Duchess Is Mine 💐
SELAMAT DATANG DI LAPAK BABY DAN & DUCHESS. JANGAN LUPA TAMBAHAN KE LIBRARY, LIKE, VOTE & KOMENTAR ❤️
**
Kediaman Widyatama pagi ini terasa hening dan sepi seperti biasa. Dua orang penghuni tampak tengah menikmati breakfast di meja makan dalam diam. Namun, keheningan itu tidak bertahan lama pasca suara langkah kaki yang terburu-buru menuruni undakan tangga terdengar. Disusul suara nyaring yang melontarkan kalimat dalam bahasa Inggris yang pasih.
“I’AM LATE!”
“My princess, jangan berlarian di anak tangga. Nanti kamu jatuh!” lerai sang ibu. Khawatir akan sang putri.
“I’am late, mom,” keluh si pemilik panggilan yang baru saja muncul di ruang makan. “C’mon, dad. Duchess harus segera sampai ke sekolah.”
“Hm,” sahut sang ayah yang baru saja menyeruput tetes terakhir kopi dalam cangkir.
“Dad, ayo!”
Seru gadis yang menggunakan seragam bernuansa monokrom tersebut. Rambut hitam bergelombang miliknya di ikat kuda, dijadikan dua bagian. Setiap ikatannya diberi hiasan pita dua warna—merah dan putih. Sang ayah hanya mengangguk menanggapi kalimat putrinya yang pagi ini terlihat cantik, imut dan aegyo alias menggemaskan seperti biasa.
“Setidaknya kamu harus breakfast terlebih dahulu sebelum berangkat sekolah.”
“Duchess buru-buru, mom. Breakfast-nya di mobil aja.”
“Kalau begitu bawa ini. Mommy sudah siapkan waffle sandwich.”
“Thank you, my mom. Nanti Duchess makan di mobil.”
Gadis cantik itu segera mengambil Tupperware dan botol berisi banana uyu yang ibunya sodorkan, kemudian mengecup pipi kanan wanita yang telah melahirkannya itu sebelum berlalu dengan langkah tergesa.
“Aku berangkat dulu, ya, Ta.”
“Iya. Hati-hati di jalan sayang,” balas wanita itu seraya mengambil tangan sang suami untuk dikecup. “Anterin anaknya sampai gerbang. Kalau udah telat, telepon aja tunangannya. Dia, kan, ketua pelaksana acara—“
“Dad, ayoo berangkat!” panggil putri mereka, memotong ucapan wanita bernama Dewita tersebut.
Ingin sekali Dewita menceramahi sang putri pagi ini. Semalam siapa yang ngotot ingin diajak jalan-jalan ke Pekan Raya Jakarta atau Jakarta Fair sampai pulang larut malam? Pekan Raya Jakarta atau Jakarta Fair sendiri ialah acara pameran tahunan terbesar di Asia Tenggara. Walaupun dinamai "pekan", pameran itu berlangsung selama satu bulan penuh dari bulan Juni sampai bulan Juli untuk memperingati hari jadi kota Jakarta
Buah dari keasikan main sampai larut malam membuat gadis cantik dengan visual dan body goals yang jadi idaman itu bangun kesiangan. Padahal hari ini adalah hari terakhir MOPDB atau masa orientasi peserta didik baru. Semenjak semalam tunangan sekaligus ketua pelaksana acara MOPDB yang tengah putrinya ikuti sudah mewanti-wanti.
“Udah, dad. Di sini aja.”
“Di sini?”
“Yes, daddy,” jawab sang putri penuh keyakinan. Membuat pria berkacamata yang berada di balik kursi kemudi itu menoleh bingung.
“Tapi gerbangnya—“
“Tinggal lima langkah lagi kok. Duchess bisa jalan kaki.”
“Kamu yakin?”
“100% yakin, dad.”
Gadis cantik itu dengan segera meraih tas punggung miliknya. Mengambil punggung tangan sang ayah untuk dikecup, terakhir menyempatkan diri untuk mengecup pipi kiri sang ayah.
“Duchess sekolah dulu. Bye, daddy. I love you,” ucapnya sembari membentuk tangannya menjadi love sign di atas kepala.
Setelah berpamitan pada sang ayah, gadis cantik itu buru-buru berlari ke arah gerbang yang menjulang tinggi di hadapannya. Bukan hanya ia yang terlambat datang di hari terakhir MOPDB, ada pula beberapa calon siswa dan siswi yang juga tengah berlari sekuat tenaga agar bisa mencapai gerbang yang hendak ditutup dari dalam. Jadi gerbang itu sudah tertutup, maka tamatlah riwayat mereka yang masih tertahan di luar.
“Kak, stop!”
Gadis bernama lengkap Duchess Aretha Darchille itu berlari-lari kecil guna mengejar waktu agar dapat menggapai gerbang yang hendak tertutup. Deru napasnya sudah tidak karuan karena berlari beberapa langkah. Ini adalah pengalaman pertamanya telat datang ke sekolah selama ia mengenyam pendidikan. Alhasil gadis cantik yang biasa dipanggil Duchess itu kalang-kabut sendiri.
“Kamu telat lima menit lima belas detik dari jadwal yang sudah ditetapkan.”
Hampir sana Duchess tidak bisa masuk karena terlambat, namun dengan gesit ia bisa menyelinap masuk saat gerbang hampir di tutup.
Alih-alih menemukan pak satpam yang biasa berjaga di pos jaga, pagi ini Duchess malah menemukan salah satu anggota 4HANDS alias Four Handsome yang berjaga di pintu gerbang. 4HANDS sendiri adalah nama untuk sekumpulan pentolan sekolah atau mostwanted yang paling popular di SMA Wijaya. Bukan hanya terkenal di seantero SMA Wijaya, pamor mereka juga terkenal sampai ke sekolah-sekolah lain. Mereka juga terkenal bukan modal tampang saja, melainkan didukung oleh segudang prestasi di bidang akademik maupun non akademik.
