Tahun 1097
Wujud hitam dengan mata ungu yang sangat bersinar di gelapnya ruangan itu dan rambut yang hitam legam, serta tanduk hitam yang mengelilingi kepalanya dengan tujuh kristal di setiap selanya dilihat oleh Arthur dari Pantulan cermin di depannya.
"Siapa Dia....?"
"Ini tidaklah lucu. Berhentilah bermain-main!" Tegas Arthur sambil menoleh kebelakang dua sosok yang tak terlihat dari cermin itu.
Tangannya perlahan berubah menjadi hitam dan mengeluarkan cahaya biru yang sangat terang dari tangan kanannya.
"Sinar apa ini?" Arthur mengangkat tangan kanannya yang gemetar.
Ia melihat ke cermin itu sekali lagi yang sama mengangkat tangan kanannya yang bercahaya.
DEGH!
"Apa...? Tidak... tidak mungkin... itu bukan Aku"
"Itu bukan Aku" Bayangan di cermin itu mengikuti gerakannya.
"SIALAN!!!!! SUDAH KUKATAKAN KALAU INI TIDAK LUCU!!!!!!"
PYARRRRRRRR!!!!!"
Arthur memukul cermin itu dengan tangan kanannya yang sangat bersinar dalam sekali pukulan.
Dan Ia tak merasa sakit sedikitpun.
Arthur tidak percaya akan hal itu.
"SIAPAPUN!!! KATAKAN KALAU ITU BUKAN AKU!!!!" tegasnya sambil meraba wajahnya dan melihat pantulan dari pecahan kaca itu.
...***...
...PROLOG...
TAHUN 1092
Berlatar di sebuah Kerajaan terbesar ketiga, Shinrin yang berada di sebuah Negri bernama Arden.
Negri Arden adalah satu dari empat negara yang terkaya dan memiliki 12 Pemimpin yang memimpin 12 Kerajaan.
Walau dikatakan Negri terkaya, Negri tersebut jauh akan kata damai.
12 Kerajaan itu, selalu berseteru akan hal yang berhubungan dengan Golongan, drajat, status, hingga sesuatu yang sepeleh berhubungan dengan ciri khas, warna rambut, dan mata.
Negri tersebut terdiri dari lima golongan Bangsa antaranya ; Iblis, Malaikat, Elf, Siluman, dan Manusia.
Dan setiap Bangsa mereka memiliki seseorang yang mulia atau disebut dengan titisan.
Bangsa Iblis adalah bangsa yang paling di takuti di negri tersebut.
Dan, Kerajaan yang memimpin mereka adalah Kerajaan Akaiakuma dipimpin oleh Iblis golongan merah yang bernama De luce Mizel.
De luce Mizel adalah Raja Ke 12 setelah hilangnya Raja ke 11 yang merupakan kembarannya, De luce Archie.
Kemudian, Kerajaan Shinrin adalah Kerajaan yang bisa di katakan sebagai Kerajaan terkontrol di negri itu.
Kerajaan tersebut adalah kerajaan Manusia yang dipimpin oleh Raja Agleer Linus berketurunan Malaikat Manusia.
Selain Kerajaan Shinrin, ada Kerajaan Aosora yang menjadi pecahannya yang dipimpin oleh Seorang Keturunan Malaikat dan ia menerima darah Elf dari Kakeknya yang merupakan Raja pertama Aosora Alex.
Dan Raja itu bernama Aosora Naver.
Dua Kerajaan tersebut (Shinrin dan Aosora) adalah Kerajaan saudara karena, Raja ke III (Aosora Naver) menikah dengan adik Raja Agleer Linus.
...***...
Kisah ini berawal dari kejadian dimana Aosora Arthur melarikan diri dari Istananya secara tidak sadar dan tiba tiba terbangun ia sudah berada di tengah Hutan sihir.
Aosora Arthur adalah Putra kedua dari Aosora Naver yang menjadi Raja Ke III Aosora.
Ia berusia 16 tahun dengan perawakan tinggi kurang lebih 171 cm dan bermata biru laut yang gelap serta berambut biru langit.
Ia kabur dari Istana Aosora setelah 2 minggu di penjara khusus dan akan dieksekusi dihadapan warga atas dugaan pembantaian keluargannya sendiri.
Itu tidaklah benar.
Aosora Arthur membuka matanya melihat langit yang gelap dengan suasana mencengkam di dalam hutan.
"Dimana Aku? Kenapa Aku disini? Bukankah Aku akan di eksekusi?"
