Agreta sinovas perempuan mudah yang berwajah oriental hidung mancung berkulit putih bersih bak susu, seorang wanita berhati lembut siapapun akan terpesona akan senyum manisnya.dan Agreta selalu tersenyum kepada siapapu.siapaun tidak terkecuali.
Agreta memiliki hidup yang yang sempurna di kelilingi oleh orang -orang yang sangat menyayanginya.para sahabat yang sudah menjadi seperti keluarga. Agreta memang hanya sebatang kara yang di besarkan di panti asuhan.Agreta tak pernah tahu siapa orang tuanya.dan Agreta sendiri tak pernah mencari tahu tentang asal-usul nya. Meskipun demikian Agreta tak pernah kekurangan akan kasih sayang.karena ia di kelilingi oleh orang -orang yang sangat mencintainya.
Patria Sigara seorang laki-laki mudah nan tampan pengusaha mudah yang sukses dalam bisnis properti dan tambang.Patria Sigara digemari kaum hawa dimana pun dia berada akan selalu menarik perhatian para wanita.
Patria Sigara bukanlah seorang pria hidung belang yang memanfaatkan kekayaan,tampang dan kekuasaan.Dan Patria bukanlah pria yang mudah jatuh cinta.itu terbukti dengan banyaknya wanita yang harus patah hati karena nya.sikap dinginnya membuat para wanita yang berusaha mendekatinya hanya mendapatkan sakit hati.
Perkenalan Agreta dan Patria berawal dari sebuah insiden kecil.Tak sengaja mobil Patria menabrak mobil Agreta yang sedang terparkir di sebuah restoran.
Awal mula perkenalan Agreta dan Patria.
Setelah selesai makan siang di sebuah restoran di Jakarta bersama temanya yang bernama Siska.,Agreta menuju tempat parkir mobilnya.tapi apa yang di lihatnya i mobil kesayangan nya sudah penyok di salah satu pintu mobil .tepat di sebelah mobil sudah berdiri sosok pria yang tampan yang sedang kebingungan pria itu menggunakan jas abu-abu dengan wajah kebingungan. Agreta menatap mobilnya dengan wajah binggung.ia hanya bisa menghela nafas panjang. dan alis yang terangkat
"Ini mobil nona!,maaf saya tidak sengaja," ucap laki-laki itu kepada Agreta, setelah dia melihat seorang wanita yang memandangi mobil yang baru saja di ditabraknya. Agreta menjawab hanya dengan anggukan kepala.mengiyakan menandakan bahwa itu memang mobilnya . "Maaf nona,saya tidak sengaja menabrak mobil anda.dan saya pasti akan bertanggung jawab atas kelalaian saya," ungkap Patria dengan sungkan. Patria sudah memasang ancang-ancang bila si empunya mobil akan mengamuk.dia siap untuk marahi bahkan di maki sekalipun.karena dia memang bersalah.terima nasib.
"Tidak apa-apa,saya bisa mengerti." Dengan suara yang lembut dan senyum khasnya Agreta melanjutkan kata-katanya. "Saya akan menelpon bengkel langganan saya biar mobil saya mereka yang urus,anda tidak perlu khawatir!," ujar Agreta lagi.
Patria terdiam sesaat memandang wajah Agreta yang sedang tersenyum ramah kepadanya bukan mengamuk seperti dalam bayangannya, berteriak dan memakinya. Patria merasakan jantungnya bekerja dua kali lipat dari biasanya.ada rasa yang aneh dalam hatinya.rasa yang belum pernah dia rasakan.entah itu apa. "Halo,apa anda baik-baik saja?" tanya Agreta sambil melambaikan satu tangganya di depan wajah pria yang sudah menabrak mobilnya Agreta menatap sang pria yang sedari tadi terdiam.
"Ya,iya saya baik-baik saja." jawab Patria dengan suaranya yang terbata-bata dan senyum yang sedikit kikuk. "Baik nona seluruh biaya perbaikan biar saya yang akan menanggungnya," sambil mengulurkan tangan Patria memperkenalkan dirinya."Saya Patri" ujarnya dengan wajah berusaha senyum Serama mungkin.