“Maaf, kak. Duchess kesiangan.”
“Kenapa bisa kesiangan?” tanya pemuda jangkung yang menggunakan atribut SMA Wijaya. Lengkap dengan ban lengan berwarna merah dengan outline merah yang melingkar di bisep kirinya.
“Telat bangun.” Duchess menjawab dengan jujur. Ia memang telat bangun karena semalam tidur terlalu larut.
“Kamu tahu apa hukumannya bagi siswa-siswi yang terlambat?”
“Dijemur di lapangan, kak,” jawab Duchess dengan suara kecil. “Duchess akan terima hukuman itu karena memang Duchess salah. Duchess enggak akan protes kalau disuruh berdiri di lapangan sampai jam pertama habis.”
“Hm.”
Duchess yang tadinya menunduk dengan tatapan menatap sepatu hitamnya itu lantas mendongkrak. Ditatapnya pemuda dengan rupa rupawan yang tinggi menjulang di hadapannya. Kulit putih yang bersih miliknya terlihat kontras saat menggunakan almamater sekolah. Ah, sebuah pemandangan indah di pagi hari yang begitu cerah.
“Ikut saya ke lapangan.”
Duchess mengangguk dengan bibir yang tertarik menjadi segaris. Akhirnya, untuk pertama kali dalam hidupnya, Duchess akan dijemur karena terlambat. Ya, mau bagaimana lagi. Namanya juga Duchess salah, jadi ia harus bertanggung jawab. Padahal jika mau, Duchess bisa saja menggunakan koneksi yang ia miliki agar terlepas dari hukuman. Namun, Duchess sudah berjanji pada sang ayah akan menjalani kehidupan di sekolahnya dengan semestinya. Tanpa perlakuan khusus maksudnya. Sekalipun para petinggi di intansi tempatnya mengenyam pendidikan saat ini, hampir semua dekat dengan Duchess.
Tiba di lapangan upacara, Duchess bukan satu-satunya yang dihukum karena terlambat. Ada beberapa siswa yang ia tebak dari kelas XII yang tengah dijemur di depan tiang sangsakala merah putih.
“Berdiri di sini. Dengan sikap tubuh tegap dan tangan dan hormat ke arah bendera merah putih.”
“Iya, kak.”
“Jangan meneduh jika belum saya perintahkan.”
Duchess mengangguk sebagai jawaban. Ia sudah berdiri dengan tegap dengan tangan menghormat ke arah tiang bendera.
“Jangan sampai jatuh pingsan,” bisik pemuda yang menjabat sebagai ketua MPK alias majelis permusyawaratan kelas itu sebelum pergi meninggalkan Duchess. Pemuda rupawan itu dengan baik hati melepaskan topi yang ia gunakan untuk diberikan pada Duchess agar tidak kepanasan.
“Duchess enggak selemah itu, dan terima kasih kak,” balas Duchess dengan senyum tipis terpatri di bibir, sekalipun pemuda jangkung itu sudah berlalu, menghilang di antara kesunyian lorong kelas.
Walaupun terkesan dingin, datar dan cuek, pemuda itu memang pada dasarnya selalu care pada Duchess.
“Wih, ada siapa nih?”
Duchess menoleh, pandangannya kemudian bertemu dengan pemuda dengan seragam sekolah yang tidak dimasukkan tengah membelah barisan. Satu lagi, Duchess menemukan anggota 4HANDS. Betapa beruntungnya Duchess pagi ini. Jika siswi lain yang di posisinya, bisa saja ia salto dadakan saking senangnya. Namun, itu tidak berlaku bagi Duchess.
“Duchess, si IT girls dari calon peserta didik baru. Kok bisa ada di sini?”
Duchess tersenyum tipis, lagi-lagi ia disebut IT girls alias idol paling populer belakangan ini. “Duchess dihukum karena terlambat.”
“Dihukum? Oh my god. Lo itu gak boleh kepanasan, beb. Nanti matahari aja insecure sama kulit putih mulus lo yang kelewat shining.”
Duchess tertawa kecil mendengar kalimat seniornya itu. Tawa yang terlihat sangat menakjubkan, sampai-sampai membuat barisan seniornya yang tengah dihukum bersama terpana.
“My God, ketawa aja lo cantik banget,” puji pemuda yang memiliki tahi lalat di bawah mata kiri itu seraya berdecak kagum.
Duchess mengurai tawanya. Ia masih berdiri dengan tegap dalam posisi hormat, kemudian menimpali. “Duchess dihukum karena terlambat datang. Kakak sendiri kenapa dihukum di sini?”
Laki-laki dengan nama Elang Gaharu yang tersemat di name tag pada bagian atas dada sebelah kanan itu tampak menggaruk pelipis sambil meringis.
“Tadinya mau bolos pas jamkos. Eh malah ketahuan sama polsis, terus dihukum di sini.”
“Kakak udah kelas dua belas loh, gak baik bolos terus.”
“Lah, tapi, kan, jam pertama di kelas gue jamkos alias jam kosong.”
“Tapia da tugas yang guru piket kasih, ‘kan? Jam kosong bukan berarti kakak bebas ngapa-ngapain. Kecuali kalau free class.” Duchess menasehati dengan suara khas miliknya yang menggemaskan. Gadis dengan gelar young, beauty, and rich itu memang selalu memberikan nasihat yang sekiranya dapat memberi masukan.
“Iya deh, iya. Gue minta maaf. Asal nanti pulang sekolah lo mau mampir ke basecamp. Mau, ya?”
“Basecamp? Tapi Duchess udah ada janji.”
“Janji sama siapa? Batalin aja. Bisa, ‘kan?”
Duchess menggelengkan kepala dengan cepat. “Enggak bisa. Duchess enggak boleh ingkar janji, kak.”
