Jesslyn menatap pantulan dirinya di depan cermin. Tubuh rampingnya dalam balutan gaun pengantin berwarna putih tulang dengan taburan berlian, gaun yang melekat ditubuhnya adalah hasil dari desainer terbaik negara ini. Jadi wajar jika hasilnya tidak mengecewakan.
Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan dan bersejarah dalam hidupnya. Jesslyn akan menikah dengan pemuda yang selama 3 tahun menjadi kekasihnya, setelah penantian panjang, akhirnya dia dan Leo bersama dalam sebuah ikatan suci pernikahan.
"Sayang, apa kau sudah siap?" Sang ayah menghampiri putrinya yang masih berada di ruang make up. Jesslyn tersenyum seraya mengangguk. "Ayo, calon suamimu sudah menunggu di altar."
Tuan Eric melihat kebahagiaan terpancar dari sepasang biner Hazel putrinya. Memangnya gadis mana yang tidak bahagia karena bisa bersanding dengan pria yang dicintainya lalu mengucapkan janji sehidup semati dan hidup bersama sampai tua.
Mereka berjalan menuju altar. Di sana sudah ada sang mempelai pria yang menunggu calon istrinya. Leo tersenyum lebar melihat Jesslyn yang tampak cantik dalam balutan gaun pengantinnya.
Kemudian Leo mengulurkan tangannya pada sang mempelai wanita ketika Tuan Eric menyerahkan putrinya. "Leo, jaga putri Papa dengan baik. Dia adalah satu-satunya mutiara paling berharga yang Papa miliki."
Leo tersenyum seraya mengangguk. "Pasti, Pa. Aku pasti akan menjaganya dengan baik dan mencintainya seumur hidup." Jawab Leo lalu mencium punggung tangan Jesslyn yang tertutup sarung tangan brokatnya.
"TUNGGU!!"
Baru saja acara akan dimulai. Pintu gedung tiba-tiba terbuka dan seorang wanita yang bercucuran air mata menghentikan upacara suci tersebut. Wanita itu berjalan menuju altar.
"Rossa, akhirnya kau datang juga. Aku pikir kau tidak akan datang." Jesslyn yang bahagia melihat kedatangan sahabatnya itu pun langsung memeluknya.
"Jess, hentikan pernikahan ini. Kau dan Leo tidak bisa menikah." Rossa melepaskan pelukan Jesslyn dan menatapnya dengan berderai air mata.
Jesslyn memicingkan matanya. "Kenapa? Bukankah sejak awal kau sangat mendukung kami untuk segera menikah. Lalu kenapa sekarang kau menghentikannya?! Jangan bercanda, Ros. Kau tau sendiri jika aku dan Leo saling mencintai bukan," Jesslyn tampak berkaca-kaca.
Rossa menggeleng. Dia menangis semakin keras. "Aku tau Jesslyn, aku tau. Tapi masalahnya aku sedang mengandung. Dan anak yang aku kandung ini adalah anak, Leo!!"
Jlderrr...
Bagaikan tersambar petir disiang bolong. Hati Jesslyn hancur berkeping-keping mendengar pengakuan Rossa yang begitu mengejutkan itu. Bukan hanya Jesslyn, tapi semua orang yang hadir di sana, dan senyum Jesslyn pun pudar seketika.
Pandangan Jesslyn lalu bergulir pada Leo yang hanya menundukkan wajahnya. Dia menatap pria itu dengan tatapan bertanya. Jesslyn membutuhkan penjelasan sekarang.
"Jelaskan, Leo!!" Pinta Jesslyn dingin.
Leo terus menundukkan wajahnya. Tiba-tiba dia berlutut di depan Jesslyn dan refleks dia mundur beberapa langkah kebelakang. "Jess, maafkan aku. Aku khilaf. Aku telah melakukan kesalahan. Benar yang Rossa katakan, anak di dalam perutnya adalah anakku. Kami berdua sama-sama melakukan kesalahan yang tak termaafkan."
Jesslyn tersenyum mengejek. "Kalian berdua memang sampah. Kalian memalukan, bisa-bisanya kalian menusukku dari belakang. Para undangan sekalian, silahkan kalian pulang. Pernikahan hari ini batal!!" Sambil menjinjing gaunnya, Jesslyn meninggalkan gedung pernikahan.
