Doni Alexander, jika di cerita sebelumnya ( Bukan janda biasa (hanya status) ) seorang Doni tidak terlalu jelas maka di sini akan di korek hingga tuntas.
Doni Alexander, salah satu keturunan Albern Alexander lebih tepatnya adik sepupu dari Paradita Alexander atau sering di sebut (Mami Dita)
Ayahnya Dita dan Ayahnya Doni kakak Beradik. Ayah Dita bernama Albern Alexander, sedangkan ayahnya Doni bernama Alberto Alexander.
Di usia yang sudah menginjak 36 tahun, seorang Doni Alexander belum juga menikah. Ada beberapa tujuan atau misi yang belum tercapai sampai ia memutuskan untuk tidak menikah sebelum tujuannya tercapai.
Padahal hatinya sudah terpaut akan sosok wanita cantik yang tak bukan dan yang tak lain adalah adik ipar keponakannya.
Tujuan pertama, dia harus menjaga keponakannya sampai sang keponakan benar-benar mendapatkan kebahagiaan dan aman karena sang keponakan meruapkan cucu satu-satunya keluarga Alexander.
Kedua, ada misi yang harus ia laksanakan yaitu bisa menemukan siapa dalang yang telah membuat Ayahnya dan Om nya tewas.
Ketiga, dia tidak akan menjalin kasih atau menikah sampai orang yang membunuh keluarganya di hukum seberat-beratnya.
Tiga alasan itulah yang membuatnya enggan untuk mencari pendamping. Hidupnya ia abdikan untuk keluarga, mencari siapa penjahat yang telah membuat keluarganya tiada. Melindungi sang Kakak sepupu dan melindungi sang keponakan anak dari Kakak sepupunya.
Akan banyak lagi tabir misteri yang tersemat dalam cerita ini. Maka dari itu, saya sarankan kalian harus lebih fokus dan meneliti setiap kata agar kalian mengerti situasi dan alur cerita seperti apa!
Di sini pula kisah cinta seorang Doni Alexander akan bersemi seperti bunga-bunga bermekaran lebih tepatnya mengejar cinta seorang Amelia Putri Al-Hussein.
Dan, akankah Doni berhasil menguak siapa orang yang telah menghabisi keluarganya? dan mampukah Doni meluluhkan hati sang pujaan atau akan berakhir hanya sebatas saudara?
Ikuti kisahnya di TERJERAT CINTA BUJANG LAPUK ( Doni Alexander ) Selamat menikmati dan selamat menebak kembali!
Hadeuuhh judul sama isi cerita sepertinya akan belibet alias kurang nyambung.
Jaka sembung beli bakwan
kagak nyambung kawan
Tapi yang pasti, tujuan Doni hanya dua mencari cinta sambil menjalankan misi pencarian.
****
"Anak kecil, dimana kakak Iparmu? ada yang harus ia tanda tangani, nih." Doni bertanya saat matanya tak sengaja melihat Amel yang sedang duduk di bangku taman depan sambil menemani baby Anin berjemur.
"Mana ku tahu, aku bukan baby sitter nya yang selalu kemana-mana membawa kakak Ipar," jawab Amel jutek mencolok-colok pipi Baby Anin.
Pletak...
Sentilan di layangkan Doni ke kepala Amel bagian belakang.
"Awww, hobi banget sih nyentil kening aku? sakit tahu, Om," gerutu Amel menoleh ke belakang.
"Saya tanya baik-baik, kamu malah jawab kayak yang ngajak debat. Gak sopan."
"Lah, emang benar kok, aku mana tahu kakak Ipar dimana? mungkin dia lagi ngurusin bayi besarnya kali," celetuk Amel kesal.
"Issshh....kau ini, mana ada bayi besar? kalau bayi kecil sudah pasti ada. Kamu itu udah anak kecil pikirannya bodoh juga ya."
"Tau ah, Om-om satu ini emang gak nyambung kalau bicara. Pikiran saya ke timur, situ ke barat, kagak nyambung. Mending Om cepat nikah saja deh, biar Om mengerti arti bayi besar seperti apa!" gerutu Amel mendelik tajam Doni.
