NovelToon NovelToon

Cinta Setelah Kamu

Bab 1. Salam

Pagi yang indah dalam kesejukan menusuk kedalam pori-pori kulit, burung berkingcau disana kemari, matahari mulai menampakan cahayanya secara perlahan-lahan.

" Jan, bangun udah pagi nih," bangunnya tapi, tidak kuhirau karena masih dalam mimpi indah.

" Tidak bangun juga ya, baiklah akan kulakukan dengan cara efektif," gumamnya.

" Awas Jan, ada ular…!" teriaknya di telingaku.

"Hah, mana…"ujarku kaget setengah terkumpul nyawaku.

" Hahaha… aduh haha..".

 

" Haisy Bang Aldi…!!," Teriakku kesal akibat dikerjain olehnya, kayak tidak ada kerjaan lain saja ngerjain aku.

Dengan cara hal- hal membuat aku kaget dan takut jikalau aku tidak terbangun langsung saat dibangun dengan lembut.

Padahal'kan aku lagi mimpi indah dengan berbagai taburan bunga di sekitarku apa lagi aroma yang membuatku jatuh cinta, sampai aku mengikuti aromanya dan aku ingin memetik satu bunganya, tapi sayangnya tiba-tiba ular menghalangiku.

****

Perkenalkan nama aku Misbahul Janna, biasa di panggil Janna, tinggal di panti Kasih Ibu di Bogor, yang diurus oleh Ibu Mawar beliau Ibunya  Bang Aldi, yang sudah kuanggap sebagai keluarga sendiri. 

Bolehkan aku mencintai anaknya yang sudah kuanggap sebagai keluarga sendiri, apakah itu egois, entahlah.

" Mari pergi mencari jodoh yang entah sesat dimana …," nyanyiku sambil berjalan menuju kesuatu tempat.

" Ternyata aku sesat disini, di rumah besar yang aku tuju, untuk minta… ."

Minta apa ya?  Aku lupa, tadi lbu menyuruh ku mengambil daun untuk dipakai pada masakan agar wangi dan enak.

" Eh nak Janna, ada apa?" tanya Bik lnah, pengurus rumah besar jikalau belum pulang pemilik rumahnya.

" Anu .. itu, lbu panti suruh mengambil …"

" Mau ngambil apa nak Janna?"  

" Hehe.. itu dia aku lupa," ampun dah sungguh menyebalkan, ini akibat kebelet dalam mendapat cinta dari Bang Al yang tak kunjung ku ungkapin.

Setelah itu Bik lnah melanjutkan pekerjaannya saat aku bicara dengan Nek lta.

" Nenek lta…!" Teriakku, saat melihatnya keluar, beliau jarang pulang karena tinggal bersama anaknya di Jakarta, beliaulah pemilik rumah ini.

" Assalamu'alaikum Nek lta, gimana keadaan nenek selama disana," tanyaku mengambil tangannya untuk ku cium.

" Wa'alaikum salam Janna, nenek senang melihatmu, nenek sehat saja seperti yang kamu lihat, kamu semakin cantik saja setiap nenek melihatmu saat pulang."

" Ah nenek bisa saja, nenek juga cantik kok apa lagi auranya memancarkan cahaya luar biasa sehingga menyilau mata ku, akibat terlalu fokus ke nenek dan lupa tujuan ku sebenarnya mengambil apa," gurauku padanya.

" Hahaha… pastilah nenek kan masih muda dan kencang badannya umur boleh tua, tapi perawatan tetap akan kestabilan tubuh dan kamu selalu tau cara membuat orang lain ketawa," ujarnya.

" Janna, mau mengambil apa sebelum Aldi, datang kesini bawa sapu lidi seperti dulu, sebelum urusan di rumah selesai,  lalai  karena tugas yang diberikan oleh lbu panti belum beres," katanya, membuat ku hampir lupa karena asik melepas rindu dengan yang ramah kesemua orang.

Dan beliau yang selalu membantu kebutuhan kami di panti Kasih Ibu, kami sangat bersyukur dan berhutang budi padanya.

