Pov Chaca
Aku adalah Chalondra Athalia Bora biasa di panggil Chaca. Aku terlahir dari keluarga berada. Ayahku mempunyai perusahaan kosmetik terbesar di Indonesia, beliau juga mempunyai sekolah tinggi elite yang ada di Jakarta dan beberapa restoran mewah yang berada di kota besar di Indonesia.
Aku dari kecil tidak pernah kekurangan apapun. Menjadi anak dari keluarga berada dan menjadi anak satu-satunya, pasti menjadi impian semua orang. Tapi setelah usiaku menginjak 21 tahun ayahku sakit keras dan beberapa bulan kemudian beliau meninggalkan kami berdua. Saat itu dunia seperti runtuh bagiku. Orang yang paling aku sayang dengan secepat itu meninggalkanku. Mama adalah sosok yang paling sabar menghadapi tingkahku setelah ayah tiada. Aku seperti orang yang kehilangan arah saat ayahku sudah tidak ada di sampingku. Seakan-akan dunia ini bercanda terlalu kejam kepadaku.
Berbulan-bulan lamanya aku mengurung diri di dalam kamar. Makan minum di dalam kamar, sampai akhirnya, aku mendengarkan curhatan mamaku yang katanya perusahaan yang selama ini ayahku bangun dengan susah payah mengalami kebangkrutan. Sejak saat itulah aku bertekad untuk mempertahankan apa yang selama ini di bangun oleh ayahku.
*
BORA GROUP
Di sinilah saat ini aku berada. Di perusahaan yang susah payah di bangun oleh ayahku. Aku akan mempertahankan apa yang seharusnya bertahan. Karna membangun perusahaan bukanlah hal yang mudah.
Di sini aku menggantikan ayahku sebagai CEO. Karna aku anak tunggal keluarga Wiratama Bora. Mamaku lebih memilih fokus mengurus restoran. Sejak ayahku meninggal, mamaku harus mengurus restoran dan perusahaan seorang diri saat aku kehilangan arah. Dan saat ini aku tidak boleh hanya berdiam diri di dalam kamar. Karna masih ada kebahagiaan untuk orang tuaku satu-satunya yaitu mama.
Tok tok tok
Pintu ruanganku di ketuk dari luar.
''Masuk,'' ucapku.
Seseorang masuk dengan membawa dokumen-dokumen di tangannya.
''Pagi Nona Chaca, hari ini kita ada meeting dengan perusahaan Sumber Jaya Group jam 2 siang,'' ucap pria seumuran ayahku.
''Baiklah Paman,'' ucapku masih fokus pada dokumen di depanku.
''Tolong kumpulkan semua kepala divisi, 1 jam lagi kita adakan meeting Paman,'' ucapku lagi kepada Paman Adam asisten pribadi ayahku.
''Baik Nona. Saya permisi,'' ucap Paman Adam keluar dari ruangan kerjaku.
Saat ayah masih ada, aku selalu membantunya di kantor saat kuliahku libur. Dari situlah aku belajar bagaimana cara kerja di perusahaan sampai menjadi pemimpin di perusahaan. Ayahku selalu sabar mengajariku. Dan untuk saat ini aku sudah bisa menjadi pemimpin di perusahaan ini.
Aku berjalan menuju ruangan meeting di ikuti oleh Paman Adam, asisten pribadi ayahku. Beliau bekerja dengan ayahku sudah 20 tahun. Beliau juga orang kepercayaan ayahku.
''Paman bagaimana perkembangan perusahaan kita?'' tanyaku.
''Untuk saat ini perusahaan kita masih stabil Nona, tidak ada penurunan atau pun kenaikan. Masih sama seperti bulan lalu,'' ujar Paman Adam.
''Berarti mama kemarin bohong dong,'' batinku dalam hati.
*
Pov Devan
Namaku Devan Alterio, aku bekerja di perusahaan BORA GROUP 2. Sudah 3 tahun ini aku bekerja di perusahaan ini. Semenjak aku bekerja di sini hidup kedua orang tuaku terjamin. Ayahku tidak susah-susah bekerja lagi untuk menghidupi keluarga kami. Sekarang aku yang menjadi tulang punggung keluarga. Aku mempunyai seorang adik perempuan yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas.