"Laaah, apa hubungannya nikah sama bayi besar? pikiran kamu yang tidak nyambung. Sudah ah, pusing ngomong sama anak kecil sepertimu." Doni melengos pergi meninggalkan Amel, dia masuk kedalam rumah mencari Syafira.
"Dasar bujang lapuk, gak laku-laku," umpat Amel kesal.
Di saat masuk pun Doni tak melihat Syafira, dia hanya melihat Dita yang sedang membereskan meja makan. "Kak, Syafira mana?" tanya Doni duduk di kursi meja makan.
"Dia lagi ngurusin bayi besarnya."
"Amel bilang lagi ngurusin bayi besar, Kak Dita juga bilang lagi ngurusin bayi besar, emangnya siapa bayi besarnya?" tanya Doni menopang dagunya menggunakan tangan.
"Siapa lagi kalau bukan Reyhan. Rey paling manja di saat pagi hari, dia akan minta Syafira menyiapkan segalanya termasuk memberikan vitamin pagi," jawab Dita santai.
Doni mengernyit heran. Dita memperhatikan raut wajah adik sepupunya yang kebingungan. "Makanya kamu nikah, nanti kamu akan tahu dan akan merasakannya."
"Nikah mulu yang di suruh," Doni paling malas kalau di suruh nikah.
"Kapan kamu akan nikah, Don? umurmu sudah matang namun tak ada satupun wanita yang kamu kenalkan kepada Kakak. Kakak ingin lihat kamu berkeluarga sebelum ajal tiba. Masa kamu akan terus menjadi bujang lapuk, sih?" Dita ikut duduk di dekat Doni.
"Aku tak akan menikah sampai misiku berhasil, Kak." jawabnya. "Kecuali kalau Amel mau menikah denganku baru aku mau," batinnya.
"Sampai kapan? sudah sekian lama mencari, namun misimu tidak berhasil juga. Mending kamu mencari pasangan sambil menjalankan misi. Apa kamu tidak ingin memiliki pendamping hidup?"
"Pengenlah, masa kagak. Nanti aku cari deh cinta sejati biar Kakak ku yang bawel ini tidak bertanya terus kapan aku nikah."
"Harus itu, wajib. Dan Kakak bawel juga demi kebahagiaanmu, Don."
"Iya, aku tahu. Oh iya, tolong berikan ini kepada Syafira untuk di tandatangani. Aku males kalau harus nunggu dia turun, sepertinya akan lama kalau sudah mengenai Reyhan." Doni menyerahkan dokumen Cafe ke hadapan Dita, setelahnya ia pergi dari hadapan Dita. Namun sebelumnya ia menghampiri dulu Baby Anin.
"Hai, girl. Cantik banget sih, harum lagi. Uncle om jadi pengen cubit pipi kamu," dengan gemas Doni mengecup-ngecup pipi Baby Anin. Dia sampai mencondongkan tubuhnya ke depan dari arah samping Amel. Kalau Amel menoleh, bibirnya akan mengecup pipi Doni.
Amel bisa menghirup aroma maskulin yang ada di tubuh Doni, dan itu membuat jantungnya berdegup kencang. Amel mencondongkan tubuhnya ke samping menjauhkan wajah dia supaya tidak terlalu dekat dengan wajah Doni.
"Jantung, tolong jangan seperti ini!" batin Amel menjauhkan wajahnya ke pinggir.
"Hei, anak kecil. Kau jaga dia yang benar ya! Awas, jangan sampai lecet!" Doni berdiri tegak kemudian mengacak-acak rambut Amel.
"I iya, Om." Kali ini perlakuan Doni membuat Amel sedikit gugup.
"Kamu kenapa? kok wajahmu gugup gitu?" Doni memicingkan mata menatap Aneh akan perubahan wajah Amel.
"Hah, aku tidak kenapa-kenapa. Aku hanya sedang merasa tidak enak badan saja," jawab Amel mengelak.
"Oh, gitu. Kalau gitu aku pergi dulu, jaga yang bener, ya!"
"Iya, Om," balas Amel mengangguk.
"Anak pintar," ucap Doni kembali mengacak-acak rambut Amel kemudian beranjak pergi dari sana.
