NovelToon NovelToon

KAISAR ES

PENGKHIANATAN

Dataran Aries wilayah gurun pasir

“Hiyaaaaa...” menebas monster.

“Graaaaa...” mati.

Seorang pemuda membelakangi monster yang sudah berhasil ia bunuh menggunakan pedang biru yang sangat indah. Tatapan mata biru langitnya memandang kedepan dengan tajam. Surai putih saljunya yang tertiup angin menambah kesan tampan diwajahnya. Badan yang begitu atletis dan sempurna untuk seorang remaja sepertinya. Pakaian khas seorang petualang dengan jubah putih salju yang berkibar tertiup angin. Sepatu butnya menapaki padang gurun, berjalan entah kemana... pandangannya lurus kedepan dengan pedang yang sudah ia sarungkan di pinggangnya. Ia berjalan menuju gunung yang terlihat tinggi, senyuman kecil mulai terbentuk tatkala ia yang sedikit demi sedikit mendekati kaki gunung. Dengan gumaman kecil ia berkata...

“Aku kembali...”

Satu tahun yang lalu Guild Fairy Storm

“Waaahhh segarnya... memang paling enak minum bir setelah membasmi monster iya kan.”

“Hahahahahah... rasanya bisa sedikit lebih santai.”

Suasana yang begitu ramai dalam ruangan ini, banyak sekali para petualang yang bersantai setelah menjalankan sebuah misi yang biasa dilakukan oleh para petualang. Kebanyakan mereka semua adalah para pemula yang baru belajar. Tapi ada juga mereka yang sudah berpengalaman. Berbagai jenis manusia berkumpul dalam satu ruangan yang penuh akan cerita.

“Permisi...” seorang pemuda yang berpakaian layaknya petualang tengah memberikan laporan tentang misi yang sudah ia jalani. Rambut hitam rapih dengan mata hitam yang menatap lembut kearah resepsionis yang ada didepannya. Jika dilihat lagi dia terlihat sedikit tampan, walau banyak yang mengatainya cupu.

“Seperti biasa ya... Yugi.” Balas seorang perempuan yang mengurus misi para petualang. Rambutnya hitam panjang sampai pinggang dengan mata hitam seperti malam, tubuhnya terlihat ramping dan seksi untuk pekerja wanita seumurannya.

“Begitulah...”

Namaku Yugi, seorang petualang pemula yang baru saja mendaftar dalam guild seminggu yang lalu. Umurku masih 16 tahun... menjalani misi seorang diri tanpa party. Terkadang memang menyusahkan melakukannya seorang diri...

“Baik... akan kuperiksa hasil hari ini.”

Perempuan yang berbicara didepanku ini adalah sara... seseorang yang bertanggung jawab dalam bidang administrasi para petualang. Umurnya sama denganku...

“Hm hm...” sara mengangguk melihat hasil misi yang telah yugi jalankan. “Kerja bagus... misi hari ini sukses ya.” Ucap Sara sambil tersenyum menatap Yugi.

“Ya... walaupun sedikit merepotkan. Tanpa party sangat sulit menjalankan misi seorang diri.” Keluh Yugi sambil menundukkan kepalanya dengan lelah.

“Bersabar ya... pasti akan ada orang yang mau mengajakmu. Jadi jangan pantang semangat... [jangan menyerah]... itu yang selalu kau katakan bukan.” Ucap Sara sembari menyemangati Yugi.

“Hm tentu saja... aku akan menjadi petualang terhebat.” Ucap Yugi dengan semangat.

“Aku tidak sabar melihatnya...” Sara tersenyum sambil sedikit memiringkan kepalanya menatap Yugi yang kembali ceria seperti semula.

Oh ya kuberitahu, karena level ku masih rendah, tidak ada Yang mau merekrutku kedalam party. Oleh karena itu aku melakukan misi seorang diri, tentu saja misinya yang levelnya sepadan denganku. Didunia ini semua orang hidup berdasarkan level mereka. Bagi mereka yang kurang beruntung, hanya bisa menjadi seorang buruh tani ataupun pedagang. Tapi untuk mereka yang memiliki level tinggi dan bakat yang luar biasa, tentu saja masa depan cerah menanti mereka.

Dan aku...

“Haah... levelku masih 10... kapan aku bisa naik level dengan cepat. Memang mustahil kalau melakukan misi seorang diri, aku harus bergabung dengan yang lain... tapi apa ada orang yang mau merekrutku... kebanyakan petualang dikota ini levelnya diatas 20. Sungguh menyebalkan...” Yugi menundukkan kepalanya keatas meja dengan lesu.

“Hei kau yang disana...”

“Ah...” Yugi menatap seorang pemuda yang memanggilnya dari jauh. Dilihat dari mana pun ia seorang petualang, bersama dengan partynya, pemuda itu berjalan mendekati Yugi. “A-ada apa memanggilku?”

“Perkenalkan, namaku Urgo... dan kedua temanku ini adalah Sou dan Ken. Kami ingin merekrutmu kedalam party kami... dilihat dari penampilanmu kau masih pemula... pasti masih belum memiliki party kan?” perkataan Urgo membuat Yugi sedikit terkejut, ini yang ia tunggu.

“Iya aku mau... aku mau bergabung.” Dengan semangatnya Yugi menjawab permintaan Urgo.

“Yosh... mulai saat ini kau bergabung dengan kami.” Ucap Urgo sambil tersenyum.

“Iya ya...” Sou merangkul Yugi dengan senangnya, begitu pula ken yang memeluk mereka dari belakang.

“Waaahhh...” Yugi sangat senang, akhirnya ada juga yang merekrutnya kedalam party. Rasa senang ini membuatnya melupakan kesedihan yang telah lalu. Dan berjanji akan berguna untuk party barunya ini.

Keesokan paginya, Yugi menunggu didepan gerbang kota Aries. Mereka sepakat untuk melakukan quest mengalahkan monster serigala salju bertanduk di daerah utara dekat gunung salju abadi. Walaupun awalnya Yugi menentang karena disana merupakan tempat para monster yang levelnya diatas 30, itu yang dikatakan oleh Sara dan menyarankan pada Yugi untuk tidak mengambil quest yang berhubungan dengan monster didaerah utara. Tapi teman-teman party barunya terus saja memaksa dan mereka bilang [tidak akan terjadi apa-apa.] Yah walaupun banyak monster kuat, tapi teman-temannya ini memiliki level diatas 20an.

“Yo... maaf menunggu lama.” panggil petualang bersurai hitam acak-acakan dengan mata hitam dan tangannya yang melambai pada Yugi, dia adalah Urgo.

“Hehehehe... maaf agak telat.” Sou, dengan rambut merah lurus dan mata merah agak hitam mengikuti Urgo dari belakang.

“Hoaaamm... aku masih agak ngantuk nih.” Disusul oleh Ken, dengan surai biru ponytail dan mata biru laut yang terlihat mengantuk.

“Iya, tidak apa-apa...” balas Yugi dengan senyuman senang, ini merupakan misi pertamanya dengan party nya yang baru.

“Yosh... mari kita berangkat.” Teriak urgo.

“Huooo...” teriak yang lainnya secara bersamaan.

Ditengah perjalanan mereka melewati hutan yang sangat lebat, ditumbuhi pohon besar. Yang memimpin Urgo, dibelakangnya Sou dan Ken yang berada dibagian kanan dan kiri Urgo. Sementara Yugi berada paling belakang sambil membawa tas dan bawaan semua milik anggota party nya. Yugi mulai berpikir kalau ia hanya dimanfaatkan untuk dijadikan pembawa barang saja, tapi ia menepis semua pikiran negatif itu.