Monica Amanda, dia adalah kekasihku. Dia juga teman saat aku masih kuliah S1 di Semarang. Aku dan Monica menjalin hubungan sudah hampir 1 tahun. Dia juga bekerja di perusahaan yang sama denganku.
*
*
Pov Chaca
Hari demi hari berlalu bulan demi bulan juga terlewati dan tahun demi tahun berganti. 4 tahun sudah ayah meninggalkan kami. Sekarang perusahaan yang dulu ayahku bangun sudah semakin maju, perkembangannya pun semakin pesat. Aku bangga atas pencapaianku saat ini. Lamunanku terhenti ketika pintu di ketuk dari luar.
"Masuk,'' ucapku.
Ternyata Paman Adam lah yang masuk ke ruanganku.
"Ada apa Paman?" tanyaku. Melihat raut wajah Paman Adam yang terlihat sedih.
"Maaf Nona Chaca, dengan berat hati saya harus mengatakan ini. Saya ingin mengundurkan diri dari perusahaan ini Nona," ucap Paman Adam yang membuatku syok.
"Alasannya?" tanyaku.
"Istri saya sakit keras Nona, jadi saya harus merawat istri saya, karna kedua anak saya tinggal di LN " ucap paman Adam dengan muka sedih.
"Sejak kapan bibi sakit Paman?" tanyaku penasaran, karna aku juga mengenal baik istri Paman Adam.
"Beberapa hari yang lalu Nona," jawab Paman Adam.
"Baiklah Paman. Tapi sebelum Paman resign dari sini, saya minta tolong," ucapku.
"Minta tolong apa Nona?" tanya Paman Adam.
"Carikan saya asisten yang secerdas Paman Adam, jadi saya tidak susah-susah untuk mengajarinya lagi," ucapku.
"Baik Nona. Dalam waktu 2 hari saya akan membawakan asisten untuk Nona," ucap Paman Adam.
"Terima kasih paman," ucapku.
*
*
Dua hari berlalu. Dan hari ini Paman Adam membawakan asisten untukku.
"Nona, saya sudah menemukan asisten yang anda minta. Semoga saya tidak mengecewakan anda untuk yang terakhir kalinya," ucap Paman Adam.
"Ajak dia ke ruanganku!" perintahku yang masih fokus pada laptop yang ada di depanku.
"Baik Nona," ucap Paman Adam pergi dari ruangan tersebut.
Beberapa menit kemudian Paman Adam sudah berada di ruanganku. Dengan mengajak asisten yang aku minta 2 hari yang lalu.
"Nona, ini asisten baru anda Nona,'' ucap Paman Adam. Akupun langsung mendongakkan wajahku. Melihat orang yang di bawa oleh Paman Adam.
"Silahkan duduk, dan perkenalkan dirimu," ucapku.
"Perkenalkan nama saya Devan Alterio biasa di panggil Devan," ucapnya memperkenalkan diri.
Aku pun melihat biodata Devan. cukup menarik bagiku, dia tampan dan juga berprestasi. Dan tak ku sangka ternyata dia pindahan dari perusahaan cabang.
''Kamu pindahan dari perusahaan cabang?'' tanyaku.
''Benar Nona,'' ucap Devan. Aku pun hanya menganggukkan kepalaku.
''Oke, selamat bergabung Devan. Mulai hari ini kamu menjadi asisten pribadi saya,'' ucapku memberi selamat kepada Devan.
''Terima kasih nona ---
''Nona Chaca, panggil saya Nona Chaca,'' ucapku lagi.
''Terima kasih Nona Chaca,'' ucap Devan sopan.
*
Pov Devan
Flashback on
''Devan, Bapak memanggil kamu kesini karna ingin menyampaikan 1 hal. Kamu harus pindah ke perusahaan pusat yang ada di Jakarta karna di sana sedang kekurangan karyawan. Mau tidak mau kamu harus berangkat besuk pagi!'' perintah Pak Santoso kepadaku.
