NovelToon NovelToon

Cinta Difia

Anak kampung

Seorang gadis menatap sedih sekolah tempatnya belajar, air matanya meleleh di pipi, seulas senyum di bibirnya memberikan kesan sedih dan senang yang tak bisa dia gambarkan.

Gadis itu adalah Difia, si gadis kampung yang cantik dan pintar, dia baik dan juga dikagumi oleh semua orang, tak pernah dia mengeluh, walaupun bukan dari golongan keluarga berada, dia mampu bekerja keras untuk cita-citanya.

Pekerjaan apapun dia lakukan supaya mendapat sedikit rejeki untuk tambahan hidupnya, dari mulai buruh cuci, nyetrika, jagain anak, jualan, bersih-bersih rumah dan lainya, dia bertekad selagi itu halal maka dia rela melakukanya, selama diluar jam sekolah tentunya.

"Difia, Nak." suara seorang ibu memanggilnya

"iya Buk." kata difia

"selamat ya nak, berkat kerja kerasmu akhirnya kamu lulus dengan nilai yang sangat membanggakan, ibu bahagia sekali.

"Maaf ya Nak selama ini ibu tak bisa membantumu banyak."

Dalam hatinya ibu merasakan kebahagian yang teramat sangat, saat anaknya mendapatkan apa yang diusahakannya. Walaupun Difia tidak hadir dalam keluarga kaya, tapi Difia tqk pernah mengeluh, selalu berusaha dan bersyukur.

" gak apa-apa buk, Difia tak meminta banyak dari ibu, hanya do'a aja semoga cita-cita difia tercapai."

Difia memeluk ibunya yang amat dia sayangi.

"amiiin." kata ibu dengan suara serak karena terharu.

Ya tepat hari itu Difia si anak kampung yang suka diragukan kemampuannya untuk membiayai sekolahnya kini lulus, dia mendapatkan nilai yang sangat membanggakan.

Selain itu dia juga mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikanya di kampus paforit, impian banyak siswa. Tak mudah untuk bisa masuk ke kampus tersebut, dan Difia mampu melakukanya.

"Difiaaaa." dari kejauhan ada beberapa siswa yabg berteriak menghampirinya, mereka langsung berpelukan sebentar.

" udah ah lepas, engap tau." kata Difia

"ha..ha. ha.." mereka tertawa bersama, mereka adalah teman-teman satu kelas nya, mereka juga salim kepada ibu Difia

" Dif selamat ya, kamu diterima di kampus I, aku ngiri banget ih ..., tapi seneng juga karena salah satu temen kita bisa mendapatkanya." kata Ami

"iya, kita seneng banget, walaupun sedih juga karena kita bakal pisah." Eri menimpali.

"uh... co cwit banget cih..ulu ulu ..." kata Difia sambil kembali berpelukan

"kita akan berpisah, dan menyambut tempat baru, jangan lupa kabar kabari ya."

"iya Amii..pasti."kata Difia sambil tersenyum

"kita foto-foto yuk buat terakhiran." Eri pun mengajak teman-temannya untuk berswa foto bersama.

Acara pun selesai, semua siswa dan orang tua kembali ke rumah masing-masing.

Malam harinya Difia ngobrol dengan ibunya diruang tv, sembari ditemani cemilan pisang goreng kesukaan Difia.

"Difia, nak..bagaimana persiapan ke sana, kamu yakin nak mau kuliah disana, ibu tak bisa membantumu banyak nak?kamu tau sendiri bagaimana keadaan keluarga kita."

Ibu Difia mengeluarkan unek-unek dalam hatinya karena tak mampu jadi ibu yang baik untuk putrinya, tak mampu membiayai sekolah anaknya

"Insya Allah bu Difia udah siap, Difia yakin bu, ibu gak usah khawatir, kan Difia punya beasiswa, Difia juga udah biasa kerja, jadi rencananya Difia juga akan mencari kerja disana." Difia meyakinkan ibunya

"apa kamu yakin nak?"

"Difia yakin bu, ibu tenang aja."

Ibu menitikan air matanya, anak yang dia besarkan seorang diri, kita telah meranjak dewasa, sebenarnya ibu sedih ditinggalkan Difia, tapi melihat semangat Difia akhirnya ibu ikhlas, dan berharap Difia selalu dilindungi oleh sang pencipta.

