang gangster yang menakutkan. Apakah itu ibu? Tidak, itu tidak mungkin! Ibu tidak pernah meminjam uang ke rentenir atau berhutang kepada seorang anggota gangster.
Yang paling mengejutkan adalah, orang orang yang berjas itu bisa masuk ke rumah. Dan seseorang berkata dengan memegang kunci rumah
"Ternyata kuncinya tidak pernah berubah, kau masih menunggu ku ternyata Gatari. Aku mencintaimu, maafkan aku karena tidak pernah datang menjengukmu karena aku sangat sibuk. Dan sekarang aku akan menepati janjiku dengan membawa putri kita untuk tinggal bersamaku, semoga kau tenang di alam sana" orang itu menangis sambil memeluk Poto ibu yang ada di ruang tamu, dia mengambil dupa dan berdoa di depan potonya ibu.
Aku terkejut setelah mendengar kata kata pria itu
"A-anak kita?! Siapa kamu? kenapa kau bisa masuk ke sini? A-a-aku punya hutang dengan kalian! aaa-aku tidak takut dengan kalian!" bentakku sambil terbata-bata karena ketakutan, kakiku lemas gemetar dan tak mampu untuk berjalan.
"Padahal kamu gemetaran seperti itu, Gloryku sayang... ayah paham kenapa kamu terlihat ketakutan saat melihat ayahmu yang selama 15 tahun ini tak pernah kamu lihat. ayah melakukan itu semua karena ayah punya alasan, pekerjaan ayah sangat berat. Maafkan ayah ya sayang" orang itu mendekat ke arahku sambil mengelus kepalaku, aku akhirnya tau dia adalah ayahku yang selama ini ibu rindukan. Aku menepis tangannya dan berteriak
"Maaf?!! Apaan anjir?! Kau! Kau tau? Ibuku menderita gara gara kamu! Dia sangat merindukanmu, tapi apa? Kau tidak pernah menunjukkan wajahmu selama ibu sakit! Aku... hiks aku tidak akan pernah memaafkanmu! Ngga akan! Huaaaaa Kamu tidak pantas menjadi seorang suami dan seorang ayah! lebih baik kau hidup di neraka saja! Aku membencimu!" Kata kataku yang selama ini aku tahan akhirnya aku keluarkan di hadapannya, aku menangis sekencang-kencangnya.
Tapi dia tidak marah, dia memelukku dengan erat dia juga menangis dan tak henti- hentinya meminta maaf.
"Maafkan ayah sayang, ayah tau kau pasti sangat membenciku dan ayah memakluminya. Kau boleh menyumpahi ayahmu ini sepuasnya tapi itupun tidak akan bisa merubah apapun dan aku tetaplah ayahmu. Jadi ikutlah dengan ayah ke kota dan tinggallah bersama ayah di sana. Kita memulai lembaran baru dan maafkan ayah ya" Kata kata itu begitu manis terdengar, dan aku mulai terbuai rayuannya. Aku akhirnya memutuskan untuk ikut dengannya dan tinggal bersama dengannya ke kota.
Rumahnya sangat besar dan banyak penjaga yang ada, benar benar seperti keluarga gangster. Tapi aku belum tau pekerjaan ayahku sebenarnya apa, dan aku takut menanyakannya.
Aku di rumah baru di perlakukan seperti tuan putri, hidup bagaikan di istana. Aku kira kebahagiaan seperti surga ini akan bertahan lama, tapi semakin hari ayahku semakin jarang pulang ke rumah dia masih sama seperti dulu dia sama sekali tidak berubah. Walaupun banyak orang orang yang menghibur ku tapi aku merasa sangat kesepian, lagi lagi orang yang aku anggap keluarga terdekatku.
Berhari-hari terus seperti itu, ayahku jarang pulang kalaupun pulang dia hanya sekejap mata. Hariku yang membosankan pun kembali lagi, aku ingin bertemu dengan ibu. Di sekolahpun aku tidak punya teman, karena ibuku sakit sakitan. Ahhh bahkan sekarang aku dilarang keluar rumah, kemana pun selalu dijaga dan di awasi. Kenapa hidupku begini? ingin mempunyai seorang teman, aku ingin bahagia.
Di kemudian harinya....
BRAK! BAG! BUG! CRACK!
