Hujan masih tetap setia menemani masyarakat desa dimana tempat aku dilahirkan sejak ba'da Maghrib hingga isya. Seolah memberikan kenyamanan untuk melepas penat setelah berbagai aktivitas yang dilakukan masyarakat desa tersebut. Begitu juga dengan aku dan keluargaku di ruang tamu yang sederhana kami berkumpul sambil ditemani pisang dan singkong serta teh jahe yang dapat menghangatkan tubuh dari ejekan hujan yang terus menerus enggan untuk mereda.
Hampir setiap malam selepas shalat Isya, aku yang memiliki nama Naura Eka Febriana yang biasa dipanggil Naura dan keluargaku yang terdiri dari bapak, emak, adik perempuankua yang bernama. Naya Dwi Handayani dan adik laki - lakiku yang bernama Ananda Tri Diansyah selalu berkumpul untuk menceritakan kegiatan apa saja yang telah dilakukan oleh kami masing - masing. selain itu, hal ini juga bertujuan untuk selalu menjaga komunikasi antar sesama anggota di dalam keluargaku. Meskipun,aku dari keluarga petani yang sederhana, tetapi bapak dan emak selalu mengajarkan kami untuk mensyukuri rezeki yang telah diberikan oleh Allah dan selalu berdoa serta berikhtiar kepada - Nya
" Nduk sebentar lagi kau kan lulus dari SMA, setelah lulus apa rencanamu nduk?" Kata bapak membuka pembicaraan diantara kami.
" Iya pak,rencana Naura ingin melanjutkan kuliah Pak." Jawab Naura
" Biaya kuliah itu sangat besar lho Ra." timpal emak dengan nada sedih. " Lalu bagaimana caranya kau untuk mencari sekolah itu Ra?." lanjut emak
" Bukan sekolah namanya Mak, tapi Universitas atau bahasa gaulnya kampus Mak." Adikku si Naya memberikan penjelasan terkait tempat untuk mengenyam pendidikan ke perguruan tinggi.
" Oalah Nduk, ya wajar toh emak mu ndak ngerti orang kami hanya tamat sampai SMP doang, hehehhe," Ucap bapak senyum - senyum. Kami semua hanya bisa diam sambil melihat bapak dan emak.
"Tapi walaupun kami hanya tamatan SMP, Bapak dan Emak berharap kalian bisa melanjutkan sekolah yang lebih tinggi lagi." Sambung bapak, meskipun bapak dan emak dari keluarga yang sederhana dan tidak mengenyam pendidikan yang tinggi tetapi pemikiran bapak tidak seperti masyarakat di desa ini.
Ya meskipun sekarang sudah zaman modern, tetapi pola pikir masyarakat di desaku masih tradisional yang mana mereka berpikir bahwa anak perempuan itu tidak perlu melanjutkan sekolah yang lebih tinggi lagi. Percuma sekolah tinggi - tinggi nanti kalau sudah menikah akan ikut suaki dan ujung - ujungnya ke dapur juga. Karena kodrat perempuan itu hanya tiga yaitu ke dapur, sumur dan kasur.
" Naura sudah bertanya dengan bu Desi Pak, wali kelas Naura beliau mendukung keinginan Naura untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Katanya sayang jika Naura hanya tamat SMA saja karena Naura anak yang pintar. Terus minggu depan dari pihak sekolah akan mendaftarkan para siswa yang ingin kuliah yang mana pihak sekolah bekerja saman dengan pihak kampus untuk memberikan keringanan biaya selama masa pendidikan. Terus kalau kita berhasil kita bisa dapat beasiswa dari kampus Pak. Selain itu, bu Desi juga akan membantu Naura untuk mengurus segala keperluan dalam pendaftaran masuk kuliah. Dan kalau lulus beliau juga akan membantu mencarikan Naura tempat tinggal di kota selama kuliah nanti Pak." Jelas Naura panjang lebar.
" Terus kalau sudah lulus apakah biayanya gratis Ra?". Tanya emak.
