Dunia penuh kegelapan ini sedikitpun tidak memiliki secercah harapan.
Penuh penderitaan, rintihan, dan keinginan balas dendam.
Sebuah dunia yang bernama Zaerotheum inilah tempat Jeici dilahirkan.
Kebebasan adalah hal utama disini, meskipun diharuskan merebut segalanya dari kaum lemah.
"Dicari seorang pemuda bernama Jeici! Siapapun yang menemukannya akan diberikan 1.000 keping emas." Teriak pria bertubuh besar dengan tanda pengenal kerajaan Qiyeron hampir di setiap atribut pakaian.
"Cih! Apa mereka ini naif atau bodoh, ya? Mencariku seperti itu tentu menarik di telinga makhluk kotor seperti mereka dan bahkan rela meniru diriku demi imbalan kecil. Oh ya ampun! Diriku ini populer!" Pikir Jeici menyeringai dan mengambil jubah hitam yang ringan selagi melewati toko pakaian.
Tangannya begitu lihai, cepat, dan cekatan hingga pemilik toko tidak menyadari tindakannya.
Wajah datar yang khas justru dipadukan dengan situasi pasar yang ramai dipenuhi para pembeli.
"SNIFT! SNIFT! SNIFT!"
"Ketua! Aku yakin Jeici masih di sekitar sini!" Ucap seorang goblin mengandalkan penciuman sebagai pencariannya.
"Dimana dia?! Cepat tunjukkan jalannya!" Ucap ketua pencarian tidak lagi peduli jika anggota kelompok ataupun dirinya menggunakan sihir.
Tanpa menunggu lebih lama, goblin itu menyetujui ketua pencarian.
Mereka bersedia melakukan apapun demi harta kekayaan yang melimpah.
"Tidak ada orang disini, bukan? Baguslah! Sekarang saatnya mencoba ini!" Pikir Jeici memperhatikan kondisi di sekelilingnya sebelum memasuki ruang penyiksaan.
"TAP!"
"Kita akhirnya bertemu, Jeici!" Ucap pria misterius berpakaian serba klasik.
Hanya dengan caranya berbicara, hal ini telah memudahkan Jeici untuk mengetahui status tamu di hadapannya.
Baik dirinya atau pria misterius, mereka berdua menyadari keberadaan musuh di saat yang bersamaan.
"Waktu kita tidak banyak. Kita bahas tujuanku kemari setelah membantumu!" Ucap pria misterius tersebut menarik kerah belakang baju Jeici.
"Kau ini datang sebagai sosok malaikat suci, ya? Baiklah! Lanjutkan permainanmu dan akan kuajari cara bermainnya!" Pikir Jeici yang diam-diam menilai kemampuan milik musuh.
Ia sama sekali tidak ingin siapapun membaca pikirannya secara jelas.
Tingkat kewaspadaan Jeici ternyata bukan hal terpenting untuk dicurigai pria misterius.
Secepat mungkin dirinya meneteskan sedikit darah dan membiarkan darahnya membentuk simbol sihir hitam kelahirannya.
Di tempat yang lembab, gelap, dan tidak terurus justru menjadi pertemuan dengan kesan buruk.
"Kau ini tinggal disini? Jangan bercanda!" Ucap Jeici sungguh tidak percaya pada apa yang ditunjukan musuhnya ini.
"Tidak. Aku senang kau tidak menganggap remeh orang asing di hadapanmu." Ucap pria misterius menyeringai saat melepaskan topi hitam yang dikenakan.
Warna mata yang sama dengan darah dan sebuah kacamata emas sangat sesuai pada ciri khas penampilan dirinya.
Tidak ada hal menarik untuk diperkenalkan pada seorang tamu.
"Kau menurutiku sampai sini tanpa pemberontakan, Jeici. Aku ragu kau berpikir bahwa aku rekan yang tepat untuk masalah ini." Ucap pria misterius menekan sebuah tombol di saat dirinya memberikan tanda pengenal khusus ke pigura.