Suara bising terdengar sangat gaduh di luar, aku buru buru keluar kamar dengan menggunakan piama. Di pagi hari yang sangat buruk, pemandangan yang menjijikkan. Cipratan darah ada di mana mana, lelaki tinggi tampan dengan tatapan dingin memukuli semua penjaga yang ada di rumah. Dia meneriakkan nama ayahku
"Kai! Kai Sharon Hirahara! dimana kamu! keluar kau keparat! Jangan bersembunyi dengan selalu meninggalkan rumah sepanjang hari! Aku tau kau takut kan?" Lelaki itu menoleh ke arahku, aku tertegun diam. Tak bisa berkata-kata, aku mencoba mendekatinya dengan maksud mengajaknya bicara baik-baik dan bilang kalau ayah emang tidak ada di rumah, tapi seseorang yang telah di pukuli berteriak kepadaku
"Jangan mendekat Nona! Dia monster Pedin!"
aku tidak ngerti maksud kata katanya, aku tetap berjalan melewati jalan yang di penuhi dengan darah menuju ke arahnya. Dengan memantapkan hati aku berbicara padanya
"Maaf Tuan, ayahku memang tidak sedang ada di rumah. Datanglah lain kali dengan sikap yang lebih sopan" aku memberanikan diri untuk buka mulut
"Wah wah siapa ini? Gadis kecil? apa kau simpanannya si Tua Bangka itu? tidak ku sangka ternyata dia pedo. Kau tak ada hak untuk mengatur mengatur ku! seharusnya kau hanya berada di atas kasur dengan melebarkan kakimu padanya! atau kau mau coba denganku?" Kata katanya ngelantur tidak karuan, aku jadi geram dan marah. Aku mau menamparnya tapi Tiba-tiba pintu terbuka dan seseorang berteriak
"Hentikan! Tidak ada gunanya kau melakukan itu kepada anakku!" Ternyata yang datang adalah ayahku dengan menodongkan pistol ke kepala pria yang di depanku
"Ayah? Akhirnya ayah pulang!" Hatiku sangat bahagia saat bertemu ayah yang sangat aku benci, dia tersenyum dan menyuruhku untuk mundur. Akupun menuruti kata katanya, dan berlari kebelakang ke samping anak buah ayahku.
Dan saat itu pun
BAK BUK BAK BUK! suara pukulan ayahku mengenai wajah pria yang membuat onar itu. aku tidak tau kenapa pria itu tidak melawan ayahku padahal tadi dia terlihat sangat kuat tapi sekarang sangat berbanding kebalik dia terlihat lemah dan tidak berdaya di hadapan ayahku.
Aku yang melihatnya menjadi sangat kasihan dan berteriak menyuruh ayahku agar menghentikannya. Pasti sangat sakit, aku tidak tahan melihat orang di gebukin seperti itu. Dan siapa tau kalau ayahku mau berhenti dan menyuruh anak buahnya untuk membawa pria itu keluar dari rumah, aku sangat lega sekaligus ngeri.
Sekarang aku tau pekerjaan ayahku itu sebenarnya apa, tanpa di tanyakan lagi aku sekarang sudah tau. Pekerjaan ayahku adalah sebagai seorang anggota mafia.
Mafia adalah sebuah organisasi yang di dalamnya banyak ada kekerasan dan bisnis gelap. Mafia lebih besar daripada cuma sekelompok gangster jalanan. Di negara Lligo tempatku tinggal sekarang adalah negara besar yang melegalkan bisnis Kasino dan Bar (Club Malam) yang di jalankan oleh Mafia.
Karena menurut isu yang tersebar pemimpin negara ini merupakan salah satu anggota mafia yang menekuni dunia politik, dia menang dan mangkat sebagai pemimpin negara itu karena dia menggunakan kekerasan kepada pesaingnya yang lain. Bahkan bisa membuat saingannya mundur secara pribadi karena takut berhadapan dengannya. Sungguh keji, itu sangat tidak adil negara ini sudah gila.
Aku sangat membenci mafia walaupun aku sendiri adalah keluarga Mafia. Aku tidak bisa menerimanya, yang mereka gunakan hanya kekerasan otak mereka kosong hanya otot mereka yang besar.
Di Hari aku kembali sekolah menjadi siswa SMA kelas 11, aku merasa sangat terbebani karena saat berangkat sekolah aku di temani 3 orang pengawal berpenampilan sangar dan di antar menggunakan mobil hitam mewah khusus untukku katanya.