" Kalau untuk awal semester belum Mak, kita tetap membayar uang kuliahnya tetapi lebih ringan dibanding daei jalur umum Mak. Terus kalau Naura berhasil mendapatkan beasiswa di semester berikutnya semua biaya yang berkaitan dengan perkuliahan bisa ditanggung Mak. Jadi kita hanya memikirkan biaya hidup kita aja Mak." Jelas Naura
" Enak ya kak,Naya juga mau dong. Kan Naya ingin menjadi desainer baju." Kata Naya
" Desainer itu opo toh Nduk?." tanya bapak
" Itu lho Pak, orang yang menggambar model baju lalu kita tinggal membuatnya dan menjahitnya sendiri." Jelas Naya dengan semangat.
" Oalah tukang jahit toh, kalau tukang jahit saja kan gak perlu sampe kuliah gitu toh. Kamu tinggal minta ajari aja tu sama bik Anum." Kata bapak
" Beda dong Pak sama bik Anum, kalau desainer ini orang yang merancang, menciptakan, dan mengembangkan pakaian Pak. Terus seorang desainer juga harus mempunyai kreativitas dan kemampuan visualisasi yang tinggi Pak. Jadi hasilnya akan bersifat unik dari yang lain Pak. Kalau bik Anum kan menjahit baju dengan pola yang ada aja." Jelas Naya sambil memajukan bibirnya sedikit ke depan.
" Ooooo" bapak hanya berseru sambil mulutnya membentuk huruf O.
" Kalau cita - citamu ingin jadi apa Nda?" tanya emak sambil memperhatikan anak bungsunya. Karena daritadi Nanda hanya diam saja dan menjadi pendengar yang budiman.
" Sebenarnya Nanda ingin jadi insinyur pertanian Pak." Jawab Nanda malu - malu karena ia berpikir cita - citanya terlalu tinggi dan itu akan menjadi beban bagi bapak dan emak.
" Toh,kamu selama ini sudah menjadi insinyur kan tiap hari bantu bapak di ladang." Kata bapak
" Beda lho Pak,kalau Nanda kuliah di pertanian Nanda bisa mengelola ladang Bapak agar menjadi lebih maksimal lagi karena Nanda belajar bagaimana cara dan kiat - kiat dalam bertani agar menghasilkan hasil panen yang lebih memuaskan lagi Pak kan ada ilmunya lho Pak." Jelas Nanda. Meskipun Nanda masih duduk di kelas 7 Sekolah Menengah Pertama tetapi pengetahuannya tentang pertanian cukup luas.
" Gitu toh, ya sudah apapun cita - cita kalian, Bapak dan Emak akan berusaha mengkuliahkan kalian sampai selesai. Asal kalian juga harus benar - benar berusaha dan giat belajar serta jangan lupa selalu berdoa agar tidak mengecewakan Bapak dan Emak." Kata bapak menasehati kami semua.
" Iya Pak." Jawab kami serentak
" Dan ingat kita dari keluarga yang tidak mampu jadi kalian jangan mempunyai gaya hidup yang tinggi karena merasa sudah berpendidikan tinggi. Tetaplah menjadi manusia yang rendah hati dan sederhana." Timpal emak
" Baik Mak. Kami akan selalu mengingat nasehat dari bapak dan emak." Kata Naura yang di iyakan oleh Naya dan Nanda
" Ya sudah ini sudah jam 10 malam kalian tidurlah,"
Mereka pun beranjak meninggalkan bapak dan emak si ruang tamu menuju kamar masing - masing.
Arlan Putra Kusuma merupakan anak kedua dari seorang pengusaha yang ternama di salah satu kota terbesar di negara ini. Selain seorang pengusaha yang tersohor beliau juga pemilik dari Universitas Swasta yang terkenal dan sebuah sekolah Yayasan. Yaitu Tuan Rahardi Kusuma dan istrinya bernama Nyonya Annissa Kusuma. Arlan memiliki kakak perempuan yang sudah menikah dan melanjutkan mengurus salah satu anak perusahaan yang dimiliki ayah mereka.
" Arlan, kau sudah berjanji akan mengambil alih perusahaan dan kampus ayah setelah kau bersenang - senang dengan hobimu itu, jadi kapan janji itu kau tepati?" tanya tuan Rahardi pada saat mereka berkumpul di ruang keluarga selepas makan malam.
" Ayah tenang saja aku akan menepati janjiku yah, beberapa bulan lagi aku akan lulus dari S1 ku dan aku akan melanjutkan S2 ku ke Luar Negeri yah. Setelah lulus aku akan mengambil alih semua perusahaan Ayah dan tidak akan kubiarkan Ayah ikut campur lagi tentang perusahaan. Ayah tinggal menikmati masa tua Ayah dengan tenang." Jawab Arlan.