Amel terus menatap kepergian Doni, "Wanginya... Ya Tuhan... bikin jantung gue dag dig dug."
Bersambung....
Pria yang sebentar lagi akan berusia 36 tahun itu merebahkan tubuhnya di sofa. Dia tersenyum mengingat wajah wanita yang ia sukai ketika sedang gugup.
"Sampai kapan kamu menolak kehadiranku, Mel. Aku sudah menunjukan rasa sukaku padamu namun tak sedikitpun kamu melihatnya. Asal kamu tahu kalau aku masih setia menunggu balasan cintamu meski ku tahu kamu memiliki kekasih."
Doni mengusap wajahnya secara kasar, perasaan yang ia rasakan terhadap adik ipar keponakannya semakin hari kian membesar.
Pertemuannya dengan Amel membuat matanya ingin terus menatap wajah cantik berkacamata itu. Untuk pertama kalinya seorang Doni jatuh cinta kepada seorang wanita dan itu kepada Amelia putrinya Papa Arman.
Doni bangun mengambil kunci mobilnya berniat menemui Amel. "Aku harus mengungkapkan perasaanku padanya."
**********
Sedangkan Amel di sibukkan dengan masalah toko mainan yang kian hari semakin ramai. Gadis cantik berkacamata itu keteteran melayani pembeli padahal sudah ada Sari dan Daffa yang membantu.
"Terima kasih sudah mampir ke toko kami," ucap ramah Amel kepada para pembelinya.
"Sama-sama, mbak."
Di saat sibuk seperti ini, seseorang datang. "Hai, sayang." sapanya menghampiri Amel.
Amel mendongak lalu tersenyum. "Rangga, tumben main kesini? biasanya suka sibuk dengan pekerjaanmu."
Rangga menumpukan kedua tangannya di meja menatap Amel. "Sengaja tidak masuk karena ingin ngajak jalan kamu. Kita jalan yuk!" ajaknya memasukkan tangan ke dalam saku celana.
"Aduh gimana ya, aku sedang sibuk banget. Maaf, lain kali ya." kata Amel dan wajahnya terlihat merasa bersalah menolak ajakan sang kekasih.
"Kali iniiii aja, masa kita pacaran tidak pernah jalan berduaan. Makan pun cuman di Cafe depan, jalan-jalan ke mall selalu ngajak Sari. Sekali ini aja, mau ya?!" balas Rangga memelas.
"Udah, jalan saja sono! Toko mah ada kita yang jaga," sahut Daffa.
"Bener tuh, lagian kalian harus sering mengenal lebih jauh lagi pasangan kalian masing-masing. Kali ini gue tidak akan ngerecokin waktu pacaran kalian," balas Sari.
"Tuh, Sari saja tidak keberatan. Ayo! Mau ya?"
Amel berpikir dulu, sebenarnya ia enggan jalan berduaan karena pada dasarnya Amel hanya wanita rumahan yang tidak pernah jalan bareng berdua meski Rangga pacar pertamanya.
Setelah berperang dengan pikirannya, Amel mengangguk mengiakan. "Ya udah, ayo!"
Rangga tersenyum girang sudah berhasil mengajak Amel jalan bareng.
"Kita mau kemana?" tanya Amel sudah berada di atas motor.
"Kemana saja asalkan bersamamu." Pekik Rangga melajukan motornya.
********
Doni tiba di salah satu toko tempat Amel berada, dia bertanya kepada kedua karyawan Amel.
"Daf, apa kau lihat Amel?"
"Tadi sih di jemput pacarnya, Om."
"Mereka pergi kemana? berdua apa ada orang lain ikut?"
"Berdua saja, Om. Mungkin mereka ingin jalan-jalan berduaan," kali ini Sari yang jawab.
Doni terdiam, hatinya panas mendengar Amel jalan hanya berdua bareng pria. "Terima kasih informasinya."
"Sama-sama, Om." Keduanya menatap heran akan perubahan raut wajah Doni yang terlihat marah.
"Kemana mereka pergi? aku tidak mau Amel sampai di apa-apain sama pria itu," ucap batinnya sambil masuk ke dalam mobil.
Doni mengotak-atik ponselnya dan mencari keberadaan Amel. Kemudian dia meluncur ketempat dimana Amel berada.