Sesampainya di sekolah, semuanya menatapku sampai masuk ke kelas pun mereka tak mau melepaskan pandangannya ke arahku karena para pengawal terus berjalan di belakangku. Aku pun kesal
"Heh kalian! Sampai kapan kalian akan mengikuti ku? Pulanglah aku sudah sampai di sekolah!" kataku
"Kami akan menjaga keselamatan nona sampai anda pulang nanti" kata salah satu pengawal yang bekerja sebagai sopirku
"Nanti setelah pulang sekolah aku akan telpon kalian agar menjemput ku" kataku kesal
"Tidak bisa nona, ini adalah perintah Tuan untuk selalu menjaga dan mengawasi nona agar nona selalu dalam keadaan aman, bukannya nona tidak punya teman?" mendengar kata itu aku menjadi semakin kesal dan menendang mereka satu persatu walaupun tendangan ku tidak membuat mereka bergerak. Dan setelah bel pelajaran berbunyi mereka masih tetap berada di depan kelasku berjejer seperti patung manekin, guruku sampai takut masuk ke kelas karena melihat mereka yang berpenampilan sangar membuat guru guru pada gemetar.
Dan itu membuat ku sangat tidak nyaman, setelah pulang aku buru buru mencari ayah. Aku bertanya kepada paman Gaiya yang merupakan butler di rumah itu dia paman yang sangat baik kepadaku berbeda dari yang lainnya
"Paman Gaiya, apakah ayah ada di rumah?" Tanyaku yang masih berpakaian sekolah dan menggendong tas.
"Ada Nona, tapi tuan tidak mau ada yang menganggu nya. Nona silakan ganti pakaian dulu, kemudian makan siang..."
"Ayah manaaa?? Aku mau ketemu sama ayah! Aku mau protes!" teriakku yang bertingkah seperti anak kecil, akhirnya Paman Gaiya mengijinkan ku masuk ke ruang kerjanya ayah. Aku melihat ayah di sana dan 3 orang lainnya, yang satunya lagi seorang perempuan yang berpakaian sangat seksi, keliatan sekali kalau itu baju sangat kekurangan kain.
"Glory sayang, kenapa kamu masuk ke ruangan ayah tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Kan ayah sudah melarang siapapun yang masuk ke ruang kerja ayah karena ayah masih sibuk bekerja." Kata ayahku, aku tidak peduli dan aku langsung mengeluhkan apa yang terjadi tadi pagi saat masuk sekolah. Dan akhirnya ayah memerintahkan pengawalku agar mengantar dan menjemput saja setelah pulang sekolah.
Aku bahagia karena ayah memberiku kebebasan saat sekolah, tapi sepertinya aku salah. Ketika aku sekolah sendiri teman teman yang menatapku semakin menjadi jadi dan mereka seperti mengejekku dengan tatapan sinis mereka. Mereka terlihat sangat tidak suka dengan kehadiran ku di sekolah itu, lebih tepatnya saat di kelas semua mata tertuju ke arahku. Bahkan saat guru menerangkan mereka juga sesekali melirikku dengan sunggingan bibir mereka yang menaik.
Disaat jam istirahat pertama seseorang menghampiriku dan menggebug bangkuku dengan keras. Aku terkejut dan mereka pun tertawa, aku tidak mengerti kenapa mereka melakukan itu padahal aku tidak melakukan hal yang merugikan mereka.
"Heh Glory Hirahara! Kau ternyata anak orang kaya yah? Aku tidak tau kalau ayahmu ternyata orang kaya, padahal yang aku tau dulu ibumu yang penyakitan itu kan? Ihhh katanya rambutnya rontok berat sampai sampai jatuh di mana mana dan itu membuatku jijik! Iuhhh!" Mereka pun tertawa setelah mengolok-olok ibuku yang bahkan sudah meninggal 2 bulan yang lalu.
"Kau! Apa yang kau katakan hah? Dan siapa yang memberitahumu, kau mengejek ibuku pasti karena ada yang memberitahumu kan? kau mengatakan itu sebagai bahan olok-olokan kau kira itu keren?" Kataku kesal
"Hahahaha dia ngga terima Weh karena ibunya dibilang penyakitan! Dia tidak mau menerima kenyataan hahahaha" mereka malah tertawa semakin keras
"Eh sttt! kalian tidak boleh begitu! ibunya kan sudah meninggal kalau kalian mengejek ibunya nanti ibunya tidak tenang di alam sana dan menghantui kalian!" Seseorang berkata demikian yang tidak aku ingat namanya
Aku berfikir itu pembelaan untukku tapi ternyata tidak, itu adalah bahan candaan baru bagi mereka. aku tidak tau darimana mereka tau kalau ibuku meninggal karena sakit? padahal ini adalah sekolah baruku, tidak ada yang aku kenal di sekolah ini, sekolah lama maupun baru tetap saja sama. Sama sama iblis, ingin aku robek mulut mereka semua.