" Tapi Bunda tidak tenang juga lho karena Bunda Ayahmu juga ingin menggendong cucu darimu. Jadi sekembali dari Luar Negeri kau juga harus membawa calon isteri." Timpal Nyonya Nissa bundanya Arlan.
" Tapi cucu sudah ada dari mbak Aran Nda? kenapa Arlan diburu - burui untuk menikah? Arlan masih mau fokus mengembangkan perusahaan Ayah dan membangun perusahaanku sendiri. Lagipula cari calon isteri yang sesuai dengan kriteria Arlan tidak semudah membeli buah Nda." Jawab Arlan mencoba memberi pengertian kepada bundanya. Nyonya Nissa selalu meneror Arlan untuk segera memberikan menantu untuknya, Karena selama ini ia tidak pernah melihat atau pun mendengar Arlan menggandeng seorang wanita untuk dijadikan pacarnya. Apalagi untuk diperkenalkan dengannya ataupun keluarga besarnya.
" Bukan begitu Lan,nenekmu selalu bertanya pada Bunda kapan kau akann membawa pacarmu kemari. karena kau sangat sibuk jadi nenekmu sulit untuk bertwmu. Nenek ingin melihat kau menikah dan menggendong anak darimu. Makanya kalau ada waktu kunjungilah nenekmu Lan." Jelas Nyonya Nissa
" Iya Nda,nanti setelah selesai sidang skripsi aku akan mengunjungi nenek. Bunda kan tahu sendiri aku mengambil dua jurusan sekaligus jadi kalau sudah menyusun skripsi seperti ini apalagi waktunya bersamaan sekaligus pasti memakan waktu, tenaga, waktu dan pikiran yang ekstra." Balas Arlan.
Ya, Arlan saat ini masih kuliah dan mengambil dua jurusan sekaligus yaitu jurusan Bisnis manajeman dan jurusan Arsitektur bangunan. Ini ia lakukan karena sudah menjadi kesepakatam antara ia dan ayahnya. Ia akan mengambil alih perusahaan jika ia tetap diizinkan untuk tetap melakukan hobinya dalam mendesain bangunan. Bahkan ia sudah memulai bisnisnya dalam bidang properti.
Oleh karena itu, ia tidak mempunyai waktu untuk sekedar hangout bersama teman - temannya ataupun bersenang - senang dengan gadis - gadis. Bahkan masa mudanya sudah terenggut oleh masa pendidikannyq dan teman yang ia punya hanya dua orang saja itupun teman sejak di bangku SMA. Ditambah sifat Arlan yang tertutuo, cuek dan dingin. Walaupun Arlan terlahir dari keluarga konglomerat tetapi itu tidak menjadikannya seorang anak yang manja yang melakukan hal - hal bebaa yang dapat menjerumuskannya ke dalam pergaulan bebas. Ia sadar, sedari kecil ia sudah ditempah untuk memikul tanggungjawab perusahaan ayahnya.
" Sudahlah Nda, Arlan sudah dewasa dia tahu mana yang terbaik untuk dirinya sendiri. Sekarang dia harus menepati kesepakatan kami dan janiinya. Setelah itu, dia bebas menentukan pendamping hidupnya, asalkan wanita tersebut berasal dari keluarga yang baik - baik dan yang paling utama adalah akhlak dan sikapnya harus bagus." Timpal tuan Rahardi.
Msekipun tuan Rahardi seorang pengusaha yang sukses tidak menjadikan anak - anaknya sebagai senjata untuk memenuhi ambisi pengembangan bisnis yang di kelolanya. Tuan Rahardi dan Nyonya Nissa tidak ingin memaksa apalagi menjodohkannya dalam bentuk pernikahan bisnis. Karena mereka tidak ingin mengorbankan hidup dan kebahagiaan mereka demi ambisi orangtuanya.
Di dalam dunia bisnis tuan Rahardi adalah sosok yang tegas, disiplin, pekerja keras dan tidak menunjukkan belas kasih terhadap para karyawannya ataupun rekannya yang sudah melakukan kesalahan dalam melaksanakan tanggungjawabnya. Tetapi dalam keluarganya ia merupakan sosok yang hangat dan ceria sebagai seorang suami dan seorang ayah. Oleh karena itu, hubungan di dalam keluarganya terlihat harmonis dan baik - baik saja bahkan keluarga Kusuma jauh dari gosip - gosip miring yang dapat merusak nama baik dan reputasi keluarga Kusuma.