''Ta tapi Pak, kenapa mendadak sekali?'' tanyaku penasaran kepada Pak Santoso.
''Karna saat ini di sana sedang sangat membutuhkan karyawan sepertimu. Saya harap kamu mengerti Devan,'' ucap Pak Santoso.
''Baiklah Pak, besuk pagi saya akan berangkat ke Jakarta,'' ucapku tanpa berfikir panjang. Aku pun segera berpamitan dengan teman-teman 1 divisiku. Termasuk dengan Monica juga.
''Mon aku besuk harus pindah ke Jakarta, karna aku di pindahkan tugas di sana,'' ucapku pada Monica
''Apa? Kamu mau pindah ke Jakarta? Terus aku di sini gimana dong,'' ucap Monica dengan wajah manjanya.
''Kan masih bisa ketemu kalau weekend Mon, udah ya ngak usah sedih,'' ucapku berusaha membujuk Monica.
****
IKUTIN TERUS KISAH CHACA YA.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK DI SINI👇
LIKE, FAVORITE, VOTE DAN BERI HADIAH KAKAK❤❤
LIKE, FAVORITE, VOTE DAN BERI HADIAH KAKAK❤❤
LIKE, FAVORITE, VOTE DAN BERI HADIAH KAKAK❤❤
LIKE, FAVORITE, VOTE DAN BERI HADIAH KAKAK❤❤
''Kan masih bisa ketemu kalau Weekend Mon, udah ya ngak usah sedih lagi,'' ucapku berusaha membujuk Monica.
''Tapi aku ngak mau LDR sama kamu Van. LDR itu berat. Apalagi kamu tinggal di Jakarta, di sana banyak wanita-wanita cantik, aku takut kalau kamu berpaling dariku,'' ucap Monica dengan raut wajah sedih.
''Aku janji di sana ngak akan macem-macem Mon. Dan kamu juga harus janji di sini akan setia menungguku,'' ucapku serius kepada Monica.
''Dan aku janji setelah tabungan ku terkumpul banyak, aku akan segera halalin kamu,'' ucapku lagi agar Monica memperbolehkan aku pergi ke Jakarta.
''Beneran ya Van. Setelah tabunganmu banyak kamu akan halalin aku,'' ucap Monica kepadaku.
''Iya Mon,'' ucapku.
Kata pak Santoso atasanku di perusahaan cabang, aku di pindahkan ke sana hanya berpindah tempat kerja tidak berpindah posisi jabatannya, karna di perusahaan pusat sedang kekurangan tenaga kerja. Aku pun menyetujuinya tanpa berfikir panjang.
Flashback off
*
*
Di ruangan baruku, aku merenung. Aku berfikir kenapa sampai di perusahaan pusat aku di angkat menjadi asisten pribadi seorang CEO, padahal kemaren atasanku hanya bilang jika aku dipindahkan tempat kerja bukan posisi jabatannya.
Aku pun menjalani hari-hariku seperti biasa. Hari demi hari pun aku jalani dengan penuh semangat, karna menjadi asisten seorang CEO gajinya tidak main-main. Gaji yang aku terima, 10x lipat dari gaji yang biasa aku terima. Walaupun pekerjaanku tidaklah mudah tapi aku tetap bersyukur karna di luaran sana banyak sekali yang ingin sepertiku.
Nona Chaca orang yang baik, walaupun kadang terkesan dingin kepada semua orang. Dia juga wanita karir yang sangat cantik. Yang mendapatkan nona Chaca pasti orang yang sangat beruntung menurutku.
*
*
6 bulan sudah aku menjadi asisten nona Chaca. Semenjak aku menjadi asistennya aku tak pernah pulang ke rumah. Aku pun jarang untuk sekedar libur akhir pekan. Nona Chaca selalu memintaku untuk menyelesaikan pekerjaan yang menurutku bisa di kerjakan besuk paginya lagi. Kadang perintahnya tidak sampai di otak kecilku.