Oh ya, namanya Nenek Rosnita, setiap pulang nenek selalu suruh lbu memasak yang banyak akan kedatangan nya dan keluarga nya.

Karena masakan lbu panti nomor satu enak, hehe….

" Ya ampun Nek, aku hampir lupa karena itu aku mau mengambil salam…." Belum sempat aku selesai bicara.

" Ngapain salam dulu sebelum kamu mengambil apa yang disuruh lbu panti," lanjutnya.

Hush, sabar- sabar.

" Bukan mau salam tangannya Nek, tap ".

" Lah terus apa juga," potongnya.

" Nenek cantik yang baik hati dan kaya raya dari semua orang, sebelum memotong bicaraku dengar dulu ya.., setelah aku selesai bicara, baru nenek potong ok, Nek," membuatnya tersenyum dan mengangguk.

" Hehe…kamu yang terbaik, baiklah lanjutkan," senangnya.

Aha aku sudah teringat daun tersesat tadi sudah ingat kembali.

" Nenek, aku datang kesini mau mengambil daun salam untuk lbu, sebelu…."

" Oh kenapa tidak bilang dari tadi," potongnya lagi.

"Bik lnah, tolong ambilkan daun salam untuk Nak Janna, sebelum lbu panti marah karena kelamaan menunggu Janna, akan lupa tugasnya yang asik bicara tadi." Pintanya pada Bik lnah.

Haisy Nenek juga nikmatin bicara ini, dasar nenek ini untung orangnya baik dan kaya raya hehe….

" Nih, ambil dan cepat pulang disana sebelum lbumu marah," usirnya.

" Iya-iya baik nenek, meski diusir," ujarku pura- pura sedih.

" Mukanya jangan gitu ga enak lihatnya, ya udah sana- sana pergi, nenek masuk dulu, assalamu'alaikum," eh kok langsung masuk padahal mau salam.

" Ga usah salam karena udah ada daun salam ditangan kamu," sahutnya didalam yang ngerti dengan bingung ku.

" Baiklah, wa'alaikum salam." 

Habis pulang dari rumah Nek lta, aku tidak sengaja ketemu Bang Al, dijalan. Pas melihatku ia langsung menjewer telinga sampai di rumah.

Akibat belum membawa daun salam kerumah lbu. Bang Aldi, mencari ku yang tak kunjung aku membawa pulang daun salam yang dibutuhkannya.

" Bang ini ga adil, karena daun salam nya ga ikut jeweran juga," ucapku mengusap telinga yang terasa sakit. 

" Nanti giliran daun salam nya didapur," ujarnya meninggalkan aku.

"Dasar daun salam, gara-gara kamu aku kena jeweran maut, bang Aldi." Gerutuku kesal.

" Kenapa mereka lebih penting daun salam daripada aku, apa salah dan dosaku yang... apakah karena jarang goyang... jarang goyang...." mewekku bernyanyi asalan.

Untung cinta kalau kagak udah aku jewer kembali telinga nya. 

Tapi sama saja, aku malu dilihat oleh orang dijalan akibat dijewer bang Aldi, sampai ke rumah. Sedangkan daun salam hanya diam tanpa berdosa, seolah-olah siap dimasak tanpa melawan.

Hush, sudahlah. Awas saja ya daun salam, kalau aku dapat lagi akan ku kasih kamu kambing Duda, yang ada dibelakang rumah nek lta. Sebelku pada daun salam.

Bersambung.

Perkenalkan ini adalah karya pertama saya, yang akan membuat pembaca terhibur saat menikmati cerita ini, semoga kalian suka dalam menikmati karya saya ini.

 

Bab_2_sayang sebagai

Setelah kejadian daun salam itu kemaren, hari ini aku mau menangkap sesuatu yang pasti nya bukan didarat, dan tentunya bisa makan, hehe….

" Haisy, kenapa lama sih Bang Al, menunggu itu membosakan tau?" Tanyaku padanya tanpa berdosa .

" Ya maaf kan aku lagi membereskan bahan yang kita bawa kesana, gak sabaran saja kamu," ujarnya, berjalan didepan.