“Yah, lagian cuma sebentar kok. Ada yang mau gue tunjukin sama lo.”
“Apa memangnya?”
“Ada deh. Makanya, lo harus ikut ke basecamp biar—“
“Ekhem.”
Kalimat laki-laki itu terpotong karea sura dehaman seseorang yang begitu familiar. Saat memalingkan wajah, seorang laki-laki dengan tubuh tinggi yang menjulang tengah berdiri seraya bersidakep dada. Sorot matanya tampak tajam menatap ke arah mereka.
“Ini waktunya kalian dihukum, bukan mengobrol.”
Mereka kontan terdiam saat suara deep bass itu kembali terdengar. Dibarengi dengan langkah kaki yang kian mendekat. Duchess sendiri memilih menunduk, menyembunyikan pandangan agar tidak bersitatap dengan laki-laki di hadapannya. Lagi pula kenapa laki-laki itu ada di sini? Pikir Duchess. Seharusnya seorang ketua OSIS sekaligus ketua pelaksana kegiatan MOPDB sepertinya ada di ruang aula. Bukan di sini.
“Ambil posisi,” interupsi laki-laki yang memiliki rupa paling rupawan di seantero SMA Wijaya. Si pemilik julukan ‘The Prince’ dari 4HANDS.
Suaranya terdengar menggelegar. Membuat setiap bulu roma berdiri saat mendengar suara tersebut. Siswa yang terdiri dari anak kelas XII itu langsung mengambil posisi tiarap. Mereka sudah paham betul apa yang harus dilakukan jika si KETOS sudah mengeluarkan ultimatum untuk mengambil posisi. Duchess sendiri malah dibuat kebingungan. Ini pertama kalinya ia dihukum, jadi ia tidak tahu harus apa. Alih-alih ikut tiarap, Duchess memilih jalan aman.
Gadis cantik itu menurunkan tangannya yang sudah terasa agak pegal, kemudian melepaskan tas punggung dari brand kenamaan miliknya supaya bisa disimpan di atas permukaan lapangan. Sebelum ia mengambil posisi tegak dengan kaki terbuka selebar paha untuk melakukan squat jump. Namun, sampai para siswa kelas XII mendapatkan hukuman push up, Duchess tak kunjung diberi interupsi untuk melakukan squat jump.
“Kalian ini sudah kelas dua belas. Seharusnya kalian memberikan contoh yang baik untuk adik-adik kelas kalian.”
Laki-laki dengan paras rupawan idaman para perempuan itu kembali buka suara. Tidak ada satu pun yang berani membatantah ucapannya.
“Sekarang kalian bersihkan WC di ruang guru dan WC laki-laki di kelas dua belas,” perintah laki-laki bermarga Xander itu sebelum berbalik. Menghadap satu-satunya siswi yang ada di sana.
“Kamu,” kalimatnya terpotong saat pandangan mereka bertemu. Tanpa suara, ia kemudian mengambil tas gendong berwarna peach milik lawan bicaranya. “Ikut saya.”
Duchess terdiam untuk beberapa saat. Ia baru mengikuti laki-laki itu saat pemilik marga Xander itu berdeham kecil. Dalam diam Duchess mengikuti langkah lebar laki-laki di hadapannya. Namun, alangkah terkejutnya ia saat laki-laki itu berbelok di pertigaan lorong. Alih-alih pergi ke aula—tempat terselenggaranya acara—laki-laki rupawan itu malah membawa Duchess ke ruang OSIS yang sedang kosong.
“Masuk.”
“Tapi, kak, Duchess harus—“
“Masuk ke dalam Duchess Aretha Darchille!”
Duchess menggelengkan kepala seraya menatap lawan bicaranya, langsung pada kedua matanya. “Acaranya—“
“Masuk, Greta. Jangan membuatku marah.”
Duchess menghela napas kecil seraya melangkah masuk. Jika ia sudah memanggil dengan nama ‘Greta’, itu berarti ia sudah tidak dapat dibantah. Oleh karena itu, yang bisa Duchess lakukan hanyalah mengikuti kemauannya.
“Kenapa kakak bawa Duchess ke sini—“
Kalimat gadis cantik itu tak sampai rampung di ucapkan, karena tiba-tiba tubuhnya ditarik hingga menabrak sebuah permukaan yang bidang, keras, berotot dan hangat dalam waktu bersamaan.
“Kak?”
“Biarkan begini sebentar saja.”
Duchess meng-iyakan dalam hati. Perlahan kedua tangannya bergerak melingkari tubuh tegap yang kini memeluknya erat. Memberikan feedback berupa usapan lembut di punggung tegap laki-lakinya.
“Kakak kenapa?”
“Harusnya aku yang bertanya.”
Duchess menautkan kening kebingungan sesaat setelah pelukan itu akhirnya terurai
“Kenapa kamu tidak mengangkat telepon? Kenapa tidak membalas pesan? Kenapa datang kesiangan? Kenapa bicara dan tertawa dengan laki-laki sembarangan?”
“Kak, Duchess tadi berangkat kesiangan, terus—“
“Aku tidak suka,” potong laki-laki dengan rupa rupawan yang hampir mendekati kata sempurna itu. “Kamu milikku. Aku tidak suka milikku disukai orang lain. Sekali pun hanya sebatas senyuman, karena pemilik senyuman itu milikku. Duchess Aretha Darchille is mine. Forever mine.”
💐
Main Visual :
Palacidio Daniel Adhitama Xander (Dan)
Duchess Aretha Darchelle (Duchess)
Rahardian Adiwangsa Wijaya (Hardian or Iyan)
Capella Megantara (Capella)
💐
TBC
Gimana, suka? kalau suka, jangan lupa spam buket bunga 💐💐💐💐💐💐💐💐
Mau next? like, vote, komentar, follow Author & share dulu 🙌
Jangan lupa add ke Library.