Difia pun langsung memeluk ibu, mereka berpelukan untuk menghabiskan rasa kasih sayang dan perpisahan sementara yang akan datang.

"Nak, jaga diri baik-baik ya disana, jangan tergoda dengan keindahan dunia yang sementara, fokus dengan kuliahmu saja ya, semoga apa yang kamu cita-citakan berhasil."

"iya bu, terimakasih."

"do'a ibu selalu menyertaimu nak."

Setelah beberapa lama menunggu syarat-syarat dari sekolah lengkap, akhirnya persiapan ke kota pun telah selesai, semua persyaratan dari sekolah untuk dibawa telah dipegang Difia.

Difia berencana untuk berangkat secepatnya, walaupun waktu masuk kuliah masih beberapa bulan lagi.

Difia yakin bisa dan mampu, Difia berencana mencari tempat dan pekerjaan di kota B.

Difia tak punya teman, sodara atau tetangga yang tinggal di kota B, walaupun begitu Difia yakin bisa menaklukan kota B, tidak akan takut dan menyerah sebelum semuanya tercapai.

Difia adalah sosok seorang anak yang penuh percaya diri, jadi tak ada khawatir dan ragu sedikitpun dalam dirinya. Untuk masa depanya dia yakin pasti bisa.

Untuk keberangkatanya, Difia mengecek lagi perlengkapan yang akan dibawa, jangan sampai ada yang tertinggal.Difia mengecek satu persatu sampai tengah malam dia tertidur dengan pulasnya.

Esok harinya Difia segera membersihkan dirinya, dia ingin berangkat pagi hari supaya ada waktu untuk mencari tempat tinggal, berat rasanya untuk meninggalkan ibu, yang selama ini dekat dan selalu ada untuk Difia.

Sekarang Difia akan meninggalkannya seorang diri, egois memang, tapi Difia juga ingin meraih mimpinya dan juga ingin bisa membahagiakanya dengan hasil kerja kerasnya.

Setelah agak lama termenung dan melihat sekeliling, Difia pun segera berpamitan untuk berangkat, Dia yakin untuk berjuang di kota B untuk meraih cita-citanya.

Untuk mempersingkat waktu Difia naik travel langsung menuju kota B, di perjalanan Difia termenung, tidak menyangka bisa sejauh ini, tapi Difia yakin dan bertekad untuk tidak menyerah.

Semoga hari esok lebih baik dari hari kemarin.

Akhirnya mobil yang Difia naikin pun telah sampai ke tujuan, Difia turun didepan kampus, melihat sejenak dari depan, sambil tersenyum

"Akhirnya aku sampai, selamat datang dan selamat berjuang Difia." katanya dalam hati.

Setelah cukup lama memandang kampus.. Difia mulai merencanakan dan mecari tempat tinggal.

"hem...sekarang aku harus cari tempat dulu, masa aku harus tidur diluar, ah aku tanya-tanya saja mahasiswa disini atau para pedagang sekitar sini, bjar gak jauh juga kosanya dari kampus?" begitulah rencana di fikiran Difia.

"semoga saja dapet yang murah tapi bagus he.." Difia bergumam sendiri.

"tapi ini kearah mana dulu ya aku bingung, nanya ke kiri apa ke kanan apa istirahat dulu, tapi kalo istirahat ntar malah kesorean."

Difia terus mempertimbangkan semua rencananya, dia tak mau menyia-nyiakan waktu untuk mencari kosan. Tapi dia juga ingin dapat kosan yang cocok untuknya sesuai juga dengan isi dompetnya.

Dia hanya membawa uang hasil dari jerih payahnya selama ini ditambah dari ibu yang memberi tambahan, walaupun Difia sudah menolaknya.

Difia pun mulai melangkahkan kakinya dan dugh.....

hai...hai ..semoga karyaku ini disukai ya

ditunggu kritik dan saran yang baik dan membangun 😊😊😊

mencari kosan

Setelah cukup lama memandang kampus ...

"hem .. sekarang aku harus cari tempat dulu, masa aku harus tidur diluar, ah aku tanya- tanya saja mahasiswa disini atau pedagang." begitulah rencana di fikiran Difia.

Difia pun mulai melangkahkan kakinya dan dugh ..

"duh apa ini, baru datang masa udah malu-maluin."