" Gimana  gak sabaran, aku kan penasaran ikan apa saja yang mau makan umpanku yang paling enak ini," pedeku.

"Palingan ikan kecil yang mau makan umpanmu".

" Ikan kecil mundur ikan besar maju, lihat saja nanti".

Hari ini kami akan petualang memancing ikan lele, punya nenek lta, atas izinnya. Apa lagi hari ini tidak begitu cerah, secerah hatiku yang tak mendung, eaaakk.

Tanpa terasa akhirnya kami sampai juga, dengan suasana yang sejuk dan air yang jernih, pandangan yang bisa memanjakan mata dalam ketenangan yang ada.

"Kelihatannya banyak juga ikan lelenya ya, Bang Al?" Yang diangguknya.

Kami mencari tempat ternyaman berdua, sampai keheningan terjadi untuk sesaat  sambil menunggu ikan memakan santapannya.

" Hai ikan, datanglah kesini… ada wanita cantik yang sedang menunggu kedatangan mu…. Karena manis semanis yang pu….

"Lagi enak nyangi eh ditegur sama bang Al.

" Jangan nyayilah, nanti ikannya malah mundur bukannya maju."

" Bukan sebaliknya Bang, apa lagi saat mendengar suara ku yang manis lagi mempesona kan," senyumku mengedipkan sebelah mata kearahnya.

" Belum didengar pun ikannya udah kabur apa lagi melihat orang nya langsung."

" Kenapa tidak iya aja sih! Bang, kan emang aku mempesona dan bisa menarik perhatian banyak orang dalam kemanisan ku, biar aku senang sekali-kali bukan membuat ku jatuh akan kesakitan."dramatis ku.

" Tidak boleh, nantinya kamu melayang ke angkasa tanpa arah tujuan, akan kemarahan lbu karena diculik alien planet," ucapnya sambil mengusap kepala ku.

" Jangan usap- usap kepala ku, nanti ikannya cemburu melihatnya," sebelku.

" Emang apa hubungan aku diculik oleh alien, karena lbu yang akan santet alien mati tempat langsung, karena lbu pahlawan ku tanpa mengenal lelah".

 

Hingga beberapa saat.

" Wahh, ikannya besar Bang. Tidak kusangka dapat nya dua mungkin sepasang kekasih yang tidak mau dipisahkan," ujarku senang melihatnya.

" Dasar kamu," ucapnya menjitak jidatku.

" Sakit tau Bang," sedihku.

" Uhh sayang- sayang sini, Abang usap," aku langsung membiarkan nya mengusap jidatku.

" Bang, mau tidak kalau seandainya kita menikah?"

" Kamu sakit Dek," khawatir nya.

" Aku gak sakit Bang, karena aku cinta sama Bang Aldi, sorang."

" Iya cinta sebagai saudara," jawab nya cepat.

Kenapa sih! Disaat aku bicara serius kamu selalu menganggapnya sebagai saudara atau mengelak kadang-kadang, apakah tidak ada sedikit harapan untuk ku masuk kedalam hatimu Bang?.

Bisakah aku egois, karena cinta bertepuk sebelah tangan yang tidak ada tujuan kemana arahnya berlabuh?

" Hey.. kenapa bengong kerasukan ya?" 

" Iya kerasukan karena cinta."

" Aku serius Jan, jangan membuat Abang khawatir."

" Aku baik-baik saja, gak usah khawatir."

" Bang… entah kenapa ?Aku merasa tidak ada waktu lagi bersamamu seperti ini dan entah apa aku merasa kamu tau sesuatu yang tidak aku ketahui, apakah ini tentang masalah serius atau tidak. Sungguh membuatku agak khawatir,"kataku sambil bersandar di bahunya, membuat ku dalam suasana sedih 

" Jan, kamu tidak perlu pikir kan yang bisa membuat mu sedih, dan satu lagi tidak ada yang aku sembunyikan dari kamu. Semuanya baik-baik saja, jadi tenang saja dan tersenyumlah dalam keadaan apapun itu, mengerti," ucapnya lembut yang sekian mendekat.