Sebelum pergi kegunung bagian utara, Urgo memberi tugas pada Yugi, yaitu untuk membawa barang bawaan mereka. Pada awalnya Yugi agak sedikit terkejut, tapi ia menerimanya dengan senang hati. Urgo mengatakan kalau seperti ini lah para petualang pemula memulai debutnya didalam party. Dan Yugi pun mempercayainya.

Semakin lama wilayah bagian utara ini semakin dingin, jalan mulai tertutup salju. Semua pemandangan hanya terdapat hamparan salju yang luas, didepan mereka terlihat gunung yang menjulang tinggi.

“Semuanya bersiaplah, disinilah serigala salju bertanduk itu tinggal, kita menerima quest untuk mengambil 5 tanduknya. Jadi berhati-hatilah...” peringat Urgo kepada setiap anggotanya.

Yugi pun bersiap dengan pedangnya yang sudah teracung kedepan, sembari terus membawa barang bawaan mereka semua dengan tas dipunggungnya.

“Grroooaaaa...”

Sebuah teriakan menakutkan berasal dari depan mereka. Tampak jelas sebuah mata yang menyala biru ditengah salju yang dingin. Entah kenapa terasa hawa semakin menurun drastis, badai sedikit demi sedikit mulai berdatangan.

“Itu dia... serigala salju bertanduk.” Ucap Ken yang sudah siap dengan pedangnya.

“Gha tidak mungkin...” Sou tidak percaya melihat sekumpulan serigala salju bertanduk yang berjumlah 10 dihadapan mereka.

Yugi terlihat panik karena melihat sekumpulan monster hewan yang levelnya lebih tinggi darinya. Dilihat bagaimanapun ini mustahil bagi Yugi. Tapi ia berusaha setenang mungkin, karena dia tidak sendirian sekarang.

“Ikuti instruksiku... Ken kau kearah kanan, Sou kau sisi yang satunya. Dan Yugi... tetap dibelakang dan beri kami dukungan saat terdesak.” Perintah Urgo kepada yang lainnya.

“Siap...” teriak mereka semua disaat bersamaan.

“Sou bidik mereka dari samping.” Teriak urgo.

“Aku tau...” Sou membidik salah satu serigala dengan panahnya. “Bersiaplah... Fire Arrows.” Sebuah panah api melesat dan mengenai satu serigala.

“Groooaaa...” serigala itu berteriak dan kemudian mati ditempat. Sisa yang lainnya mulai menyebar dan menyerang Sou dengan cepat.

“Gawat...” Sou berlari kearah urgo dan melakukan tos sebari berkata. “Kuserahkan sisanya padamu...”

“Ya... Yugi, bersiaplah...”

“Siap.” Dengan keseiagaan tinggi, Yugi menatap para serigala dengan intens.

Dengan cepatnya urgo mengayunkan palu raksasanya ketanah dan seketika tanah tersebut mencuat keatas dan mengenai 2 serigala.

“Satu menuju kearahmu Yugi.” Teriak urgo.

Dengan pedang ditangannya, Yugi memasang kuda-kuda siap menyerang. Satu ayunan kuat terarah menuju serigala.

Trank

Tapi cakar serigala itu menahan pedang milik Yugi. “Gawat...” dengan cepat Yugi melompat mundur guna menjaga jarak. ‘Ini tidak akan menguntungkanku, selain perbedaan level, suhu dilingkungan ini juga terlalu dingin sampai menusuk tulang... aku, terlalu lemah.’ Dalam hati Yugi merutuki kemampuannya yang masih jauh dari kata kuat.

“Giliranku...” Ken berlari melewati Yugi dan menebas serigala itu menggantikan Yugi. “Wind Slash...” sebuah tebasan angin membelah dua serigala salju bertanduk tersebut.

“Grrraaaa...”

Blaaaarr...

Satu serigala lagi sudah urgo hancurkan dengan palunya. Semuanya pun berkumpul dan membentuk formasi, yang tersisa sekarang tinggal 5 serigala lagi.

“Mereka terlalu banyak.” Ucap Ken yang sedikit menggigil karena kedinginan.

“Aku tidak menduga akan begini...” tegas Urgo yang mencari cara untuk bisa keluar dari masalah ini.

“Lebih baik kita kabur saja, lagian kita juga sudah menyelesaikan misinya... 5 tanduk sudah kita dapatkan.” Usul Sou.

“Hm baiklah... tapi bagaimana cara mengalihkan serigala-serigala itu?” Tanya Urgo sambil menganalisa keadaan.

“Aku akan membuat dinding es...” ucap Yugi.

“Kau yakin?” tanya Ken.

“Em...” Yugi mengangguk, ia pun berjalan kedepan dan merentangkan kedua tangannya. “Setelah aku membuat dinding es, giliran kalian untuk menyerang.”

“Kami mengerti...” balas Sou dengan menyeringai senang, begitu pula dengan Urgo dan Ken. Ekspresi mereka seperti sedang merencanakan sesuatu.

“Ice wall...” dinding es setinggi tiga meter terbentuk didepan Yugi. “Sekarang...”

Wwuussshhh... (sunyi)

“Teman-teman?” karena tidak mendapat respon dari yang lain, Yugi pun menengok kebelakang dan tidak menemukan siapapun. “Hei kalian dimana? Jangan bercanda...” ucap Yugi dengan panik. “Tidak mungkin, apa... mereka meninggalkanku.” Ucap yugi dengan nada pelan dengan kepala menunduk kebawah.

“Groooaaaarrr...”

Sementara itu kelima serigala tadi menerobos dinding milik yugi mengakibatkan yugi terpental karena gelombang kejut yang ditembakan kelima serigala tersebut.

“Gawat... dindingnya hancur.” Ucap Yugi tidak percaya, ia ketakutan melihat kelima serigala menatapnya dengan tatapan lapar.

“Aku harus lari...” Yugi berlari tanpa membawa apapun, tas sebelumnya yang ia bawa sudah ia serahkan ke urgo, tapi ia tidak menyangka bawah dia akan dikhianati secepat ini. ‘Apa-apaan ini, kenapa ini terjadi padaku... kenapa mereka membohongiku... meninggalkanku sendirian. Sial...’ hatinya terus bergejolak antara kesal, marah, panik dan takut. Yang dipikirkan oleh Yugi hanya satu, yaitu menyelamatkan diri.

Yugi semakin masuk kedalam hutan didekat kaki gunung, ia sudah tidak kuat berlari lagi, didepannya terdapat sebuah gua yang sangat besar. “Ada sebuah gua, lebih baik aku masuk dari pada dimakan serigala-serigala itu...” Yugi berjalan tertatih dengan pelan masuk kedalam mulut gua. “Lebih baik aku membuat dinding es untuk menutup mulut gua ini...” sebuah dinding es yang tinggi dan tidak terlalu tebal menutupi mulut gua.