Difia mengumpat dalam hatinya

"maaf..maaf...saya gak sengaja." sahut Difia sambil agak menyipitkan matanya dan mulai mendongakan wajahnya ke atas.

"kayaknya tinggi banget ni orang, uh dasar.." hatinya terus mengumpat"

perlahan dia melihat orang yang dia tabrak dan untuk sebentar badannya gemetar dan membeku, karena orang yang dia tabrak sepertinya seniornya di kampus.

"uh cakep juga hihi .. dikirain musibah ternyata berkah." Difia mulai senyum-senyum sendiri

"hem.." orang itu berdehem dan pergi begitu saja.

Difia hanya melongo tak percaya." Cepet banget perginya, yaudahlah biarin aja lanjutin rencana selanjutnya."

Difia mulai berjalan lagi, dia celingak celinguk mencari orang yang kira-kira bisa dia tanya

"assalamualaikum teh maaf mau tanya, kalo daerah sini kos-kosan di sebelah mana ya, maklum saya baru sampe di sini."

Difia pun mulai bertanya kepada orang-orang yang ada disana.

"Waalaikumsalam.. iya gak apa-apa, mahasiswa baru ya?, kos-kosan banyak banget tapi dibelakang kampus sini atau bisa juga agak jauhan dikit"

"boleh tau teh kemana jalanya?" Kata Difia.

"ikutin jalan sebelah kiri kampus ini, seratus meter dari jalan ini kebelakang banyak koskosan."

"makasih teh, hatur nuhun."

" iya sama-sama."

Difia berjalan ke arah yang tadi di tunjukan oleh teteh itu, dia membawa tas ransel yang isinya baju-baju dan keperluan lainya.

Setelah lama berjalan Difia pun mulai melihat selembaran yang di simpan di dinding, dan mulai bertanya.

"permisi..permisi.. disini ada kosan ya." Difia mulai bertanya ke rumah yang ada infonya itu.

"iya..bentar" dari dalam rumah pun menjawab, tak lama berselang munculah ibu-ibu pake daster dan berkerudung coklat.

" Assalamualaikum bu."

"iya neng, cari kosan ya?"

"masuk dulu neng." kata si ibu itu sambil membukakan pagar rumahnya.

"duduk dulu neng, keliatannya cape."

"iya bu makasih."

"neng siapa dan dari mana?"

" saya dari kampung bu, dari kota Tasik."

"panggil saya bu Ratih aja, neng siapa namanya."

"saya Difia bu."

"diminun dulu neng." kata bu Ratih sambil menyodorkan minuman.

"makasih bu."

" neng nya mau cari kosan badget berapa? disini paling murah lima ratus ribu, tapi udah penuh yang itu mah, sisa tinggal 5 kamar yang satu jutaan, neng kalo mau bisa sambil lihat kamarnya sekarang."

Difia duduk termenung

"duh gimana ini, harganya lumayan banget, mana belum dapat kerjaan, aku cari yang lain aja ah yang lebih murah." Difia bergumam dalam hati.

"gimana neng, mau lihat kamarnya gak?"

"eeem bu ada yang lebih murah gak?"

"penuh neng, maaf ya."

"ya udah bu saya cari ditempat lain aja kalo begitu."

"gak mau disini? deket lo."

"budgetnya bu, kurang."Difia pun memberikan alasan.

"ya udah bu makasih minumnya, saya cari ditempat lain aja."

"iya nak, silahkan..semoga cepet dapat ya."

"makasih bu."

"iya."

Difia pun keluar dari rumah itu dan mulai mencari lagi, mengetuk dari setiap pintu kosan yang ada. Difia menyusuri gang kecil, setelah lelah pencarian akhirnya dia mendapatkan satu kosan kecil dengan kamar mandi umum, tapi dia bersyukur tempatnya bersih dan khusus wanita.

Difia pun segera menemui ibu kosan, dibantu oleh pengisi kosan itu.

"Assalamualaikum bu."

" Waalaikumsalam." ada jawaban dari dalam,

tak lama kemudian muncul seorang ibu yang diyakini pemilik kosan tersebut.

"ehh nak weni, silahkan masuk nak, ini dengan siapa ya?" bu kosan melirik Difia.

"perkenalkan bu saya Difia, saya bermaksud ngekos bu disini, apa ada yang kosong?"