Sukabumi 26-06-22
DIM. 2
Butuh dua puluh menit agar Duchess bisa kembali ke kawanannya. Sang tunangan tidak langsung melepaskan Duchess tanpa alasan yang jelas. Padahal di aula—tempat terselenggaranya acara—para calon siswa-siswi sedang berkumpul dan menyelesaikan satu per satu agenda di hari terakhir MOPDB. Duchess tidak terlalu mengikuti acara karena terlambat datang. Ketika jam isoma—istirahat, sholat, makan—datang, panitia mempersilahkan para calon siswa dan siswi untuk istirahat, beribadah sesuai keyakinan, dan mengisi perut di kantin sekolah. Tempat yang paling diburu semua orang saat jam istirahat datang.
“Lo lihat cewek di arah jam tiga? Anjir, cantik banget.”
“Cewek yang pakai pita merah putih?”
“Yoi. Denger-denger dia cewek paling cantik dan popular di angkatan 56.”
“Berarti dia dong yang dijuluki IT girls,” sahut suara yang lain.
Tiga siswa kelas XII yang tengah mengantri di depan stand mie ayam dan bakso itu tampak bercakap-cakap dengan seru. Membicarakan sosok cantik yang sejak sepuluh menit lalu duduk di kursi pojok kantin, dekat pintu masuk. Semenjak hari pertama menjejakkan kaki di sini, gadis yang memiliki bentuk tubuh S-line itu memang langsung mendapatkan julukan IT girls alias idol paling populer belakangan ini.
Nama Duchess Aretha Darchelle memang sudah tidak familiar lagi di telinga. Gadis cantik itu juga sudah menjadi shining star (bintang bersinar) semenjak melebarkan sayap sebagai model. Putri kesayangan mantan super model dan sekretaris CEO Xander Company itu berhasil membuat publik terpana dengan visual dan body goals-nya. tak heran jika gadis bergolongan darah O itu langsung banjir job brand ambassador semenjak terjun ke dunia showblitz.
“Duchess memang selalu shining di manapun dia berada,” celetuk laki-laki yang baru saja datang dengan semangkuk soto ayam yang masih mengepul. Ia kemudian melirik pengisi meja panjang yang baru saja ia datangi.
“Bener, ‘kan? Aura Duchess memang bukan main. Semenjak dia join ke sini, semua etensi jadi berpusat kepadanya.”
“Berlebihan,” komentar laki-laki di seberangnya yang tengah menikmati nasi goreng seafood dengan pelengkap kerupuk udang. Mata coklat beningnya tampak memicing di balik frame kacamata.
“Lah, itu, fakta.” Elang menimpali seraya memeras jeruk limau di atas soto ayam miliknya. “Banyak cowok yang ngantri jadi pacar Duchess tuh. Nomer telepon Duchess aja jadi tranding topik di grup kelas. Siapa yang mau share, nanti bakal dibayar mahal. Sampe ada yang berani ngasih motor KTM kalau ada yang mau jadi mak comblang.”
“Terus lo sharing nomer telepon Duchess ke mereka?”
“Ya kagaklah!” jawab Elang cepat. “Gini-gini gue masih berperike-Duschess-an.”
Laki-laki dengan name tag Dewandaru itu mengangguk paham. Salah satu anggota 4 HANDS, selain Palacidio Daniel Adhitama Xander dan Elang Gaharu. 4 HANDS memang terdiri dari 4 pentolan sekolah yang sangat popular dan bukan kaleng-kaleng.
Posisi pertama dalam keanggotaan 4 HANDS diduduki oleh Palacidio Daniel Adhitama Xander. Tuan muda dari keluarga Xander yang sangat disegani. Selain memiliki rupa yang rupawan, Dan—panggilan akrab yang disematkan untuk Palacidio Daniel Adhitama Xander—juga memiliki otak yang cerdas. Gabungan dari gen ayah dan ibunya yang sama-sama orang yang smart.
Lahir sebagai putra dari Darren Aryasatya Xander dan Evelyn Angelista Atmarendra yang merupakan pembisnis kaya raya dan model papan atas, membuat Dan memiliki visual yang luar biasa.
Dan tumbuh menjadi anak yang rupawan dengan tubuh profesional. Tinggi badannya sekitar 183 centimeter. Warna kulitnya putih bersih. Rambutnya berwarna hitam selegam arang, dan selalu dipotong bergaya modern mullet—gaya rambut natural—atau terkadang middle part—gaya rambut belah tengah. Ia juga memiliki sepasang bola matanya berwarna gelap yang selalu menyorot tajam. Dipayungi oleh sepasang bulu mata lentik. Hidung yang mancung. Bibirnya kissable, di mana bibir bagian bawahnya lebih tebal ketimbang bagian atas. Warnanya juga pink alami, karena bebas dari batang nikotin. Semua itu kemudian dibingkai oleh garis wajah dan rahang yang tegas.
Di sekolah, Dan dikenal sebagai ketua OSIS yang sangat disegani, serta kapten voli dan futsal yang ditakuti. Ia juga memiliki otak cerdas, maka tak heran jika ia selalu mempertahankan posisi sebagai juara 1 paralel. Dan juga kerap kali mewakili SMA Wijaya dalam berbagai kompetisi akademik maupun non-akademik di tingkat nasional hingga internasional.
Di urutan kedua dipegang oleh Rahardian Adiwangsa Wijaya. Di SMA Wijaya, ia adalah pemilik otak cerdas selain Dan. Dian—panggilan akrab Rahardian Adiwangsa Wijaya—yang menjabat sebagai ketua MPK, ketua ekstrakulikuler paskibraka dan ketua ekstrakulikuler renang.