“Hah hah hah...” Yugi terengah-engah dengan nafas berat, sepertinya energi Yugi sudah mencapai batasnya. Ia hanya seorang petualang pemula yang kurang berpengalaman dalam menghadapi monster kuat. Tapi pengetahuannya akan monster lumayan cukup luas. Kepintarannya memang bisa diandalkan, hal itulah yang dapat ia lakukan untuk menutupi kelemahannya. “Semoga saja monster serigala salju bertanduk itu tidak mengetahui kalau aku didalam gua ini. Tapi aku ragu berhasil lolos darinya, karena penciuman serigala itu sangat tajam...” Yugi menatap lekat gua itu, didalamnya terdapat sebuah jalan. Karena tidak mau berdiam diri, Yugi pun berinisiatif untuk masuk lebih dalam kedalam gua. “Ada sebuah jalan, mungkin akan terhubung dengan jalan keluar dari gua ini...” perlahan tapi pasti, Yugi berjalan dengan lemasnya sambil tetap waspada.

Krak krak krak pyaaarrrr (sebuah dinding retak dan hancur)

Dinding es yang dibuat oleh yugi hancur oleh para monster serigala, mereka mencium bau Yugi dan masuk kedalam. Tatapan tajam dari serigala itu haus akan darah, aura pembunuh dari seekor monster level 30 tidak bisa diremehkan.

“Dimana ini sebenarnya? Aku lelah...” Yugi terduduk didalam gua yang sedikit dengan cahaya, didepannya ia tidak bisa melihat begitu jelas. ‘Kenapa... kenapa bisa jadi begini. Party pertamaku mengkhianatiku begitu mudahnya, dari awal aku sudah curiga ada yang tidak beres. Tapi aku tidak menyangka akan jadi seperti ini.’ Yugi ketakutan, pikirannya kalut dan tidak bisa berpikir jernih. Yugi berpikir kalau ia akan mati disini, tapi apa dia akan menyerah begitu saja.

“Groooaaaaarrr...”

Sementara itu ketiga orang yang mengkhianati Yugi berlari dengan ekspresi ketakutan yang dibuat-buat. Mereka pun masuk kedalam gulid fairy storm dan berteriak. “Toloooonnggg...”

Semua orang yang ada didalam menatap ketiga orang yang berteriak tadi. Kemudian menggerumungi Urgo dan teman-temannya dengan wajah bertanya, Sara yang mengenal ketiga orang tersebut langsung bertanya tentang Yugi, karena Yugi bercerita pada Sara kalau ia bergabung dengan party Urgo sebelum berangkat untuk menjalani misi.

“Kalian, apa yang terjadi... dimana Yugi?” tanya Sara dengan nada takut terjadi apa-apa pada Yugi.

“K-kami awalnya melakukan misi didaerah bagian utara gunung es abadi untuk membasmi serigala salju bertanduk, diakhir misi kami berhasil membasmi kelima monster serigala tersebut. Tapi...” Urgo menundukkan kepalanya dengan menggantung kata-katanya.

“Tapi apa... apa yang terjadi? Dimana Yugi?” tanya Sara dengan panik. ‘Tidak, aku mohon jangan... ya Tuhan, jangan biarkan mimpiku semalan jadi kenyataan.’ Batin sara yang khawatir. Semalam sara bermimpi kalau Yugi terjatuh kedalam jurang yang dalam dan tidak pernah kembali. Sara takut kalau mimpinya tersebut akan menjadi kenyataan. Sara takut Yugi pergi darinya untuk selamanya, tidak, itu tidak boleh terjadi. Sara masih menunggu jawaban dari Urgo dengan perasaan was-was.

“Yugi, dia... demi menyelamatkan kami, dia menjadikan dirinya sebagai umpan untuk menarik perhatian para monster yang entah kenapa bertambah banyak, kemudian... kami tidak tau lagi.” Ucap Urgo dengan nada yang dibuat-buat dengan ekspresi menyesal yang sangat hebat, seperti seorang artis profesional.

“Tidak... tidak mungkin... Yugi.” Sara berjalan mundur dengan kedua tangan menutup mulutnya, air matanya menumpuk dikantung matanya. Perasaannya bercampur sedih, sakit dan perih tak tertahankan yang teramat dihatinya. Orang yang sangat ia cintai, entah seperti apa kabarnya sekarang. Didaerah bagian utara, disana banyak monster yang sangat kuat. Hal itu membuat pikiran Sara berpikir kalau Yugi mati dimakan monster.

Bruk

Tidak lama kemudian Sara pingsan dan membuat semua orang panik. Seorang perempuan yang terlihat paling panik segera menghampiri tubuh Sara dan menggoyangkan tubuhnya. “Sara, Sara Sara Saraaaa...”

Bersambung

PEDANG LEGENDARIS

Disebuah rumah yang sederhana dan hangat, terdapat satu keluarga yang hidup bahagia bersama anaknya. Sang ayah yang tengah membacakkan dongeng dari sebuah buku untuk anaknya sambil menghangatkan diri didekat perapian. Sementara sang ibu menyiapkan teh sambil mendengarkan percakapan ayah dan anak tersebut.

“...ini adalah kisah dimana sang pemuda menjadi seorang pahlawan. Dengarkan anakku, suatu hari dimana pemuda tersebut pergi berpetualang... tapi dia tidak sendirian, dia bersama dengan seorang teman. Tak terasa mereka telah melakukan banyak hal, senang maupun susah mereka selalu bersama... mereka mengalahkan sang raja iblis dan menjadi pahlawan yang dikenang banyak orang.” sang ayah berhenti bercerita sambil melihat ekspresi anaknya.

“Waaahhh... aku juga ingin menjadi seorang pahlawan, dan bersama temanku, kami nanti tidak akan pernah terkalahkan.” Ucap sang anak dengan semangatnya.

Kedua orang tua itu tertawa kecil mendengar impian sang anak, sang ayah pun mengusap pelan rambut hitam anaknya dan berkata. “Iya, kamu pasti bisa...”

Tidak ayah, aku tidak bisa... aku tidak bisa menjadi seorang pahlawan, teman-temanku mengkhianatiku. Mereka mengkhianatiku tanpa sebab, dan meninggalkanku... aahhh, apa mimpiku hanya bualan belaka. Lagipula, apa dari awal mereka menganggapku sebagai teman... kurasa tidak.

Tes

Tetesan air menjatuhi kepala sang pemuda yang sedari diam didalam gua. Tak terasa hawa dingin kian menusuk tubuhnya, kejadian dimana hampir merenggut nyawanya, tapi untungnya ia masih selamat dan hidup sampai sekarang. Dengan sisa kekuatannya ia menyelimuti tubuhnya dengan energi sihir miliknya. Matanya menatap kosong kebawah, seolah ini adalah akhir baginya.

“Grooooaaaarrrr...”

Sebuah auman monster membuat Yugi tersadar dari keterpurukkannya. Dengan perlahan ia mulai berdiri dan melangkah kedepan. “Tidak peduli apapun yang terjadi, setidaknya aku sekarang harus menyelamatkan diri dulu.” Gumamnya.

Tap tap tap

Langkah demi langkah Yugi terus berjalan, dengan sisa tenaga yang ada, ia terus berusaha membuat dinding es untuk memperlambat monster serigala yang sedari tadi mengejarnya.

‘Kemana... kemana aku harus pergi.’ Hatinya terus berteriak takut, ini pertama kalinya ia dikejar monster yang levelnya terlalu jauh darinya. ‘Ayah... ibu...’

[Kemarilah nak...]

Sebuah suara membuat yugi tersentak, suara itu persis seperti ayahnya. Dengan keyakinan diri ia terus berjuang untuk bertahan hidup. Mengikuti firasat dari hatinya, ia merasa ayahnya tengah menuntunnya kesuatu tempat. “Ayah...” gumamnya.

