NovelToon NovelToon

Code Name: ANGEL K05

1. Intro

Dini hari di pinggiran kota Maiden yang sepi.

Nguiiiiiiingggggg..... Bruuummm.... Bruuuummmmm....

Sebuah motor sport hitam melaju dengan kecepatan tinggi membelah malam. Pengemudinya memakai setelan kulit hitam tertutup dan helm hitam. Nyaris sempurna untuk berkamuflase dalam gelapnya malam.

"Mereka datang! Lebih cepat lagi!" teriak suara di telinganya.

"Hah.... Asisten IT macam apa kau? Tak mampu mengantisipasi kedatangan mereka sejak awal. Jadi begini kan akhirnya!"

Terdengar bentakan merdu dari pengemudi motor itu.

Dia makin membungkukkan tubuhnya. Menggenggam kemudi lebih erat. Tubuhnya yang ramping seakan memeluk mesra motor besar itu. Diinjaknya pedal gas lebih dalam dan memacu motor itu lebih cepat lagi, seperti terbang.

Bruuummmm.... Bruuummmmm....

Dorrr! Dooorrrr!!!

Nguiiiiiiiiinggg....

Motor itu melaju zig-zag di jalan beraspal. Menghindari peluru yang beterbangan dari arah belakang.

"Mereka bukan sedang bermain, Ana. Ayo fokus! Kau masih ingin hidup kan?" gumamnya menyemangati diri.

Matanya yang cemerlang menatap jalan dengan tajam. Mencari celah untuk melarikan diri dari kejaran. Dia memfokuskan seluruh indra dan instingnya saat mengemudi motor malam ini.

Dipacunya motor hingga maksimal. Lalu tiba-tiba berbelok ke arah kiri. Langkahnya itu berhasil membuatnya hilang sejenak dari pandangan mata para pengejarnya.

Dia kini memasuki area pemukiman kelas menengah yang sangat sunyi. Motornya masih melaju kencang.

"Ambil jalur kanan. Mereka menunggumu di persimpangan depan!"

Suara di telinganya kembali mengingatkan.

Itu suara tim IT. Mereka harusnya sudah mengantisipasi hal ini sebelum dia turun. Tapi entah bagaimana musuh bisa muncul begitu saja.

'Apakah rencana aksi ini sudah bocor? Atau ini jebakan untukku? Apa ada mata-mata diantara timku?' batinnya kesal.

Sebagai agen rahasia berpengalaman, dia biasa menganalisa suatu perubahan di lapangan dengan cepat. Lalu membuat keputusan darurat untuk menyelamatkan objek penting, dan juga nyawanya.

Namun Ana tak mentolerir pengkhianatan. Dia akan memasukkan hal ini dalam laporannya nanti. Yang paling urgent sekarang adalah meloloskan diri dari kejaran dinas rahasia negara ini.

Bruuuuuummm..... Ciiiiiiittttt.....

Motor itu berdecit nyaring saat dipaksa membelok tajam ke arah kanan.

"Sial!!"

"Hampir terlewat tuh pertigaan. Apa negara ini kekurangan listrik? Pertigaan jalan saja, tidak diberi lampu!" umpatnya kasar.

Dia hampir saja tergelincir dan terhempas ke jalanan tadi.

Ana kini sedang memasuki area pemukiman kelas bawah.

"Masuk Mode Stealth!" suara di handsfree itu memasuki kepalanya.

Anastasia segera memencet tombol SILENT yang berwarna kehijauan di dashboard kemudi. Dia juga segera memutuskan semua jalur komunikasi dan pelacakan. Termasuk penerimaan informasi IT via handsfree dan radar motornya. Dia harus meminimalisir kemungkinan penyadapan pada kendaraan dan perangkat informasi.

Dia menyentuh satu kancing pada jaket kulitnya. Itu adalah perangkat yang dipasangnya sendiri, untuk merusak radar dan sinyal elektronagnetik di sekitarnya. Menghapus citranya dari pantauan satelit serta menghilangkan jejaknya seakan dia tak pernah ada.

