Empat belas malam saja
...****************...
"Arief kok kamu ada di sini? bukanya kamu sudah sampai di Swis?" apa kamu tau orang tua kamu kalau kamu ke sini ?" tannya Zha yang baru masuk kamar pada arief yang tiba - tiba ada di dalam kamarnya.
"Kenapa wajah kamu pucat? badanmu dingin? Apa kamu sakit? " masih memberondong pertanyaan pada Arif.
"Izinkan aku menemanimu empat belas malam sini saja" Jawab Arief.
"Kita bukan mukhrim, lebih baik kamu pulang, tidak enak di pandang orang" kata Zha pada Arief.
" Aku janji tidak macam- macam, empat belas malam terahir, aku ingin melihat wajahmu, agar aku tidak menyesal meninggalkanmu?" kata Arief.
"Kamu ngomong apa sih Rif?" tanya Zha masih belum paham omongan Arief.
"Tidak lupakan!" kata Arief.
"Ya sudah, tapi janji ya jangan macam - macam?" kata Zha sambil menautkan jari kelingkingnya.
"Tapi kanarnya tidak semewah punya kamu Rif!" kata Zha sambil membereskan ranjang yang muat di pakai satu orang dengan kamar bercat biru putih, dengan bergambar Karakter istana Anna di negri salju, dari disney club. Di dekat pintu terdapat lemari baju dan lemari rias sekaligus, di temboknya terpampang banyak foto dirinya dan juga Arief.
"Sini. . !" panggil Arief yang menepuk bantal di sampingnya menyuruh Zha untuk tidur.
Zha heran, tiba-tiba Arief kok sudah di ranjangnya, padahal tadi barusan di belakangnya? Arif menyuruhnya tidur di lenganya dan Zha pun menurutinya, Arief mencerikakan kenangan indah denganya, sampai Zha tertidur.
Tapi Zha masih merasa bingung dengan Arif, dari mana dia masuk, sedangkan jendela terkunci rapih.
Saat tengah malam Zha terjaga, dia melihat Arief yang tidak tidur.
"Kenapa kau tidak tidur?" tanya Zha pada Arief. Zha juga merasa aneh, biasanya kalau dia di peluk Arief, detak jantung Arief semakin kencang. sedangkan ini suara detak jantung Arief pelan,dan nyaris tidak terdengar, 'Apa dia sudah tidak mencintaiku' pikir Zha..
"Aku hanya ingin menjaga kekasihku" jawab Arief "Sayang, jangan pernah cerita dengan siapapun ya, kalau aku menemanimu di sini.
Zhapun mengangguk dan memejamkan mata lagi.
Keesokan paginya Zha terbangun, dan dia melihat Arief sudah tidak ada di sampingnya, memandang ke sekelilingnya, seperti tidak ada bekas Arief kalau malam ini menemaninya. Zha melihat pintu yang masih terkunci dari dalam, dan jendela juga, tidak ada bekas habis terbuka.
***
Malam kedua seperti itu, namun malam ini di penuhi dengan canda tawa membuat orang tua Zha melihat ke kamarnya.
"Zha, kenapa kamu kok tertawa sendiri ?" tanya orang tuanya, sambil membuka kamar Zha ingin melihatnya, melihat itu Zha jadi panik, dan menutupi Arief di dalam selimut.
"Tidak buk, hanya teleponan sama Arief" Jawab ibu Rima heran, ibu Rima adalah ibunya Zha.
Zha yang melihat ibu Rima heran, dia juga heran dengan sikap ibunya, biasanya orang tuanya senang jika Arief menelpon. Namin bu Rima menepis itu semua, mungkin anaknya sedang telponan sama temanya membahas Arief.
'Bagai mana Zha kalau kamu tau yang sebenarnya, apakah kamu nanti tidak syok?' kata bu Rima dalam hati.
"Ya sudah, sudah malam kamu tidur ya ?" Kata bu Rima sambil mencium kening putri bungsunya dan menyelimutinya.
...****************...
Dan di kediaman keluarga Angga reksa, semua orang panik. mendengar kabar hilangnya putra bungsunya Arief angga reksa hilang di swish.