" Meski suatu saat membuatmu sedih atau senang," gumannya yang hampir tidak kedengaran.

Mendekat dan semakin mendekat.

' Cepat Bang cium aku, 1, 2, 3,' hitungku didalam hati sambil menutup mata.

" Aduh… !" Rintihku, membuka mata.

" Kok malah ikan menempel di pipiku," kagetku.

" Maaf Jan, ikannya melompat soalnya, hehe…." Nyengir, bang Al.

" Ikan….!" Teriakku didalam hati.

Padahal hampir saja dicium sama bang Al, malah sebaliknya kejadian ini, sama saja dengan daun salam.

Hingga sesaat, aku melihat kearah ikan didalam ember, yang telah berani mengganggu keromantisan kami.

Ikannya seakan-akan mengajakku bicara dalam tatapan nya.

" Emang enak, begitu pun dengan kami lagi enak mesra- mesraan eh malah tertangkap dengan makanan lezat kalian,"  ngejek ikan itu dalam tatapan mata nya, 

" Awas nanti kalau sudah sampai di rumah, akan aku masak kalian menjadi masakan yang lezat," balasku dengan memperagakan memotong lehernya, langsung membuat nya menciut.

" Hehe…. Rasain takutkan."

" Kamu kenapa, Jan?"

"Karena ikan," jawab ku.

"Hah, karena ikan," bingungnya.

Kemaren daun salam sekarang ikan, besok apa lagi, sungguh menyebabkan!. 

Sanggup kah aku menggugurkan perasaan yang aku pendam selama ini. Aku tahu, kita tidak akan bersatu. Meski begitu aku akan sayang dan melindungi Abang, meski sebaliknya yang melindungi.

Pernah waktu itu.

" Abang sayang kepada Janna, sebagai saudara atau sepasang kekasih?" Tanya ku, meski tidak yakin menyukai ku sebagai sepasang kekasih.

" Itu sungguh pertanyaan tidak masuk akal Jan," jawabnya, membuat ku agak sedih.

" Apa susah nya sih Bang, tinggal jawab."

" Abang menyanyangimu sebagai saudara kandung Abang, lbu juga menganggap Janna, sebagai keluarga sendiri," sakit sesakit entah lah.

Belum juga memulai memasuki hati mu Bang, sudah tolak duluan, apa lagi kalau sudah mengutarakan perasaan ku padamu, pasti dianggap bercanda.

" Terus kenapa Abang, gak bolehin Janna, pacaran jikalau Abang, sayang padaku sebagai saudara?" Tanyaku memastikan lagi.

" Tidak boleh pacaran, tidak baik. Cuma hanya rasa sakit yang ada dan belum waktunya," jawabnya sambil memberi pengertian.

" Selalu begitu, kalau ditanya. Emang aku masih anak kecil apa? Saat aku mau mendekati lelaki. Bang Al, selalu ada didepan untuk menghalangi ku tidak dekat dengan lawan jenis," gerutuku dalam hati.

Dari sanalah aku mencoba menggugurkan perasaan ku sebagai sepasang kekasih, dan menyanyanginya sebagai saudara.

" Jangan pacaran, air kencing saja belum bersih cuci,".

" What !"

" Baiklah aku mundur dalam pacaran, dan menunggu calon suami dijemput." Kataku seadanya.

" Kamu kenapa melamun, Jan?" Tanya nya melambaikan tangan dimuka ku.

" Hah, sudah selesai bang?" 

" Sudah dari tadi, tinggal pulang dan menunggu kamu habis melamun, sudah cukup 6 ekor hari ini," jelasnya membuat ku nyengir.

" Hehe.. Abang, bisa saja. Hayuk kita pulang," semangat ku.

Bab_3_Ada tamu

setelah menempuh perjalanan yang menglelah badan terutama hati yang tidak kunjung menemukan tempatnya di hati Bang Aldi, nasib dah.

Alhamdulillah kami dapat ikan sebanyak 6 ekor, 2 kecil 4 yang besar.