Arthur bertanya dalam batinnya dan melihat kondisi sekitar yang sepi dan hawa yang dingin.
Angin malam menyapu rambut biru langit Arthur.
Ia ketakutan
"Aku tidak membunuh Orang tuaku dan Kakakku. Aku tidak membunuh mereka..."
Arthur yang sedang berkaca di genangan air sisa hujan itu dan melihat kedua matanya yang sekejap berwarna merah.
"Ini tidak benar...."
Arthur menutup kedua telinganya.
"Tidak mungkin kan. Aku bukanlah seorang Iblis. Aku keturunan Malaikat dan Manusia"
Warna mata yang merah merupakan ciri umum warna mata bangsa Iblis.
Dan Arthur kembali berkaca di genangan Air itu.
Warna matanya kembali berwarna biru laut.
"Hei Aosora.... Bersyukurlah Kau masih hidup"
Tiba tiba Arthur mendengar suara laki laki dengan nada yang berat di telinganya.
"!!!" Arthur langsung berdiri sangking terkejutnya.
Ia melihat kesegala arah yang hanya ada pepohonan yang rimbun dan angin malam yang bertiup semakin kencang.
"Siapa?" Tanya Arthur untuk memastikan firasatnya.
Tak ada jawaban, hanya ada suara gesekan ranting yang tertiup angin.
Suara itu, tak asing. Ia mengingatnya, "Suara itu, kalau tidak salah.... suara yang memanggilku sebelum Aku di eksekusi !" Batinnya yang menunggu jawaban.
Arthur kembali duduk untuk menenangkan dirinya.
"Ya. Itu memang suaraku dan berterima kasihlah padaku karena telah membawamu kemari"
Suara itu, terdengar dengan jelas. Firasat Arthur mengatakan kalau suara itu berasal dari dalam dirinya.
"DEGH!!" Mata Arthur terbelalak dan memegang kepalanya dengan kedua tangannya.
"SIAPA KAU !!!! KELUAR DARI TUBUHKU!!!!" Tegas Arthur dan menahan rasa takutnya.
Namun, tubuh Arthur tak bisa berbohong. Sekujur tubuh Arthur bergetar dan jantungnya memompa dengan cepat.
"Cih! Berterima kasihlah dulu padaku. Tanpa bantuanku Kau pasti mati disana" ucap suara itu.
Arthur tak tau apa yang terjadi. Kenapa, Ia harus berterima kasih pada sosok lain yang sedang merasuk i nya?
"Apa untungnya Aku berterima kasih Padamu!! Keluar Kau dari tubuhku!!!" Tegas Arthur.
Arthur mengepalkan tangan kanannya untuk melawan rasa takutnya.
"Dasar Aosora sombong! Kau berbeda sekali Dengan Aosora Alex!" Jawab Sosok di dalam tubuhnya.
Sosok didalam tubuh Arthur itu, mengenal Kakek buyutnya.
"Aosora Alex? Kakek buyutku.... "
Lagi-lagi Ia membelalakan matanya. "Siapa dia? Apa hubungannya dia dengan Kakek buyutku?"
"Apa untungnya diriku memberitahu bocah sesombong dirimu?" Ketusnya balik.
Arthur lebih memilih mengalah untuk mengetahuinya.
"Beritahu Aku! Aku meminta maaf padamu atas ketidaksopananku"
"Seorang bangsawan yang telah terlahir di istana tak akan memahami bagaimana perjuangan berlari sejauh mungkin untuk menyelamatkan diri dan itu memang benar, mereka yang terlahir penuh dengan kemewahan, serta selalu dituruti tak akan paham atas besarnya ucapan terima kasih. Ucapan Terima kasih itu memang sepeleh, setidaknya ucapkan kata itu sebagai rasa syukurmu karena ada yang membantumu"
"Penuh dengan kemewahan dan selalu dituruti?" Kehidupan Arthur jauh dari kata keturutan.
"Tolong maafkan Aku atas ucapanku yang terdengar sombong di telingamu. Aku juga berterima kasih atas bantuanmu. Aku memang hidup dalam kemewahan tapi, Aku mengerti seberapa berartinya ucapan terima kasih. Aku adalah Aosora Arthur, Putra kedua dari Raja ke III Aosora. Aku meminta maaf sebesar besarnya padamu" Arthur langsung bersujud begitu saja dirumput yang berembun.
Hanya itu yang bisa Ia lakukan.