Motor sport hitam itu perlahan mulai tak terlihat oleh siapapun. Suaranya yang membelah jalanan sepi pun, tak lagi terdengar. Bahkan meskipun ada orang yang berdiri di tepi jalan, dia tak kan menyadari jika motor sport hitam itu melintas di depannya. Anastasia seolah menghilang dari bumi. Sama sekali tak terdeteksi keberadaannya.

*

*

Pukul 4 dini hari.

Anastasia menghempaskan tubuhnya di kasur yang nyaman. Dia sangat lelah malam ini. Tapi syukur, meski ada sedikit hambatan, tugasnya telah selesai.

Dia sudah menghancurkan semua peralatan komunikasi yang dipakainya jauh sebelum mendekati safe house. Dia langsung membuat dan mengirimkan laporannya malam ini.

Jika tak ada perintah baru, maka dia akan kembali ke rutinitas hariannya. Sambil menunggu hasil investigasi tentang kebocoran rencana kerja mereka.

"Ayo tidur Ana. Besok kau masih ada kelas pukul 9 pagi," gumamnya sebelum terbang ke alam mimpi.

******

2. Dendam

Seorang gadis muda cantik berambut emas, tidur dengan gelisah. Bola matanya berputar-putar saat terpejam. Kepalanya menggeleng ke kiri dan kanan dengan sangat gelisah.

Dia melihat sebuah bayangan samar yang bertahun-tahun ini tak pernah bisa dikenalinya. Bayangan yang seperti kabut pagi menjelang siang. Lenyap bersama munculnya matahari.

"Ibu... ibu....!" teriaknya keras.

Dia terbangun dengan peluh membanjir membasahi tubuhnya. Matanya terbuka lebar penuh kemarahan.

Mimpi yang selalu sama, yang menghantuinya nyaris setiap malam. Membuatnya makin menderita dan marah setiap terbangun. Mimpi yang terus menghidupi dendamnya atas kematian ibunya yang tragis.

Kala itu, dia masih terlalu kecil untuk memahami semua yang terjadi. Yang dia tau, ibunya terbunuh di rumah, dan menghembuskan nafas terakhir dalam pelukannya. Dan ayahnya menghilang tak tentu rimbanya.

"Aku akan membalaskan dendammu, ibu.... Aku akan mencari siapapun yang membuat keluarga kita hancur!" bisiknya penuh tekad.

Bukan tanpa alasan dia menerima tawaran menjadi agen rahasia. Dia punya tujuannya sendiri. Mengungkapkan misteri kematian ibunya. Dan mencari keberadaan ayahnya. Entah masih hidup ataupun sudah mati. Dia harus mengetahui kebenarannya. Agar dapat berdamai dengan diri sendiri dan masa lalunya yang menyedihkan!

Ana bangkit dari tempat tidurnya. Bias matahari menerobos masuk dari tirai jendela di ruang duduk, di lantai bawah.

Diliriknya jam mungil di meja nakas. Jarum di jam itu masih menunjukkan pukul 7 lewat seperempat. Tapi matanya sudah tak dapat diajak tidur lagi.

"Meoooonggg...."

Suara halus lembut Mimi, kucing angora putih telah menggugah kesadarannya.

"Selamat pagiii sayang.... Apa kau merindukanku?" sapanya penuh senyum, sambil mengelus-elus bulu halus di kepala kucing gendut itu.

"Meoooonggg....."

Mimi menempelkan tubuhnya ke tangan Anastasia dan menggosok-gosokkan kepalanya dengan manja.

"Mari turun. Kau pasti sudah lapar."

Ana menuruni kamar mezzaninnya dengan langkah ringan. Mimi mengikutinya dengan lincah. Melompati tangga demi tangga. Bulunya yang putih bersih dan sehat lebat, membuat tampilannya makin bulat. Wajah imut dan mata hitamnya yang polos, membuat siapapun yang melihat jadi merasa sangat gemas.