" Ayah saja mengerti lho Nda, ya sudah aku mau ke kamar aja Nda! sudah ngantuk." Ucap Arlan sembari berdiri dan berlalu meninggalkan ayah dan bundanya berdua di ruang keluarga.
" Is dasar anak itu ya, makin besar kok makin ngeyel sih. Ntar Bunda sumpahi lho dapat jodoh yang baik wanita yang sholeha dan memberikan Bunda cucu yang banyak, hahahahaha," canda Nyonya Nissa sambil tertawa dan berharap sumpahnya terkabul.
"Amin, mudah - mudahan sumpahnya Bunda terlaksana." Tuan Rahardi mengaminkan sumpah isterinya.
" Tumben Ayah membela Bunda, biasanya Ayah selalu menasehati kalau Bunda mengomeli Arlan." tanya isterinya sambil mendekati suaminya.
" Lha, orang Bunda , kayak gitu, Ayah ya setuju saja apalagi Bunda menyumpahi Ayah agar tetap selalu bugar dan fit dalam menemani Bunda di setiap saat terutama di ranjang." Goda suaminya sambil menoel hidung isterinya.
" Is Ayah mesum." Ucap isterinya
" Tapi Bunda suka kan?" timpal suaminya.
Nyonya Nissa langsung beranjak meninggalkan suaminya sendirian di ruang keluarga sambil mengerucutkan bibirnya ke depan. Melihat kelakuan isterinya Tuan Rahardi menjadi gemas dan langsung mengekor di belakang isterinya menuju ke kamar.
Seperti biasa, pukul 05.00 subuh Naura sudah terbangun dari tidurnya, ia langsung duduk sejenak dan tak lupa membaca do'a. Ia keluar kamar dan langsung menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu setelah selesai ia pergi menuju ruang shalat dan sudah ditunggu oleh anggota keluarga yang lainnya. Setelah merapikan barisan shaf, mereka memulai shalat Subuh berjama'ah, kali ini Nanda mendapat giliran menjadi imamnya. Meskipun Nanda masih SMP, bapak sudah membiasakan Nanda untuk menjadi seorang imam baik imam bagi keluarganya maupun menjadi imam bagi masyarakat kelak.
Selesai shalat, Naura membantu emak memasak di dapur, Naya membersihkan rumah sedangkan Nanda membantu bapak menyiapkan peralatan yang akan dibawa ke ladang seperti mengasah parang, cangkul dan pisau. Begitulah aktivitas keluarga Naura setiap hari yang selalu kompak dan saling membantu dalam melaksanakan pekerjaan rumah.
Pulul 06.30, mereka sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama. Setelah selesai sarapan Naura, Naya dan Nanda berpamitan kepada bapak dan emak untuk berangkat ke sekolah masing - masing. Sebelum berangkat tak lupa mereka mencium punggung tangan bapak dan emak. Sedangkan bapak pergi bekerja di kebun yang berada di belakang rumah. Sekolah Naura dan Naya berada di desa kecamatan karena untuk kenjang SMA hanya ada satu di kecamatan tersebut.
Jarak dari rumah ke sekolah memakan waktu sekitar 30 menit, mereka berboncengan naik motor butut punya bapak. Jarak dari rumah ke sekolah memakan waktu sekitar 30 menit, mereka berboncengan naik motor butut punya bapak. Naura duduk di kelas 3 semester akhir,dan Naya baru duduk di kelas 1. Sedangkan Nanda masih duduk di kelas 1 SMP, jarak sekolah Nanda dari rumah tidak jauh, hanya memakan waktu 15 menit berjalan kaki. Karena letak sekolah Nanda berada di desa sebelah.
Sesampai di sekolah, Naura dan Naya menuju ke kelas mereka masing-masing. “ Pagi Ra” sapa Nining teman sebangku Naura, “pagi Ning.”
“ohya Ra,aku dengar kau sudah menyiapkan pendaftaran untuk masuk kuliah ya?”