"Eh! Hentikan! Kenapa Kau bertindak seperti itu! Kau membuatku merasa bersalah!" Ucap sosok didalam tubuh Arthur yang gelagapan.
Entah kenapa, perasaan Arthur berubah menjadi sedih.
"Aku memang hidup di dalam sebuah kemewahan tapi, bukan berarti...keinginanku selalu terwujud"
Sosok didalam diri Arthur itu mendengar batinan Arthur.
"Berdirilah bocah Aosora, Aku memaafkan mu. Namaku adalah Archie" ucapnya.
"Archie?" Mata Arthur terbelalak.
Arthur terkejut mendengar nama itu dan langsung membelalakan matanya.
"Iya Archie" Ulangnya.
"Kau.... seorang Iblis?" Jantung Arthur kembali memompa dengan cepat.
"Secara biologis, Aku bangsa campuran dan masih memiliki hubungan darah dengan keluarga Aosora" Jawabnya.
"Apa Kau bisa keluar dari tubuhku...?" Tanya Arthur yang sangat ketakutan karena mendengar nama itu dan penjelasannya.
"Tidak bisa..." Jawabnya.
Tubuh Arthur terasa berat. Ia cukup lelah untuk hari ini. Hingga,..
"Si..al..... Bruk !!!!!" Arthur pingsan karena kelelahan.
"Hei bocah! Aosora ! Buyutnya Alex ! Bangunlah ! Jangan mati duluan !" Archie panik.
......***......
Sekilas Info :
De luce Archie adalah keturunan Raja ke X Akaiakuma, yang harusnya menjadi Raja Ke XI setelah meninggalnya.
Namun, setelah menjabat selama seminggu, De luce Archie menghilang dari Akaiakuma dan ada rumor kalau De luce Archie dibunuh oleh Aosora Alex atas tuduhan penyerangan wilayah Aosora.
De luce Archie sendiri bisa di katakan sebagai Iblis terkuat di eranya dan Ia serta Aosora Alex adalah dua sosok yang membunuh De luce Arnold (Raja ke X Akaiakuma)
"Apa Kau bisa keluar dari tubuhku...?" Tanya Arthur yang sangat ketakutan karena mendengar nama itu dan penjelasannya.
"Tidak bisa..." Jawabnya.
Tubuh Arthur terasa berat. Ia cukup lelah untuk hari ini. Hingga,..
"Si..al..... Bruk !!!!!" Arthur pingsan karena kelelahan.
"Hei bocah! Aosora ! Buyutnya Alex ! Bangunlah ! Jangan mati duluan !" Archie panik.
...***...
Pagi hari telah tiba, hawa dingin menyelimuti Arthur yang masih terlelap diatas rumput yang berembun.
Sinar matahari dari sela dedaunan pohon mulai mengenai mata Arthur.
"BLINK " Arthur membuka matanya lebar lebar.
"Hacchhi!!!" Ia bersin karena tak terbiasa tidur diluar dengan hawa dingin serta, pakaian yang telah rusak.
Arthur kembali menutup matanya dengan lengan kanannya.
"Aosora.... Sampai kapan Kau akan tiduran? carilah sungai untukmu mandi dan minum. Dari barat, Aku mendengar suara Orang" Suruh Archie.
Arthur menghela napas dan membalik tubuhnya.
"Aosora..... Aku adalah Iblis yang baik" Ucap Archie untuk menyakinkan Arthur.
"Sialan. Kalau Kau berkata seperti itu, Aku semakin tak mempercayaimu"
Arthur benar-benar malas mendengar suara Archie.
"Sampai kapan Kau akan bersembunyi. Cepatlah keluar dari sini " Saran Archie padanya.
Percuma saja, Saran Archie tak akan didengarkan oleh Arthur yang sudah malas untuk hidup.
"Lebih baik Aku mati saja disini. Di luar belum tentu ada yang mau menerimaku. Orang yang di dalamnya ada jiwa Iblis lain, apalagi jiwa Iblis sepertimu De luce Archie. Aku benar benar akan mati ditangan orang-orang Kerajaan. Melarikan diri seperti ini lalu keluar dari persembunyian sama saja dengan bunuh diri"
Ia lebih baik mati tanpa diketahui orang lain, daripada mati dibunuh.
"Oh, Jadi... menurutmu, lebih baik Kau mati kelaparan disini?" Tanya Archie.
Arthur tidak menjawab pertanyaan Archie itu.
"Kau benar benar Aosora yang lebih bodoh dari Aosora Alex. Apa Kau akan menyia-nyiakan pengorbanan Kedua orang tuamu? Apa Kau tak ingin membalas dendam?" Tanya Archie.