Tuan Eric menghampiri Leo dan langsung menamparnya dengan keras. Kekecewaan terlihat jelas di dalam matanya. "Aku menyesal karena telah merestui putriku dengan bajingan sepertimu!!" Ucapnya dan pergi begitu saja.
Orang tua Leo segera menyusul Tuan Eric. Mereka mencoba meminta maaf atas kelakuan putranya. Tapi dia tidak peduli. Dibandingkan berbicara dengan mereka, lebih penting mengejar putrinya.
"Jesslyn tunggu," seru Tuan Eric.
"Tidak apa-apa, Pa. Aku hanya ingin menenangkan diri sebentar, Papa pulanglah dan istirahat." Pintanya.
Jesslyn berusaha tersenyum meskipun hatinya hancur. Dia tidak ingin membuat ayahnya semakin sedih. Lagipula Jesslyn bukanlah gadis lemah yang akan terpuruk hanya karena cinta.
-
-
Awan hitam tampak menggantung di langit yang tak di hiasi bulan dan bintang. Hawa dingin mulai menyebar, merasuk ke dalam tubuh seakan menyayat hingga ke sumsum tulang, Malam ini sepertinya akan turun hujan.
Masih dengan balutan gaun pengantin yang melekat ditubuh rampingnya. Gadis itu terus berjalan tanpa menghiraukan tatapan orang-orang disekitarnya yang menatapnya dengan berbagai tatapan. Ada yang menatapnya aneh, ada juga yang menatapnya iba.
Gemuruh diatas sana terdengar begitu mengerikan. Disusul kilatan-kilatan putih yang saling bersahutan. Suasana malam terasa begitu mencekam. Tak ada air mata, tak ada kesedihan, yang ada hanya amarah dan kekecewaan.
Brukk...
Tubuhnya tersungkur ke tanah setelah tanpa sengaja bertabrakan dengan pejalan lain. Orang itu hanya menatapnya sekilas ke arah Jesslyn lalu melanjutkan langkahnya. Meskipun banyak yang berlalu lalang, namun tak seorang pun membantunya.
Gadis itu tersenyum pahit. Sambil menahan sakit di lututnya, ia lalu bangkit dari posisinya. Segera dia hentikan taksi yang melintas lalu meminta diantarkan ke sebuah alamat. Dan dia telah membulatkan tekadnya. Penghinaan malam ini, dia akan membuat mereka membayarnya beribu-ribu kali lipat.
-
-
Luis bangkit dari kursi rodanya dan berjalan ke arah dinding kaca yang berada di kamar pribadinya. Wajahnya mendongak, menatap langit malam diselimuti awan hitam. Tidak ada satu pun bintang yang muncul diatas sana, semua bersembunyi bersama sang penguasa malam.
Suara decitan pintu di buka dari luar sedikit menyita perhatiannya. Seorang pria berkacamata berjalan menghampirinya. Pria itu terkejut melihat tuannya berdiri dari kursi rodanya.
"Tuan, bagaimana jika ada yang melihat Anda bisa berdiri. Semua rencana Anda akan gagal total,"
Luis menoleh dan menatap pria itu dari ekor matanya. "Tidak perlu cemas, Kris. Tidak ada siapa pun di ruangan ini kecuali aku dan kau." Ucapnya lalu menghisap kembali batang rokoknya.
"Bagaimana jika Nyonya Anna tiba-tiba datang dan melihat Anda tanpa kursi roda?! Tuan, saya mohon. Jangan membahayakan diri Anda sendiri."
"Kau tenanglah, Kris. Tidak akan terjadi apapun. Sebaiknya segera bersiap untuk menyambut tamu kita. Seperti yang pernah aku katakan padamu sebelumnya, dia... Akan datang sendiri padaku!!"
"Dia?! Maksud Tuan adalah Nona yang waktu itu? Bukankah dia akan menikah malam ini, jadi bagaimana mungkin dia akan datang?"