Di jam istirahat kedua, seorang lelaki yang sebenarnya adalah senior di sekolahku mendekati ku di atap. Aku waspada dengan kedatangannya yang penuh teka teki, dia sebenarnya teman atau musuh?
"Pasti berat bagimu, aku turut berdukacita atas kepergian ibumu. Aku tau kau pasti waspada dengan kedatangan ku mendekati ku, tapi aku tidak ada maksud apa apa. Aku hanya tertarik denganmu" Mendengar kata katanya yang bilang tertarik padaku, aku jadi menurunkan kewaspadaan ku. aku bertanya balik kepadanya
"Kenapa kamu tertarik padaku? Kau kenal aku kah?"
"Aku tertarik dengan murid pindahan di hari pertama sekolah. Ternyata ada siswa baru yang sangat cantik dan dia adalah juniorku. Dan yang membuatku terkejut adalah kau membawa pengawal di hari pertama sekolah dan mereka terlihat sangar hahaha aku sangat merasa takut aku kira kau anak keluarga gangster tapi ternyata kau anak yang sangat lemah lembut ya" katanya
"Apa maksudmu?" Tanyaku. Aku punya firasat jelek tentangnya, tiba-tiba seorang senior mendekati ku dan bilang kalau dia tertarik? hmm mencurigakan. Aku harus berhati-hati dengannya, pasti ada maksud jahat di balik maksud baiknya.
Sesampainya di rumah.....
Aku sudah di sambut oleh ayahku dengan berpakaian rapi dengan sangat baik.
"Gloryku sayang, kamu baru pulang dari sekolah ya. Bagaimana sekolah mu hari ini?" Tanya ayahku dengan baik menuntun ku duduk di sofa ruang tamu.
"Ada apa yah? Kok tumben ayah menyambut ku begini?" Tanyaku
"Sayang nanti malam kau ikut ayah ketemu partner bisnis ya, mending sekarang kau siap siap dulu dandan yang cantik. Ayah sudah menyiapkan salon Dandan terbaik di kota." Jawab ayah
"Ta-tapi yah tugasku belum selesai"
"Tugas bisa di kerjakan sama paman Gaiya, kau tinggal ikut dengan ayah" Tegas ayahku, aku tak mengerti kenapa ayah begitu memaksa apakah itu terlalu penting? aku kan baru berumur 16 tahun, tapi kok udah di ajak bisnis aja.
Tapi aku ngga bisa menolak ajakan ayah, nanti aku kena hukuman di larang keluar rumah dan ke sekolah full sama pengawal.
Jam 18.30 petang, aku sudah selesai di dandanin dan ayah juga sudah selesai bersiap. Dan yang paling ngga nyaman adalah pakaianku sangat mini dan seksi, aku ngga tau aku harus berpakaian kayak gini kalau ketemu partner bisnis
Perjalanan pun di mulai, aku duduk di mobil yang sama dengan ayah, dan mobil pun melaju kencang. Sesampainya di tempat tujuan aku sangat terkejut karena tempat yang di maksud itu adalah di club malam yang masi belum buka karena bukanya itu biasanya jam 11 malam sampai jam 6 pagi.
Ayah menggandeng tanganku, masuk ke dalam tanpa ada pemeriksaan KTP atau apa gitu. Aku ngikut aja di belakang ayah di dampingi para pengawal, masih begitu sepi di dalam karena belum waktunya.
Berjalan dan terus berjalan melewati lorong lorong gelap dan sampailah di sebuah ruangan yang berada paling ujung bangunan. Ayahku masuk bersamaku tapi tidak dengan para pengawal yang berdiri di luar berjejer membentuk pagar kaki.
Di dalam sudah ada 3 orang yang sedang menunggu, satu seorang pria tua yang berjanggut panjang umurnya lebih tua daripada ayahku. Satunya, pria muda berbadan besar dengan otot otot yang kekar tapi wajahnya keliatan sangat menakutkan. Satunya lagi pria muda tampan yang bergaya elegan, mungkin umurnya sekitaran 20 tahun saat pertama bertemu dia tersenyum untukku. Jantungku ngga aman, pria tampan tiba-tiba tersenyum kayak gitu aku jadi ngga karuan.