"Pap apa kita harus hubungi zha, tentang kabar ini?" kata "bu-ibu sekitar umur empat puluhan yang masih terlihat cantik. ibu Dahlia namanya
"Jangan mam, papi takut anak itu depresi nanti" kata lelaki paruh baya, yang di sebut pak Angga reksa yang memimpin Reksa group perusahaan di bidang kain batik.
"Leon bagai mana kabar adikmu, sudah ada kabarkah ?" Tanya Angga reksa pada putra sulungnya, Leon Angga reksa.
"Belum pa, team sar sudah berusaha mencari namun belum ada tanda di temukanya" Jawab Leon.
"Apa kita ke sana Leon?" tanya Angga.
" Kata uncle Nando tidak usah pap, kita tidak usah hilir mudik ke sana, nanti tentang perkembanganya informasinya uncle Nando akan mengabari kita, beliau takut akan kesehatan papi, kalau papa kesana lagi" jawab Leon.
"Ya sudah, kamu urus semua ya Leon" kata Angga.
"Beres pi" Jawab Leon sambil menyuapkan nasi ke mulutnya.
Empat belas hari sudah upaya pencarian Arief di swis di kerahkan, ahirnya Arief di temukan, semua keluarga Angga antara rasa sedih dan bahagia.
Sedangkan di kantor Zha yang sebagai karyawan menceritakan dengan Mita teman dekatnya tentang empat belas malam di lalui bersama Arief, Mita tertegun mendengar cerita dari sahabatnya itu.
"Hai sadar Zha, Arief itu hilang di sungai Aare di swis" menjelaskan pada Zha sambil mata melotot.
"Kamu tidak usah mengada-ada mit!, orang jelas-jelas dia menemaniku empat belas malam ini" Zha tidak percaya.
"Bukanya kamu mengantarnya ke bandara, lima belas hari lalu ?" tanya Mita meyakinkan.
"Mit, aku tahi kau juga sukakan sama Arief, jangan bikin gosip murahanmu itu, supaya aku berpisah dengan Arief" Kata Zha dengan mata ber kaca-kaca.
Semua mata karyawan yang ada di situ melotot memandang Zha, karena meninggikan nada suaranya, karena Zha remaja yang ceria, asyik, mandiri yang membuat Arief jatuh cinta padanya.
"Zha aku tidak ada niatan merebutArief dari kamu, aku ingin kamu sadar," kata Mita sambil menggoncangkan tubuh sahabatnya "Coba kamu pikir, dia berangkat dari Indonesia ke Swis jam 13.30. akankan jam 19.00 sudah ada di Indonesia lagi, itu hal yang mustahil Zha?, pak Leon dan pak Angga, selama kabar hilangnya Arief dia tidak ke kantor kan?" Mita meyakinkan.
"Terus siapa yang datang tiap malam ke kamarku, dia Arief, dengan muka pucat, badan dingin dantidak ada detak jantungnya, dan dia tidak pernah tidur kalau malam dengan alasan ingin menjagaku" suara Zha merendah.
Mita tau kalau temanya itu tidak bohong, di lihat dengan raut wajahnya.
"Kalau gitu kita pergi tempat pak Angga ya,? aku temani?" kata Mita sambil menenangkan Zha.
Sambil menyeka air matanya jatuh yang tidak bisa tertahan lagi Zha pun mengangguk.
" Tunggu di sini aku pamit ke HRD dulu?" pamit Mita.
Sesampainya di kediaman pak Angga, Angga dan Leon akan memasuki mobil, ahirnya di urungkan karena melihat Zha di temani Mita datang ke rumah itu, Dahliapun terkejut melihat calon menantunya datang.
"Papi dan kak Leon mau kemana ?" tanya Zha setelah melihat mereka bersiap siap.
"Papi sama kak Leon akan ke swis" jawab Angga.
"Apa benar pi Arief, hilang di Swis empat belas hari lalu?" tanya Zha pada pak Angga dengan mata berkaca-kaca.
Dahlia yang melihatnya langsung mendekatinya, saat dahlia akan membuka suara, Leon mengangkat tanganya agar tidak buka suara, Dahliapun menurut pada anak sulungnya.
Depresi
...****************...
Ahirnya Leon maju dan menjelaskan pada Zha.