Dibenak Arthur, tak sedikitpun menyelipkan keinginan untuk balas dendam.
"Balas dendam? Aku tak akan melakukannya. Ini memang berat. Tapi, bila Aku membalas dendam, itu hanya akan melahirkan balas dendam yang lainnya. Lagian, orang yang membunuh keluargaku sudah mati. Percuma saja kalau Aku tetap berjuang untuk hidup. Aku juga, tak menginginkan menjadi penganti Kak Ram" Jawab Arthur dengan nada yang tak terdengar semangat.
Archie menghela napas.
"Teruslah hidup. Aku tak akan memaafkan siapapun yang telah melukai keluarga Aosora. terutama Orang itu. Aku telah membunuh orang yang membunuh keluargamu tapi, tidak dengan orang yang menyuruhnya"
Arthur menutup wajahnya ke rerumputan disana.
"Aku tak peduli dengan seorang yang menyuruh siluman itu untuk membunuh keluargaku. Mereka pasti tak akan menyukainya. Ayah, Ibu dan Kak Ram bukanlah tipe orang yang suka membalas dendam"
Archie mendengar batinannya.
"Kau adalah Kau. Sampai Kapan Kau akan terus menjadi sosok yang selalu menuruti ucapan keluargamu? Sesekali, jadilah sosok yang memberontak"
Bukannya Archie mengajari hal buruk pada Arthur. Ia, hanya ingin Arthur memiliki pendirian yang tak terlalu tergantung dengan pandangan orang disekitarnya. Terutama, keluarganya .
"Apanya yang Iblis baik? Kau membisikkan hal buruk padaku" Celoteh lirih Arthur sambil berdiri.
Ia tak bisa melupakan sosok yang telah membunuh keluarganya.
Arthur adalah anak yang penurut. Ia sendiri, tak ingin begitu saja kehilangan segalanya. Ia, masih ingin kembali ke Aosora.
Orang yang membunuh Orang tuanya adalah sosok siluman dari Auranya Arthur bisa membedakan akan hal itu,
Dan mata hitam pekatnya tanpa cahaya, itu terlihat seperti mata orang mati yang telah dirasuki.
Seringaiannya yang lebar, Arthur tak ingin bertemu dengan sosok itu lagi.
Arthur mulai berdiri dan berjalan untuk mencari sungai.
Hanya pepohonan yang dilihat oleh Arthur dan Ia melihat delapan kali pohon dengan tanda silang yang sama.
Arthur berhenti sejenak. Ia mulai merasa muak dengan pohon-pohon itu.
"Hei Iblis, Katakan padaku. Ini hutan apa? Dan dimana kita berada?" Tanya Arthur.
"Panggilah namaku dengan baik"
"Apa peduliku dengan namanya" Batin Arthur.
"Aosora..... Aku bisa mendengar batinanmu"
"HMPH!" Arthur langsung menutup mulutnya rapat rapat.
"Dari tadi?" Tanya Arthur.
"Ya dari tadi" Jawab Archie dengan nada datar.
"Sialan. Kalau begini Aku tak bisa membatin. Katakan saja padaku dimana posisi kita sekarang!"
Arthur, marah-marah seperti orang gila yang terjebak ditengah hutan
"Aosora bodoh! Aku ini bukan kompasmu! Dan Kau tersesat karena kesalahanmu! Kau hanya berkeliling ditempat yang sama dari tadi! Kau itu hanya perlu berjalan kebarat untuk sampai ke Shinrin!" Jawab dan celote Archie.
"Oh, Terima kasih. Jadi hanya perlu kebarat" Arthur berjalan kearah timur.
"Dasar buta arah!!!! SEBELAH BARAT DIBELAKANGMU BODOH!!!" Teriak Archie.
Kepala Arthur terasa seperti akan meledak.
Arthur langsung membalik badannya dan mulai berjalan lagi.
"Aku tak percaya ada di dalam hutan sihir. Ayahku selalu melarangku untuk masuk disini karena banyak serigala sihirnya. Blis... Aku takut orang-orang akan mengejarku lagi"
Archie, sangat paham dengan kekhawatiran Arthur itu. Sebab, Ia pernah berada diposisi itu.
"Bersantailah bocah Aosora. Aku adalah sosok yang bisa diandalkan. Kalau di Shinrin Kita pasti aman" Optimis Archie.
Ucapan Archie tak bisa dipercaya begitu saja dengan otak Arthur.