*********
"Kenapa kamu ngajakin aku ke danau? dan tempatnya cukup jauh dari kota J."
Keduanya tiba di salah satu danau buatan yang ada di kota B. Rangga membawa Amel jalan-jalan ke tempat wisata yang ada di sana.
Udara sejuk membuat tempat itu nyaman. Mereka berdua duduk memandangi danau buatan berisi ikan-ikan yang cantik-cantik.
"Aku hanya ingin menghabiskan waktu berdua sama kamu saja." Rangga menggeser tempat duduknya memperhatikan wajah cantik Amel dan matanya tertuju kepada bibir tipisnya.
Sebenarnya Amel merasa risih duduk berduaan seperti ini apalagi tempatnya cukup sepi. "Rangga, kita pulang saja yuk! Aku ada banyak kerjaan."
Rangga mengambil tangan kiri Amel dan menggenggamnya. "Jangan dulu pulang sayang, baru saja kita sampai. Aku capek tahu jalanin motornya. Kita nikmati saja ya udara sejuk dan pemandangan di sini."
Amel membuang nafasnya secara kasar. Dia menyenderkan punggungnya ke penyangga kursi lalu melipatkan tangannya.
"Mel, kita pacaran udah 6 bulan dan baru sekarang kita jalan berdua. Biasanya hanya chatting'an atau telponan, tapi sekarang kita ada waktu berdua."
"Aku mencintaimu, Mel. Kalau aku punya salah tolong maafkan aku dan jangan tinggalkan aku."
Amel menoleh mengernyit heran. "Salah? emangnya kamu punya salah apa sama aku sampai bilang jangan tinggalin kamu?"
"Tidak ada, tapi kan itu cuman perumpamaan saja."
Amel mengangguk, dan keduanya mengobrol ngaler ngidul kesana kemari membahas apa saja sehingga menciptakan tawa bahagia di antara keduanya.
Tanpa mereka sadari, Doni memperhatikan dari jauh keduanya. Ia bahagia kalau orang yang ia cintai bahagia, namun hatinya terasa sakit di kala cintanya bertepuk sebelah tangan.
Amel dan Rangga beranjak pergi dari sana melanjutkan perjalanannya untuk pulang. Begitupun dengan Doni yang setia mengikuti Amel menjaganya dari jauh.
Doni lega melihat Amel sampai rumah dengan selamat meski perjalanannya cukup jauh. Saat akan melanjutkan perjalanannya, ia malah penasaran akan sosok Rangga dan iapun mengikutinya.
Motor Rangga berhenti di salah satu rumah, terlihat ada seorang wanita yang sudah menunggunya dan langsung memeluk bahkan mencium pipi Rangga lalu wanita itu naik ke motor.
"Brengsek, jadi dia selingkuh di belakang Amel. Aku harus ikuti dia," gumam Doni memukul stir mobil.
Rangga membawa wanitanya ke restoran dan Doni dengan setia menunggu di area parkir tak jauh dari motor Rangga.
Tak berselang lama orang yang di tunggunya keluar, dia kembali mengikutinya sampai dimana keduanya berhenti di tempat yang sepi jauh dari rumah penduduk dan jarang di lewati kendaraan dan waktu sudah menunjukan pukul 22:00
Doni memperhatikan pergerakan kedua orang itu, dia terbelalak melihat apa yang keduanya lakukan berciuman bahkan tangan Rangga sudah nakal.
Doni semakin di buat terkejut dengan aksi sang wanita berani mengulum milik Rangga. Keduanya masih duduk di atas motor saling berhadapan. Setelahnya, Rangga kembali melajukan motornya.
"Pria bajingaaan, tak akan ku biarkan Amel bersamamu. Ck, gue lupa tidak merekamnya," umpat Doni menjalankan kembali mobilnya.
Bersambung....
Pagi-pagi sekali Doni sudah tiba di rumah Arman. "Pagi Om," sapa Doni menghampiri Arman yang sedang lari di tempat.
"Pagi, Doni. Ada angin apa pagi-pagi datang kemari? tidak biasanya lho," Arman berhenti dari aktivitasnya dan duduk di kursi depan rumah.