"Assalamu'alaikum, Bu..!" Teriakku langsung masuk ke rumah lewat pintu belakang, kalau didepan takut dilihat oleh anak-anak yang lain.

" Wa'alaikum salam Janna, kamu udah pulang. Gimana dalam perjalanan menyenangkan tidak?" Tanynya mengambil ikan hasil tangkapan kami tadi.

" Setengah menyenangkan setengahnya tidak," jawabku.

" Karena ikannya sempat ciumku, Bu" sambungku lagi.

Membuat lbu panti menahan tawa. " Kamu bisa saja Janna, ya udah sana mandi dulu setelah itu shalat dan bantu yang lain didapur, kalau capek tidak perlu dipaksakan istirahat saja," ucapnya lembut sambil tersenyum diakhir.

" Baik Bu dan makasih."

" Iya sama-sama."

Aku tidak terlalu dekat dengan orang lain atau anak panti ini, karena aku lebih nyaman didekat lbu panti serta Bang Aldi,dan aku sudah menganggap nya sebagai keluarga kandung ku sendiri.

Meski aku mencintai Bang Al, aku akan menjaga batasan ku sebagai Abang Adik, meski ia mengaggap ku bercanda dalam ungkapan cinta.

Tapi tidak masalah selama ia selalu ada disaat aku butuhkan dalam keadaan sedih maupun senang.

Walaupun ada dari anak panti yang tidak menyukai ku, akan kedekatanku dengan lbu panti tapi, sudahlah selama tidak membuat masalah. 

" Ibu, tau buku aku ada di ma… ," ucapku terhenti karena ada orang di ruang tamu.

Apa lagi dengan rambutku masih basah, akibat selesai mandi dan sialnya aku tidak terlalu memperhatikan penampilan aku yang asalan.

" Hehe.. maaf ya, salah orang," ujarku langsung pergi, karena melihat tatapan seorang lbu yang tidak menyukai ku.

" Dari atas sampai bawah, kayak diintimidasi didalam penjara saja," delikku.

" Ya ampun Jan.., kenapa penampilan kamu asal- asalan sih."

" Emang orang di ruang tamu itu siapa sih, Bu? Bikin kaget  saja tadi ."

" Nanti lbu ceritakan, sebaiknya kamu ambil cemilan dan air minum yang sudah disiapkan oleh Nita, didapur," katanya sambil berlalu pergi kedepan.

" Baiklah," pasrahku karena penasaran ku belum dijawab maksud kehadiran tamu didepan.

" Nita, sudah selesai biar ak…." 

 " Tidak perlu !" Potongnya

"Sudah cukup kamu mengambil perhatian lbu selama ini, sekarang biar aku yang antar cemilan ini, dasar manja !" Ketusnya berjalan dengan gaya elegan yang dibuat- buat.

" Ini anak kenapa ya?" pikirku.

" Iya nih, sosok an baik rupanya sebaliknya. Ingin menguasai lbu panti seorang diri, cih..! Menj…" sahut teman Nita.

" Hey, kalian ingin apa? Mau pukulan atau tamparan." Keselku memotong ucapan nya.

" Gak usah sok berani deh Lo, karena kami berdua sedangkan Lo sendirian kali ini," senyuman ngejeknya.

" Kalian pikir aku takut tapi salah," aku mengambil panci disana dengan sendok kayu.

" Kalian belum tau kan gimana rasanya  dicium sama panci gosong ini, sekali kena langsung berubah cantik," senyum ku membuat mereka menciut seketika.

" Awas saja nanti kami akan balas, untung ini di rumah lbu," geramnya pergi karena dipanggil lbu, melakukan tugas yang diberikannya.

" Cium dulu panci nya, kasihan loh.. udah  di ditungguin stempel nya disebelah pipi kalian nih," membuat mereka jijik mendengarnya.

" Cium saja sendiri, dasar aneh," ucap mereka masih kedengaran dari jauh.

Enak juga ngerjain mereka meski tidak langsung, emang mereka pikir aku takut dengar gertakan semata karena rasa cemburu akan kasih sayang lbu.