Yugi mengingat akan perkataan ayahnya dulu... “dengar anakku, dalam situasi apapun terus lah berjuang, jangan pernah berpikir untuk menyerah. Jika hati dan pikiranmu kuat, maka kamu akan menjadi sangat kuat anakku... percayalah pada ayah. JANGAN PERNAH MENYERAH...”

“Aku tidak akan menyerah... ayah.” Ucap Yugi lantang. Tanpa disadari oleh Yugi, ada sebuah penghalang tipis didepannya. Tapi dengan mudahnya ia melewati penghalang tersebut dan masuk kedalam.

“Groooaaarrr...”

Sementara monster serigala terus berlari mengejar Yugi, tapi dengan nasib yang kurang beruntung, monster tersebut menabrak penghalang dan terpental oleh gelombang yang dipancarkan oleh penghalang berbasis sihir tersebut. Akhirnya monster itupun pergi meninggalkan Yugi yang berada didalam penghalang.

“Apa ini... barrier.” Yugi menyentuh sebuah penghalang tipis berwarna biru muda didepannya. Iya merasakan kehangatan dari penghalang sihir tersebut. “Ini aneh, kenapa aku bisa lewat sedangkan monster serigala itu tidak bisa.”

“Ternyata ada seseorang yang berani masuk kedalam wilayahku.”

“S-siapa disana?” Suara berat tersebut mengagetkan Yugi dan secara reflek dia sudah mengacungkan pedangnya kedepan. “Jangan bersembunyi, keluarlah. Aku tidak takut padamu.” Dengan beraninya Yugi berteriak kearah asal suara tersebut. Tapi secara tiba-tiba suara itu hilang, hal tersebut tidak membuat kesiagaan Yugi mengendor. Dengan perlahan Yugi berjalan kesebuah cahaya terang didepannya. Semakin lama cahaya tersebut semakin terang dan membuat mata Yugi silau. Dengan tangan kirinya ia menutupi wajahnya untuk menghindari cahaya tersebut. Setelah masuk lebih dalam, terlihat sebuah ruangan yang begitu luas dengan es runcing biru muda diatap yang begitu tinggi.

Dengan terkagumnya, Yugi melihat sebuah pedang yang bersinar seperti sebuah kristal. Dengan gagang pedang berwarna biru cerah, berlambang bunga mawar putih dan seekor naga yang melingkar dengan kedua sayapnya. Yugi melihat pedang itu dengan teliti, terdapat sebuah balok es yang mengurung bilahnya sangat dalam.

“Kenapa ada pedang didalam sini?” tanya Yugi, yang entah bertanya pada siapa. Untuk sesaat Yugi menatap lekat pedang itu. Didalam hatinya ia ingin mengambil pedang yang terkurung es tersebut. “Pedang yang indah...” gumamnya yang bergema di dalam gua itu.

“Apa kau akan terus menatapku seperti itu...”

“S-siapa?” Yugi kembali siaga dengan pedang ditangan kanannya. ‘Aku tidak melihat siapapun disini...’

“Aku ada didepanmu...”

‘Depan? Aku tidak melihat siapapun, yang ada hanya pedang itu. Apa mungkin...’ Yugi mengira kalau pedang yang disegel itu bisa berbicara. “Tidak mungkin...” Yugi menyarungkan kembali pedangnya dengan santai seolah tidak ada bahaya sedikitpun.

“Apa nya yang tidak mungkin...” pedang itu bersinar dengan cahaya putihnya menerangi gua.

Yugi terjungkal kebelakang sambil menunjuk kearah pedang. “Pedang... pedang itu bisa bicara.” Teriak yugi dengan nada takut.

“Memangnya aneh kalau aku bisa bicara hah...”

“Aku pikir begitu...” ucap Yugi asal sambil berdiri dari terjungkalnya.

“Hmph... manusia zaman sekarang memang tidak tau legenda rupanya. Hei anak muda, apa kau tau aku siapa?”

“Apa... apa kau salah satu dari artifak senjata legendaris dimasa lalu?” tanya Yugi tanpa mengalihkan matanya dari pedang tersebut.

“Kau cukup pintar untuk ukuran bocah sepertimu.”

“Entah kenapa perkataannya membuatku kesal.” Gumam Yugi.

“Apa kau hanya akan diam disana atau mau mencabutku?”

“Eh... emang boleh?”

“Pertanyaan konyol macam apa itu.”

“Y-yah, aku pikir ada larangan saat mencabutmu...”

“Kau sangat polos bocah.”

“Maaf saja kalau aku bocah yang polos.”

“Maa... tidak usah marah begitu. Sebelum kau mencabutku akan kuceritakan sebuah kisah padamu.”

“Kisah...”

“Dulu sekali... sekitar seribu tahun yang lalu, ada seorang pemuda yang mewarisi sebuah pedang yang amat kuat. Pedang itu diberi nama... Eternal Snow.”

“Bukankah itu pedang legendaris yang dimiliki oleh seorang pahlawan masa lalu, dan kejadiannya seribu tahun yang lalu. Jangan-jangan kau ini...”

“Benar, pedang itu adalah aku... Eternal Snow.”

“Tidak mungkin, yang aku dengar kalau pedang itu tersegel oleh pahlawan dan sampai sekarang tidak ada yang tau keberadaannya.”

“Dan sekarang ada yang menemukanku... akhirnya setelah sekian lama aku menunggu pemilik yang baru. Kau datang pada waktu yang tepat.”

“Apa maksudmu?”

“Dasar otak udang...”

‘Dari sekian banyak ejekan, entah kenapa perkataan itu yang paling membuatku kesal.’ Batin Yugi yang marah kepada pedang yang seenak udelnya mengejeknya tanpa memikirkan perasaannya.

“Maksudku adalah kau merupakan pemilikku selanjutnya, dengan kata lain kau adalah majikanku yang baru. Paham...?”

“Apa... aku, yang benar saja. Apa kau tidak salah orang, aku ini lemah tau. Tidak mungkin aku bisa menjadi majikanmu.”

“Kalau soal itu aku juga tau, kau tidak hanya lemah tapi juga bodoh.”

“Sudah cukup kau membuatku kesal, lebih baik aku pergi saja.” Yugi berbalik menjauh dari pedang itu dengan emosi yang meluap-luap.

“Eh dasar bodoh... kau tau diluar sana banyak monster kuat. Tadi saja kau dikejar-kejar sampai kesini. Dengan kemampuanmu sekarang, untuk keluar dari sini hidup-hidup itu mustahil.”

“Aku benci mengakuinya, tapi perkataanmu masuk akal. Dengan kekuatanku sekarang, melawan monster-monster itu akan sangat sulit.” Balas Yugi yang menghentikan langkah kakinya untuk pergi.

“Bagaimana, apa kau menerima tawaranku, jika kau menjadi majikanku, maka semua kekuatan yang ku punya akan menjadi milikmu. Tapi...”

“Aku terima tawaranmu.” Yugi melompat kearah pedang dan mencabutnya sekuat tenaga. “Sial... susah sekali.”

Bang

Brak

Yugi terpental oleh sebuah gelombang kuat yang berasal dari pedang tersebut dan menghantam dinding es. “Sakit... apa-apaan itu.” Teriak Yugi kesal dan meringis kesakitan karena tiba-tiba mendapat gelombang kejutan yang sangat kuat.