"Mau jemput Amel. Hmmm sekalian berangkat bareng maksudnya. Kebetulan tujuanku ke Cafe yang dekat dengan toko kalian," Doni ikut duduk.
"Oh, Om senang kalian bisa dekat, Om juga berharap kalian bersama karena Om hanya yakin sama kamu meski banyak diluaran sana pria yang mendekati Amel."
Doni tersenyum simpul. "Emangnya Om Arman setuju sama bujang lapuk seperti saya? Amel sendiri nolak saya mentah-mentah."
"Meski kau bujang lapuk, tapi kau bertanggung jawab, jujur, baik, dan tentunya pekerja keras. Om dukung kamu kalau kamu mau sama Amel yang petakilan dan sedikit judes itu."
"Ada apa ini? kenapa bawa-bawa Amel?" sahut Amel sempat mendengar namanya di bawa-bawa.
Doni dan Arman menoleh ke arah pintu dan ternyata Amel sudah siap berangkat kerja.
"Om, ngapain di mari?"
"Menjemputmu, kita berangkat bareng."
"Kamu ikut Doni saja, Mel. Papa tidak akan melarang kalian jalan bareng," kata Arman.
"Dihhh, Papa aneh malah ngizinin aku jalan bareng dia. Aku tidak mau ikut sama dia, Pah."
"Udah, ayo ikut aku!" Doni berdiri menarik paksa pergelangan tangan Amel.
"Om, aku tidak mau ih, lepasin!" Amel memberenggut kesal.
********
"Apa kamu masih pacaran sama dia?" tanya Doni ketika keduanya berada di dalam mobil.
"Masih, ngapain Om nanyain hubungan kami?" Amel menoleh memicingkan mata.
"Kamu harus jauh-jauh darinya, kalau bisa putuskan hubungan kalian. Dia bukan pria yang setia, Mel."
"Kenapa Om ngatur aku? Aku percaya kalau Rangga pria baik dan setia. Dan jangan pernah menjelek-jelekkan dia di hadapanku."
"Om hanya tidak mau kamu tersakiti, Mel. Dia tidak baik."
"Om ini kenapa sih selalu ngerecokin hidup aku. Sejak kita kenal Om selalu saja ngatur ini ngatur itu, ini tidak boleh itu tidak boleh seolah aku ini pacar Om."
"Mending Om fokus sama diri Om saja untuk mencari calon istri," lanjut Amel menggerutu kesal.
"Kan calon istrinya, kamu. Emangnya kamu tidak mau menjadi istriku?" tanya Doni menoleh sebentar kemudian kembali menatap kedepan.
"Aku tidak mau sama Om. Om itu terlalu tua dan bukan tipe ku. Umur kita beda 11 tahun, Om." Tolak Amel tegas.
"Memangnya kenapa? yang penting aku mencintaimu dan akan ku usahakan untuk tetap tampil muda demi kamu."
"Hahahaha kau itu aneh, Om. Aku tidak percaya dengan cintamu."
Doni memberhentikan mobilnya lalu ia menghadap ke arah Amel menatap serius matanya. "Lihat Aku!" Doni menangkup wajah Amel.
"Om serius kalau Om mencintaimu, Om ingin kamu menjadi istriku dan Om akan menunggu kamu sampai hatimu terbuka untukku."
Cup...
Doni mengecup lembut kening Amel dan itu sukses membuat Amel terbelalak dan jantungnya berdegup kencang.
"Aku mencintaimu, Amelia." ucapnya melepaskan tangan yang ada di pipi Amel lalu keluar mobil sebab mereka sudah sampai di tempat yang mereka tuju.
Amel bengong, tangannya terulur memegang kening yang tadi di kecup. "Ini ciuman pertama dari pria selain Abang dan Papa."
Kemudian tangannya berpindah memegang dadanya. "Kenapa jantungku berdebar dan aku merasa perasaan ini berbeda dengan yang kurasakan saat bersama Rangga?"
Amel menggelengkan kepala menolak percaya dengan apa yang ia rasa. Dia turun dari mobil masuk ke dalam toko.