Luis menyeringai. "Mau bertaruh?! Jika aku kalah, aku akan menaikkan gajimu sebesar 30%, tapi jika kau yang kalah, maka gajimu akan dipotong dan kau tidak akan mendapatkan bonus tambahan bulan ini. Bagaimana?! Apa kau berani?"
Melihat seringai dibibir Tuannya membuat Kris ragu untuk mengikuti taruhan itu. Bagaimana pun juga, Luis memiliki insting yang sangat kuat, dan instingnya tidak pernah meleset sama sekali.
"Saya tidak berani, Tuan. Lebih baik saya cari aman saja."
Lagi-lagi Luis menyeringai. "Pilihan yang tepat dan bijak. Aku akan menghitung satu sampai tiga. Dan di hitungan ketiga, dia pasti sudah tiba di sini. Satu... Dua... Tiga...!!!" Luis tersenyum penuh kemenangan. Sebuah taksi berhenti di depan pagar mansion mewahnya. Seorang gadis dalam balutan gaun pengantin keluar dari taksi tersebut.
"Tuan, bukankah dia?!"
"Ya, kau benar. Dia... datang sendiri padaku seperti yang aku katakan sebelumnya!! Permainan yang sebenarnya baru saja dimulai, dan ini pasti akan sangat menarik!!" Luis menyeringai.
Dia kembali duduk di kursi rodanya. Luis akan menunggu tamunya dengan sabar. Seperti yang dia katakan sebelumnya, gadis itu akan datang sendiri padanya. Dan hal itu benar-benar terbukti.
-
-
Bersambung.
"Maaf, Nona. Anda tidak bisa masuk. Tuan sedang istirahat dan beliau tidak bisa diganggu!!"
Jesslyn dihalangi oleh seorang pria berjas hitam ketika hendak memasuki mansion mewah tersebut. Padahal dia sudah menjelaskan maksud kedatangannya, tapi dia tetap tidak mengijinkannya masuk. Sampai terdengar suara seorang pria dari arah belakang.
"Mir, tidak perlu mempersulit Nona ini. Dia adalah tamu Tuan," seru orang itu yang pastinya adalah Kris. Kris menghampiri Jesslyn lalu membungkuk padanya. "Tuan sudah menunggu Anda, Nona. Silahkan ikut saya."
Jesslyn menoleh pada pria itu lalu menjulurkan lidah padanya. Sedangkan pria itu hanya menggelengkan kepala melihat tingkah gadis aneh itu karena datang dengan memakai gaun pengantin.
.
.
"Silahkan, Nona. Tuan sudah menunggu Anda di dalam." Kris membukakan pintu untuk Jesslyn dan mempersilahkan gadis itu untuk masuk.
Jesslyn menoleh kebelakang dan pintu itu kembali tertutup rapat. Lalu dia menghampiri pria muda nan tampan yang duduk di atas kursi rodanya. "Apa kau sudah berubah pikiran?" Ia melirik Jesslyn dari ekor matanya.
"Tapi aku memiliki beberapa syarat yang harus kau penuhi."
"Katakan!!" Pinta Luis datar.
"Pertama, kau harus membantuku menghancurkan dua sampah yang sudah mengkhianatiku. Kedua, aku ingin status yang sama seperti istri pertamamu selama kontrak pernikahan itu belum berakhir. Ketiga, kau harus bersikap dan memperlakukanku dengan baik. Keempat, ini poin yang paling penting. Jangan coba-coba mengambil keuntungan apapun dariku, terlebih-lebih itu adalah mahkota paling berharga milikku. Bagaimana, apa kau setuju dengan syaratku?!"
Luis memutar kursi rodanya. Posisinya dan Jesslyn saling berhadapan. Kontak mata diantara keduanya pun tak bisa terhindarkan. Mereka berdua saling menatap selama beberapa detik.
"Bukan masalah yang besar. Lagipula aku tidak tertarik untuk menyentuhmu. Karena disini, kita hanya partner yang saling menguntungkan. Dan setelah kontrak pernikahan itu berakhir, kau bisa mendapatkan semua hakmu mulai dari tempat tinggal mewah, mobil mewah, uang sebesar 100 milyar dan 10% saham milikku."
"Lalu dimana kontrak nikah itu. Aku akan menandatanganinya sekarang juga."