"Keruanganku sekarang!" ucap Nona Chaca kepadaku. Suara dinginnya mampu membuatku merinding. Pasti ada masalah lagi pikirku.
Tok tok tok
"Masuk." Dari dalam ruangan, nona Chaca menyuruhku masuk. Aku pun segera masuk daripada terkena amukannya.
"Ada yang bisa saya bantu Nona?" Tanyaku.
"Tolong berada di ruanganku sampai jam istirahat tiba," ucap Nona Chaca padaku dan masih dengan raut wajah dinginnya. Aku pun bingung kenapa aku di suruh berada di ruangannya. Aku memilih menganggukan kepalaku dan duduk di sofa ruangan tersebut.
Tak berselang lama pintu ruangan tersebut di ketuk dari luar.
Tok tok tok
"Masuk," ucap Nona Chaca.
"Permisi Nona, pak Haris ingin bertemu dengan anda, beliau sudah menunggu di luar," ucap sekretaris Nona Chaca.
"Suruh dia masuk!" ucap Nona Chaca dengan raut wajah yang tak terbaca.
Nona Chaca segera berdiri dari duduknya. Beliau berjalan ke arahku. Lalu ia duduk di pangkuanku. Aku pun bingung kenapa Nona Chaca melakukan semua ini.
"No nona, ini tidak be...." Belum sempat aku berbicara Nona Chaca sudah memotongnya.
"Ini perintah. Ikuti saja apa yang aku mau jika kamu masih ingin bekerja denganku," ucap Nona Chaca dengan sorot mata yang tajam.
Pintu pun di ketuk lagi dari luar. Nona Chaca menyuruh mereka untuk masuk. Ternyata sekretaris Nona Chaca membawa seorang pria yang mungkin umur pria itu seumuran denganku.
Sekretaris dan pria tersebut tertegun saat melihatku dan Nona Chaca dengan posisi yang sangat in*im.
"Hai Cha bagaimana kabarmu?" tanya pria tersebut memecah keheningan.
"Oh hai Haris, kabarku baik, seperti yang kamu lihat sekarang," ucap Nona Chaca dengan senyuman di wajahnya. Tangannya melingkar di leherku. Hembusan nafasnya begitu wangi saat kita saling berhadapan. Senyumannya mampu menghipnotis diriku. Beliau segera turun dari pangkuanku dan duduk di sebelahku.
"Ehm aku kesini ingin memintamu datang ke pesta pertunanganku dengan Sila yang akan di selenggarakan besuk lusa," ucap pria yang bernama Haris itu dan memberi undangan kepada Nona Chaca.
"Aku pasti datang Haris. Iya kan sayang?" ucap Nona Chaca meminta persetujuan kepadaku.
"Em i iya sayang," ucapku ikut mengiyakan karna melihat mata Nona Chaca yang memberi kode kepadaku.
"Ternyata kamu cepat sekali move on dariku Cha,'' ucap Haris kepada Nona Chaca dengan senyum kecewa.
"Untuk apa aku terus-terusan memikirkan penghianat sepertimu kalau di sampingku ada pria yang lebih tampan darimu,'' ucap Nona Chaca sambil kepalanya bersandar di pundakku.
''Apakah kamu sudah melupakan kenangan kebersamaan kita dulu Cha?'' tanya Haris kepada Nona Chaca.
"Kamu tau Ris, semenjak ada dia aku tidak pernah lagi memikirkanmu. Bersamamu adalah sesuatu kebodohan yang pernah aku alami selama hidupku. Kamu seorang penghianat dan pembohong. Kalau aku boleh memilih. Aku lebih memilih tidak mau mengenalmu selama hidupku,'' ucap Nona Chaca dengan wajah yang memerah memendam amarah.
''Oke oke, dulu aku memang salah telah menduakan mu, aku minta maaf. Dan semoga kamu bahagia bersamanya,'' ucap Haris.