"Tidak kusangka kau juga berasal dari rawa kotor. Kau dan aku tidak suka membuang waktu. Langsung saja katakan intinya!" Ucap Jeici tampak acuh dan terkesan tidak berperasaan.
"Haha! Perkataan kejam itu membuatku ingin menangis. Kuakui kau pintar, sayangnya kau sudah terikat dengan kami, Jeici!" Ucap pria misterius menunjukkan apa yang seharusnya diketahui tamunya ini.
Ia menatap kedua mata tamunya hingga terlihat begitu jelas bahwa terdapat hal yang tidak dimengerti Jeici.
Sebuah pilar kecil memenuhi panggilan tuannya dan menyerahkan selembar kertas.
"A-apa maksudnya ini? K-kau tidak mengelabuiku, bukan?" Tanya Jeici terkejut setengah mati setelah melihat tanda tangan dan foto wajah aslinya tercantum di dalam kontrak aneh.
"Mengapa aku harus mengelabuimu? Tanpa melakukan itu saja kau sudah mengerjakan tugas seperti yang kami inginkan. Dengar, Jeici! Bergabunglah dengan kami! Dunia ini membutuhkanmu." Ucap pria misterius membiarkan tamu di hadapannya ini berpikir terlebih dahulu.
"Persetan dengan dunia! Katakan siapa dirimu dan mengapa kalian membutuhkanku! Kau pastinya tidak datang mencariku dan pulang dengan tangan kosong." Ucap Jeici menjadi jengkel karena teringat permasalahan dirinya yang belum selesai.
"Tidak diragukan lagi! Aku beruntung menemukanmu lebih awal, Jeici! Ah! Ini kesalahanku belum memperkenalkan diri. Panggilan umumku adalah Wophiel. Kau bisa memanggilku dengan nama itu." Ucap Wophiel dengan berbangga diri.
"Pft! Kau tidak punya nama bagus selain itu?" Tanya Jeici yang sangat ingin menertawakan musuhnya.
"Jaga bicaramu, dasar tak tau malu! Nama itu telah menjadi hasil pencapaianku. Memberitahumu nama asliku yang istimewa hanya akan dibuat lelucon olehmu dan terburuknya lagi, kau tidak akan peduli!" Ucap Wophiel merasa kesal saat mendapati respon tamunya ini.
"Memang itu yang ingin kulakukan." Ucap Jeici berbalik badan dan berniat meninggalkan orang aneh seperti Wophiel.
Tekanan ruangan semakin besar, angin di sekitarnya membantu api agar terus membesar hingga siap melahap siapapun secara agresif.
Bulu kuduk Jeici berdiri dengan seketika saat melihat cahaya hijau menyapa dirinya.
"Patuhlah, Jeici! Ini tidak akan menyakitkan." Ucap Wophiel yang hanya berdiri di tempat dan terus memberi perintah kecil sebagai pelajaran bagi tamunya.
"KLIK!"
"Anak baik...!" Gumam Wophiel tersenyum senang ketika menyaksikan Jeici tidak mampu memberontak kembali.
Ia membuka pintu masuk ke ruang pemeriksaan dan melemparkan Jeici hingga terhempas di bawah kaki rekannya, Gulfone Yurrekeil.
Tidak ada sedikitpun suara yang dihasilkan karena lantai ruangan Gulfone terbuat dari jelly.
"Kau tidak bisa berhenti memberiku pekerjaan saat makan, ya? Siapa yang kau bawa kali ini, Phiel?" Tanya Gulfone menggigit daging mentah yang segar dari hasil buruannya.
"Pekerjaan dan kehidupan pribadi harus bisa kau pisahkan, Keil! Teruslah berusaha dan dapatkan simpati dirinya!" Ucap Wophiel mengambil rantai untuk disambungkan dengan alat pengekang di leher Jeici.