"Ya Zha, Arief memang hilang empat belas hari yang lalu, setelah kita mengantarkan dia, sesampai di sana dia menghilangkan penatnya dan berenang di sungai, setalah itu Arief tidak ada kabar lagi, aku dan papi sudah kesana dua kali. tapi hasilnya nihil. Tapi hari ini Arief sudah di temukan, makanya aku dan papi akan terbang ke sana!" penjelasan Leon.
"Kenapaa semua merahasiakan dariku, apa aku bukan bagian dari arief hik hik hik...!?" teriak Zha sambil menangis.
Dahlia yang melihatnya, memeluk Zha dari belakang sambil menangis.
"Sabar sayang, sabar nak, mami tahu perasaanmu " kata Dahlia sambil memeluk Zha.
" Bukanya kita tidak menghargaimu sebagai bagian dari Arief, kami kuatir kamu akan depresi " jelas Leon.
Leon yang tidak tega melihat Zha wanita yang di cintai, duduk di atas rerumputan dengan menangis tersedu-sedu mendengar kekasihnya telah tiada, menggendongnya ke dalam rumah. Leon tidak bisa menunggu Zha tenang, karena jadwal penerbangan sebentar lagi, setelah pamit Leon dan Angga pergi meninggalkan mereka.
Mita yang melihat sahabatnya pun ikut meneteskan air mata, namun dia sadar kalau dia ikut kalut, siapa yang akan menenangkan Zha.
"Zha yok kita pulang dulu, nanti kalau Arief datang kita kesini lagi?" ajak Mita pada sahabatnya.
"Zha, Mita, kalian minep sini saja ya?" tawar Dahlia.
"Tidak tante, aku takut Zha malah merepotkan tante, karena dia sepertinya masih defresi" Kata Mita menyambung omongan dahlia.
"Iya tante, Zha pingin pulang saja" sahut Zha.
"Ya sudah, kalau itu mau kalian" Dahlia menyerah.
"Joko. . ! joko. . !"Dahlia memanggil sopirnya.
Joko lari tergopoh-gopoh dan menghampiri nyonyanya. "Iya nyonya, ada apa?" tanya joko
"Tolong antarkan nona Zha pulang?"Suruh Dahlia pada sopirnya.
"Baik nyonya. Mari nona" Joko mengeluarkan ibu jarinya menyuruh Zha dn Mita mendahuluinya.
"Terima kasih mi" kata Zha.
"Kamu baik-baik ya sayang" Dahlia memeluk Zha yang masih sesenggukan.
"Permisi tante" mMita pamit sambil menggandeng tangan Zha.
Di perjalanan tidak ada sepatah kata pun, Mita yang akan buka suarapun ragu, sedangkan Zha masih masih menikmati tangisanya.
"Mit, kenapa semuanya begini huh huh huh?" tanya Zha pada mita.
"Yang sabar ya Zha, kamu wanita kuat , pasti kamu bisa melewati ini semua" Mita menenangkan Zha. "Menangislah Zha sepuas hatimu Zha, mungkin bisa membuat dirimu tenang" kata Mita sambil menyenderkan kepalanya Zha di pundaknya.
Sesampainya di rumah, Zha mengetuk pintu, dan Didik handoko, ayah Zha membuka pintu.
"Ayah, Arief yah huh huh huh?" kata Zha terpotong karena nangis.
Didik tau apa yang terjadi pada putrinya dan memeluknya.
"Yang sabar ya Nak, mungkin ini cobaanmu, ayah yakin kau putri bapak yang kuat" kata Didi sambil membawana masuk rumah.
"Buk..! tolong bawa minum kesini!?" Teriak Didik pada Rima istrnya.
Semua orang menenangkan Zha. semuanya sudah tau dari awal tentang hilangnya Arief, namun semua merahasiakan dari Zha agar tak depresi. Mita sahabatnya Zha tidak tau rencana awalnya sehingga menceritakan pada Zha, membuat hancur hati Zha.
Malamnya, semua orang merayu Zha untuk makan, namun tidak ada yang bisa, Zha yang kecewa karena merasa di anggap sebagian dari hidupnya Arief menjadi frustasi. Mitapun demikian dirinya merasa bersalah karena cerita dengan Zha, tidak tahu rencana awal dari keluarga Arief.