“Baru saja ingin kukatakan, kau terlalu terburu-buru. Kau harusnya berpikir sebelum bertindak, emang mudah untuk mencabutku... hah.”

“Kenapa tidak bilang dari tadi?” Kesal.

“Kaunya saja yang terlalu terburu-buru...”

“Jadi, apa yang harus aku lakukan?” Yugi berdiri dari terjatuhnya dan kembali mendekat kearah pedang.

“Emmhh... bagaimana ya?”

“Entah kenapa aku merasa bodoh disini...”

“Sebenarnya kekuatanmu yang sekarang sedikit mustahil untuk mencabutku. Keberhasilannya Cuma 10% saja.”

“Terus, apa yang harus aku lakukan?”

“Hanya satu cara, naikkan levelmu.”

“Aku rasa itu memerlukan waktu yang lama.”

“Itu kalau kau berlatih dengan cara yang biasa...”

“Maksudmu?”

Pedang eternal snow tidak lagi merespon Yugi, tapi pedang itu semakin lama semakin bersinar terang. Sinarnya menyilaukan sampai memenuhi ruangan yang penuh akan es tersebut.

Kerajaan Aries Guild Fairy Storm

“...” seorang gadis berparas cantik tengah melamun ditengah pekerjaannya. Gadis sebelahnya yang menjadi rekan sekaligus temannya hanya bisa memakluminya, kehilangan orang yang dicintai memang sangat menyakitkan.

Karena tidak tahan melihat keadaan temannya ini, dia menegurnya dengan pelan. “Sara...”

“...”

“Sara...”

“...”

Sara tidak menyahut sama sekali, karena kesal tidak digubris sama sekali oleh sara. Rekan kerjanya ini menggoyangkan tubuh sara dengan kuat. “SARAAA...”

“Eh iya...”

“Akhirnya kau sadar juga, aku sudah memanggilmu berkali-kali tau...” ucapnya kesal.

“M-maafkan aku Sina.” Sara menundukkan kepalanya pertanda menyesal.

“Apa kau baik-baik saja, ini sudah seminggu sejak insiden itu...” Sina tidak bisa menyebutkan insiden yang dimaksud, karena itu akan menyakiti hati Sara yang sudah ia anggap seperti sahabat.

“Tidak, aku baik-baik saja... yosh mari kita bekerja lebih giat lagi.” Ucap Sara dengan semangat agar Sina tidak mengkhawatirkannya.

Insiden yang merenggut nyawa seorang petualang pemula di gunung salju abadi daerah utara membuat hati Sara sakit tak tertahankan. Sudah seminggu sejak kejadian itu Sara tidak pernah bekerja lagi. Dan sekarang Sara baru mulai bekerja setelah pikirannya merasa lebih baik dari sebelumnya.

“Yo Sara, akhirnya kamu kembali bekerja... kamu tau betapa sakitnya hatiku saat aku tau kamu terus saja mengurung diri dikamar. Rasanya aku sangat merindukanmu, oh Saraaa...” laki-laki yang merayu sara adalah Urgo. Dia merupakan pemimpin party saat insiden seminggu yang lalu.

“Ada urusan apa...” nada suara Sara semakin kosong dan matanya hampa seakan tidak ada kehidupan saat Urgo menghampirinya.

“Sara, aku mencintaimu, maukah kau menjadi pacarku.” Ucap Urgo sambil menyodorkan sebuah bunga mawar yang indah.

“Ayolah Sara terima perasaan bos kami.” Ucap Sou yang berada dibelakang Urgo bersama dengan Ken.

“Maafkan aku, jika tidak ada yang lain kau bisa pergi.” Ucap Sara datar.

“Baiklah aku pergi sekarang, tapi setidaknya terimalah bungaku ini.”

Sara pergi dari meja administrasi dan berjalan kebelakang meninggalkan Urgo yang bertampang konyol didepan banyak orang.

“Cih gagal lagi...” decih Urgo yang gagal kembali mendapatkan hati Sara.

“Sudahlah bos, mungkin terlalu cepat...”

“Benar, kau harus memberinya waktu...”

‘Perkataan Sou dan Ken ada benarnya, aku tidak perlu terburu-buru... lagi pula penghalang cintaku sudah tidak ada. Sekarang aku bisa mendekati Sara sedikit demi sedikit. Aku harus lebih sabar lagi.’ Pikir Urgo. “Sou, Ken, ayo kita pergi.”

“Siap bos...”

Sementara disebuah dimensi buatan yang terlihat hanya hamparan rumput yang bergoyang dengan satu pohon besar. Dibawah pohon besar itu terdapat seorang pemuda berambut hitam tengah berlatih melawan banyak monster buatan didemansi tersebut.

“Horraaa...” mengayunkan pedangnya kedepan dan menebas satu monster berkaki empat seperti kambing. Satu monster melompat seperti kelinci berwarna putih dengan mata merah siap menerjang kearah sang pemuda. Tapi dengan lihainya dia mengayunkan pedang dan menusuk dada monster kelinci itu.

“Kau semakin kuat saja...” ucap seorang perempuan berambut panjang putih seputih salju, dengan paras cantik dan mata biru muda yang memukau, setiap pria yang menatapnya pasti akan tergila-gila dibuatnya. Tingginya hanya sampai bagian dada pemuda didepannya, jika dilihat mereka seperti adik kakak.

“Setelah berlatih disini selama satu tahun, entah kenapa level ku seperti meningkat 2 kali lebih cepat dibanding didunia nyata.” Ucap sang pemuda sambil menggenggam kedua tangannya dengan senang.

“Tentu saja, kau pikir siapa yang membuat dunia buatan ini. Berlatih satu minggu disini sama dengan satu tahun, itu berarti kamu hanya berlatih selama seminggu didunia nyata, tapi kalau didimensi buatanku itu serasa satu tahun, bagaimana. Ayo puji aku, jangan malu-malu...” Ucap perempuan itu dengan nada sombongnya.

“Iya ya yang mulia naga perkasa YUI.” Dengan nada datarnya pemuda itu menekan nama Yui diakhir kalimatnya.

“Entah kenapa aku merasa itu bukan sebuah pujian... dasar Yugi hmph...” Yui ngambek karena ejekkan Yugi yang menyebalkan baginya.

“Mungkin sudah saatnya aku keluar dari dimensi buatan ini. Tapi aku masih merasa tidak percaya, kau bisa membuat dunia buatan semudah ini. Sungguh diluar akal sehat...” ucap Yugi dengan takjub akan kekuatan dari sang naga perkasa sekaligus pedang legendaris Eternal Snow.

“Semua didunia ini memang diluar akal... hal seperti ini biasa bagiku. Semua orang juga bisa membuat dimensi buatan sendiri, tapi hanya sang jenius dan mempunyai kekuatan luar biasa saja yang bisa membuatnya.” Ucap Yui panjang lebar.

“Kau berbicara seolah kau pintar saja...” ejek Yugi.

“Jangan mengejekku...” Yui kesal pada Yugi yang terus saja mengejeknya seperti itu.

‘Yang membuatku semakin tidak percaya adalah sifat sang naga legendaris yang mendiami pedang Eternal Snow. Tidak kusangka berbanding terbalik dari legenda yang aku baca...’ batin Yugi yang merasa kecewa akan kenyataan yang dilihatnya.

“Kau kenapa Yugi...?” tanya Yui penasaran.