Agreta menyabut uluran tangan Patria sambil menyebutkan namanya, "Saya Agreta." Dengan senyum yang tulus.
percakapan mereka pun berlanjut.
"Apa sekarang nona akan pulang? biar saya yang mengantarkan nona pulang." tawar Patria untuk menebus kesalahannya. "Tidak usah, terimakasih kasih,biar saya pulang bersama dengan teman saya.kebetulan sebentar lagi akan kesini " tolak Agreta karena memang benar Siska sahabat Agreta itu masih di dalam restoran tempat mereka makan siang.
"Sungguh saya menyesal jujur saya sedang terburu-buru tadi jadi saya tidak sengaja menabrak mobil anda." Tutur Patria panjang lebar menjelaskan.
Benar saja tak berapa lama terdengar suaranya teriakan khas sahabatnya Siska Muldova. "Ya Tuhan,Geta apa yang terjadi dengan mobilmu? Siapa yang sudah menabrak mobilmu,biar ku hajar orangnya!" Dengan wajah kesal dan sedih Siska melihat kondisi mobil sahabatnya itu yang penyok di salah satu sisi pintu mobil.
Dengan tampang garang Siska menunjuk wajah Patria yang berdiri dekat dengan Agreta,sambil berkata "Kamu pasti pelakunya Iyakan? ngaku kamu!." ujar Siska dengan suara juteknya. Patria kaget melihat Siska baru saja datang dan langsung mengamuk kepadanya.bukan pemilik mobil yang dia tabrak. Patria hanya terdiam tidak mengeluarkan sepatah kata pun untuk membela diri karena memang dia yang salah.
Agreta yang melihat sabatnya yang sedang ngamuk langsung memegang tangan siska dan menenangkannya.
"Sudah-sudah,dia udah ngaku kok dan udah minta maaf," Agreta berusaha membujuk Siska yang lagi ngamuk agar segera diam. "Ngaku dan minta maaf, gitu doang?" ujar Siska lagi, "Dia harus tanggung jawab juga, enak aja cuma minta maaf terus masalah selesai gitu,jangan mau." Ucap Siska yang mulutnya ngga bisa di rem.
"Uda ska." ujar Agreta menyebut nama sahabatnya dengan panggilan nama pendeknya ."SKA" .Siska menjadi Ska.
Siska yang belum puas dengan ocehannya kini hanya diam memandang sahabatnya dengan wajah cemberut dengan bibir yang sedikit maju tiga senti.dan itu membuat Agreta gemas dengan sahabatnya ini, Agreta tersenyum geli melihat tingkah sahabatnya ini. Siska memang seperti ini,ia akan mengeluarkan isi hatinya dan isi kepala nya tanpa berpikir lebih dulu.
"Udah ya marahnya,sekalian kenalan sama orang nya." Agreta membujuk Siska agar tidak sewot lagi. Dengan wajah kikuk Patria mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Siska. "Saya Patria orang yang sudah menabrak mobil teman anda,dan sekali lagi saya minta maaf saya nggak sengaja," ujar Patria dengan tulus dan berusaha menerapkan agar tidak terjadi kesalahpahaman. "Saya Siska,sahabat baik dan terbaiknya Agreta,' ujar Siska, masih dengan wajah cemberut dan bibirnya yang maju tiga senti tak lupa juga suara juteknya. Patria sedikit tersenyum mendengar perkataan Siska.
"Beneran tanggungjawab kamu,awas aja kalo nggak ga!." ujar Siska dengan tatapan sangar kepada Patria. dan sedikit mengancam.
"Kamu Geta jangan terlalu baik sama orang,bisa di salah gunakan dan di manfaatkan!." Siska mengeluarkan kalimat sarkas yang sangat tajam. Patria yang mendengarnya hanya bisa geleng-geleng kepala.
Usai kenalan dengan Patria, Siska mengajak Agreta pulang.karena Siska sudah tidak tahan dengan sengatan matahari yang panas menembus kulit.
"Pulang yuk,kamu aku yang anterin aja ya." ujarnya sambil meraih tangan Agreta.
"Iya, makasih ya ska." sahut Agreta sambil menggandeng tangan Siska.