Ana langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Dia tak sempat mandi tadi malam. Jangan mengharapkan dia akan berlama-lama di dalam sana. Dia tak menyukai kegiatan berendam yang menurutnya membuang-buang waktu tak berguna.

7 menit lemudian, pintu kamar mandi dibuka. Harum aroma lilac dari sabun mandinya, menguar ke seluruh rumah mungil itu.

Sesosok tubuh indah berbalut kimono mandi, melenggang santai keluar. Masih terlihat butir-butir air menempel di leher dan tengkuknya. Sebuah handuk digulung berputar di atas kepalanya. Menyembunyikan rambut panjangnya yang indah.

Ana langsung menuju dapur. Membuka kulkas dan memilih-milih apa yang ingin dimakannya untuk sarapan pagi ini.

"Ahh, masih ada quichee bayam beku yang penuh taburan keju parmesan!" serunya gembira. Senyumnya mengembang.

Dibukanya plastik wrap kemasan itu. Meletakkan isinya pada piring tahan panas. Kemudian menghangatkannya di dalam microwave.

Sambil menunggu, Ana membuka rak pantry di atas dapur. Mengeluarkan sekotak makanan milik Mimi.

Ting!

Bunyi halus microwave terdengar. Makanannya telah siap. Tapi dia tak segera mengeluarkannya.

Dibukanya lagi kulkas dan mengeluarkan sebotol susu segar. Menuangnya pada mangkuk keramik khusus.

Ana membawa mangkuk susu dingin itu ke microwave. Dia mengeluarkan piring quichee dan memasukkan mangkuk susu dingin. Lalu menutup kembali pintu microwave.

Diangkatnya piring makan dan sebotol sari jeruk ke meja makan. Masih ada buah apel, jeruk dan pisang di situ. Tambahan untuk sarapan sehatnya pagi ini.

Ting!

Microwave kembali berbunyi.

"Apa kau sudah lapar sayang?" sapanya pada Mimi yang terus mengekorinya berputar-putar di dapur.

Ana menuangkan isi kotak makanan ke dalam food container. Mengisi ulang stok air minum Mimi sekalian. Kucing itu segera makan dengan lahap. Dielus-elusnya bulu halus kucing itu sejenak, sebelum akhirnya bangkit dan berjalan kembali ke pantri.

Susu hangat dikeluarkannya dari microwave. Diletakkan di dekat sink pencuci piring. Itu akan jadi jatah minum Mimi saat dia berangkat kerja nanti.

******

3. Santai

Ana meraih sebuah tombol tersembunyi di belakang rak pantry. Sebuah layar transparan ukuran sedang, muncul di atas meja makan mungil itu.

Ana melangkah ke meja. Duduk dengan santai dan menikmati sarapan paginya. Di layar tampak berita-berita terbaru yang dirangkum oleh tim intelijen mereka di seluruh dunia. Termasuk berita keberhasilan aksinya tadi malam.

Ana tersenyum tipis. Dia menghitung perlahan...

"1... 2... Sekarang!" gumamnya halus.

Di atas meja makan, ponsel sederhananya bergetar. Ana menyingkirkan piringnya ke samping. Diliriknya ID pemanggil dengan ekor matanya. Lalu mengangkat telpon itu dengan tenang.

Dia mendengarkan, tanpa bertanya sedikitpun. Bibirnya tertarik ke samping. Menggurat senyum samar di wajah cantiknya.

"Kami sudah mengirimkan insentif ke rekeningmu sejumlah 20.000 dollar." Sebuah suara halus dan datar terdengar dari seberang sana.

"Oke." Balas Ana datar.

Sambungan telepon terputus.

"Mereka belum memberi ganti rugi atas semua peralatan komunikasi, radar, penyadap dan motorku yang lecet diserempet peluru!" gerutu Ana.

Klapp!

Ponsel lipat sederhana itu ditutupnya kembali dan diletakkan di atas meja.