"Ya. Intinya jauhi Istana Kerajaan Shinrin" Sela Arthur.
"BRUAKKĶKKK!!!!!!! SESEORANGGGG!!!!! TOLONG AKUUUUUU!!!!!!! DRAP!!! DRAP!!!" Suara Laki laki yang berteriak meminta tolong dan berlari jauh di depan Arthur.
"Blis, Suara itu... suara orang apa suara hewan sihir?" Tanya Arthur yang langsung ancang waspada.
"Dasar bodoh. Mana ada hewan sihir yang bisa bicara? Sudahlah, abaikan saja suara itu. Lagian, bila Dia mati Kita bisa merampok harta yang Ia bawa" Mendengar ucapan Archie, Arthur membayangkan wujud Archie yang bertanduk dan berekor dengan seringaian serta memegang trisula.
Arthur mengelengkan kepalanya dan menyadarkan dirinya dari lamunannya itu.
"Hah?! Katanya Kau bukan Iblis jahat?! Dasar!!!! Iblis Sialan!!!! Drap!!! drap!!!" Arthur langsung berlari ke asal suara itu dengan kencang.
Ia berlari sambil melompati kayu yang roboh.
"Dasar bodoh! Kau tak akan bisa menolongnya! Kau tak bisa menggunakan sihir dihutan sihir ini!" Ingat Archie yang tak didengar oleh Arthur.
Hingga sampai ditempat asal suara itu berasal.
Rambut hitam dengan potongan cepak, telinga biasa dan membawa sekeranjang bunga sihir.
itu adalah sosok yang dilihat oleh Arthur dari depan.
Bersamaan dengan hal itu, Arthur juga melihat seekor beruang sihir yang mengeluarkan air liurnya.
beruang sihir itu sangat menyukai bunga Raez atau bunga sihir yang dipetik oleh remaja seumuran Arthur.
Arthur mengeluarkan Pedang Mana berwarna merah.
Mana atau bisa disebut dengan energi sihir.
"Apa? Dia.... bisa mengeluarkan sihir dihutan ini?!" Batin Archie terkejut karena Arthur bisa menggunakan Sihir dihutan yang penuh dengan sihir ini.
"DRAP !!!JUMP! CRAT!" Arthur berlari kemudian melompati remaja yang terjatuh itu kemudian Ia menebaskannya tepat dileher hewan sihir itu.
Remaja dibelakang Arthur membelalakan matanya melihat sosok berambut biru langit menebaskan pedang mana merahnya hingga membuat kepala hewan sihir itu terpenggal dan mengelinding hingga di kakinya.
"Ugh" Remaja itu menendang kepala beruang sihir itu.
Arthur membalik tubuhnya dan langsung mengulurkan tangannya pada Remaja itu.
"Kau baik baik saj... Ah!" Arthur baru ingat kalau didalam tubuhnya ada Archie. Ia takut remaja yang Ia tolong mengenalnya dan sontak Ia langsung membalik lagi tubuhnya serta berancang lari.
"Eh! Tunggu!!! Tep!" Remaja yang Arthur tolong langsung berancang dan menarik baju yang Arthur kenakan.
"KREEEEAKKKKK.... Eh....." Lengan baju Arthur terkoyak sedikit akibat tarikan itu.
"HUAHKKK!!!!! MAAFKAN AKU!!!!" Tegas remaja itu dan langsung melepasnya dan membungkukkan tubuhnya berulang-ulang.
"Bodoh! Jangan lari! Kau kan bisa bertanya cara keluar dari sini padanya!!!!" Teriak Archie.
"Berisik!!!! Jangan teriak-teriak!!! Nanti dia mendengarmu Blissss!!!!!" Tegas lirih Arthur.
"Kau ini antara bodoh atau tolol sih?! Dia tak akan bisa mendengarku karena Aku bicara lewat batinmu!" Tegas jelas Archie.
"Eh?!" Raut wajah Arthur berubah seketika.
"Sialan!!!! Kenapa Kau tidak ngomong dari tadi!!!!!"
Remaja yang ditolong oleh Arthur berfikir kalau Arthur adalah orang berkebutuhan khusus yang kabur disini.
Dia agak takut dengan Arthur.
"Ah.... Anu.... terima kasih karena menolongku. Selamat Tinggal!!!!! Drap! drap!" Remaja itu langsung lari dan meninggalkan Arthur serta sekeranjang bunga sihir.