"Simpati dirinya? Kau tidak perlu lagi memberitahuku. Dia akan tertarik dengan tindakan kita." Ucap Gulfone membayangkan betapa hebatnya hasil kinerja mereka berdua.
"Beritahu aku jika anak ini bergerak satu inci saja! Aku ada di lantai atas." Ucap Wophiel mengambil minuman di kulkas Gulfone dan pergi sesuai keinginannnya.
"Haish! Meninggalkan sampel rusak ini lagi? Jika benar-benar tidak berguna, aku akan menghajarmu habis-habisan!" Gumam Gulfone yang hanya memandang tubuh Jeici dalam sekejap.
Meskipun ia tidak suka pekerjaan ini, rasa penasarannya tetaplah besar dan itulah yang membuatnya bertahan.
Terlebih lagi dirinya memiliki sedikit keterlibatan dengan Wophiel.
"Jangan kecewakan aku kali ini, nak!" Bisik Gulfone dengan penuh penekanan di setiap kata.
Alat pengekang yang telah dipasangkan rekannya tidak mengalami kerusakan.
Beragam akses lengkap mengenai alat pengekang ini juga dimiliki dirinya.
"Hmph! Anak ini hanya pandai mencari celah! Kemampuan khusus masih tidak ada. Apa yang dilihat Phiel dari anak ini? Potensinya? Tidak mungkin! Jika ada yang tersegel, aku sudah tau lebih awal." Pikir Gulfone terkejut sekaligus marah mendapati kinerja rekannya yang buruk.
"Hei, kau! Kau tidak bisa membaca pikiran, bukan?" Tanya Jeici bangun dari tidurnya.
Cara bicaranya yang tenang sangat berbeda saat berhadapan dengan Wophiel.
Mengetahui pengendalian emosi ini, Gulfone semakin ingin memeriksa kembali apa yang telah dilewatinya.
"Jika kau mau bertanya yang tidak penting, cari saja orang yang mengantarmu! Dia sama bodohnya denganmu!" Ucap Gulfone mendengus kesal setelah menyadari kemampuannya menurun.
"Orang? Jadi dia itu manusia? Aku tau kau dan dia sama-sama berbahaya, sayangnya keyakinanku mengatakan bahwa aku bisa mengimbangimu." Ucap Jeici merasa tidak nyaman dengan kalung tajam yang aneh di lehernya.
"Kau terlalu yakin. Aku ingin tau mengapa kau tidak bertanya apapun tentang tempat ini. Atau... Kau sudah mengetahuinya?" Tanya Gulfone menatap dingin sampel uji coba.
"Tidak. Kalian ingin memberitahuku, maka sudah seharusnya kalian melakukannya lebih awal tanpa aku sendiri yang turun tangan." Ucap Jeici tampak tidak peduli terhadap respon musuhnya.
"Lalu, kau akan duduk diam dan membiarkan dunia memberitahu rahasianya padamu?" Tanya Gulfone beralih ke meja kerjanya dan membereskan peralatan pemeriksaan.
"Aku tidak berhak menjawab pertanyaanmu. Dimana orang itu? Dia tidak meninggalkan tangkapannya kabur, bukan?" Tanya Jeici menatap punggung Gulfone yang rapuh.
Pertanyaannya dibalas dengan kesunyian hingga membuatnya berbicara pada sebuah patung.
Posisi dirinya saat ini tidaklah bagus dan ia menyadari banyak hal yang mengancamnya.
Sedikit saja melakukan hal mencurigakan, hidupnya akan berakhir dalam waktu kurang dari sedetik.
BERSAMBUNG
Wophiel saat ini berada di lantai atas untuk mengurusi berkas anggota baru di kelompoknya.
Banyak tabung eksperimen miliknya yang belum pernah ia sentuh.
"Cepat atau lambat anak itu akan mengetahui tempat ini. Aku ingin tau apa dia akan menyebarkannya keluar. Ini semua akan bergantung padamu, Jeici!" Pikir Wophiel mencari pena dengan tinta hitam di meja kerja yang berantakan.