Semalam penuh, orang serumah di buat tidak tidur oleh Zha. Mitapun ikut menjaga Zha. Zha tidak hentinya teriak memanggil nama Arief.
...****************...
Keesokan paginya keluarga Didik mwndapat telepon dari keluarga Angga, kalau mayat Arief sudah di bawa pulang, masih di perjalanan, sekitar pukul 10.00 akan segera sampai di rumah.
"Zha nak, Arief akan datangsekitar jam 10.00 nanti, kamu siap geh kita segera berangkat " kata Rima menyuruh putrinya dengan mata sembab, karenamenangos semalaman.
Zha hanua menganggik dan segera mandi, setelah rotual mandinya selesai, Zha mengambil dres panjang dengan warna serba hitam, dan kaca mata hitam, Mita dan Adi sepupunya siap mengiringo Zha.
"Zha kamu jangan seperti ini, bukan cuma lamu uang kehilangan, aku jugapun kehilangan, Arief sudah seperti saudaraku sendiri" kata Adi pada Zha yang masih menangis pasalnya Arief semasa hidupnya sering menginap tempat Adi kalau mengantar Zha kemalaman.
Sesampainya di kediaman pak Angga mereka semua, segera di sambut Dahlia. mereka menunggu agak lama karena keluarga Didik datang pukul setengah sembilan. Zha yang baru datang langsung di sambut Dahlia.
Ahirnya zenazah Arief datang semua warga antusias membantu membawa zenazah Arief ke dalam rumah. Zha pun menangis sesenggukan di dekat zenazah Arief. dan sadar saat Angga mengasih sesuatu pada Zha.
"Zha, papi menemukan ini di koper Arief" kata Angga sambil menyerahkan kotak yang di lapisi bungkus lado.
Zha pun menerimanya, " Apa ini pi ?" Angga yang mendapat pertanyaan dari Zhapun menggeleng.
Zhapun membuka bungkus kado itu dan menganga, keluarga Didik dan Angga, hanya memperhatikan Zha terkejut.
"Inikan berlian mulia, yang harganya tidak murah, yang Zha lihat di olshop bersama Arif dulu?" kata Zha saat melihat isi kotak yang di berikan pak Angga. Mita dan Adi yang melihatnya pun menganga. dan terdapat secarik kertas yang ada tulisanya.
ZHA KU SAYANG, BILA SUATU SAAT NANTI AKU PERGI DAN TAK AKAN KEMBALI, AKU SUDAH MENITIPKANMU PADA KAK LEON, AKU YAKIN KAK LEON AKAN MENJAGAMU, AKU TAK RELA KALAU KAU DI MILIKI ORANG LAIN, MENIKAHLAH DENGANYA.
Tangis Zha semakin pecah, setelah selesai membaca surat itu, dan Zha menyerahkan surat itu pada Leon, dan di baca sama Leon, dahlia dan juga Angga.
Angga yang baru saja membacanya langsung menyuruh Leon segera menikahinya kalau bisa sekarang juga di saksikan zenajah Arief. semua pihak keluargapun setuju.
"Tapi Zha, dan kak Leon tidak saling mencintai" kata Zha pada semuanya.
"Dengan seiring berjalanya waktu kami yakin kalian akan saling mencintai" kata pak Angga.
" Aoa kau tak ingin mengabulkan keinginan Arief ?" tanya Dahlia,
Karena desakan para kekuarga Ahirnya Zha menurut, Leonpun sanggup, menikahinya di depan zenajah Arief, dan berjanji.
Zha berpenampilan dengan kebayak putih, yang pres di tubuhnya, dengan sanggul di kepalanya dan sedikit met up membuat Zha begitu manis. Sedangkan Leon hanya menambah jas, terkesan sedikit elagan. Didik handoko siap menikahkan putri bungsunya dan di lihat bapak penghulu dan para saksi.
"Wahai saudara Leon angga reksa bin angga rekra, aku nikahkan engkau dengan anaku Zafi laulani binti Didik handoko, dengan mas kawin emas seratus gram, logam mulia dan seperangkat alat sholat di bayar tunai"
Leon langsung menghentakkan tanganya yang bersalaman dengan Didik
"Saya terima nikah dan kawinya Zhafi laulani binti Didik handoko dengan mas kawin tersebut dengan Tunai" ucap Leon dengan tegas.