"Geta jangan kebanyakan senyum entar ada yang naksir."jelas Siska tanpa di kontrol kalimat itu meluncur begitu saja.karena sedari tadi ia melihat Pria itu terus saja memandangi sahabatnya tanpa berkedip.
Patria yang mendengar sindiran Siska langsung berubah ekspresi wajahnya.Wajahnya langsung berubah merah bak kepiting rebus.
"Ampun ni orang,.emang keliatan banget apa isi hatiku?" Patria berbicara sediri dalam hatinya.
"Husss...
Sambil menarik tangan Siska,Agreta memberikan kode dengan mata nya agas Siska melirik pria yang sedari tadi melihat tingkah Siska.tapi Siska bersikap acuh tak acuh. dalam hatinya Siska."Bodoh amat!" Ketika Agreta dan Siska hendak melangkah pergi Patria memanggil Agreta. "Maaf nona Agreta saya boleh minta nomor telpon nona?" Patria meminta dengan nada berharap.
"Mau modus kamu ya!." ujar Siska dengan nada menyidik mata ikutan memicing. mendengar ucapan dari Patria tiba-tiba saja,
"Aiiisssh...saki Geta!" Siska meringis kesakitan setelah mendapatkan cubitan kecil oleh sahabatnya.Agreta menggembungkan pipinya dengan mata melotot bulat sempurna. Agreta mengisyaratkan pada sahabatnya agar tak melanjutkan kalimatnya, meskipun demikian Agreta wajah nya tidak terlihat galak atau sedang marah.
"Bukan itu maksud saya, nanti kalo mobilnya sudah selesai biar saya bisa menghubungi teman anda nona." ujar Patria panjang lebar karena tidak terima di tuduh modus oleh siska.meskipun itu juga salah satu tujuan yang ada di dalam hati Patria karena sudah dari awal Patria melihat Agreta hatinya terus bergejolak tidak menentu.ya inilah cinta pada pandangan pertama.meskipun demikian Patria tidak ingin terlihat kalau dia tertarik pada Agreta di awal perkenalan mereka .Agreta pun memberikan nomor teleponnya karena Patria memiliki alasan yang jelas.
Singkat cerita lewat perkenalan itu hubungan Agreta dan Patria bukan hanya dekat bukan hanya sekedar kenalan tapi sekarang mereka sudah menikah. Tapi bukan hal yang mudah bagi Patria untuk meyakinkan Agreta tentang isi hatinya karena sebelumnya Agreta pernah patah hati.sang matan kedapatan berselingkuh dan itu sempat membuat Agreta jatuh sakit.
Agreta tidak ingin merasakan sakit karena cinta,makanya Agreta lebih berhati-hati.
"Bersambung.....
Karena melihat Agreta segera pergi Patria mencoba memberanikan diri untuk meminta nomor kontak Agreta.
"Maaf nona Agreta saya boleh minta nomor telpon nona! Patria meminta dengan nada berharap.
"Mau modus kamu ya!"
ujar Siska dengan nada menyidik mata ikutan memicing Belum mendengar jawaban dari Patria tiba-tiba saja
"Aiiissh...saki Geta." Siska meringis kesakitan setelah mendapatkan cubitan kecil oleh sahabatnya. Agreta menggembungkan pipinya dengan mata melotot bulat sempurna. Agreta mengisyaratkan pada sahabatnya agar tak melanjutkan kalimatnya.meskipun demikian Agreta wajah nya tidak terlihat galak atau sedang marah.
"Bukan itu maksud saya, nanti kalo mobilnya sudah selesai biar saya bisa menghubungi teman anda nona." ujar Patria panjang lebar karena tidak terima di tuduh modus oleh siska.meskipun itu juga salah satu tujuan yang ada di dalam hati Patria karena sudah dari awal Patria melihat Agreta hatinya terus bergejolak tidak menentu, ya inilah cinta pada pandangan pertama.meskipun demikian Patria tidak ingin terlihat kalau dia tertarik pada Agreta di awal perkenalan mereka .Agreta pun memberikan nomor teleponnya karena Patria memiliki alasan yang jelas.