Dirinya jarang menulis laporan karena seluruh filenya telah tersimpan di dalam sistem.
Sebuah pena yang kecil itu lebih menyulitkan dibandingkan mencari target makhluk.
"Cih! Ingin menandatangani kontrak saja harus menggunakan cara lama. Apa mereka tidak memperbaharuinya lagi?" Tanya Wophiel berjalan mendekati jendela dan membuka gorden ruangannya.
Meskipun cahaya luar ruangan tidak begitu berpengaruh, ruangan kerja yang gelap dengan mengandalkan cahaya dari tabung eksperimen telah membuatnya nyaman.
Kali ini dirinya hanya perlu mencari lagi keberadaan pena yang menyebalkan.
"Aku tak tau harus berbicara apa mengenaimu. Satu hal penting, yaitu kamu membuatku ingin membuangmu jauh-jauh! Jika bukan karena cara itu, aku tak sudi menulis dengan pena ini!" Ucap Wophiel menggenggam erat benda mati tanpa nyawa itu di tangannya.
"SRET!"
"Selesai sudah kau!" Gumam Wophiel memasukkan kontrak kerjanya ke dalam saku jas merahnya dan pergi ke lantai bawah untuk menemui Jeici.
Ia berhenti sejenak, diam di dalam kesenyapan, dan mendengar seluruh percakapan rekan lamanya dan anak baru.
Tidak ada perasaan tersinggung ataupun marah karena ia pandai mengolah emosinya demi mendapatkan keuntungan.
Menunggu sedikit lebih lama lagi sebelum masuk ke dalam ruangan rekannya.
"Kau mencariku, Jeici?" Tanya Wophiel dengan melemparkan limas belah ketupat yang terbuat dari kristal ruby.
"Mencarimu? Lebih tepatnya aku ingin kita tidak pernah berurusan lagi, sayangnya itu hanyalah mimpi." Ucap Jeici menangkap dan memeriksa kegunaan kristal tersebut untuk penyelamatan dirinya di masa mendatang.
"Hehe! Jadi kau menyerah, rekanku?" Tanya Wophiel terkekeh geli melihat ekspresi wajah Jeici.
Jika saja di hadapannya ini bukanlah salah satu rekannya, ia sudah pasti menikmati betapa hebatnya bermain dengan menjatuhkan mental musuh.
Baginya, kebosanan selama bekerja harus dilampiaskan secara tepat.
"Kapan aku mengatakan menyerah? Jangan ambil kesimpulan cepat tanpa persetujuanku!" Ucap Jeici mengerutkan dahinya saat menatap tajam Wophiel.
"Terserah! Sekarang saatnya kau bekerja, rekanku! Mari kutunjukkan cara kami menyelesaikannya!" Ucap Wophiel menunjuk ke arah kristal yang ada di tangan Jeici.
Hanya dengan memberikan arahan, kristal itu langsung menyala dan menyapa pengguna barunya.
Tidak ada yang mengetahui mengapa layar berwarna merah pekat seolah-olah menandakan banyak bahaya yang mengintai.
"Hei, kau! Bagaimana cara menggunakannya? Layar ini menembus tanganku? Kau tidak mengerjaiku dengan permainan bodohmu, bukan?" Tanya Jeici merasa kesal karena saat ingin melihat-lihat isi fitur sistem, ia bahkan tidak bisa menyentuhnya.
Terlebih lagi harga dirinya diuji dan harus siap mendengarkan ejekan musuh.
"Haish! Kau ini berisik ya? Hanya karena kau belum bisa menggunakannya bukan berarti tidak bisa selamanya! Bersikap ramahlah dengan sistemmu sendiri, Jeici! Dia akan membantumu jika kau juga membantunya menyelesaikan masalah." Ucap Wophiel mencengkeram lengan rekannya dan menunjukkan cara melakukan dengan tepat.