Sah
...****************...
"Bagai mana para saksi sah?" tanya pak penghulu.
"Sah. !"
"Sah.!" kata para saksi dan para tamu undangan.
"Alhamdulilah" kata penghulu dan mendoakanya dengan hikmat.
Tapi tidak cukup di situ mereka memakamkan Zenazah Arief. Setelah selesai memakamkan zenazah Arief, semua orang langsung pulang, tinggalah Leon dan Zha yang masih tertinggal.
"Zha ayok pulang, Orang tuamu menunggu di rumanku, kasian kalau harus menunggumu terlalu lama" ajak Leon pada Zha.
"Tapi aku masih ingin bersama Arief kak ?" kata Zha.
"Kita sama, tidak cuma kamu saja yang kehilangan. kak Leon juga begitu, Adik satu - satunya harus pergi selamanya" kata Leon sambil menenang kan Zha yang masih memeluk batu nisan Arief.
"Kita pulang ya ?"Leon mengajak Zha. zha mengangguk tapi tidak mau berdiri, ahirnya Leon mengalah ,menggendongnya membawa ke dalam mobil, Zha pun terkejut dengan perlakuan Leon.
Sesampainya di rumah, keluarga Zha belum pulang. Joko suruh mengantarnya sekalian bawa baju ganti untuk Zha.
"Kenapa Zha di tinggal di sini?" tanya Zha bingung.
" Kamu sudah jadi istri Leon Zha. jadi kau harus mendampinginya suka maupun duka suamimu" kata Rima.
Zha baru ingat, kalau dia sudah jadi istri Leon.
"Mit kamu juga ikut pulang ?" tanya Zha dengan rasa tak karuan.
"Ya iyalah, masa aku harus di sini, ngajari kamu malam pertama?, aku mah ogah" jawab Mita asal ceplos.
"Terus bu aku di sini temanya siapa ?" tanya Zha pada Rima.
"Pak Leon Zha, dia suami sah mu, anak ini kok masih bodooh kayak dulu sih?" gerutu Adi pada sepupunya.
Ahirnya keluarga besar Didik dan antek-anteknya Adi dan Mita di iklaskan pulang oleh Zha.
"Nak Leon bapak titip Zha, didik dia, sayangi dia seperti kamu menyayangimu dirimu sendiri, bila salah tegur dia, dia hanya kelinci kecil yang yang takut kehilangan induknya, apa lagi dia masih belum bisa menerima kenyataan Arief telah tiada bapak percayakan sama kamu" titip Didik pada menantu barunya.
"Iya pak, Leon akan berusaha, terima kasih telah percaya dengan Leon pak?" kata Leon.
"Terima kasih, kami permisi dulu " pamit kelurga didik pada keluarga Angga.
Ahirnya mereka pamit pulang dengan di antarkan pak joko, Rima masih merasa kuatir pada putrinya, takutnya Zha masih seperti tadi malam belum bisa menerima kenyataan kekasihnya telah tiada, sedangkan Adi senyum -senyum sendiri membuat Mita pingin nonyor,
'Orang temanya masih berduka dia kok bahagia' pikir Mita.
" Woy gelok, kenapa kamu jadi gila?" tanya Mita membangunkan lamunan Adi.
" Aku masih membayangkan nih mit, bagai mana jadi Zha, malam pertama dalam duka" kata Adi "Pasti gini suaranya aduh kak sakit huh huh huh" Adi sambil mepratekan Zha menangis.
"Gila kamu sudah parah ya Di, belum tentu Zha bisa menerima pak Leon, dia Cinta mati sama Arief" kata mita sambil mendorong kepala Adi.
"Tapi menurutku ganteng pak Leon, gagah pak Leon, kaya pak Leon" kata Adi lagi.
"Cinta tidak memandang segalanya Di" sahut Mita.
"Ya Di siapa tau kamu besok bisa cinta sama Mita " sahut Rima yang ada di depan.
"Ogah amat sama nenek lampir cerewetnya gak ketolong" kata Adi.
"Apa lagi saya, malas sama pengangguran, paling di ajak makan sama cuman di Warteg, itu juga di jatah ikanya waktu keluar suruh bayarin" Kata Mita sambil menjauh dari Adi.