Singkat cerita lewat perkenalan itu hubungan Agreta dan Patria bukan hanya dekat bukan hanya sekedar kenalan tapi sekarang mereka sudah menikah.
Tapi bukan hal yang mudah bagi Patria untuk meyakinkan Agreta tentang isi hatinya karena sebelumnya Agreta pernah patah hati, sang matan kedapatan berselingkuh dan itu sempat membuat Agreta jatuh sakit. Agreta tidak ingin merasakan sakit karena cinta,makanya Agreta lebih berhati-hati
Dua tahun sudah pernikahan Agreta dan Patria. mereka Pasangan yang sempurna di mata para sahabatnya.Agreta wanita cantik bukan hanya cantik tapi berhati lembut itu berpasangan dengan seorang Patria laki-laki tampan, seorang pengusaha mudah, CEO yang sangat di segani para pengusaha.
Meskipun Sudah dua tahun menikah mereka berdua belum memiliki momongan,dan mereka pun tidak terlalu memikirkan nya untuk itu mereka selalu bersikap santai.karena usia mereka masih terbilang masih mudah.
Setelah menikah dengan Patria Agreta mengundurkan diri dari tempat bekerja di sebuah bank swasta.
karena Patri ingin supaya Agreta fokus mengurusinya. dan Agreta tidak keberatan akan hal itu.justru Agreta merasa senang karena bisa sepenuhnya merawat dan melayani suaminya kapan saja.
Dua tahun pernikahan Agreta dan Patria berjalan dengan baik.mereka terlihat bahagia.sesibuk apapun
Patria selalu meluangkan waktu untuk bisa bersama dengan Agreta.kecuali ada kerjaan yang tidak bisa di tunda Patria orang lain yang di kenalnya menerima sang istri. Bukan Patria tidak percaya kepada istrinya tapi justru takut jika terjadi sesuatu kepada Agreta.
sekali lagi Agreta tak pernah protes atas sikap Patria yang terbilang posesif.
Kemana mana mereka selalu berdua.menghadiri jamuan makan malam atau pesta yang buat para sahabat dan kolega dari Patria.
"Yang,udah selesai belum dandannya kita nanti terlambat!." Patria memangil istrinya Agreta karena hari ini mereka akan menghadiri undangan pernikahan dari siska sahabat terbaik dari Agreta.
"Iya sayang...aku uda siap nih." Jawab Agreta sambil menuruni tangga rumah mereka.
Rumah yang megah bercat putih abu-abu lengkap dengan perabotan mewahnya.rumah dua lantai dengan tangga yang berbentuk setengah lingkaran yang pinggirannya terdapat ukiran kayu nan cantik.
Patria terpaku melihat penampilan istrinya yang terlihat mempesona dan luar biasa cantiknya.menggunakan dress panjang melekat indah membentuk sempurna di tubuh istrinya, Agreta Sinovas Gaun panjang berwarna hijau lumut sangat kontras dengan kulit Agreta yang putih bak susu.
Agreta yang melihat tampang suaminya yang hanya diam mematung itu pun langsung bertanya, "Jelek ya penampilan ku?" tanya Agreta dengan wajah memerah.
"Hah...nggak kok kamu cantik sekali sayang,sempurna." jawab Patria.
Membuat wajah Agreta tersenyum indah,meskipun ini bukanlah pujian pertama yang di berikan oleh suaminya.
Tepat di sebuah hotel berbintang Agreta dan Patria melangkah masuk sambil bergandengan tangan, seolah-olah takut terpisahkan. Ketika mereka berdua masuk ke dalam ballroom banyak mata yang langsung tertuju ke arah mereka., ada yang tersenyum bahagia ada pula tatapan iri dari para wanita wanita yang ingin bersama dengan Patria.
Siska yang melihat kedatangan Agreta langsung menghampirinya. kebetulan ia sedang bersalaman dengan tamu lainnya dan mereka berdua pun langsung berpelukan. Siska terlihat sangat bahagia di hari pernikahannya.
"Wah .. Geta kamu cantik sekali,sama seperti biasanya!" dengan senyum sumringah Siska memuji penampilan Agreta sahabatnya itu.