Luis memberikan kontrak nikah itu pada Jesslyn setelah ia menandatanganinya. Gadis itu mengambil kontrak nikah tersebut lalu menandatanganinya juga.
"Apa sekarang aku sudah bisa pergi?"
"Pergi?! Bukankah isi kontrak itu sudah jelas, setelah kontrak ditandatangani kau harus tinggal disini. Apa kau tidak membacanya baik-baik?"
Jesslyn merebut surat kontrak itu dari tangan Luis lalu membacanya dengan teliti. Matanya membelalak setah membaca persyaratan yang tertera dalam kontrak pernikahan tersebut.
"Kenapa isi kontrak nikah ini malah berat sebelah?! Ini bukan kerjasama namanya, tapi kau cari untung sendiri. Aku tidak mau, lebih baik kita batalkan saja kontrak nikah itu!!"
"Tidak bisa!! Kau sudah menandatanganinya dan itu sah dimata hukum. Sebenarnya tidak masalah jika kau ingin membatalkan kontrak nikah itu. Tapi kau harus membayar dendanya sebesar 500 milyar won, bagaimana? Apa kau sanggup?!" Luis menyeringai. Menatap Jesslyn dengan tatapan meremehkan.
Gyutt...
Gadis itu mengepalkan tangannya. Emosinya memuncak, wajahnya memerah menahan amarah. Jika bukan karena ingin balas dendam, dia tidak mungkin mendatangi sarang iblis lalu membuat sebuah kesepakatan dengannya.
"Jangan menatapku seperti itu, kau membuatku merinding. Aku akan memberimu waktu satu menit untuk berpikir. Membatalkan kontrak nikah ini dan membayar dendam 500 milyar won atau menjadi ratu di istanaku ini?!"
'"Kau memang yang kedua dan statusmu hanya istri kontrak. Tapi aku akan memberikan kekuasaan penuh padamu, dan menjadi nyonya besar disini. Kedudukanmu akan lebih tinggi dari istri pertamaku, bagaimana?" Luis menatap Jesslyn yang juga menatap padanya.
"Jika aku tinggal disini, lalu bagaimana dengan papaku? Dia pasti akan cemas jika putrinya tidak pulang dalam waktu yang lama."
Luis memberi kode pada Kris. Pria itu menghampiri sang majikan sambil membawa sebuah video yang kemudian dia tunjukkan pada Jesslyn. Pria setengah baya itu sedang bersama beberapa pria asing yang memakai setelan jas formal.
"Kenapa papaku ada di bandara? Lalu siapa orang-orang itu? Apa yang ingin kau lakukan padanya?" Jesslyn menatap Luis dengan serius, dia membutuhkan penjelasan dari pria itu.
"Aku mengirimnya keluar negeri. Dia mungkin sangat merindukan ibunya, aku sudah menyiapkan tempat tinggal yang lebih layak untuk mereka. Bukankah diusianya yang sudah tidak muda lagi mereka seharusnya berkumpul dan tinggal di tempat dan lingkungan yang lebih baik, dan disini kau bisa tenang tanpa harus memikirkan mereka lagi. Aku akan menjamin hidup kalian bertiga, bagaimana? Masih ingin membatalkan kontrak nikah itu?" Luis menatap Jesslyn dengan serius.
Sepertinya pria bermarga Qin ini telah merencanakan semuanya dengan baik. Sebenarnya apa yang dia inginkan darinya, dan dari sekian banyak wanita di negeri ini, kenapa dia harus memilih Jesslyn?! Dan itu pula yang menjadi pertanyaan gadis berdarah campuran tersebut.
"Ini sudah malam, sebaiknya kau segera beristirahat. Ikutlah dengannya, Kris akan menunjukkan kamarmu,"
Jesslyn tidak memberikan jawaban apa-apa. Gadis itu meninggalkan Luis begitu saja dan mengikuti pria bernama Kris tersebut
Selepas kepergian mereka berdua. Di kamar itu hanya menyisakan Luis seorang diri. Lelaki tampan itu mendongakkan kepalanya dan wajahnya menatap langit malam yang gelap tanpa bintang.