"Eh! Tunggu!!!! Drap drap!!!" Arthur mengambil sekeranjang bunga sihir itu sambil lari mengejar remaja yang telah berlari kencang itu.
"Sang cahaya!!!!! Lindungi hambamu dari orang itu!!!!! Drap!!!" Dia berlari dengan kencang dan menutup matanya.
Remaja yang ditolong oleh Arthur berfikir kalau Arthur adalah orang berkebutuhan khusus yang kabur disini.
Dia agak takut dengan Arthur.
"Ah.... Anu.... terima kasih karena menolongku. Selamat Tinggal!!! Drap! drap!" Remaja itu langsung lari dan meninggalkan Arthur serta sekeranjang bunga sihir.
"Eh ! Tunggu!!!! Drap drap!!!" Arthur mengambil sekeranjang bunga sihir itu sambil lari mengejar remaja yang telah berlari kencang itu.
"Sang cahaya!!!! Lindungi hambamu dari orang itu!!!!! Drap!!!" Dia berlari dengan kencang.
...***...
Arthur mengejar remaja itu.
"Ahahaha.... Sialan!!!! Ini seru sekali!!!" Arthur malah kesenangan mengejar remaja itu dan melompati dahan yang melengkung.
"Kenapa Kau malah girang Aosora?" Tanya Archie yang heran dengan hal itu.
"Aku.... tak pernah berlari sekecang ini dan ini adalah pertama kalinya Aku mengejar orang lain selain Kakakku dan Prajurit istana. Ahaha!!!! Tunggu Aku!!!!" Panggil Arthur.
"Sialan !!!!! Kenapa orang itu mengejarku?! Akh!!! Bunga Sihir nya!!!! Maafkan Aku Guru!!!! Aku akan mengantinya nanti bila selam.... Krak....HUAH!!!!!!BRUKKKK!!!!!!" Remaja itu tak sengaja menginjak jebakan untuk menangkap hewan sihir.
"Eh?! Dia Jatuh!" Arthur melihatnya dan langsung mengurangi kecepatannya.
Arthur mengintip lubang berdiameter 2m itu.
Remaja itu melihat mata biru kelam milik Arthur.
"Hei.... Apa Kau baik-baik saja?!"
"Hiiikkkk!!!! Jangan apa apakan Aku!!!" Pintanya sambil mengulurkan permen kecil berbungkus plastik warna warni pada Arthur.
"Apa itu untukku?" Tanya Arthur pada Remaja itu sambil meraih permen itu.
"Jangan Apa apakan Aku!" Tegasnya di bawah sana.
Tangan Arthur tidak sampai untuk meraihnya.
"Geseran sedikit" Ucap Arthur padanya sambil menaruh sekeranjang bunga sihir itu dirumput.
"Eh?! Apa?! TUNGGU!!!!! BRUKKKK!!!" Arthur turun ke lubang jebakan itu yang memiliki kedalaman 5 meter
"Cih! Kau bodoh sekali Aosora!" Tegas Archie yang tak percaya dengan tindakan bodoh yang dilakukan oleh Arthur.
"Terima kasih untuk permennya" Arthur menerima permen itu dan duduk ditanah yang lembab.
"Kenapa... Kau... Kenapa Kau turun juga?! Bagaimana cara kita untuk selamat dari sini?!!!! Tolong!!!!!" Remaja itu panik.
Arthur membuka permen itu dengan antusias.
"Hah.... cokelat..... Ah.... sudah berapa lama Aku tidak memakan ini... Hmmm..." Arthur menikmati permen itu.
"Rasanya.... ngangenin banget...." Arthur tersenyum sambil memakannya.
"Aosora ! pikirkan caranya keluar dari sini. Bocah itu berisik sekali!" Tegas Archie.
"Tunggwulwah swebwentar...." Arthur benar benar senang menerima hadiah kecil itu.
Tak lama kemudian, permen cokelat itu habis.
Arthur melihat kaki remaja di depannya itu yang membiru.
"Kakimu.... Apa sakit?" Tanya Arthur sambil menyentuhnya.
"Akh!" Dia terkejut karena tangan Arthur sangat dingin.
Kemudian, Ia langsung menutupi Kakinya dengan kedua telapak tangannya.
"Tidak. ini hanya sedikit keseleo. Kita harus keluar dari jebakan ini terlebih dulu"
Arthur berdiri dan melihatnya.
"Aku akan mengeluarkanmu dari sini. Syaratnya, beritahu Aku jalan keluar dari hutan ini" Tawar Arthur.