“Iya Ning, doakan aku ya”
“pasti dong, kau kan teman terbaik ku Ra, ya walaupun aku tidak mampu untuk melanjut, karena kau tau sendirikan gimana otak dan keuangan keluargaku, dua - duanya tidak mendukung."
“jangan gitu Ning,rezeki kita kan siapa yang tau.”
“Ah,sudahlah aku uda malas Ra, aku mau langsung kerja aj,kemarin kakak ku sudahmendapatkan kerjaan di toko pakaian yang ada di kota kabupaten Ra,jadi setelah kita lulus aku bisa langsung kerja.”
“jauh juga Ning.”
“ Yah, lumayanlah walaupun tidak di kota besar sana,tapi aku sudah ada pengalaman tinggal di kota Ra.” Jawab Nining sambil nyengir menampakkan gigi-giginya.
Nining adalah satu-satunya teman ku yang ada di desa ini, meskipun kami tidak tinggal di desa yang sama. Keadaan orangtua kami tidak jauh berbeda, hanya saja bapak dan kemampuan otakku sudah mendukungku untuk melanjutkan kuliah.
Teng teng teng teng, lonceng tanda masuk sudah terdengar dengan nyaringnya. Semua siswa sudah berada di kelas mereka masing-masing begitu juga kelasku. Hari ini kami tidak aktif belajar bu Desi wali kelas ku hanya memberikan pengarahan tentang pendaftaran kuliah yang akan dilaksanakan minggu depan. Bu Desi selalu membimbing dan menasehati kami,untuk tetap semangat melnjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Ya, itu karena bu Desi adalah seorang guru PNS yang di tempatkan di desa kecamatan tempat tinggal ku, beliau berasal dari luar kabupaten ini. Dan memiliki pemikiran yang maju.
“ Bagaiamana Ra, semua persyaratan yang dibutuhkan sudah kau siapkan?” tanya bu Desi setelah jam istirahat, kami masih berada di kelas karena Bu Desi ingin memberi bimbingan kepadaku.
“sudah bu,”
“ bagus lah, karena ibu yakin dan percaya kau bisa lulus dalam pendaftaran ini, karena di kelas ini hanya kau seorang yang ingin melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi. Dan kebetulan kampus yang kita ajukan membuka beasiswa untuk jurusan keguruan Ra.”
“benarkah bu? Syukurlah bu, jadi orangtua saya tidak terlalu berat untuk menanggung biaya kuliahnya bu.”
“Iya Ra, ibu sangat menyayangkan, kenapa di desa ini minat untuk kuliah tidak ada ya. Mereka berpikir anak perempuan setelah tamat SMA, kalau tidak kerja ya menikah. Dan anak laki-lakinya kalau tidak merantau,membantu orangtuanya bekerja di kebun.”
“ Itulah bu, saya juga sering di bilang sama tetangga saya, oalah Naura ngapai kau kuliah,apa sanggup bapakmu mengkuliahkan kau nanti, karena biaya kuliahkan sangat besar. Gitu bu,kata mereka.”
"Sudah ,jangan kau dengarkan Ra,buktikan saja kalau kau bisa menyelesaikan kuliahmu dengan tepat,dan buat kedua orangtuamu bangga.”
“ Iya bu,makanya saya sangat butuh bantuan ibu,karena kan saya tidak tau apa-apa tentang kuliah dan bagaimana tinggal di kota besar bu. Lalu tempat tinggal saya gimana bu.”
“ kau tenang saja Ra, nanti adik ibu yang ada di kota akan mencarikan kos-kosan yang dekat dengan kampus.”
“ Makasih ya bu, ohya bu berapa orang yang akan mendaftar minggu depan bu?”
“semuanya ada 15 orang Ra, dari kelas IPA 3A ada 6 orang, kels IPA 3B 5 orang, kelas IPS 3A hanya kau, dan IPS 3B 3 orang. Tetapi yang ingin jadi guru hanya kau sendiri Ra, makanya mereka kemungkinan akan di kampus yang berbeda dan tidak ada beasiswa nya.”
“ Kok bisa gitu bu?emang saya di kampus apa bu?”