Alih-alih meneruskan jejak orang tuanya yang mengibarkan karir di dunia bisnis, pendidikan dan kebudayaan, Dian lebih tertarik untuk menjadi abdi Negara. Ya, Dian memiliki cita-cita mulia, yaitu menjadi salah satu anggota pasukan elit dari TNI Angkatan Laut, pasukan Detasemen Jala Mangkara atau DENJAKA. Laki-laki tampan nan rupawan yang memiliki kulit putih, hampir pucat itu sudah mempersiapkan diri dengan matang untuk meraih cita-cita mulia. Orang tua Dian juga sepenuhnya mendukung keputusan putra mereka.
Cucu kesayangan pemilik sekolah itu adalah anak yang selalu tegas dalam mengambil keputusan. Terkesan datar, dingin, cuek, dan irit bicara, sebelas-dua belas dengan Dan, namun sangat care pada orang-orang yang ia sayangi.
Di urutan ketiga, ada nama Elang Gaharu yang menjabat sebagai ketua ekstrakulikuler basket. Elang mendapatkan rupa rupawan dari gen ayah yang lebih dominan ia copy. Ciri khas Elang adalah memiliki tahi lalat di bawah mata kiri. Ia suka sekali tampil dengan rambut panjang yang dipotong gaya head band hairstyle atau layered long hair with curtain bangs.
Elang biasa menggunakan aksesoris berupa cincin dan kalung pada daily activity, sekalipun saat datang ke sekolah aksesoris itu akan dirampas oleh anggota OSIS yang bekerja sama dengan anggota POLSIS dan MPK. Ia memiliki aksesoris favorit berupa kalung saling yang selalu ia pakai kemana-mana.
Sifat Elang sendiri humoris, humble dan friendly. Selain itu, ia juga anaknya suka caper, dan berganti pasangan. Menurutnya, sayang jika wajah rupawan nya tidak dimanfaatkan dengan baik.
Di urutan keempat ada nama Dewandaru, putra Dimas—asisten Damian yang sekarang bekerja sebagai sekretaris Darren. Dewandaru atau akrab disapa Daru memiliki visual yang lebih dominan ke arah cogan softboy. Laki-laki yang biasa menggunakan kacamata itu selalu terkesan datar dan cuek. Padahal orangnya care dan friendly. Daru juga anaknya dapat dipercaya.
Dalam keanggotaan 4 HANDS, Daru adalah anggota yang paling dekat dengan Dan. Daru juga sudah dipersiapkan sebagai tangan kanan yang dapat membantu Dan memimpin Xander Company kelak. Oleh karena itu, jika Dan membutuhkan sesuatu, Daru adalah orang pertama yang akan dimintai tolong.
“Omong-omong, si Dian kemana?” tanya Elang tiba-tiba.
“Bukannya tadi masih ada di ruang MPK?” sahut Daru.
“Woiya. Tadi masih briefing sama anak-anak MPK. Tapi—eh, bukannya itu Dian?” Elang tiba-tiba mengarahkan tangannya ke pojok kantin, dekat pintu masuk. “Ngapain tuh anak nyamperin Duchess?”
Mendengar nama gadisnya di sebut-sebut, laki-laki tampan yang sedari tadi hanya diam seraya menatap datar ke sekeliling langsung menatap ke arah yang dimaksud.
“Ngasih apaan tuh? Kok Dian tiba-tiba care sama Duchess?”
“Dari dulu dia memang care sama Duchess,” sahut Daru.
“Iya juga, sih. Dian itu kayak nganggap Duchess kayak apa ya …. Saking pedulinya. Atau jangan-jangan ….” Elang menjeda kalimatnya, lantas menoleh ke samping.
“Apa?”
Elang menggeleng seraya tersenyum keki. “Canda, Dan. Duchess, kan, kepunyaan lo,” katanya dengan suara kecil.
Dan tidak menggubris. Ia memilih menatap tajam ke arah pojok kantin, dekat pintu masuk sana, kemudian ia berdecak kecil seraya memutuskan pandangan. Ia kemudian merogoh handphone dari dalam saku celana, menghidupkannya, lantas jarinya berselancar di atas layar benda pipih tersebut untuk beberapa saat. Semua itu tidak luput dari pantauan Elang maupun Daru. Mereka yang sudah berteman sejak bayi merah dengan Dan, tentu tahu betul jika teman mereka itu aslinya posesif dan cemburuan. Ekspresinya saja B aja, padahal hatinya sudah dilalap si jago merah.
“Apa?” tanya Dan saat mengangkat pandangan dan menemukan dua sahabatnya tengah menatap ke arahnya.
“Kagak!” elak Elang cepat. “Lo salah lihat kali,” imbuhnya yang langsung diangguki oleh Daru.
Dan tak lagi ambil pusing. Ia kemudian beranjak dari tempat duduknya. Membuat Elang maupun Daru kompak menatap ke arahnya, sama-sama hendak buka suara untuk bertanya.
“Toilet,” jawab Dan, singkat, padat, dan jelas.
💐💐
“Kamu enggak makan?”
Gadis cantik yang mendapat pertanyaan seperti itu menggeleng seraya tersenyum kecil. Di meja yang diisi oleh 4 orang itu, memang hanya ia yang tidak memesan apapun. Sedangkan teman-teman semejanya sudah memesan berbagai makanan ringan hingga berat untuk mengisi perut.
“Duchess enggak bisa makan sembarangan,” katanya memberitahu.
“Gitu?”
“Iya.”
“Terus pas SMP lo kalau mau jajan gimana?”
Gadis cantik itu tampak berpikir untuk sejenak. “Duchess enggak pernah jajan sembarangan, kecuali dibolehin sama daddy. Biasanya kalau di sekolah, Duchess paling makan makanan cafetaria atau Ketring.”
“Waduh, susah bener jadi lo.”
“Iya. Gak bisa jajan di PKL yang biasanya ada di pinggir jalan, dong?”
“PKL?” bingung si pemilik nama.
“PKL itu singkatan dari pedagang kaki lima.”