"Tuan Wophiel benar! Akan ada harga di setiap tindakan. Anda harus berhati-hati saat membuat keputusan!" Ucap sistem yang ada di dalam kristal.
"Kau berbicara denganku? Ratusan kali mengembara ke negara maju, aku tidak melihat satupun teknologi seperti ini. Kau tidak memerasku, bukan?" Tanya Jeici curiga pada sistem di hadapannya.
Ia sangat yakin bahwa di dunia ini tidak ada yang gratis, kecuali udara.
Seberapa banyak kebutuhan yang dimiliki pasti ada harga yang harus dibayar.
"Anda masih belum mengerti? Saat ini status anda telah berubah dari seorang buronan menjadi 'Right Hand of Supervisor'. Tugas utamamu di Tiesto adalah mencari kawan sebanyak-banyaknya." Ucap sistem di dalam kristal menunjukkan seluruh status pengguna baru.
"Yang benar saja? Mencari kawan? Bukan lawan ya?" Tanya Jeici kebingungan mencari celah baginya untuk bersenang-senang.
"BUGH!"
"Jangan banyak bicara! Lakukan saja sesuai perintah dan kau dapatkan apa yang kau inginkan!" Ucap Wophiel meninju otak kosong di kepala rekannya ini.
"Kau ini rekan atau musuh? Pelit sekali saat aku ingin bertanya!" Ucap Jeici berjalan tanpa arah.
Ia sungguh beruntung tidak mengenai benda tajam yang disediakan Gulfone di ruangannya sebagai hukuman bagi penyusup.
"TAP!"
"Tunggu! Jika tugas utama hanyalah mencari kawan yang banyak, bukankah aku diuntungkan karena status lamaku bisa disingkirkan?" Pikir Jeici yang terkejut setelah menyadari hal berharga di hidupnya.
"Phiel! Kau melihat pisau tumpul di dekat pintu?" Tanya Gulfone panik saat mencari benda miliknya.
"Di anak baru itu. Kau tidak beres-beres saat aku keluar mencari anak ini?" Tanya Wophiel melirik ke arah Jeici yang masih bingung membuat keputusan.
"Tidak perlu repot melakukannya, Phiel. Tertangkap disana juga tidak masalah! Ia akan belajar cara lebih berhati-hati lagi." Ucap Gulfone sama sekali tidak peduli siapa yang harus terjerat perangkap.
Sedikit lagi Jeici melangkah kedepan, pisau tumpul itu pasti akan melukai salah satu matanya.
Dirinya akhirnya telah mengetahui langkah selanjutnya untuk dilakukan.
Tidak hanya bekerja sebagai anggota baru di Tiesto, ia sangat perlu menjelajahi kembali beragam hal yang tidak ia ketahui.
"Baiklah! Aku sudah putuskan. Aku ambil pekerjaan ini. Katakan apa saja misi hariannya!" Ucap Jeici kepada sistem yang baru dikenal.
"Tukarkan 3 jantung 'Beast Hunter' di Pasar Bebas Tiesto. Setelah menyelesaikan tugas ini, anda dapat beralih ke tugas selanjutnya." Ucap sistem kristal memberikan dua pilihan level sebelum benar-benar menerima tugas pertama.
"Hm... Sedang atau rendah? Apa tidak ada yang tinggi?" Tanya Jeici merasa cukup kecewa.
"Level bisa diatur setelah anda mendapatkan akses dari pemilik Pasar Bebas Tiesto." Ucap sistem kristal memberikan lokasi terkini sang pemilik pasar bebas.
Mengetahui informasi penting seperti ini, Jeici langsung memeriksa tas penyimpanannya dan berharap ada benda yang berguna untuk dipakai.
Ia menjadi yakin sistem kristal miliknya ini sama pelitnya dengan Wophiel.
Slot kosong tanpa ada satupun benda yang tersimpan membuatnya harus mengisi ulang hingga penuh.
"Aku pergi dahulu semuanya!" Teriak Jeici meninggalkan Wophiel dan Gulfone di ruangan yang sama.