"Kau telat Kai... apakah dia anakmu yang kau pernah sebutkan itu?" Tanya si pak tua memulai pembicaraan
"Maafkan ketidaksopanan saya Sanketa Bougenvillia, benar ini adalah anak saya Glory Hirahara. Mohon bimbingannya untuk kedepannya Tuan Sanketa Bougenvillia" Ayahku menunduk hormat ke pak tua yang disebut sebut sebagai Sanketa Bougenvillia aku tidak tau apa posisinya di dunia bisnisnya ayah, sepertinya dia adalah orang yang sangat di hormati. Aku juga ikut menunduk hormat sambil tersenyum
"Hohoho anakmu itu anak yang sangat sopan ya, udah manis cantik pintar juga seperti ayahnya hahahaha" Lanjut pak Sanketa
"Terimakasih atas pujiannya, saya merasa sangat terpuji" jawab ayah lembut
"Hahaha duduk duduk! Silakan mari kita bicarakan tentang bisnis yang akan kita jalankan" Ayah dan aku duduk di sofa tepat di depan pak Sanketa itu duduk.
Ayahku mengeluarkan dokumen dokumen yang sepertinya berhubungan dengan bisnis, aku hanya duduk diam di samping ayah sambil mendengarkan mereka berbicara dengan serius.
Dan sesaat kemudian seseorang berbisik di telingaku sambil memelukku dari belakang, ternyata dia adalah pria tampan yang bikin aku deg-deg tadi.
"Eh eh adik kecil kau lagi nganggur kan? mending main sama kakak, kakak bosan loh daritadi berdiri." Begitu katanya, seketika aku jadi merinding dan berontak tapi tenaganya kuat banget.
Mukanya makin mendekat dan siapa nyangka dia akan mencium ku, aku sangat terkejut, aku berontak. Walaupun ini adalah ciuman pertamaku, tapi aku merasa kalau ciuman kali ini sangat nikmat. Aku mau berhenti tapi ngga bisa, ayahku hanya diam saat melihat ku di cium sama orang asing yang tidak aku kenal. Dia seakan tidak perduli dengan apa yang mereka lakukan terhadapku.
Makin lama pria yang menciumiku itu meraba sana sini, kemudian mengangkat dan menggendong ku.
"Lepaskan! Turunkan aku, kau bajingan setan tai koceng! kampret kau! Ayaaahhhh!" aku berontak dan terus berteriak mencaci maki dan memanggil ayah. Tapi pria itu sangat kuat dan terus berjalan menuju pintu dan hendak membawaku ke suatu tempat.
Tapi tepat di saat pria itu membuka pintu...
"Hentikan Tuan muda Rosen!" Kata ayahku, seketika pria yang menggendongku tiba-tiba terdiam dan ekspresi wajah nya terlihat kesal.
" Sanketa Bougenvillia, semoga hari anda menyenangkan. Saya sangat senang bisa bekerja sama dengan anda, saya perwakilan keluarga Dellamorta pamit undur diri, selamat malam." Ayah membungkuk dan berjalan menjauhi Sanketa dan mendekati aku yang masih berada di pangkuan pria yang berasal dari keluarga Rosen kurang ajar ini
"Tindakan anda sudah keterlaluan tuan muda Rosen, saya membiarkan Anda mencium putri saya bukan berarti saya mengijinkan anda membawa putri saya ke kamar dan melakukan nya. Mohon pengertian dan kerjasama anda tuan muda, saya tidak mau maksud baik saya ke sini berakhir dengan adanya pertumpahan darah atas dasar yang tidak jelas. Kembalikan Putri saya" Kata kata ayahku yang begitu lembut namun artinya sangat menusuk, akhirnya tuan muda itu menurunkanku dan membiarkan aku pergi bersama dengan ayahku.
Selama perjalanan pulang ayah sama sekali tidak berbicara denganku, aku juga tidak mengerti kenapa ayah tidak mengehentikan pria itu saat mencium ku. Tapi sampai sekarang aku selalu memikirkan ciuman tadi, entah kenapa selalu terbayang-bayang apa itu karena ciuman pertamaku mungkin ya.
Tak lama kemudian mobil berhenti di depan restoran makanan barat gitu, ternyata sebelum pulang ayah mengajakku makan malam terlebih dahulu karena ya emang daritadi aku belum makan.
Dan saat makanan sedang di siapkan, aku bertanya hal yang paling ingin aku tanyakan kepada ayah
"Ayah, apa selama 15 tahun ini ayah tidak punya pacar baru atau istri kedua yang bisa menggantikan ibu? Kan ayah sama sekali tak pernah datang untuk menjenguk ibu ke desa." Tanyaku serius.
Tapi ayah tiba-tiba terkejut dan memiringkan kepalanya, dia seakan tidak menyangka kalau aku akan menanyakan hal yang seperti itu. Ayah terdiam, tersenyum dan kemudian menjawabnya.
"Itu... tidak seperti yang kamu pikirkan Glory"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!