"Bagaimana cara keluarnya? Tinggi lubang ini 5 meter. Tinggiku 169 dan tinggimu terlihat seperti 170an kalau di jumlah berarti sekitar 339 cm ditambah dengan panjang telapak tanganku sampai disiku kurang lebih 3.8 meter berarti sisa jarak bibir lubang dengan telapak tangan adalah 1.2 Meter. Jarak itu terlalu jauh kita tidak bisa meraihnya"
Arthur mengerutkan alisnya.
"Dia.... mengatakan sesuatu yang membuatku berfikir..." Ucap Archie.
Archie suka memperkirakan sesuatu. Tapi, pemikiran Archie simpel dan tidak sesulit cara pikir Tsuki yang butuh perhitungan.
"Daripada berfikir dengan Matematika. Kenapa tidak teleport saja. Itu lebih simple dan mudah" Cara berfikir Arthur sama dengan Archie.
Archie, bangga kepada Arthur karena Dia tidak sebodoh yang Ia pikirkan.
"Hah?! Teleport disini? Itu tidak mung....tep, Wosh !!!"
Arthur memegang kera baju remaja itu dan langsung berpindah keatas.
"Eh?!" Remaja itu mengangakan mulutnya.
"Masalah telah terselesaikan. Sekarang, beritahu Aku dimana jalan keluarnya?" Tanya Arthur.
"Aosora..... Kau bisa teleport. Kenapa Kau tidak keluar dengan sihir teleportmu itu saja!!!!!"
Rasa bangga Archie, seketika lenyap karena Kebodohan Arthur. LAGI.
"Aku tak bisa. Karena... Aku belum pernah keluar dari istana. Setidaknya, Aku tau tujuanku berteleport" gumam Arthur sambil membungkan mulutnya.
"Kau.... KAU BISA SIHIR TELEPORT?!!!! DI HUTAN INI?! MENGELUARKAN SIHIR?!!! GILAKKKK!!!!! SIAPA KAU SEBENARNYA?!" Remaja itu tiba tiba antusias begitu saja.
"Akh.... Apa itu aneh????" Batin Arthur
"Bukan aneh lagi. Tapi, memang tak ada orang yang bisa menggunakan sihirnya dihutan ini termasuk Aku yang se pangkat Raja. Kau itu terlalu ceroboh Aosora. Hanya demi permen... Cih! Kau benar benar seperti anak kecil!" Tegas Archie.
"Dia memang. AKH!!!! TAK DIRAGUKAN LAGI! DIA BENAR-BENAR LEBIH KONYOL DARI ALEX!!!!!"
"Hmph!!! Apa salahnya?! Aku ingin sebutir makanan yang dilarang untuk ku makan. Larangan itu untuk dilanggar!" Tegas Arthur pada Archie.
Andai Archie bisa mengendalikan Arthur didalam hutan, Ia ingin sekali memukul kepala Arthur.
Remaja di depan Arthur memberi ekspresi heran karena jawaban yang ia dengar tak masuk akal dengan pertanyaan yang Ia berikan.
"Ah?!" Arthur tersadar setelah melihat ekspresi remaja didepannya yang heran.
"Ah maksudku. Aku memiliki kelebihan karena Aku berada di hutan ini cukup lama. Aku terjebak disini sudah berbulan bulan" Arthur membual dan tersenyum untuk meyakinkan remaja didepannya itu.
"Terjebak? berbulan bulan?" Tanya remaja itu sambil melihat tubuh Arthur yang kotor dan kurus.
"Dimana keluargamu?" Tanyanya dengan nada yang halus.
Ia mulai kasihan pada Arthur
"Ah, keluargaku meninggal secara bersamaan dan Aku diusir dari tempat tinggalku. Kemudian, Aku tak sengaja berlari sampai masuk kedalam sini"
"Ya~ Dia ahlinya membual... Sama seperti Alex"
"Ah maafkan Aku karena telah meninggalkanmu tadi. Apa Kau bisa memaafkanku? Namaku, Tsuki dan Kau?" Tanyanya sambil mengulurkan tangannya pada Arthur.
"Ar...."
"Bodoh!!! Kau itu buronan!!! Jangan nyebutin namamu!!!" Tegas Archie dengan mempercepat ucapannya.
"Ar.... Alex!" Nama itu tersebut begitu saja dari mulut Arthur.
"Kau.... menggunakan nama Kakek buyutmu?" Tanya Archie.
Arthur tak sengaja menggunakan nama itu.
"Cih! Apa salahnya?"