Padahal kasih sayang sama saja, cuma yang bedanya aku tinggal bersama lbu panti dirumahnya, karena aku tidak bisa jauh dari sosok lbu, karena waktu kecil aku sering sakit. Makanya sampai sekarang aku masih disamping lbu, membuat ku tidak ingin menjauh darinya.

" Anak manja, dimana temanku?" Tanya Nita membuat ku kaget tanpa aba-aba datang.

" Bikin kaget saja, mana aku tau. Karena bosan menunggu kamu yang tak jua keluar."Nita mendelik mendengar nya.

" Marah ya, karena bukan kamu yang antar cemilan," ketusnya senang.

" Ogah, marah hal sepele. Malahan aku berterima kasih padamu sudah meringankan bebanku," ucap tak kalah mematahkan semangat nya, untuk membuat ku jatuh.

Membuat mukanya merah dan langsung mengubah ekspresinya senang, meski kesal.

" Sudahlah, yang penting aku tadi sudah melihat pria tampan bersama keluarga kaya raya datang kesini," katanya yang terus berjalan kearah ku, sampai ditelingaku.

Membuat ku berjaga-jaga jikalau Nita melewati batasannya. " Mundur dikit, karena aku masih normal," membuatnya mendelik.

" Kamu pikir aku belok apa?" Marahnya.

Aku hanya mengangkat bahu, tidak tau.

" Kamu….," geramnya yang seakan-akan ingin melahap makanan mentah.

Belum juga mau lanjut ucapan nya Nita, di panggil sama temannya karena penasaran dengan ceritanya saat ia melihat seorang tampan disini.

Membuat ku hampir dimarah sama lbu, karena bukan aku yang mengantar cemilan tadi, dan aku juga memohon pengertian padanya untuk tidak membedakan aku dengan yang lain, karena sama saja dengan mereka tanpa orang tua, masih hidup atau tidak sebuah keluarga impian semua orang.

Entahlah, karena aku tidak terlalu berharap masih ada keluarga atau tidak. Karena aku sudah bahagia ditempat ini.

Meski ada terbesit di dalam hati untuk mempunyai keluarga yang lengkap.

" Hey… bocah," panggil seorang yang begitu asing seasin rasa garam didapur .

" Iya ada apa."sahutku tidak semangat.

" Antarkan saya ke toilet !" Perintah nya seakan-akan aku persuruh nya apa?.

" Lurus aja setelah itu belok nah, nanti akan ada toilet, dan tidak perlu diantar segala seperti bocah," ucapku malas tanggapi orang yang tidak jelas.

Ingin juga menolak nya tapi, lbu panti menyuruh aku mengantar pas ditempat toilet, agar tidak dicium oleh hantu jadi- jadian di bolong hari, dasar anak mama.

" Nih udah sampai, ada lagi atau mau saya temanin didalam," kesalku padanya meski tidak berani melihat ke orangnya yang begitu dingin jika dekat dengan nya.

" Tidak perlu tapi.. " jedanya

 " Siramkan disekitarnya, karena saya tidak ingin sedikit pun ada kuman, jikalau kena baju mahal saya!" 

"What ! Ini bersih loh Pak."bantahku.

' Dasar sombong,' keselku dalam hati.

" Berani bantah atau saya panggil lbu panti." Hah! membuat nyaliku ciut saja.

" Baik-baiklah tukang ngadu seperti anak mama," jawabku pelan.

" Apa kamu bilang?" aku hanya menggeleng tidak ingin memperpanjang masalah kecil. 

Karena aku ingin pergi dari sini, bisa-bisanya membuat ku sesak jikalau lama- lama dengan orang ini.

" Sudah selesai, tidak menyuruh ku sekalian menyiram air kencing anda Pak, nanti?" Tanyaku hati-hati.

" Tidak perlu, karena saya tidak jadi pipis setelah melihat wajahmu," katanya tanpa bersalah.

Dan berlalu begitu saja kedepan dengan senyuman mengejek yang begitu tipis.

" What! Dasar Bapak tua, beraninya ngerjain aku," keselku pelan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!