"Kau yakin dia tidak mengacaukan itu?" Tanya Gulfone menatap kepergian seorang anggota baru.
"Tidak bisa lebih yakin dari saat ini. Kau ahli dalam menyingkirkan musuh terdepan. Lakukan saja seperti biasa dari dalam bayangan kegelapan, Kiel! Terlepas pihak siapa yang jadi pengkhianat, semua itu sudah terhitung." Ucap Wophiel melirik sekilas ke arah rekannya.
Mereka berdua memiliki kekhawatiran yang sama, hanya saja cara mengatasinya yang berbeda.
Kali ini Gulfone dan Wophiel bersepakat membimbing setiap anggota baru demi menghadapi masa depan curam dan penuh ketidakpastian.
Sementara keduanya kembali mengurusi kepentingan masing-masing, Jeici menjadi ceroboh karena membiarkan dirinya terjebak di keramaian.
"Bukankah kau anak baru? Kuucapkan selamat datang serta diterima disini! Namaku Hereiko Acora." Ucap Hereiko menyambut kehadiran teman barunya dengan semangat.
"Kau orang pertama yang mengucapkan selamat padaku. Jika aku benar, kau sudah lama tinggal disini?" Tanya Jeici teringat tugas utamanya saat menatap kedua mata Hereiko.
"Lama? 26 tahun disini itu sangat cepat loh! Rasanya seperti menutup mata dan kau sudah ada di dunia saat ini." Ucap Hereiko berusaha memberitahu kebenaran yang sering dilupakan oleh sekitarnya.
"Kutambahkan kau ke daftar temanku, Hereiko Acora!" Ucap Jeici dengan sangat yakin bahwa teman pertamanya ini akan berguna suatu hari nanti.
BERSAMBUNG
Jeici mendapatkan saluran energi positif yang dikeluarkan Hereiko.
Hal ini membuat stamina miliknya bertambah secara perlahan.
"Dia mengatakan itu seperti hal biasa saja. Apa mungkin dia berpengalaman? Jika ya, bukankah dia tau seluruh daerah ini? Aku akan sangat senang saat dia mau membantuku." Pikir Jeici tersenyum kecil selagi memperhatikan kegiatan rekan barunya.
"Ada yang bisa kubantu, temanku? Kau melamun! Berhati-hatilah! Suatu saat kau akan diburu, loh!" Ucap Hereiko menakut-nakuti Jeici, sayangnya peringatan itu tidak terlalu berpengaruh.
"Aku ingin kau menemaniku berkeliling. Kau tidak keberatan bukan, Hereiko?" Tanya Jeici menyimpan tujuannya lebih dalam.
Ia sama sekali tidak ingin menjadi pribadi yang dapat ditebak musuh dengan mudah.
Terlebih lagi dirinya tidak menaruh sedikitpun kepercayaan pada orang yang baru dikenal.
Permintaan halus disertai menunggu persetujuan ternyata berhasil membuat Hereiko terkesan.
"Bagaimana mungkin aku keberatan, temanku? Kau baru saja memberikanku muka untuk hak menolak, tetapi aku memilih menyetujui permintaanmu. Sangat jarang meminta orang lain melakukan sesuatu untuk kita dengan cara halus seperti itu!" Ucap Hereiko menjabat tangan Jeici secara spontan.
"Muka? Kau kan sudah punya muka. Wajahmu itu mukamu, bukan?" Tanya Jeici tidak mengerti apa yang baru saja dikatakan rekannya.
"Kau ini?! Yasudah! Ikut saja denganku! Akan kuantarkan kau ke suatu tempat sebelum menjelang pagi." Ucap Hereiko menarik tangan Jeici secepat mungkin hingga menuju Pasar Bebas Tiesto.
"Apa pagi hari memberi pengaruh besar?" Tanya Jeici berusaha memahami tempatnya berpijak.