“Tidak, bukan apa-apa... ayo kita kembali.” Ucap Yugi yang kembali pada kenyataan didepannya.

“Em...” Yui mengangguk dan membuat sebuah portal keluar dari dimensi buatan.

Didunia nyata malam hari, disebuah gua bagian dalam terdapat portal yang sangat misterius yang mengeluarkan seorang pemuda dan pemudi yang terlihat tampan dan cantik. Tidak lama portal menghilang, seorang pemuda yang bernama Yugi melangkah kedepan dan berhadapan dengan sebuah pedang legendaris Eternal Snow.

“Dengan kekuatanmu sekarang pasti bisa, berjuanglah...” ucap Yui menyemangati.

“Levelku sudah naik sekitar 30... seharusnya aku sudah bisa menarik pedang ini. Karena, akulah sang pemilik selanjutnya...” Yugi menggenggam gagang pedangnya dan menariknya sekuat tenaga, gelombang kejut yang mementalkan Yugi sebelumnya kembali ia rasakan. Tapi hal itu tidak membuatnya gentar, karena ia yakin bisa mencabutnya. “Dengarkan majikan barumu, jadilah milikku... ETERNAL SNOW...” Dengan sekali tarikan kuat kedua tangan Yugi berdarah, dan darah tersebut mengalir ke gagang pedang kemudian diserap olehnya, pedang itu terlepas dari segelnya dan bercahaya terang yang sangat menyilaukan. Yugi mengacungkan pedang tersebut keatas seolah mengklaim kepemilikan pedang Eternal Snow. “Aku berhasil...”

“Selamat tuanku, kau sekarang adalah majikanku...” ucap Yui dengan senangnya.

“Huuuaaaaaaa...” teriak yugi sambil mengayunkan pedang itu dengan kuat.

Duuuuaaaaarrr

Sebuah gelombang bertekanan kuat menghantam dinding es dan membuatnya hancur, bagian atas gua tersebut runtuh dan menindih yugi. Tapi dia tidak bergerak seincipun dari sana.

Duar

Gua itu hancur menimpa Yugi, tapi tiba-tiba sebuah cahaya putih kebiruan bersinar melewati awan, bersamaan dengan itu puing-puing yang menimpanya hancur berantakan. Tidak lama kemudian muncullah Yugi yang penampilannya sudah berubah drastis. Rambutnya berwarna putih salju, mata biru langit dengan tubuh yang atletis yang tidak terlalu berotot. Kalau dilihat dari manapun ia akan terkenal dikalangan perempuan.

“Kau terlalu berlebihan tuan...” Yui keluar dari reruntuhan tanpa tergores sedikit pun. Pakaian ala tuan putri dengan corak salju yang begitu menawan dipakai olehnya. Dengan riangnya ia mendekati Yugi dengan senyuman seolah mengatakan selamat.

“Aku tidak menyangka kekuatanku bisa meningkat dua kali lipat dari sebelumnya.” Ucap Yugi tidak percaya, ia berpikir seolah baru kemarin ia latihan dan mendapatkan kekuatan sedahsyat ini.

“Bagaimana, hebatkan... selamat ya tuanku.” Ucap Yui dengan senyuman manisnya.

“Terima kasih Yui... berkat dirimu aku bisa seperti ini. Aku tidak tau harus berkata apa lagi selain ucapan terima kasih...”

“Kau terlalu berlebihan tuan...”

“Oh ya, kenapa kau terus saja memanggilku tuan?” Tanya Yugi, dirinya agak risih juga dengan panggilan tuan itu.

“Itu sudah kewajibanku, siapapun yang memiliki pedang Eternal Snow akan menjadi tuanku. Karena itu sudah turun temurun dari generasi ke generasi. Pemilikku sebelumnya seperti itu...” jelas Yui.

“Kalau begitu, karena aku pemilik barumu, aku memerintahkanmu untuk memanggil namaku saja. Tidak ada bantahan...” tegas Yugi dengan senyuman cerah ia layangkan ke arah Yui.

“Eh... mmm...” Yui tersenyum mendengar perkataan Yugi yang sangat tegas. Berbeda dengan pemilik sebelumnya yang selalu saja sombong dan membanggakan kekuatan yang telah ia berikan. ‘Kau benar tuan, pemilikku yang baru ini sangatlah berbeda... mungkin kalau dia pasti bisa melakukannya.’ Batin Yui yang mengingat pemilik sebelumnya.

[Dengar Yui, akan ada seseorang yang akan memberimu sebuah kebebasan, dan itu pasti, suatu saat nanti kau akan berhenti memanggil tuan.. tapi kau akan memanggilnya dengan namanya. Dan pada saat itu tiba, maka dialah yang akan memberimu kebebasan.]

Mengingat kembali tuan terakhirnya ia merasa nostalgia, Yui menatap Yugi dengan senyuman harapan. Dia berjanji pada dirinya sendiri kalau apapun yang terjadi ia akan melindungi Yugi.

‘Kau benar tuan... aku menemukan seseorang yang akan memberikanku kebebasan.’ Batin Yui sambil menatap kearah Yugi dengan tatapan lembut penuh kasih sayang.

Dan dari situlah awal dari sebuah petualangan yang akan aku jalani... sebagai pemilik baru pedang dewa naga, seperti apa petualanganku nantinya... aku sudah menantikan hal itu...

Bersambung

AWAL DARI SEBUAH PETUALANGAN

Sebuah sinar putih kebiruan menjulang tinggi di pegunungan utara salju abadi. Malam itu membuat semua orang dari kerajaan Aries heboh dibuatnya. Selain itu sang Raja Kerajaan Aries juga menyaksikan cahaya itu bersama dengan pangeran kerajaan. Penduduk Aries merasa takut akan pancaran cahaya itu, mereka mengira akan ada serangan dari musuh.

“Ayah, cahaya apa itu?” Tanya sang pangeran kepada yang mulia raja Aries.

“Aku tidak tau anakku... tapi aku rasa kita akan segera mengetahuinya.” Balas Raja Aries kepada pangeran.

Banyak para penduduk keluar rumah hanya untuk menyaksikan cahaya yang begitu indah. Tidak lama cahaya tersebut memudar dan menghilang di tengah malam. Kegelapan kembali menyelimuti kerajaan Aries tatkala cahaya tersebut menghilang. Yang tersisa hanyalah lampu jalanan yang menerangi jalan. Sara yang terkejut akan cahaya itu hanya bisa merasakan detak jantungnya yang berdetak kencang tidak seperti biasanya. Perasaan akan rindu sosok yang menjadi pujaannya sedikit terobati setelah melihat cahaya putih kebiruan tadi. Entah kenapa rasanya kehidupan kembali di mata Sara, tatapannya menjadi lebih hangat dari pada sebelumnya. Senyuman kian melebar diparas cantiknya. Tanpa disadari sara menggumamkan nama sang pujaan hati.

“Yugi...”

Keesokan paginya didaerah pegunungan bagian utara daerah salju abadi. Seorang pemuda yang baru saja mendapatkan senjata legendaris yaitu pedang Eternal Snow. Kini pemuda itu melanjutkan perjalanannya menuju ke sebuah salah satu kerajaan besar yang ada didaerah bagian utara yaitu kerajaan yang diselimuti oleh es abadi. Yugi mengikuti saran dari roh yang bersemayam dipedangnya yaitu Yui.