"Ma, aku sudah menemukan gadis itu. Setelah ini tidak ada lagi hutang Budi keluarga kita padanya. Aku sudah memenuhi keinginan terakhir mama, tenang di sana."
-
-
"Silahkan, Nona. Ini kamar, Anda." Kris membuka pintu di depannya dan mempersilahkan Jesslyn untuk masuk. "Saya permisi dulu," Kris membungkuk dan meninggalkan gadis itu begitu saja.
Jesslyn menoleh kearah pintu yang tertutup kembali. Lalu pandangannya bergulir pada seluruh penjuru ruangan. Kamar ini 4X lebih besar dari kamar miliknya, atau bahkan lebih besar dari rumah sederhana yang selama ini ia tempati bersama sang ayah.
Jesslyn bukanlah gadis yang berasal dari keluarga kaya raya. Dia adalah gadis yang berasal dari keluarga sederhana, Jesslyn pernah bekerja di rumah sakit sebagai perawat. Namun dia dipecat karena difitnah oleh rekan kerjanya.
Dan sejak saat itu Jesslyn tidak lagi bekerja di rumah sakit. Demi membantu meringankan beban ayahnya, dia bekerja sebagai pramugari selama satu tahun.
Dan dari gajinya sebagai pramugari disalah satu maskapai penerbangan internasional, dia bisa membeli sebuah rumah sederhana yang kemudian ditempati bersama ayahnya.
Tokk.. Tokk...
Suara ketukan mengalihkan perhatiannya. Seorang pelayan datang membawa segelas susu hangat untuknya. Pelayan itu tersenyum ramah pada Jesslyn, membuat sudut bibir gadis itu ikut tertarik keatas juga.
"Nyonya, mulai malam ini saya adalah pelayan, Anda. Nama saya, Mia. Jika Anda membutuhkan apa-apa, silahkan beritahu saya."
"Tidak perlu seformal itu padaku, lagipula aku bukan Nyonya besar di rumah ini."
"Tapi bagi saya, Anda tetaplah Nyonya yang paling kuhormati. Silahkan diminum susunya selagi masih hangat, Nyonya. Kalau begitu saya permisi dulu," Mia membungkuk dan meninggalkan Jesslyn begitu seja.
Jesslyn yang sebelumnya belum pernah dilayani seperti ini merasa aneh. Kehidupannya yang awalnya biasa-biasa saja berubah 180° dalam hitungan menit saja. Dan semua perubahan yang terjadi dalam hidupnya seperti mimpi.
-
-
Bersambung.
Di malam dingin berselimutkan hujan lebat, adalah awal dari kisah ini. Sebuah awal dari kehidupan baru yang tidak pernah dibayangkan oleh siapa pun, termasuk Jesslyn sendiri. Saat takdir membawanya ke dalam jerat seorang yang tak pernah ia kenal sebelumnya.
Meskipun dia tau pada akhirnya dia akan tahu kalau dirinya harus menyerah. Menyerah pada takdir yang akan membawanya menuju jalan yang tak seharusnya. Jalan yang telah diciptakan oleh orang lain.
Inilah awal kisah mereka. Dua hati yang saling bertentangan berusaha menyatukan takdir mereka dalam satu roda kehidupan.
Dua orang yang akan berusaha hidup bersama dalam jalinan suci. Jalinan yang terlahir dari janji suci yang diikrarkan dalam suatu rangkaian ritual yang disebut 'Pernikahan'. Sanggupkah mereka menjalani kehidupan bersama?
Pernikahan tanpa cinta yang mereka jalani, tanpa mereka sadari akan membawa mereka ke dalam kemelut panjang yang membuat semua orang sadar bahwa apa yang terlihat bukanlah hal yang akan selalu sama. Banyak yang akan berubah di hidup mereka.
Sekelebat cahaya masuk melalui celah-celah tirai jendela. Jesslyn sedikit menggeliat. Dia sadar ini sudah pagi. Pelahan dia membuka matanya dan memiringkan tubuhnya mengahadap ke sebelah tempat tidurnya, kosong.