Di kediaman Angga, masih mengadakan tahlilan, Zha ikut sibuk menyiapkanya.
Setelah semua beres Leon di suruh ayahnya untuk mengajak Zha ke kamar Leon. Namun mereka berdua masih ragu, ahirnya dengan bujukan Dahlia mereka masuk satu kamar.
Di kamar, Zha duduk di tepi sofa dan membuka kunci handponya. yang awal dia lihat adalah foto Arief dan dirinya, membuat lukanya tergores lagi.
"A a a r i e f. . . ! huh huh huh" Teriak Zha tanpa sadar mengundang seisi rumah, Leon yang masih menghadap laptopnya, segera menaroknya, dan segera memeluk Zha istri kecilnya.
"Sadar nak, ini minum dulu " kata Dahlia sambil memberi minum. Zha pun ahirnya luluh dan bisa tenang.
Leon menggendongnya menidurkanya di kasur dan menyelimutinya.
Tapii Zha masih sesenggukan di dalam selimut.
"Zha aku tahu kau sangat kehilangan, tapi jangan membuat kita tambah sedih dengan keadaan kamu" kata Leon di telinga Zha.
Namun yang di peringatkan tak bergeming sama sekali masih menikmati tangisnya.
" Simpan air matamu untuk besok " kata Leon sambil memeluk Zha dari belakang.
...****************...
Semenjak menjadi istri Leon tujuh hari lalu Zha tidak di perbolehkan kerja kantor, Dahlia mertuanya selalu setia menemaninya di rumah, atau mengajaknya jalan - jalan. Suatu ketika Dahlia ada keperluan arisan bersama ibu sosialita, dia harus terpaksa meninggalkan Zha pada pembantunya.
"Sayang mami pergi arisan dulu ya ? cuman sebentar kok ?, kalau butuh apa-apa panggil bi Sumi ya?" pamit Dahlia pada Zha.
"Iya mam !" jawab Zha.
" Nanti kalau mami pulang pesan apa ? atau mami bawakan berlian ?" tanya Dahlia pada Zha sambil menautkan tas slempang yang harganya tidak murah itu.
"Zha tidak kepingin apa-apa mam" kata Zha 'kalau boleh jujur Zha pengen Arief kembali' kata Zha dalam hati.
" Ya sudah mami berangkat dulu" pamit Dahlia lagi.
Setelah kepergian Dahlia, Zha menjadi sepi, dia mengajak Sumi ngobrol tapi malah Sumi sungkan pada majikan sendiri, ' tidak ada hal menarik di sini' pikir Zha. handpon pun di sita sama Leon, dan mengganti yang baru, jadi tidak ada hiburanya.
Demi mengusir ke jenuhanya Zha mencoba masuk kamar Arief dulu.
" A a a r r i e f. . . !" teriaknya keras membuat Sumi yang masak di dapur lari seketika melihat apa yang terjadi.
"Arief, kenapa kau tinggalkan aku sendiri ? , kenapa kau tidak mengajak aku bersamamu?, kenapa kau begitu jahat denganku, kenapa Arief kenapa dan kenapa, kenapa kau diam saja, jawab arief," teriak Zha sambil menunjuk-nunjuk foto Arief dengan dirinya.
"Apa kau sudah tidak cinta lagi denganku? mana janjimu yang akan menjagaku mana, mana, mana? " teriak Zha sambil menangis di foto Arief.
Sumi yang panik karena di kunci Zha dari dalam, segera menelpon Dahlia, namun teleponya tidak menyambung, ahirnya menelpon Leon, dan segera di angkat oleh Leon.
"Ada apa bi ?" tanya Leon pada Sumi.
"Nona den, nona den " kata Sumi dengan panik.
"Apa yang di lakukan Nona bi ?" tanya Leon dengan nada tinggi.
"Nona m m masuk ke kamar aden A arief" kata bi Sumi terbata-bata.
"Jelaskan bi ada apa sebenarnya?" Nada Leon semakin tinggi.
"Nona masuk ke kamar den Arief dan teriak - teriak terus di kunci dari dalam den !" Sumi menjelaskan.
"Apa mami tidak di rumah bi ?" tanya Leon.
"Nyonya pergi Arisan " jawab Sumi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!