Yui merupakan roh dari naga legendaris Dragon Eternal Snow, yang kemudian entah bagaimana dia tersegel kesebuah pedang yang sekarang diberi nama Eternal Snow. Mengingat seminggu yang lalu, dimana untuk pertama kalinya ia menemui sang naga legendaris dalam wujud manusia.

Satu minggu yang lalu dimana takdirku mulai berubah. Disini, sebuah dunia yang berbeda dengan dunia nyata, tiba-tiba saat seluruh tubuhku diselimuti oleh cahaya putih kebiruan, saat itu juga aku menutup mata. Dan saat aku membuka mataku... aku sudah berada disebuah padang rumput luas dengan satu pohon raksasa didepanku. Dibawah pohon itu aku melihat, sesosok gadis membelakangiku, perempuan itu menghadap kearah pohon yang entah kenapa menarik perhatianku. Saat perempuan itu berbalik menghadapku, aku terpana... aku diam membisu. Didepanku, seorang gadis... entah bagaimana cara menggambarkannya... parasnya yang cantik dengan rambut terurai bebas kebawah diterpa angin. Surai putih itu bagaikan salju. Dan mata biru itu seindah langit. Senyumannya bagaikan bunga yang mekar dimusim semi. Entah bagaimana pandanganku tidak bisa lepas darinya. Tanpa aku sadari perempuan itu sudah berada dihadapanku. Menatapku seolah bingung dengan tingkahku yang terus menatap kedepan... saat gadis itu menggoyangkan tubuhku, saat itu jugalah aku tersadar... perempuan cantik tadi yang berada dibawah pohon, sudah berada dihadapanku dengan wajah kami yang terpaut beberapa senti. Untuk sesaat aku terkejut dan mundur kebelakang... melihat tingkahku yang seperti itu, perempuan itu tertawa geli. Tawanya sangat imut, terdengar seperti seorang anak kecil yang baru saja habis bermain dengan senangnya.

“Kau kenapa menatapku seperti itu...?” tanya sang gadis.

Mendengar pertanyaan itu membuat Yugi salah tingkah, dengan sedikit deheman kecil ia mulai mengontrol rasa gugupnya. “Ti-tidak ada... lagi pula yang penting sekarang aku dimana, dan kau siapa?”

“Hihihi... menjawab pertanyaan dengan pertanyaan... bilang saja kalau kamu tadi malu melihat parasku yang cantik ini. Lagian dari tadi juga wajahmu memerah...” tebakan dari gadis ini begitu tepat.

Entah bagaimana, perkataannya itu membuat Yugi tambah malu karena ekspresinya bisa ditebak dengan mudah. Tapi karena tidak mau mengakuinya, ia berusaha mencari topik yang lain. “Diamlah... jawab saja pertanyaanku.”

“Are are... tapi baiklah, setidaknya perkenalan memang perlu. Namaku Yui... seorang naga legendaris Eternal Snow.”

Penjelasan dari Yui membuat Yugi terkejut. “Tunggu sebentar... kau bilang Eternal Snow. Bukankah itu pedang yang aku temui di gua. Dan seharusnya aku berada di gua... bagaimana bisa aku berada disini?”

“Ma maa.. akan aku jelaskan sedikit-sedikit... yang penting kamu tau namaku. Bagaimana ya... oh ya akan aku jelaskan mengenai diriku lebih dulu...” Yui mengambil nafas sebentar untuk melanjutkan penjelasannya. “Ribuan tahun yang lalu terdapat tujuh naga legendaris yang disebut Seven Dragon Gods. Setiap dewa naga memiliki kekuatan elemennya masing-masing. Setiap warna mewakili elemen... merah untuk api, cokelat untuk tanah, hijau untuk angin, kuning untuk cahaya, hitam untuk kegelapan, biru untuk petir, dan putih untuk es.”

“Es? Kenapa bukan air...?” tanya Yugi yang bingung dengan elemen yang terakhir.

“Aku tau kamu pasti akan bingung, sebenarnya elemen air juga termasuk elemen es. Karena aku merupakan sang naga putih yang dominannya elemen salju dan es maka dipanggil elemen es. Air juga termasuk kedalam elemen es, tapi entah kenapa aku dipanggil Eternal Snow bukan ice... mungkin terdengar lebih keren begitu.” Perkataan terakhir dari Yui terdengar seperti gurauan, dan itu membuat Yugi sedikit bingung akan sifat dewa naga didepannya.

“Memang kau pikir kita sedang lomba menamakan apa...” balas Yugi dengan wajah tidak percayanya.

“Kita lanjutkan saja... jadi dulu sekali ketujuh naga itu hidup dengan damai, sampai tiba dimana salah satu naga mulai bermusuhan satu sama lain. Penyebabnya belum diketahui, karena aku sendiri tidak mengingatnya...” ucap Yui sambil mengingat kejadian yang dulu pernah menimpanya.

“Terus, apa yang terjadi?”

Yui berusaha mengingat kejadian selanjutnya dan kembali berkata. “Setelah itu ketujuh naga saling menyerang satu sama lain dengan elemen mereka. Pertarungan antar naga itu memicu terjadinya bencana alam yang berada didunia manusia, bahkan para monster, manusia setengah hewan dan bahkan para naga perkasa yang lain takut akan pertarungan sakral ketujuh dewa naga.”

“Aku pernah membaca buku tentang itu... dewa elemen yang saling bertarung dan mengguncang dunia. Walaupun tidak secara detailnya...” ucap Yugi yang mengingat buku yang di bacanya.

“Iya, kurang lebih seperti itu... dewa yang dimaksud mungkin ketujuh dewa naga elemen.” Sambung Yui.

“Tapi kenapa ketujuh dewa naga sampai bertarung satu sama lain?” pertanyaan dari Yugi hanya bisa dijawab gelengan kepala oleh Yui.

“Entahlah, aku sendiri yang merupakan salah satu yang ikut dalam pertarungan itu tidak bisa mengingat apapun. Saat terbangun dari tidur, rohku sudah berada di dalam sebuah pedang. Saat itu aku terjebak didalam pedang Eternal Snow dan terus berganti majikan sampai saat ini.”

Penjelasan dari Yui membuat Yugi penasaran tentang masa lalu ketujuh dewa naga tersebut. “Jadi begitu, tapi kenapa kamu bisa berubah wujud menjadi manusia...?”

Pertanyaan Yugi direspon baik oleh Yui dengan menjawabnya secara sederhana. “Sebenarnya kami ras naga, yang merupakan ras tertinggi dan terkuat bisa berubah wujud menjadi manusia saat kami berada dipuncak kekuatan... mungkin kalau kalian manusia menyebutnya sebagai kaisar... sebuah gelar untuk orang terkuat. Tapi perubahannya sedikit berbeda dengan kami. Dewa naga bisa berubah menjadi wujud manusia dengan sempurna, tidak seperti naga yang berada di bawah kami...”

“Begitu, apa kau bisa berubah wujud didunia nyata?” Tanya Yugi.

“Sebenarnya itu sangat mudah untukku, tapi hal itu membutuhkan banyak energi, jadi aku tidak bisa berlama-lama didunia nyata. Tapi sebaliknya, jika aku berada didunia buatan ini, aku bisa menjadi wujud manusia kapanpun aku mau...” ucap Yui dengan senangnya.

“Kau bilang ini dunia buatan...?” tanya Yugi

“Begitulah...” jawab Yui

“Bagaimana bisa, apa kau yang membuatnya...?” Tanya lagi Yugi tanpa henti.