Gadis itu tersenyum hambar. Memangnya apa yang bisa dia harapkan dari sebuah pernikahan kontrak? Tidur seranjang dengan pria yang sekarang telah berstatus sebagai suaminya?! Itu tidak mungkin, karena memang bukan itu yang Jesslyn inginkan.
Tokk... Tokk...
Ketukan pada pintu menyita perhatiannya. Ia menoleh dan mendapati Mia berjalan menghampirinya sambil membawa sebuah kotak berukuran besar yang Jesslyn sendiri tidak tau apa isinya.
"Nyonya, Tuan meminta saya mengantarkan barang-barang ini untuk Anda. Tuan juga berpesan, agar Anda bersiap dalam 30 menit. Beliau akan menemui Anda disini,"
Jesslyn mengangguk. "Aku mengerti, kau boleh keluar sekarang. Aku akan segera bersiap," Mia membungkuk lalu meninggalkan kamar Nyonyanya.
Selepas kepergian Mia. Jesslyn membuka kota itu dan menemukan beberapa helaian gaun di dalamnya. Selain gaun ada beberapa pasang sepatu, set perhiasan dan peralatan make up.
Tau apa tujuan pria dingin itu mengirim semua barang-barang ini. Jesslyn mengambil salah satu dari baju-baju cantik itu lalu membawanya ke kamar mandi. Dia harus segera membersihkan tubuhnya yang lengket oleh keringat, dan itu membuatnya sangat tidak nyaman.
Setelah berendam selama 15 menit lebih, Jesslyn keluar dari kamar mandi dengan balutan gaun cantik yang membuatnya terlihat sangat elegan. Ia kemudian duduk di depan meja rias untuk mempercantik diri.
Meskipun statusnya di Manson mewah ini hanya sebagai istri kedua, tapi dia tetap tidak boleh kalah cantik dari istri pertama Luis. Dia harus bisa memanfaatkan satu tahun itu untuk membuat hidupnya menjadi lebih baik.
-
-
"Dari mana saja kau?!"
Kepulangan Anna langsung disambut pertanyaan oleh Luis. Pria itu menatap dingin sang istri yang berdiri didepannya. Anna tersenyum, kemudian dia duduk dipangkuan suaminya.
Anna bersandar pada dada bidang Luis yang tersembunyi dibalik kemeja hitamnya. "Lu, jangan bertanya seperti itu. Kau membuatku takut, apalagi tatapanmu. Maaf, aku tidak bisa pulang semalam karena harus menemani ayah di rumah sakit. Tiba-tiba asmanya kambuh dan aku harus menjaganya." Anna mencoba memberi penjelasan.
Luis tidak memberikan respon apa-apa. Dia hanya diam, tapi bukan berarti ia mempercayai ucapan istrinya. Luis tau jika selama ini diam-diam Anna telah bermain api dengan kakak sepupunya sendiri dibelakangnya.
Dan Luis sengaja tidak membongkar perselingkuhan mereka berdua karena dia telah memiliki rencana untuk membalas kedua sampah ini.
"Oya, Lu. Kemarin aku melihat ada sebuah tas yang sangat cantik sekali di toko langgananku. Kau mau kan membelikannya untukku?" Dia memainkan jari-jari lentiknya di dada Luis. Dan Luis masih menahan dirinya agar tidak membunuh penghianat ini.
"Kau bisa membeli barang apa pun yang kau inginkan," jawab Luis.
"Benarkah?!" Lalu mana kartunya?" Anna mengulurkan tangannya dengan wajah berseri-seri.
Luis memicingkan matanya dan menatap wanita itu penuh tanya. "Kartu, bukankah kau bisa memakai kartu milik kakak sepupuku untuk membelinya." Luis menyeringai, sementara Anna langsung memasang wajah terkejut serta kebingungan.
"Ma..Maksudmu apa? Kenapa kau malah menyarankan supaya aku memakai kartu milik kakak sepupumu, kau bercanda ya. Bisa-bisa kak Elizabet marah dan menggantungmu hidup-hidup. Lagipula yang suamiku adalah kau bukan dia, jadi aku harusnya mintanya padamu kan." Ujar Anna sambil memeluk leher suaminya.