“Oh.” Duchess ber-oh ria dengan ekspresi cute alaminya. “Maksudnya street food? Duchess kadang beli makanan di street food kok. Tapi harus sama daddy, kalau sama mommy gak dibolehin. Kalau Duchess pengen banget, tapi gak dibolehin sama mommy, tinggal telpon Merè aja. Nanti Merè buatin.”
“Merè?” bingung ketiga teman satu bangku Duchess.
“Ah, Merè itu—“
“Ini.”
Kalimat Duchess terpotong begitu saja karena tiba-tiba ada sebuah kotak makan dan satu botol air berwarna pink yang familiar, tersodor ke arah Duchess.
“Ini apa, kak?”
“Titipan dari tante Dewi. Makan siang kamu.”
Duchess tersenyum lebar seraya menerima dua barang tersebut. “Terima kasih kak,” ucapnya tulus seraya menatap sosok tampan yang berdiri dengan gagah di hadapannya.
“Jangan lupa dihabiskan,” pesan laki-laki rupawan itu. Sebelum pergi, ia sempat menepuk pucuk kepala Duchess dua kali. Sudah kebiasaan.
Duchess mengangguk seraya tersenyum lebar. Sedangkan tiga temannya masih melongok, efek melihat salah satu angel 4 HANDS yang mendatangi meja mereka.
Baru saja Duchess mau buka suara untuk menyadarkan mereka, getaran dari handphone miliknya lebih dulu mencari perhatian. Beberapa butir pesan muncul dari kontak bernama ‘baby Dan’.
Dengan cepat Duchess berdiri dari duduknya, kemudian pamit untuk pergi duluan pasca membaca pesan tersebut.
Tidak sampai lima menit, Duchess sudah tiba di tempat yang sesuai dengan arahan dari pesan yang ia dapatkan. Saat membuka pintu berwarna silver tersebut, angin segar yang berhembus cukup kencang langsung menyambut kehadirannya. Dengan perlahan, Duchess melangkah masuk dan menutup pintu. Namun, tidak ada siapa-siapa di sana.
“Kak, kakak ada di mana—“
“I’am here,” jawab sebuah suara deep bass yang datang dari arah belakang, memotong ucapan Duchess.
Duchess tersenyum lebar mendapati sosok yang ia cari ada di sana, tengah berdiri sambil memperlihatkan senyum tipis yang sangat langka. Senyum yang tidak pernah diperlihatkan pada kepada gadis lain, selain Duchess Aretha Darchelle.
“Aku lapar. Mom bilang kita bisa berbagi bekal,” katanya seraya mengajak sang gadis untuk duduk di tempat duduk yang biasa digunakan anak-anak untuk nongkrong di roof top.
“Mau Duchess suapin?”
Laki-laki rupawan itu mengelus pucuk kepala gadisnya sayang. “Dengan senang hati.”
💐💐
Palacidio Daniel Adhitama Xander
Rahardian Adiwangsa Wijaya.
Elang Gaharu
Dewandaru
TBC
Gimana part ini? ada yang oleng setelah melihat visual 4 Hands? Cung!
Kalau mau lanjut, komentar next di sini 👇
Jangan lupa spam 💐💐💐💐💐💐
Like, vote, komentar, follow Author & share ❤️
Sukabumi 28-06-22
DIM. 3
Yang kemarin request wajah ganteng Rahardian Adiwangsa Wijaya dari depan, baca sampai selesai 👇
💐💐
“Nanti pulang sama siapa?”
Gadis cantik yang tengah menutup Tupperware yang sudah kosong melompong itu menoleh, lantas menjawab. “Dijemput sama supir daddy.”
“Suruh jangan jemput.”
“Eh, kok gitu?”
“Pulang sama aku,” kata laki-laki rupawan berinisial PDAX tersebut. Tangan kanannya masih asik bertengger di pelipis sang gadis. Memainkan rambut halus sang gadis yang bergerak kesana-kemari karena tiupan angin.
“Memangnya kakak enggak ada jadwal kumpul OSIS?”
“Ada, tapi cuma sebentar.”
“Ok. Duchess nanti tunggu di parkiran sampai kakak selesai.”
“Tunggu di perpustakaan saja.”
Satu alis gadis cantik itu terangkat mendengarnya. “Memangnya kenapa kalau tunggu di parkiran?”
“Panas, Greta. Tunggu saja di perpustakaan agar kamu lebih nyaman.”
Duchess tersenyum lebar seraya mengangguk. Laki-laki ini memang paling tahu tentang Duchess. Duchess memang tidak terlalu suka berada di ruang terbuka lama-lama. Apalagi jika suhu tengah terik, bisa-bisa kulit putih mulusnya berubah warna menjadi merah. Itulah Duchess, ia tidak bisa lama-lama terkena sinar matahari. Karena problem tersebut, Duchess jadi tidak pernah ketinggalan membawa tabir surya atau sun cream untuk melindungi kulitnya dari terpaan sinar matahari langsung.
“Sekarang kita kembali ke aula. Lima menit lagi jam istirahat selesai.”
Duchess meng-iyakan lewat anggukan kecil. Sebelum berpisah, Duchess sempat mendapatkan kecupan singkat di pucuk kepalanya. Selain orang tuanya, yang memiliki kebiasaan menjatuhkan kecupan di pucuk kepala adalah Palacidio Daniel Adhitama Xander. Laki-laki yang sejak kecil sudah menjadi kakak, teman, sahabat, juga pasangan bagi Duchess Aretha Darchelle.
“Duchess, kamu dari mana aja? Kita dari tadi nyariin kamu tau!”
“Iya. Kita khawatir karena kamu tiba-tiba pergi. Takutnya kamu dapat masalah. Barusan kita juga mau bicara sama Panitia karena kamu enggak balik-balik.”
Saat kembali ke aula, beberapa teman yang seminggu ini dekat dengan Duchess langsung memberondongnya dengan berbagai pertanyaan. Terutama soal kemana perginya Duchess saat jam isoma—istirahat, sholat, makan—seorang diri.