''Pasti aku akan bahagia. Karna bulan depan aku juga akan menikah,'' ucap Nona Chaca dengan wajah penuh senyuman. Aku bingung dengan ucapan Nona Chaca. Selama aku menjadi asistennya aku tidak pernah bertemu dengan pria yang dekat dengan Nona Chaca. Tapi Nona Chaca bilang bulan depan akan menikah, dengan siapa beliau akan menikah. Atau jangan jangan...
''Semoga pernikahan kalian di lancarkan, aku permisi dulu,'' ucap Haris lalu menghilang di balik pintu.
Nona Chaca segera bersender di sofa tersebut dengan menghembuskan nafas kasar.
''Nona anda baik-baik saja kan?'' tanyaku.
''Hem aku baik-baik saja. Oh ya bulan ini kamu dapat bonus 10% dari gaji bulananmu,'' ucap Nona Chaca yang bersandar di sofa dengan mata terpejam.
''Be benarkah Nona?'' ucapku dengan mata berbinar tak percaya karna itu bonus yang cukup besar.
''Iya,, Lusa temani aku ke pesta pertunangannya. Dan bulan depan kamu harus menikah denganku,'' ucap Nona Chaca dengan mata yang masih terpejam.
''Apa???'' tanyaku tak percaya dengan ucapan Nona Chaca.
''Apakah telinga kamu sudah tuli? sampai harus aku mengulanginya,'' ucap Nona Chaca berdiri dan melangkah ke kursi kebesarannya.
''Nona, anda jangan bercanda. Sa saya punya kekasih Nona. Bagaimana dengan kekasih saya nanti jika saya menikah dengan anda,'' ucapku terbata karna terlalu syok dengan apa yang aku dengar.
''Putuskan dia,'' ucap Nona Chaca dengan mode singanya.
''A apa?? Ta tapi saya mencintainya Nona. Saya tidak akan memutuskan dia,'' ucapku kepada Nona Chaca.
''Baiklah. Kamu tidak akan memutuskan hubunganmu dengan dia. Tapi sekarang angkat kaki dari sini. Kamu di pecat. Dan akan aku pastikan setelah kamu keluar dari sini kamu dan keluargamu akan hidup menderita,'' ucap Nona Chaca kepadaku. Aku pun teringat ayah, ibu dan qdikku di rumah. Bagaimana jika aku di pecat dari pekerjaan ini. Mereka akan makan apa.
''Saya tidak bisa memutuskan masalah ini sekarang Nona, beri saya waktu 5 hari,'' ucapku kepada Nona Chaca.
''Oke baiklah. Sekarang kamu boleh keluar,'' ucap Nona Chaca kepadaku.
*
TINGGALKAN JEJAK KALIAN DI SINI👇
JANGAN LUPA LIKE, FAVORITE, VOTE DAN BERI HADIAH.
TERIMA KASIH DUKUNGANNYA🤗
"
''Oke baiklah. Sekarang kamu boleh keluar,'' ucap Nona Chaca kepadaku.
Aku pun segera keluar dari ruangan Nona Chaca menuju ruanganku. Aku teringat kejadian tadi yang mulai dari Nona Chaca duduk di pangkuanku, saat memanggilku sayang sampai beliau menciumku. Rasanya seperti mimpi. Tapi pikiranku kembali memikirkan Monica, bagaimana sakitnya jika aku menikah dengan orang lain. Aku sangat mencintainya tapi di lain sisi aku juga memikirkan keluargaku.
''Kenapa jadi serumit ini. Andai aku tau akan seperti ini, aku memilih tidak mau di pindah oleh pak Santoso,'' ucapku.
*
*
Pov Chaca
''Haris Haris kamu kira aku bodoh masih belum bisa melupakanmu. Bahkan setelah kamu menghianatiku, kamu hilang begitu saja dari pikiranku. Dan sekarang pikiranku tertuju padamu Devan,'' ucapku dengan senyum smirk.
Flashback on
''Nona saat ini pak Haris ada di kantor ini Nona, mungkin beliau akan ke ruangan Nona,'' ucap salah satu bodyguard ku yang berjaga di loby.
''Oke terimaksih infonya,'' ucapku.