"oh ada nak ada, yuk sama ibu kita lihat ya."

Difia pun melihat satu persatu kamar yang akan dia tempati, dan Difia pun mendapat kamar yang sesuai keinginannya, walaupun kecil tapi cukup untuk dirinya.

"Alhamdulillah akhirnya dapat juga, gak apa-apalah segini juga, semoga cepat dapat kerjaan" Difia pun bertekad setelah beres dia akan segera mempersiapkan untuk mencari kerja

Difia segera beberes dan mengistirahatkan dirinya, sebelum tidur Difia menghubungi ibunya bahwa dia sudah dapat kosan, jadi ibunya tidak perlu khawatir akan dirinya.

Hari pun berganti, pagi-pagi Difia sudah siap dengan bajunya yang rapih , dia bertekad mencari kerja.

"ayo Difia kamu pasti bisa." katanya dalam hati.

Difia menyusuri toko, restoran, kafe, bahkan pkl pun dia datangi hanya untuk sekedar mencari pekerjaan demi biaya dia sehari-hari.

Dari pagi sampai sore dia terus berjalan hingga tak terasa matahari sudah tenggelam ke peraduannya. Karena cape Difia pun mampir di sebuah warung untuk membeli air dan sepotong roti pengganjal perut.

"aku telah menyusuri sepanjang jalan inj, tapi gak dapat kerjaan, smoga besok jalan yang berbeda bisa dapat kerjaan, amiin." katanya dalam hati.

Difia pun kembali ke kosan nya dan bertekad besok harus dapat, apapun pekerjaanya dia siap, yang penting halal itu adalah syarat pentingnya.

hari pun cepat berganti, sesuai rencananya, Difia pun menyusuri jalan yang berbeda, sekarang arah menuju pasar, "smoga dapat." fikirnya.

Sambil melenggang jalan, membawa tas dan air, dia pun tak sungkan untuk bertanya pada orang yang ketemunya di jalan dan pas dia berbalik badan bugh..."hadeuh...kenapa kejedug lagi sih, malu-maluin." Difia mengumpat dalam hati.

"maaf..maaf ya gak sengaja"

"kamu lagi"

"siapa ya?"

Difia bingung, karena dia merasa gak kenal siapa-siapa disini.

"dasar." kata laki-laki yang diakui Difia tampan itu.

Difia gak mau buang-buang waktu "ah sekalian tanya-tanya aja." kata otak pintarnya

"kak maaf ya, hem saya baru disini, saya lagi cari kerjaan yang cepat, barangkali kakak punya kenalan atau rekomendasi, saya siap jadi apa aja, saya bisa ngurus rumah, masak, pokonya saya siap."

"gak tau." kata pria itu.

"huh dingin banget, nyesel nanya." Difia memanyunkan bibirnya, sekilas laki-laki itu senyum tapi tak disadari Difia.

"yaudahlah kak, kalo gitu makasih."

laki-laki itu bengong dan geleng-geleng kepala.

Difia melanjutkan pencarian kerjanya, setelah agak siangan dia melihat ada pkl yang mau buka, tapi semuanya dilakukan sendiri oleh ibu itu, karena kasian Difia pun membantunya.

"maaf saya lancang membantu, saya gak ada niat apa-apa ko, ya sudah saya berangkat lagi."

Difia segera berangkat dari tempat itu.

"hei nak tunggu." ibu itu mengejar Difia.

"ada apa bu?"

"kenapa buru-buru? saya belum mengucapkan terimakasih."

"gak ko bu saya ikhlas."

"saya tau kamu orang baik, mampir dulu yuk ke warung ibu."

"gak buk makasih, saya sedang mencari kerja, jadi buru-buru."

"emang adek mau kerja apa?"

"apa aja bu, yang penting saya dapat makan dan biaya saya bayar kost."

"kebetulan pegawai saya pulang, kalo mau adek bisa bantu ibu, ibu repot sendirian."

"yang bener bu?" Difia seakan tak percaya dengan pendengarannya

"iya bu saya mau." mata Difia berkaca-kaca karena akhirnya dia mendapat pekerjaan.

Teman baru

Difia menjalani aktifitas barunya dengan semangat, setidaknya untuk bayar kosan udah ada cadangannya dan makan dikasih dari si ibu, kecuali pagi hari karena jualanya mulai dari siang hari.