“ Pihak sekolah kita mendapatkan jatah 3 kampus yang mana ada yang negeri dan ada yang swasta, kalau 14 orang temanmu itu akan di daftarkan ke negeri,sedangkan kau ibu rekomendasikan di swasta karena kebetulan kampus tersebut membuka beasiswa bagi mahasiswa baru pada jurusan keguruan Ra, tapi kau jangan salah Ra, walaupun swasta tapi kampus ini merupakan kampus yang terkenal di negara ini Ra. Kampus ini termasuk kampus untuk kalangan menengah ke atas. Ibu berharap meskipun kau dari jalur beasiswa,itu akan membanggakan dirimu dan kedua orangtuamu.”
“Saya jadi minder bu,lalu kalau saya di bully gimana bu,karena saya dari desa dan miskin.”
“kau jangan takut,tata krama di kampus itu tinggi,selama ini ibu belum pernah mendengar tentang kasus pembullyan yang berakibat fatal,hanya saja gaya hidup mereka yang sangat tinggi. Jadi saran ibu, kau jangan mengikuti gaya hidup mereka Ra,jangan gengsian. Fokuskan aj studi mu.”’
“ Iya bu, terimakasih bu, sudah membantu saya.”
sama-sama Ra.”
Teng teng teng, lonceng masuk sudah berbunyi, akupun mengakhiri sharing tentang perkuliahan ini dengan bu Desi.
“baiklah anak-anak,hari ini sampai di sini, ibu harap kalian belajar sungguh-sungguh untuk menghadapi Ujian Akhir Sekolah dua bulan lagi” jelas bu Desi mengakhiri pelajaran hari ini. Setelah bu Desi keluar, kami pun langsung berhamburan keluar kelas.
“dadah Ra, sampai jumpa besok ya” kata Nining sambil melambaikan tangannya karena ia sudah di jemput duluan oleh kakaknya, kamipun berpisah di gerbang sekolah. “ iya Ning” balasku
Aku menunggu Naya keluar dari parkiran, lalu ia pun menghampiriku. Akupun bergegas naik ke atas motor, kali ini Naya yang mengendarai motor.
Pegangan ya kak,”kata Naya sambil melajukan motor bapak perlahan-lahan.
“ok. Lets go Nay..”jawabku semangat. Kamipun langsung pulang menuju ke rumah. Pukul 14.00 kami tiba di rumah, seperti biasa, keadaan rumah selalu sepi karena bapak dan emak berada di kebun, dan Nanda sepulang sekolah juga langsung ke kebun untuk membantu bapak. Selesai makan dan shalat Djuhur, aku pun pergi ke kebun,sedangkan Naya dia bertugas untuk menyiapkan makan malam nanti,jadi ia jarang ikut ke kebun.
“Nay,kakak pergi ke kebun ya!”teriakku yang sudah di ambang pintu.
“iya kak” balas Naya dari dalam kamarnya.
Baru saja aku keluar halaman belakang, aku berpapasan dengan pakde Rahmat dan isterinya bude Yati,mereka adalah abang dan kakak ipar dari emak.
“ Eh Ra, bude dengar kau mau kuliah ya?” tanya bude Yati dengan sinis. “ Iya bude, Insya Allah minggu depan pendaftaran dari sekolah.” Jawabku sopan, aku berusaha untuk tidak melanggatinya, aku tau pasti ujung-ujungnya akan menghina emak. “ Is, apa sanggup bapak dan emakmu untuk membayar uang kulihmu Ra,kau pikir biayanya tu tidak besar apa?” kata bude Yati dengan ciri khasnya kalau ngomong selalu merendahkan orang.
“ asal kau tau ya, bude saja sudah habis banyak duit tu untuk mengkuliahkan si Tari, dan Alhamdulillahnya bentar lagi dia akan selesai, dan sudah setahun terakhir ini dia sambil bekerja,makanya dia bisa mengirimkan bude duit,masih kuliah aj ia bisa nyenengi bude apa lagi kalau sudah tamat dan bekerja di perusahaan yang lebih hebat lagi.” Ucapnya dengan bangga. Sementara Pakde Rahmat sudah daritadi meninggalkan kami berdua,ia lebih memilih pergi duluan.
Astaghfirullahalazim,,, aku banyak –banyak beristighfar,mendengar ocehan bude Yati yang selalu merendahkan keluargaku. Iya dari dulu keluarga Pakde tidak cocok dengan emak,akupun tak tahu apa sebabnya, mereka merasa keluarga mereka harus terpandang dan selalu berada di atas.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!