*****Flashback***** *****off*****
Haris adalah mantan kekasihku. Baru 3 bulan kami putus karena Haris menduakanku. Saat itu aku begitu syok karena selingkuhan Haris adalah karyawanku sendiri. Tapi aku harus bersikap profesional, harus bisa membedakan mana urusan pekerjaan dan mana urusan pribadi. Aku tidak terlalu sedih saat Haris menduakanku atau pun saat kami putus. Karena selalu ada Devan yang menemani setiap hariku. Saat Weekend pun aku selalu meminta Devan pergi ke rumahku dengan alasan urusan pekerjaan, padahal hanya karna aku tidak mau jauh-jauh darinya. Haha lucu bukan? saat ini aku mulai mencintai asistenku sendiri.
*
*
Saat ini aku sudah berada di butik langgananku. Aku ingin mencari gaun yang cocok untuk ku pakai besuk malam. Dan yang pasti sekarang aku di antar oleh asisten kesayanganku.
''Van bagus yang ini atau yang ini?'' tanyaku kepada Devan dengan mengambil 2 gaun dengan warna yang berbeda.
''Sebaiknya anda mencobanya saja Nona,'' ucap Devan, mungkin dia takut jika aku menyalahkannya.
''Baiklah, aku akan mencobanya,'' ucapku berjalan ke ruang ganti.
Aku pun mencoba gaun yang menurutku cocok dengan tubuhku. Tapi mengapa sudah 5 gaun tidak ada yang menurutku cocok. Dan ini gaun ke 6, aku akan bertanya kepada Devan.
''Van kalau ini bagaimana menurutmu?'' tanyaku kepada Devan, saat itu Devan sedang mengotak atik ponselnya. Devan pun mendongakkan kepalanya dan melihat ke arahku.
''Usap air liurmu Devan, sangat menjijikkan,'' ucapku membuyarkan lamunan Devan. Devan pun segera tersadar dari lamunannya. Dan mengusap bibirnya. Aku pun hanya tertawa, sebenarnya tidak ada air liur, hanya saja aku ingin menggodanya.
''Jadi bagaimana menurutmu Van?'' tanyaku lagi dengan berputar-putar di depan Devan.
''Anda cantik Nona, gaun ini cocok sekali anda pakai,'' ucap Devan dengan sedikit terbata bata.
''Baiklah, aku ambil yang ini mbak,'' ucapku kepada seorang karyawan butik tersebut.
Setelah membeli gaun aku segera mengajak Devan menuju pusat perbelanjaan terbesar yang ada di kota Jakarta. Aku masuk kedalam toko pakaian pria, dan Devan hanya mengikutiku dari belakang.
''Van kamu pilih baju yang akan kamu pakai besuk. Aku akan menunggu kamu di sana,'' ucapku sambil menunjuk bangku di toko tersebut.
''Ta tapi Nona ...
Ucapannya pun menggantung.
''Kenapa? mau aku yang pilihkan buat kamu?'' tanyaku.
''Em tidak usah Nona. Saya bisa beli sendiri besuk,'' ucap Devan kepadaku.
''Kenapa harus menunggu besuk kalau sekarang saja bisa. Sudahlah Van jangan buang-buang waktu. Waktuku adalah uang. Jarang-jarang kan ada atasan yang baik dan cantik sepertiku,'' ucapku yang selalu memuji diriku sendiri.
''Ayo aku pilihkan,'' ucapku dengan menarik tangan Devan.
''Mbak saya mau cari setelan kemeja buat calon suami saya, tolong carikan yang paling bagus ya,'' ucapku kepada salah satu karyawan toko.
Aku pun tersenyum melihat raut wajah Devan yang sebal dengan kata-kataku yang menyebutnya calon suami. Setelah kami selesai belanja, kami memutuskan untuk makan malam di salah satu restoran yang ada di mall tersebut.
''Kamu mau pesan apa?'' tanyaku kepada Devan.