Hari pun berlalu dengan cepat, sebentar lagi masuk kampus, Difia sudah bicara dengan ibu tempatnya bekerja bahwa akan ada acara kampus, dan ibu pun mengerti dengan aktifitas kampus tersebut, karena bukan satu atau dua tahun ibu jualan di sana tapi ibu sudah jualan pecel lele lima belas tahun lamanya.

Hari pertama pengumuman dan perkenalan acara maba tersebut, diisi dengan berbagai acara seminar dan pengenalan kampus serta organisasinya, Difia mengikuti dengan senang hati.

"hai kamu siapa, udah beberapa hari kita duduk deket tapi gak kenal." kata wanita cantik yang duduk disebelah Difia

"he...saya Difia, kamu siapa? Difia balik nanya

" kenalin aku Rini." mereka berjabat tangan dan tersenyum.

"kamu anak jurusan mana?"

"aku manajemen."

"wah kita samaan ya, smoga satu kelas juga."

"hem..iya hehe."Difia masih agak canggung di depan Rini, walaupun aslinya Difia juga ceria

Difia dan Rini pun berteman baik, meraka saling ngobrol dan saling dukung.

"Rin kamu udah tau belum kelas kita di sebelah mana?"

"aku belum tau juga, belum sempet keliling, ntar beres ini kita keliling bentar yuk!"

"okelah kita kemon hihi.."

Istirahat pun tiba, seperti biasa mereka mencari kantin dan makan disana, sambil ngobrol sana sini.

"disini kayaknya cakep-cakep semuanya ya, aku yg dari kampung rada ngiri he..."

"hihi kamu gak ngerasa apa kamu juga cantik banget, natural lagi."

"cantik bulukan" kata Difia sambil manyun"

"eh beneran kamutuh cantik, tinggal poles dikit beuh pasti ngantri tuh."

"apaan ngantri kayak dibagi sembako di aula desa aja." jawab Difia sambil manyun.

"haha..kamu lucu juga." Rini ketawa-tawa dengan tingkah Difia.

"hehe...lucu..emang siapa yang ngelawak neng?"

"kamu tuh lucu." Rini masih ketawa-tawa

"lucu kayak laci."sahut Difia.

mahasiswa lain yang tanpa sengaja mendengar obrolan mereka sempet senyum-senyum juga mendengar obrolan absrud Difia.

dari seberang meja mereka ada sekumpulan mahasiswa laki-laki yang dari tadi memperhatikan mereka, mereka adalah cowok populer di kampus itu, tapi Rini dan Difia tak menyadari dan masa bodoh dengan mereka, karena mereka niatnya mau belajar, jadi kurang memperhatikan sekitar.

"gila tuh anak dua, dari tadi ngobrol ketawa-tawa, emang ngobrol apaan ya" kata Alex

"kepo lu."Aril menimpali.

"gila aja ya, dari datang ke kantin sampe sekarang terus aja ketawa ketiwi." kata Alex.

"ah lo mah bukan liat ketawanya, liat cantiknya kan bro?"Evan ikut nimbrung.

" ah cantik dari mananya, lusuh gitu?"

"natural bro, gak pake tempelan."

"jadi penasaran gue."kata Alex.

"janganlah bro, kasian anak orang, masih polos gitu."

"jangan bilang namanya Alex kalo gak bisa dapetin tuh anak.

" jangan..kasian." Aril merasa kasian sama gadis yang dia lihat masih polos itu.

"Rin udah mau masuk lagi kayaknya, yuk ah kita ke aula lagi, males denger senior ngomel-ngomel gak jelas."

"emang pernah gitu diomelin?" Rini pun penasaran sama Difia.

"he...pernah" Difia cengengesan.

"kapan?" Rini pun penasaran.

"waktu pertama kali masuk, kan waktu itu gak tau aula nya sebelah mana, soalnya belum sempet keliling juga liat kampusnya, udah gitu pas di pertigaan itu yang depan yang misahin antar fakultas malah salah ambil jalur lagi, ya otomatis telat, ngomel-ngomel tuh senior."

Rini terpingkal-pingkal denger Difia nyasar

"lagian kamu ko gak nanya, so soan nyelonong aja, udah tau ini kampusnya gede banget, ya nyasar pasti ha..ha.."