*********
Doni melangkah masuk ke dalam toko mainan dan ia berniat mengajak Amel pulang. "Hai, anak kecil." sapanya duduk di depan meja kerja Amel memperhatikan wanita itu serius.
"Jangan lihatin aku terus, Om. Nanti suka lho," ucap Amel mencatat laporan dari Gilang mengenai barang-barang yang sudah kosong.
"Saya emang sudah suka sama kamu sejak pertama kali ketemu kamu."
Tangan yang sedang menulis pun berhenti, Amel mendongak menatap serius wajah paman dari kakak iparnya.
"Sudahlah, Om. Aku tidak akan pernah tergoda sama gombalanmu, dan aku ingatkan kembali kalau aku sudah punya pacar."
"Saya tahu, maka dari itu saya mau menunggu kamu karena saya yakin kamulah takdirku," jawab Doni tersenyum manis mengusap kepala Amel.
"Sampai kapan pun aku tidak akan suka sama Om. Om terlalu ketuaan untukku," balas Amel melanjutkan kembali aktifitasnya.
"Sekarang menolak, siapa tahu nanti tak ingin jauh." Doni masih betah memandangi gadis berkacamata itu penuh sayang.
"Tidak akan pernah. Mending Om pulang sana!"
"Gak mau, masih ingin menunggu kamu di sini dan kita akan pulang bareng," tolaknya tegas.
Amel membuang nafas secara kasar, ia males berdebat dan akhirnya mau mengalah.
***********
"Aku kira Om pake mobil, eh tahunya pake motor," ujar Amel cemberut.
"Bosan pakai mobil mah. Sesekali pakai motor supaya terlihat romantis, apalagi kalau kamu meluk aku dari belakang pasti terkesan romantis dan mesra," ujar Doni mengambil tangan Amel untuk berpegang ke pinggangnya.
"Apaan sih, jangan modus deh Om!" Amel menarik tangannya.
Doni tersenyum, ia menyalakan stater kemudian memajukan cukup kencang sehingga repleks tangan Amel berpegangan ke pinggang Doni.
"Iiiissssh bujang lapuk ngeselin, modus banget sih," gerutunya memukul pundak Doni dari belakang dan Doni tertawa bahagia bisa mengerjai bocah kecilnya.
Sedang di perjalanan, hujan tiba-tiba turun membuat Doni menepikan motornya di warung pecel ayam yang tutup. "Kita berteduh dulu, Mel. Om lupa bawa jas hujan."
Amel turun sedikit berlari ketempat teduh begitupun dengan Doni. Keduanya duduk menunggu hujan reda.
"Om pasti mau modus lagi sok-sok'an berteduh di sini supaya mau deketin aku terus bilang, 'kamu dingin gak? nih pakai jaket aku' kemudian Om pasang jaketnya ke pundak aku." Cerocos Amel tanpa rem dengan mimik muka kesalnya.
Pletak....
"Pikirannya ngaco deh, saya tidak akan melakukan itu karena saya akan langsung kepada skenario berikutnya yang lebih dari itu," jawab Doni menatap lekat-lekat wajah Amel.
"Maksud Om?" tanya Amel mengerutkan keningnya.
Doni memegang dagu Amel membuat Amel mematung dan terhipnotis akan sorot mata teduh milik bujang lapuk. Doni menempelkan bibirnya dengan bibir Amel mengecup lembut bibir tipis itu.
Amel terbelalak melotot sempurna, ia menatap tidak percaya bahwa Doni menciumnya.
"Manis, seperti wajahmu." Cup... Doni kembali mengecup kening Amel.
"O-om, kau...."
"Aku mencintaimu, Amelia. Aku akan setia menunggu sampai kamu mau membuka hatimu untukku dan aku tidak akan pernah berpaling darimu kecuali kamu sendiri yang menyuruhku menjauhi dan menikahi wanita lain."
Amel menunduk, entah kenapa ia tidak bisa menolak kecupan dari Doni padahal kalau Rangga mau melakukannya ia suka menolak dan marah. Tapi Doni, mampu membuat Amel mematung tak berdaya.
Ia mendongak dan matanya tak sengaja melihat motor seseorang yang ia kenal lewat depan warung yang ia tempati.
"Rangga...."
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!