''Terserah Nona saja,'' ucap Devan kepadaku. Aku segera memesan 2 porsi spageti carbonara dan 2 lemon tea. Aku melihat raut wajah Devan yang tak biasa. Mungkin dia memendam kesal terhadapku.
''Kenapa mukamu seperti itu?'' tanyaku yang pura-pura ketus kepadanya.
''Memang muka saya kenapa Nona?'' tanya Devan kepadaku.
''Hem ngak papa. Kalau mau marah, marah aja ngak usah di pendam,'' ucapku yang pura-pura tak peduli.
''Apakah saya boleh marah? atau saya boleh protes? tidak kan?'' ucap Devan kepadaku.
''Ya udah to the point aja, apa yang ingin kamu sampaikan,'' ucapku.
''Tidak ada,'' ucap Devan dengan entengnya.
''Hah, aku kira kau ingin berterima kasih kepada atasanmu yang baik ini,'' ucapku tersenyum smirk.
''Aku tau jika saat ini kau sedang mengumpatku habis-habisan. Tak apalah Van. Sedikit lagi aku akan mendapatkanmu,'' batinku.
Makanan yang kami pesan pun sudah datang. Kami menikmati makan malam tanpa ada yang berbicara.
''Van,'' ucapku.
''Ya Nona,'' jawab Devan.
'''Mulai saat ini jangan panggil Nona lagi saat kita hanya berdua, panggil saja namaku,'' pintaku.
''Tapi Nona, anda atasan saya, bukankah saya tidak sopan jika hanya memanggil anda dengan sebutan nama,'' ucap Devan.
''Kita sebentar lagi akan menikah Van. Kamu lupa?'' tanyaku.
''Saya belum memutuskan masalah ini Nona, masih ada 3 hari lagi bukan?'' ucap Devan kepadaku.
''Oke, baiklah,'' Ucapku pasrah.
Setelah makan malam Devan mengantarku pulang ke rumah. Aku menyuruh Devan membawa mobilku agar Devan bisa menjemput dan mengantarku setiap hari.
*
*
Pov Devan
''Kenapa lelah sekali? padahal seharian ini hanya mengantar Nona Chaca belanja. Tapi rasanya badanku remuk semua,'' ucapku mengomel sendiri.
''Gimana ya kabar ibu sama bapak, mending aku telpon mereka sajalah.''
Tut tut tut
''Hallo Nak assalamualaikum,'' suara Ibu terdengar.
''Hallo Bu, walaikumsalam. Gimana kabar di rumah Bu? apa Ibu, bapak dan adik baik-baik saja?'' tanyaku kepada Ibu.
''Kabarnya baik Nak, gimana pekerjaanmu disana? lancar kan?'' tanya Ibuku.
''Alhamdulillah lancar Bu. Oh iya Bu aku sudah mengirim sedikit uang ke rekening Ibu. Ibu bisa mengambilnya besuk,'' ucapku kepada Ibuku.
''Terima kasih Nak. Kami sebagai orang tua hanya bisa memberikan doa terbaik untuk anak-anak Ibu agar rezekinya lancar,'' ucap Ibuku.
''Terima kasih Bu, kemana bapak? kok kayaknya sepi banget di rumah?'' tanyaku.
''Oh bapak lagi pergi ke pos ronda, kalau adikmu pergi sama teman-temannya,'' ucap Ibu.
''Ya sudah kalau begitu Bu, Devan istirahat dulu. Assalamualikum,'' ucapku pamit kepada Ibu.
''Walaikumsalam,'' ucap Ibu.
Aku merebahkan tubuhku di kasur. Bayangan nona Chaca kembali mengusik pikiranku.
''Kenapa sih harus dia yang ada di pikiranku. Cewek pemaksa. Cantik sih tapi kelakuannya aneh,'' ucapku.
Ting
Bunyi pesan masuk di hpku.
''Jangan sekali-kali berkata jelek terhadap atasanmu yang baik dan cantik ini,'' ucap Nona Chaca di dalam pesan wa nya.
JANGAN LUPA LIKE, FAVORITE, VOTE DAN BERI HADIAH.
Mohon dukungannya kakak❤
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!