" mana udah nyasar, baru sampe udah diomelin, bilangnya gak disiplin lah, gk ngerti lah, kampunganlah uh bt." kesal Difia sambil menggembungkan pipinya.

"uuuh kacian banget..." ledek Rini

"hayu atuh jalanya agak cepetan biar cepet sampe."

"iya..iya.." kata Rini.

Mereka pun kembali ke aula untuk melanjutkan acara yang akan berlangsung sampe sore. Hari ini jadwal terakhir dari acara maba, ada sesosok pria di depan menyampaikan amanatnya, badan tinggi, keliatan pintar, dan pasti rupawan, membuat semua peserta berteriak karena kagum dan suka dengan pemberi amanat tersebut.

Difia termenung sambil mengerutkan jidatnya, dia merasa pernah bertemu dengan orang itu. Rini yang melihat ke depan seolah terhipnotis dan terus berteriak bahagia, Difia yang duduk disampingnya merasa heran.

" Rin kamu kenapa sih, teriak-teriak dari tadi, gak cape apa?"

" ah kamu ini ada pemandangan bagus nih, jarang-jarangkan , dari awal kita ke sini baru sekarang liat ni orang, duuuuuh gantengnya."ungkap Rini sambil menyimpan tangannya di dagu dengan mata berbinar.

peletak.."au...kenapa sih Dif ganggu orang seneng aja."

"itu kagum sih kagum tapi jangan malu-maluin sampe ngences segala." Difia menggoda sahabatnya, reflek Rini mengusap dagunya, dia baru menyadari bahwa dirinya dikerjai.

"uh kamu tuh ya...bohong"

"haha..haha...." mereka tertawa bareng

"itu siapa sih."kata Difia

"itu salah satu dosen paling ganteng dan berprestasi."

" oooohhhh." Difia ber oh ria.

tak lama kemudian mereka pun selesai, "Difia merasa pernah bertemu dengan orang tersebut

" ko ngerasa pernah ketemu ya, tapi dimana?" gumam Difia dalam hati.

waktunya mereka pulang, mereka telah keluar dari aula tersebut, dan akan pulang menuju rumah masing-masing.

Difia pulang dari kampus langsung ke kosan setelah itu berangkat ke tempat kerjanya.

"Assalamualaikum bu."

"Waalaikumsalam.. gimana acaranya udah beres ya?"

"Alhamdulillah udah bu, tinggal cus kuliah he.."

"kamu ini ada-ada aja."

"gimana penjualan hari ini bu?"

"Alhamdulillah..bisa kamu liat sendiri."

Difia langsung membantu ibu menyiapkan semua keperluan dan melayani pembeli, semakin malam pembeli semakin rame, karena para mahasiswa sudah kembali menjalani aktifitas seperti biasanya.

Seorang pelanggan datang dan memesan pecel lele, Difia dengan cekatan melayani, dari mulai membersihkan lele dan menggorengnya, menyiapkan nasi lalapan serta sambal semuanya lengkap.

"kamu kayaknya mahasiswa sini ya?" pembeli menyapa Difia.

"iya." Difia pun menjawab.

"rajin banget kamu sambil jualan." Difia hanya tersenyum menanggapinya

"silahkan dinikmati." Difia mengalihkan pembicaraan.

"bu besok Difia mulai masuk kuliah, bolehkan saya kerjanya sehabis kuliah?"

"iya gak apa-apa, tapi sehabis ngampus langsung sini ya, ibu riweh kalo sendiri mah."

"siap bu bos." Sahut Difia sambil hormat.

Ibu sampe terkekeh dengan kelakuan Difia

"kamu ada-ada aja."

"ibu baik banget, semoga daganganya laris manis ya bu."

"amiin." mereka mengaminkan bersama Do'a Difia.

keesokan harinya Difia pun mulai kuliah, dia mencari ruangan kelasnya, menyusuri ruangan demi ruangan dan membaca nama ruangan, sampe pada suatu kelas yang terdengar rame, dan diyakini adalah kelasnya, Difia mulai melangkahkan kakinya, masuk ke kelas.

Tiba-tiba ada yang memanggil namanya

"Difia.."

mohon dukungan nya ya,untuk othor yang lagi belajar dan hanya remahan kripik ini,

kritik dan saran yang membangun aja yang ditunggu..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!