“Duchess tadi ke ….. toilet,” jawab Ducchess cepat.
“Toilet?”
Duchess mengangguk seraya tersenyum manis. “Iya. Duchess tadi ke toilet karena tiba-tiba mules. Terus habis dari toilet, Duchess dapat telepon dari daddy. Jadi Duchess cari tempat yang lebih kondusif untuk angkat telepon. Sekalian aja Duchess makan siang di sana.”
“Oh, gitu ceritanya.”
Duchess mengangguk seraya mempertahankan senyum di bibir. Padahal dalam hati ia sudah berulang kali meminta maaf pada Tuhan karena telah berbohong selancar itu.
“Gue kira lo tadi nyamperin seseorang.”
“Iya. Misalnya kak Dian gitu. Mostwanted yang rela bawain bekal buat kamu.”
“Itu bekal dari mommy kok. Mungkin kak Dian gak sengaja papasan sama mbak . Soalnya mbak yang bias ngantar bekal Duchess,” bela Duchess.
“Tapi kalau kamu sama kak Dian ada sesuatu juga gak papa sih. Cocok kok. Lagian kalian—“
Duchess yang mulai tersudut diselamatkan oleh kemunculan para panitia. Itu berarti acara MOPDB akan kembali dimulai. Setelah isoma masih ada beberapa agenda yang harus diselesaikan sebelum acara penutupan. Karena ini hari terakhir acara MOPDB, hampir semua pentolan sekolah dari berbagai organisasi intra dan ekstrakulikuler hadir dan dipajang di depan aula. Hal itu tentu menjadi bahan cuci mata tersendiri bagi para calon siswa maupun siswi.
Mulai dari ketos alias ketua OSIS, wa-ketos atau wakil ketua OSIS, sekretaris OSIS, bendahara OSIS, koordinator tiap divisi di keanggotaan OSIS, ketua MPK dan keanggotaan MPK, POLSIS, hingga para ketua ekstrakulikuler berkumpul di sana. Keroyokan visual pokoknya.
Dari semua orang yang hadir, tentu saja anggota 4 HANDS yang paling menonjol. Mulai dari Dan yang tampak menawan dengan atribut lengkap milik SMA Wijaya yang dilengkapi dengan jas OSIS. Sedangkan Rahardian Adiwangsa Wijaya atau Dian tampil dengan atribut lengkap milik SMA Wijaya yang dilengkapi dengan ban lengan sebagai tanda jika ia juga berperan sebagai anggota tatib—keamanan—yang bekerjasama dengan POLSIS. Namun, di akhir acara saat sesi pengambilan foto bersama, Dian juga mengenakan atribut lengkap dengan jas MPK kebanggaannya. Tak ketinggalan pula Elang dan Daru yang tampil dengan seragam sesuai jabatan mereka di ekstrakulikuler.
Acara MOPDB ditutup pukul tiga sore pasca semua susunan acara telah selesai dilaksanakan. Gerombolan siswa dan siswi yang tadinya bakal calon pesarta didik baru kini sudah resmi menjadi anggota keluarga besar SMA Wijaya. Atribut kebanggan SMA Wijaya akan melekat di seragam yang mereka gunakan Senin nanti sampai tiga tahun mendatang.
SMA Wijaya adalah salah satu sekolah menengah atas favorit yang menjadi incaran banyak orang. Sekalipun SMA Wijaya adalah intansi pendidikan swasta yang bernaung di bawah sebuah yayasan, fakta itu tidak sedikitpun mengurangi minat para calon peserta didik baru. Sarana dan frasarana di SMA Wijaya juga sudah sangat lengkap. Begitu pula dengan para tenaga pengajar yang terdiri dari para pengajar professional di bidangnya masing-masing.
Sejak lama, SMA Wijaya sudah melahirkan lulusan-lulusan terbaik yang diterima di berbagai universitas terbaik di dalam maupun luar negeri. Di hari terakhir MOPDB, mereka juga mendapat kesempatan untuk berjumpa dengan perwakilan dari yayasan yang menaungi SMA Wijaya. Mereka adalah sepasang suami-istri yang sudah dikenal oleh masyarakat luas berkat kontribusi mereka untuk menyuarakan kebebasan mengenyam pendidikan bagi seluruh anak di Indonesia.
“Kak Dan kok belum datang, ya?”
Duchess yang langsung pergi ke perpustakaan setelah acara selesai, mulai bosan menunggu setelah satu jam lamanya berdiam diri di sana. Seorang perempuan paruh baya yang bertugas menjaga perpustakaan juga sudah berulang kali memperingati Duchess, jika jam kunjungan akan segera habis. Namun, seseorang yang Duchess tunggu tak kunjung datang.
“Kak Dan pergi kemana, ya? apa acara kumpulnya belum selesai?” lirih Duchess saat jarum jam di pergelangan tangan kirinya terus bergerak ke kiri.
Hari sudah semakin sore. Bahkan perpustakaan sudah tutup semenjak lima belas menit yang lalu. Duchess tidak lagi bisa menunggu di ruangan yang nyaman untuk membaca itu, karena sudah tiba waktunya penjaga perpustakaan pulang. Jadilah sekarang Duchess menunggu Dan di depan perpustakaan.
Duchess tahu jika Dan tidak akan ingkar janji. Walaupun terkadang laki-laki itu menduakannya karena lebih mementingkan urusan organisasi.
Duchess juga pernah ditinggal saat mereka main ke time zone, karena Dan tiba-tiba dipanggil oleh pembina OSIS untuk segera datang ke sekolah. Atau ketika Dan membiarkan Duchess main seorang diri di rumah laki-laki itu, karena laki-laki itu harus memimpin briefing. Masih banyak lagi momen di mana Duchess harus mengalah karena kesibukan Dan sebagai seorang pemimpin organisasi.
“Sedang apa di sini?”