“Kenapa kamu terkejut begitu, memang aneh ya kalau dewa naga bisa membuat dimensi buatannya sendiri.” Balas Yui sambil memiringkan kepalanya heran.

“Entah kenapa aku berpikir ras kalian ini overpower, dan juga sombongnya kelewat batas.” Gumam Yugi.

“Maaf, itu karena kekuatan kami yang teramat besar sehingga sifat kami kebanyakan sombong dan arogan, tapi tidak semua naga sifatnya seperti itu... ada juga yang baik seperti aku.” Jelas Yui.

“Kau malah membanggakan diri sendiri...” ucap Yugi dengan nafas lelahnya. “Sudahlah, jadi secara singkatnya kau ini merupakan salah satu dewa naga terdahulu yang bersemayam didalam pedang Eternal Snow dan ini merupakan dunia atau dimensi buatanmu sendiri, begitu.” Ucap Yugi yang menyimpulkan keadaannya sekarang ini.

“Yup... hebat juga bisa menyimpulkannya dengan sederhana, kalau kamu sudah mengerti, sudah waktunya untuk melatihmu.” Ucap Yui yang melompat tinggi kearah pohon dan mendarat diatas akar raksasa.

“Melatihku?” Tanya Yugi.

“Tentu saja... untuk meningkatkan levelmu... didunia buatanku ini aku bebas membuat apapun, bahkan kehidupan seperti apapun.” Setelah ucapan Yui selesai, seketika itu juga bermunculan monster yang sangat banyak di hadapan Yugi.

“A-apa itu monster?” gagap Yugi yang melihat sekawanan monster.

“Baiklah, mari kita mulai latihannya...”

Setelah kejadian itu, Yugi pun berlatih keras siang hingga malam tanpa berhenti kecuali saat istirahat untuk makan. Kemudian seminggu pun berlalu, tapi jika berada didimensi buatan milik Yui itu sama saja dengan setahun. Saat itu juga kemampuan, teknik bertarung dan level Yugi meningkat drastis akibat latihan yang diberikan oleh Yui. Latihan itu bagaikan neraka bagi Yugi... mengingatnya membuat badan dan pikiran merinding. Tapi jika dipikir kenapa levelnya yang baru 30 bisa mencabut pedang yang bersamayam dewa naga dengan mudahnya. Hal itu membuat Yugi penasaran.

“Yui...” panggil Yugi.

“Ada apa?” tanya Yui heran.

“Kenapa pedang ini bisa dicabut dengan mudah, bukankah ini pedang dewa naga yang legendaris itu. Tapi aku yang merupakan petualang yang levelnya baru 30 bisa mencabut pedang ini dengan mudah... bukankah itu sedikit aneh?”

Pertanyaan dari Yugi membuat Yui sedikit terkikik geli. Ia pun berusaha mengendalikan dirinya supaya tidak tertawa dengan keras. “Sebenarnya... kamu tidak usah menariknya sekuat tenaga, cukup dengan meneteskan darahmu pada pedang maka segel pedang itu akan terlepas sendiri. Lagipula pedang itu sejak awal memang diwariskan padamu, kau pikir pertemuan kita ini sebuah kebetulan... yang menuntunmu kepadaku adalah aku sendiri, dengan menggunakan objek seseorang yang sangat berarti untukmu maka aku bisa menuntunmu... dan juga darah yang mengalir didalam tubuhmu terdapat darah majikanku seribu tahun yang lalu. Dengan kata lain mungkin saja kau ini merupakan keturunannya yang dulu.” Jelasnya.

“Terus, untuk apa latihanku selama ini?” Yugi mulai merasa kesal karena serasa dipermainkan oleh Yui, bukankah dia bilang kalau level nya yang dulu sulit untuk mencabutnya. Jika hanya mengalirkan darah saja cukup untuk menghapus segelnya, terus untuk apa dia latihan selama itu.

“Tapi perkataanku waktu itu tidaklah salah... memang peluang mencabut pedang itu sangatlah kecil untuk dirimu yang masih level 10. Akan kuberitahu kenapa levelmu harus lebih tinggi dari yang dulu...” Yui berjalan kedepan dan berhenti didepan Yugi. “Setiap kamu naik level, maka aku akan memberikan kekuatan kepadamu sedikit demi sedikit. Apa kamu tidak merasa ada yang beda saat kamu mencabut pedang itu?”

“Benar juga... aku merasa kalau kekuatanku meningkat dua kali lipat dari sebelumnya... serasa level 30 memiliki kekuatan selevel 60.” Jelas Yugi.

“Tepat sekali, setiap levelmu naik maka kekuatan milikku akan terserap padamu, untuk sekarang tubuhmu tidak akan mampu menampung kekuatan yang sangat besar dariku. Oleh karena itu kamu harus menjadi lebih kuat lagi. Suatu saat nanti kamu akan menjadi manusia terkuat yang ada didunia ini.” Ucap Yui dengan senyuman kearah Yugi.

“Maksudmu aku akan menjadi kaisar?” Tanya Yugi.

Yui tidak langsung menjawab pertanyaan dari Yugi, dirinya hanya tersenyum penuh aryi akan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya. Namun jawaban yang lebih tepat akan membuatnya lebih terkejut.

“Bukan... tapi DEWA.”

Ternyata benar, perkataan Yui membuat Yugi terkejut, tidak disangka kalau kekuatan dari salah satu dewa naga akan sekuat itu. Menjadi dewa, yang benar saja... saat Yugi memikirkannya entah kenapa badannya bergetar dan merinding. Tidak tau apa itu rasa senang, takjub, takut, cemas atau sedih. Tapi yang jelas perasaannya sekarang tengah campur aduk.

“Tenang saja, kamu tidak usah panik begitu, aku akan berada disisimu. Jadi jangan takut...”

Tatapan hangat dari Yui membuat hati Yugi menjadi yakin, menjadi yang terkuat adalah impian Yugi. Dia pun merasa yakin kalau impiannya itu bukanlah bualan biasa. Sekarang ia bisa menjadi apapun yang dia mau, dan keinginannya yang ingin menjadi pahlawan, belum pernah berubah.

“Sekarang mari kita lanjutkan menuju kekerajaan bagian utara...” ucap Yui, dia berjalan lebih dulu meninggalkan Yugi dibelakangnya.

“Sebenarnya ada apa disana, kenapa kita harus ke kerajaan sana?” Tanya Yugi yang penasaran, sebenarnya ia ingin kembali ke Aries dan menemui Sara. Dan membalas ketiga orang yang telah menjebaknya. Tapi sepertinya bertualang lebih dulu mungkin akan menyenangkan.

“Ada sebuah benda pelengkap pedang Eternal Snow disana...” jawab Yui.

Yugi yang mendengar jawaban singkat Yui hanya bisa menatap heran, tapi ia hanya bisa pasrah dan mengikutinya saja. Dari sini bermula, sebuah hidup baru yang akan Yugi jalani sebagai seorang petualang yang terlahir kembali dengan kekuatan baru.

Hari itu... hidup baru, kekuatan baru, dan petualangan baru akan memenuhi perjalananku untuk menjadi seorang dewa. Legenda yang baru akan terukir oleh diriku pembawa pedang dewa naga es. Bersama partner yang bersemayam dalam pedang legendaris, sebuah cerita baru akan tercipta...

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!