"Ya! Aku ini bukan vampir murni dan benci matahari. Jika bukan karena diriku menyukai alam, sangat mungkin duduk diam kebosanan hingga mengurung diri di kamar!" Ucap Hereiko tidak peduli rahasia tersembunyinya diketahui Jeici.
Baginya, ia bisa kapan saja melakukan tindakan tegas saat gejala pengkhianatan akan terjadi.
Lagipula pengkhianatan juga merupakan bagian penting yang paling diharapkan.
"Kau sebenarnya ingin kesini, bukan? Pasar Bebas Tiesto ada di depan. Kau perlu memiliki identitas untuk masuk kesana. Kupinjamkan kartu milikku! Pergilah dan aku akan menunggumu diluar!" Ucap Hereiko menyelipkan kartunya ke dalam saku celana Jeici.
Jeici yang mendapati bantuan rekannya ini hanya bisa menghela napas.
Tidak ada satupun hal yang bisa dilakukan selain menuntaskan misi harian.
"Selamat datang, Tuan! Tolong kartu identitasnya kami periksa." Ucap penjaga pintu masuk di lobi utama.
Dengan sigapnya, Jeici mengambil kartu di saku celana dan memeriksa terlebih dahulu sebelum diserahkan.
Ia juga sangat penasaran mengenai seperti apa kegunaan kartu di tangannya ini.
"Yang benar saja! Bahkan dia memberikanku 5 jantung 'Beast Hunter'? Apa benda ini tidak berguna di matanya, ya?" Pikir Jeici benar-benar terkejut melihat tas penyimpanan yang berisi kebutuhan sementara, panduan lengkap, dan peta telah disediakan.
"Apa-apaan ini? Cepatlah! Kami juga ingin masuk ke dalam!" Teriak satu pengunjung di antrian belakang.
"Ah! Ini kartunya." Ucap Jeici mengunci tas penyimpanan agar aksesnya tidak diambil paksa oleh orang lain.
"Baik! Anda bisa masuk." Ucap penjaga pintu tersebut dengan menyerahkan kembali kartu pengunjung.
Penglihatannya sungguh tajam hingga dirinya hanya membutuhkan waktu singkat untuk pemeriksaan.
Ia mengetahui bahwa pengunjung di hadapannya adalah milik Hereiko Acora dan di saat yang bersamaan mendapatkan surat perintah.
"Beruntung sekali anak ini! Ia melihat permata langka tanpa tau apa yang ia temui." Pikir penjaga pintu membiarkan Jeici masuk ke dalam.
Deretan pengunjung telah berjajar rapih di kursinya.
Mereka menunggu pelelangan tujuh benda ekslusif yang dikeluarkan oleh dunia kebebasan ini, yaitu 'Zaerotheum World'.
"Aku tak ada hubungannya dengan tempat ini. Sebaiknya aku pergi setelah menukar 3 jantung 'Beast Hunter'. Kuharap bisa menukarnya dengan kemampuan yang berguna dimanapun dan kapanpun aku mau!" Pikir Jeici memperhatikan kondisi di sekitarnya dan terus mencari tempat penukaran.
"DRAP! DRAP! DRAP!"
"Tuan besar! Mengapa anda hari ini tidak ingin menyambut mereka? Mereka sudah menunggu anda membuka acaranya!" Ucap salah satu bawahan yang sering mengikuti pemilik Pasar Bebas Tiesto.
"Apa kau tidak baca berita? Tamu penting milik Tuan Hereiko Acora sudah tiba di tempat. Jika kita tidak bisa menemukan dan melayaninya dengan baik, anggaran mutlak kita juga akan dikurangi!" Ucap pemilik Pasar Bebas Tiesto cukup panik dengan tangan yang memegangi layar tabloid.
"T-tapi kan kita memiliki sumber pemasukan dari yang lain, Tuan besar? Kita tidak akan kekurangan modal." Ucap penasihat yang juga merupakan seorang bawahan.