Duchess yang tadinya tengah melamun sembari berjongkok, terlonjak kaget saat mendengar suara tersebut. Ketik mendongkrak, ia menemukan sosok yang familiar.
“Kakak kenapa ada di sini?”
“Seharusnya aku yang bertanya.”
Duchess mengerjapkan mata beberapa kali. Ia yakin sudah tidak ada siapa-siapa semenjak penjaga perpustakaan pulang. Maka tak heran jika Duchess terkejut saat melihat Rahardian Adiwangsa Wijaya tiba-tiba berdiri tegap di hadapannya.
“Kenapa belum pulang?” tanya laki-laki yang memiliki kulit sangat putih dan bersih itu.
“Itu, kak. Duchess …..”
“Menunggu seseorang?” tebak Dian dengan satu alis tertarik ke atas. “Kamu menunggu Dan?”
Duchess mengangguk tanpa banyak kata. Bibir gadis cantik itu mengerucut sebal karena Dian selalu bisa dengan mudah menebaknya.
“Berdiri,” titah Dian seraya mengulurkan salah satu tangannya.
Duchess merima uluran tangan itu tanpa membantah. Kakinya juga sudah mulai keram karena terlalu lama digunakan untuk jongkok.
“Sakit?”
“Kaki Duchess kayaknya keram.”
“Mau digendong?” tawar putra Wijaya itu, enteng.
Duchess spontan menggelengkan kepala. Menolak ide tersebut mentah-mentah.
“Kenapa? Takut Dan marah?”
“Bukan!”
“Lalu?”
“Duchess berat,” sahut gadis cantik itu dengan suara kecil. Membuat lawan bicaranya tersenyum tipis, sangat tipis.
“Mau digendong atau jalan sendiri?” tanyanya lagi, memastikan. Salah satu tangannya sudah dengan bebas bertengger di pucuk kepala Duchess. Menepuknya dua kali, seperti biasa.
“Kakak pulang duluan aja, Duchess masih mau di sini.”
“Menunggu Dan?”
“Bukan kok. Duchess mau …. nunggu daddy. Iya, nunggu daddy!”
“Kalau mau menunggu jemputan, seharusnya kamu menunggu di parkiran. Bukan di sini.”
Duchess langsung gelagapan saat Dian berkata demikian. Benar juga, ya. Kenapa coba Duchess sampai melupakan fakta tersebut.
“Ayo pulang. Aku antar.”
“Tapi, kak….”
“Dan sudah pulang.”
Satu kalimat yang baru saja meluncur bebas dari mulut laki-laki tampan nan rupawan itu, kontan membungkam Duchess. Kata-kata yang hendak digunakan untuk mengelak ajakan itu langsung sirna begitu saja.
Dan sudah pulang? masa sih?!
“Dan sudah pulang dua puluh menit yang lalu karena harus mengantarkan SP—surat peringatan untuk salah satu anggota OSIS.”
“Kakak bercanda, ‘kan? Duchess dari tadi nunggu di sini loh. Mas kak Dan udah pulang?” Duchess tertawa garing saat bertanya demikian. Ia tidak percaya sama sekali.
Alih-alih kesal karena Duchess terus tidak percaya pada ucapannya, Dan malah tetap bersikap tenang. Laki-laki rupawan itu dengan lembut menyentuh bahu Duchess yang mulai bergetar.
“Kita pulang sekarang, sebelum gerbang sekolah dikunci. Dia tidak akan kembali karena harus menyelesaikan tugas dari pembina OSIS.”
“Tapi ….”
“Sebelum pulang kita bisa mampir D’EV. Kamu mau berkunjung ke sana bukan? Galeri seni yang waktu itu ingin kamu lihat sudah selesai di bangun.”
Rahardian Adiwangsa Wijaya yang irit bicara sampai-sampai telah bicara panjang kali lebar demi meyakinkan seorang Duchess. Siapa yang tidak iri coba?
Galeri seni yang Dian maksud sendiri adalah galeri seni indoor yang dibangun di lantai dua D’EV. Galeri seni tersebut menggabungkan unsur fotografi, seni, juga dedikasi untuk para artisan, kolaborator dan selebriti yang bernaung serta bekerjasama dengan D’EV. Galeri seni itu terinspirasi dari acara pameran rumah mode kenamaan, Dior. Yang bertajuk Christian Dior : Designer of Dreams.
Deretan foto editorial yang memuat foto koleksi busana hasil tangan-tangan terampil desainer D’EV, para artisan, kolaborator yang bernaung dan bekerjasama dengan di D’EV dipajang di galeri seni tersebut.
Rencananya, opening galeri seni yang diberi nama Wonderland of D’EV itu akan dilangsungkan lusa. Namun, Dian memberi Duchess kesempatan untuk jadi orang pertama yang menadapat kehormatan untuk melihat keindahan galeri seni Wonderland of D’EV. Dian tahu ini adalah tawaran terbaik untuk membuat Duchess melupakan rasa sedih karena diberi harapan palsu.
“Gimana, mau?”
Duchess mengerucutkan bibir sebal. Namun, di mata orang yang melihatnya ekspresi itu sangat aegyo—menggemaskan.
“Jadi?”
“Ayo pergi ke D’EV. Kakak juga harus izin ke mom sama Dav karena Duchess mau lama-lama di D’Ev.”
Kan, tebakan Dian juga apa. Duchess luluh kalau sudah menyangkut sesuatu yang ia sukai. Maka dengan senang hati laki-laki rupawan itu mengangguk seraya tersenyum tipis.
“Anything our Duchess.”
💐💐
TBC
Yah, siapa yang kecewa sama Dan? sini, peluk dulu 🫂
Lanjut? Besok siap baca lagi? yuk, ramaikan kalau begitu 🤩
Don't forget ike, vote, komentar, follow Author & share ❤️
Sumber : google
Sukabumi 01-07-22
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!