Ana melanjutkan sarapannya dengan menggigit sepotong apel. Dia menunggu dengan sabar. Tak berselang lama, terdengar nada pesan masuk di ponsel itu.

Ana membuka dan membaca pesannya.

"PERALATAN BARU BISA DIAMBIL DI TEMPAT BIASA."

Sebelah alisnya terangkat membaca pesan masuk tersebut. Ana paling malas pergi ke tempat itu. Wajahnya berubah dingin. Dia menggigit apelnya dengan keras untuk meluapkan kekesalan.

Setelah sarapan yang membuat dongkol, Ana bangkit. Peralatan makan yang kotor dibawa ke sink. Langsung dibersihkan dan diletakkan kembali ke tempatnya.

Dia lalu meraih tombol di belakang rak pantry. Layar transparan di atas meja segera menghilang. Ana mengarahkan pandangan ke seluruh ruangan itu. Memeriksa ulang area kamar mandi. Segala sesuatunya sudah rapi dan berada di tempatnya. Tak ada hal yang mencurigakan.

"Beres!" gumamnya.

Diangkatnya susu hangat tadi ke kandang Mimi dan meletakkannya di situ.

"Hari ini aku ada kelas hingga sore. Kau harus jadi anak baik ya...." ujarnya sambil mengelus kepala kucing itu dengan sayang.

Lalu dia mengaitkan pintu kandang, agar Mimi tak kemana-mana. Dia bebas bermain di rumah besinya yang cukup besar. bisa melompat-lompat, bisa menggaruk batang kayu yang disediakan, bisa bab dan bisa tidur bermalasan.

"Meoooongggg...." Mimi menyahuti.

Ana melewati ruang duduk minimalis yang berhampiran dengan ruang makan. Di sana hanya ada satu sofa besar 2 seat. Ditaruh di sebelah jendela kaca anti peluru ukuran besar.

Sebuah coffe table dengan vas bunga artifisial, melembutkan kesan keras, kaku dan monoton rumah mungil ini.

Dia lalu menaiki anak tangga dekat ruang duduk, menuju kamar tidurnya.

Dengan cekatan dilepasnya handuk dan mengeringkan rambut dengan hair driyer. Lalu mengikatnya kuncir kuda sederhana.

Digantinya kimono mandi dengan blouse ciffon kuning lemon bermotif bunga putih kecil. Lengannya yang tidak terlalu pendek dan flowy, menyamarkan pangkal lengannya yang kekar berotot. Celana linen skinny warna hijau tua menyempurnakan penampilannya.

Ana mematut diri di cermin tinggi yang berdiri di sudut kamar. Dia mengulas senyum puas. Penampilannya sudah lebih girly sekarang.

Sedikit bedak tipis, lipstik warna nude dan semburan parfum aroma lilac menyempurnakan penampilannya.

Tap... tap... tap....

Langkah kakinya lincah menuruni anak tangga. Sebuah kacamata spesial telah bertengger di hidungnya. Menyamarkan kecantikan yang dimilikinya. Dan meninggalkan kesan kesederhanaan bagi semua orang.

Sepatu wedges boot rendah yang feminin dan tas punggung ukuran sedang, menemani rutinitas hariannya.

Sebelum membuka pintu, diedarkannya lagi pandangan ke sekeliling ruangan.

"Perfect!" ucapnya.

Lalu Ana memencet tombol rahasia di balik pot bunga dekat pintu. Itu untuk mengaktifkan berbagai fitur keamanan saat dia pergi. Dan jika sial, maka fitur penghancuran akan keluar. Lalu... Booomm!

Di pencetnya kode pintu.

Klik! Pintu terbuka.

******

Silahkan baca novel pertamaku juga yaa.. Gak kalah seru hloo ceritanya.

Jangan lupa berikan like, komen, vote, ❤ n gift yaa.. Ehh.. please kasih rating bintang 5 jg yaa..

Thank you🙏🥰

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!