"Aku tau kau lebih bijak dariku, penasihatku. Cukup bayangkan saja kita bisa memiliki cadangan di masa darurat! Setiap risiko yang kita ambil sangatlah mengerikan. Terlebih lagi jika tidak bisa mempertahankan apa yang telah kita miliki!" Ucap pemilik Pasar Bebas Tiesto mengernyitkan dahi saat bertemu Jeici dari kejauhan.
Ia memeriksa lagi dan lagi karena tidak ingin bertemu seseorang penyusup yang menyamar.
Apa yang dikhawatirkannya tidak terjadi dan dirinya bertemu Jeici, tamu penting milik Tuan Hereiko Acora.
"Akhirnya saya menemukan anda, Tuan Jeici. Kemarilah! Kita bicarakan kepentingan kita di ruanganku. Disini pasti tidak nyaman bagi anda untuk tamu sambutan." Ucap pemilik Pasar Bebas Tiesto menjabat tangan Jeici dengan ramah.
"Kau baru saja memanggilku apa?" Tanya Jeici kebingungan saat mendengar ada yang berbeda.
Ia yakin dirinya bukanlah pengunjung istimewa disini dan seharusnya tidak ada yang mengenali statusnya.
Sungguh mengejutkan baginya karena yang seorang pemilik berkuasa di tempat ini datang menemuinya, bukan sebaliknya.
Ruang kerja begitu nyaman, damai, dan menetramkan hati ketika memasukinya.
Seluruh staf kantor juga merasa betah berlama-lama disini.
"Aku penasaran apa kau baik seperti ini karena aku memiliki barang bagus untuk dilelang?" Tanya Jeici menaruh curiga pada kebaikan yang diterimanya saat ini.
"Pengamatan anda cukup akurat, sayangnya tidak tepat. Di dunia perdagangan, kami tidak mengandalkan satu faktor untuk meraih tujuan utama. Kau juga tau bagaimana kami bekerja karena kau telah mengalaminya, Tuan Jeici." Ucap pemilik Pasar Bebas Tiesto tersenyum senang karena mereka berdua menemukan beberapa kesamaan.
"Aku tidak masalah kau menemukan darimana informasi penting itu tentangku. Mari kita berbicara bisnis sekarang!" Ucap Jeici menunjukkan 3 jantung 'Beast Hunter' tepat di hadapan sang Pemilik.
"Siapkan uang pembayarannya!" Teriak pemilik Pasar Bebas Tiesto kepada bawahannya.
"Tidak perlu. Aku lebih butuh satu orangmu untuk menjadi guruku. Masalah orangnya biarkan aku yang memilih sendiri!" Ucap Jeici terus menjaga kontak mata dengan sang Pemilik.
"Anak ini licik! Dia memanfaatkan waktunya dan mengubah hal tak berguna menjadi lebih bermutu. Jika aku tak menjalin hubungan baik dengannya, kapan saja dia akan menyerangku!" Pikir pemilik Pasar Bebas Tiesto menatap tajam sebelum mengubah ekspresi wajahnya agar menjadi lebih ramah.
"Huh?! Meskipun tidak mempertaruhkan nyawa kali ini, mendapatkan peluang kesempatan seperti ini saja sudah bisa dibilang langka. Tidak akan kubiarkan diriku ini pulang tanpa membawa barang berharga untukku di masa depan!" Pikir Jeici menahan seringaiannya saat lawan bicaranya menatap tajam ke arahnya.
"Anda tidak membutuhkan uang? Baiklah! Saya akan membebaskan anda memilih yang akan menjadi guru anda, Tuan Jeici." Ucap pemilik Pasar Bebas Tiesto mengajak tamunya ini turun ke lapangan.
Selagi mereka berdua berjalan ke lapangan, ia sesigap mungkin memanggil seluruh staf dari seluruh penjuru yang berada di bawah naungannya.
Tidak ada pengecualian karena seluruh alasan yang digunakan para staf tidak ditoleransi.
BERSAMBUNG
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!