Wajah Arthur memerah karena hal itu.
"Alex, Aku sangat berterima kasih padamu. Kau telah membantuku dua kali. Kalau Kau keluar dari hutan ini, Kau mau kemana?" Tanyanya.
"Entahlah. mungkin Aku akan mencari pekerjaan dulu" Jawab Arthur.
"Berapa usiamu?" Tanya Tsuki sambil mengambil keranjang penuh bunga sihir itu.
"16 tahun"
"Kita seumuran. Di Shinrin tidak akan ada yang berani memperkerjakan seorang remaja berusia 16 tahun. minimal, mereka harus berusia 17 kecuali mereka yang berbakat dan telah mendapatkan izin dari guild-guild di Shinrin agar bisa diperkerjakan" Jelas Tsuki.
Arthur tidak tau akan ketentuan hal tersebut.
"Kalau mau, Aku akan meminta izin pada guruku agar Kau dapat sekolah di Akademi tempatku (ASJ) dan kakakku menempuh ilmu serta tempat tinggal disana. Disana banyak sekali orang seperti kita. Aku akan memintanya pada Guruku. Dia orang yang baik walau punya tampang yang cukup menakutkan" Tawar Tsuki.
ASJ adalah singkatan dari Akademi Sihir Jelata
"Kau bodoh kalau tidak menerimanya!" Tegas Archie.
"Apa itu tidak merepotkanmu?" Tanya Arthur sekali lagi untuk meyakinkannya.
"Aku akan meminta izinnya dulu. Entah diterima atau tidak itu keputusannya nanti. Yang penting sekarang! Kita harus meminta izin dulu. Benarkan?" Tanya Tsuki sambil memberikan senyuman pada Arthur.
"Baiklah. Mohon bantuannya" Ucap Arthur.
"Eh?! Tapi.... Bagaimana dengan mataku?" Tanya Arthur yang sempat melihat warna matanya menjadi merah.
"Kenapa dengan matamu? Apa Kau penderita buta warna?" Tanya Tsuki.
"Dari pada menyebutnya buta warna, Aosora Arthur itu buta arah" Sela Archie.
"Tidak bukan begitu! Apa mataku tak ada yang aneh?" tanya Arthur.
"Matamu tidak apa apa. Warnanya biru. Kau keturunan Bangsa Malaikat kan?" Tanya Tsuki sambil menaruh tangan kanannya di dagunya dan mulai berjalan.
Tsuki merasakan sakit pada kakinya yang keseleo
"Matamu masih warna biru Aosora. Matamu akan merah hanya saat energiku meluap. Jadi bersantailah" Jelas Archie.
"Oh.... begitu rupanya. Ngomong-ngomong.... bunga itu banyak sekali mau digunakan untuk apa?" Tanya Arthur sambil mengikuti Tsuki dari belakang.
"Ah, bunga sihir ini? Ini untuk persediaan obat UKS ASJ yang hampir habis. Aku ditugaskan untuk mencarinya. Yaaa, ini juga sebagai hukumanku karena membolos kemarin" Jawab Tsuki yang fokus pada jalan.
"Lain kali, Mencarinya jangan sendirian. Kita tidak akan tau ada bahaya yang selalu mengincar" lirih Arthur.
Arthur mulai melihat pagar pembatas di depannya.
Hati Arthur terasa sangat berbunga. Ia sangat tidak menyangka bisa memiliki kesempatan untuk bersekolah disebuah akademi sihir.
Tsuki berjalan didepan Arthur dengan menundukkan pandangannya.
Hati kecil Tsuki, merasa seperti ada yang menganjal.
Ia ingin memastikan rasa yang ganjalnya itu.
Tsuki tiba tiba berhenti ditengah jalan, Ia melirik ke Arthur yang ada dibelakangnya.
"Alex... Apa Kau keberatan bila ku tanya sesuatu?"
Tsuki, menyingkirkan rasa sungkannya pada Arthur untuk menghilangkan rasa kecurigaaannya.
Arthur tidak merasa curiga apapun pada Tsuki. "Tentu. Apa yang ingin Kau tanyakan?"
Senyum riang, terpampang diraut wajah Arthur.
Melihat hal itu, rasa sungkan yang telah dibuang jauh-jauh oleh Tsuki, kini kembali.
"Ah.... Apa... Kau dari.... Aosora?" Tsuki, tak berani menanyakan hal yang sebenarnya yang Ia ingin katakan pada Arthur.
DEGH!
Arthur, langsung membelalakan matanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!