"Turunlah dulu, sebaiknya sekarang kau mandi. Setelah ini kita sarapan sama-sama. Dan ada seseorang yang ingin aku perkenalkan padamu, juga semua orang di Mansion ini."
"Siapa?" Tanya Anna penasaran.
"Kau akan mengetahuinya nanti, Kris ayo antarkan aku keluar."
"Baik, Tuan."
Seketika Anna menjadi penasaran. Siapakah sebenarnya orang yang ingin dia kenalkan itu. Kelihatannya sangat serius. Dan entah itu hanya perasaannya saja atau memang benar adanya, jika Luis lebih dingin padanya.
-
-
Jesslyn masih berias saat Luis datang ke kamarnya. Gadis itu hanya menatap sekilas pada pria yang sejak semalam telah resmi menjadi suami kontraknya itu.
Ada yang ingin dibicarakan dengan Jesslyn, Luis pun memberi kode pada Kris agar meninggalkan mereka berdua.
Tiba-tiba Luis bangkit dari kursi rodanya lalu berjalan menghampiri Jesslyn, dan tentu saja itu membuat gadis itu terkejut setengah mati.
"Omo!! Jadi ternyata kau tidak lumpuh?!" Pekik Jesslyn sambil menatap Luis tak percaya.
"Ini adalah rahasia antara aku dan dirimu. Jangan sampai orang lain tau jika sebenarnya aku tidak lumpuh. Aku rasa tidak ada gunanya terus berpura-pura menjadi pria cacat di depanmu."
"Lalu bagaimana dengan lilitan perban yang menutup setengah wajah dan lehermu itu, apakah itu juga palsu?" Jesslyn menunjuk perban yang membebat setengah wajah sebelah kiri Luis dari kening sampai tulang pipinya.
Luis menghela napas berat. "Jadi kau ingin melihatnya apakah ini juga palsu atau tidak?" Jesslyn mengangguk. Luis menarik simpul yang mengikat perban itu lalu membukanya di depan istri kontraknya ini.
Jantung Jesslyn berdegup kencang menunggu perban itu terlepas sepenuhnya dari wajah Luis. Dan persis seperti dugaannya, ternyata wajah itu juga baik-baik saja setelah dia melepas kulit palsu yang terlihat seperti bekas luka terbakar.
Dan untuk sesaat Jesslyn melupakan bagaimana tampannya pria di hadapannya ini. Luis memiliki rahang yang kokoh, hidung yang mancung dan sepasang bola mata indah berwarna hitam keabu-abuan. Sungguh jarang orang Asia memiliki warna mata seperti yang di miliki oleh Luis.
"Kenapa?! Apa kau terpanah oleh ketampananku?" Ejek Luis melihat wajah Jesslyn yang sedikit memerah.
Buru-buru gadis itu menggeleng. "Mana ada, dibandingkan tampan, kau lebih terlihat cantik!!" Jawab Jesslyn sambil menyembunyikan kegugupannya.
"Hn, bersiap-siaplah. Setelah ini kita sarapan bersama keluarga , Qin. Aku akan segera memperkenalkanmu pada mereka, juga pada Anna."
Jesslyn memicingkan matanya. "Anna?"
"Dia istri pertamaku. Dan satu hal lagi yang harus kau ingat. Kau adalah Nyonya yang paling berkuasa di mansion ini. Jangan pernah menunjukkan kelemahanmu apalagi menundukkan kepala di depan mereka semua. Apa kau mengerti?!"
"Ya, aku mengerti."
Luis memang bukan satu-satunya yang tinggal di mansion mewah ini. Dia tinggal bersama seluruh orang yang di dalam tubuhnya mengalir darah keluarga Qin.
Meskipun tidak nyaman tinggal dengan mereka yang bermuka dua, namun Luis tidak bisa mengusir dan mendepak mereka keluar dari mansion ini. Karena jumlah saham yang dia miliki masih belum cukup, meskipun dia pemegang saham terbesar.
Dan rencana Luis baru saja dimulai, cepat atau lambat dia pasti akan mendepak mereka semua keluar dari mansion ini. Setelah saham tak bertuan sebenar 20% yang masih menjadi misteri dan teka-teki itu jatuh ke tangannya.
-
-
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!