"Ska kamu juga sama terlihat sangat cantik saat ini, selamat ya untuk pernikahan mu semoga bahagia selalu." Ucap tulus dari Agreta untuk sahabatnya Siska. "Akhirnya kamu bisa meluluhkan hati Dean Ska,sekali lagi selamat ya." ujar Patria kepada Siska. sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan tentunya.
Dean Antoni adalah pemilik dari Angel Agensi atau sering kali di sebut doble A.. Doble A tempat para model- model cantik dan berkelas.bukan hanya wanitanya yang cantik tapi model prianya pun di seleksi secara ketat.
"Kalian tahu perjuangan ku untuk meluluhkan hati suami ku ini tidaklah mudah,aku harus merayunya mati-matian agar menerima hatiku." Siska berceloteh seperti biasa dan Dean yang kini sudah resmi menjadi suaminya Siska hanya tersenyum malu melihat tingkah istrinya.
Agreta dan Patria memberikan kado pernikahan kepada Siska dan Dean yaitu paket bulan madu. Siska sangat girang kado yang di berikan oleh sahabatnya.
Sementara disisi lain di ruang acara itu terdapat segerombolan wanita wanita. Cantik.Ya mereka adalah gadis-gadis model yang bernaung di Doble A rumah model milik Dean.suami dari Siska. "Anggie..apa kamu tahu siapa pria itu?" tanya seorang wanita dalam kelompok itu sambil menunjuk ke arah Patria dengan menggunakan bibirnya yang di majuin dan alis yang sedikit terangkat.
Anggie langsung memalingkan kepalanya mencari sosok yang di maksud oleh temannya.
"Yang mana?" tanya Anggie karena belum mengerti sosok yang di maksud oleh temannya itu.
"Itu tuh yang lagi bersama pengantin!"Jawab Furre.
"Oh..yang itu."Jawab Anggie percaya diri." Jelas saya tahu siapa dia,dia adalah Patria CEO dari perusahaan Eco cooperite, pria tampan,mapan dan kaya raya siapa yang tidak mengenal nya." Tutur Anggie panjang lebar.
"Wow ternyata kamu mengetahuinya." Jawab salah satu wanita.. "Tapi sayang sudah menikah dan dengar-dengar pria itu sangat mencintai istrinya itu.
"Jangan sebut namaku Anggie kalo aku tidak bisa menaklukkan hati pria itu!." ujar Anggie spontan.
"Gila kau!." seru Yuke salah satu teman dari Anggie. "Jangan macam-macam Anggie, jangan bermain dengannya pria itu,dia itu bukan pria sembarangan bisa habis kamu!" Tutur Yuke mengingatkan Anggie. Anggie hanya tersenyum simpul dengan sejuta makna di dalamnya
"Pria mana yang bisa menolak kecantikan ku?" Ujar Anggie penuh percaya diri. "Aku pasti bisa menaklukkan hatinya, lihat saja nanti!." sambung Anggie sambil menaikan kedua alisnya.
Yuke sahabat Anggie hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar ucapan Anggie.
"Aku sudah mengingatkan mu." Tutur Yuke kembali memperingati sahabatnya itu. "Setidaknya aku sudah mengingatkan mu dari awal Anggie!," Timpal Yuke lagi karena merasa nasehatnya di abaikan.
"Jangan menyesal bila terjadi hal buruk padamu!." Yuke kembali berujar.
Bersambung..
.
Tiga bulan sejak pernikahan Siska, semuanya berjalan seperti biasanya.
Agreta dan sang suami masih tetap terlihat mesra seperti sebelum-sebelumnya.wajah bahagia selalu tergambar jelas di wajah Agreta dan Patria
Hari ini Agreta dan Patria sudah janjian makan siang bersama di sebuah restoran. Agreta mengenakan baju berwarna cream sangat menyatu dengan warnah kulitnya yang putih mulusnya. Model baju yang di kenakan nya terbilang sederhana tapi kesederhanaan itu justru menambah kecantikan Agreta. Dan saat ini Agreta sudah berada di dalam cafe tersebut menunggu suaminya datang.
Ada beberapa pria yang selalu melirik ke arah Agreta seolah terhipnotis oleh kecantikannya.mereka beberapa kali berbisik-bisik membicarakan Agreta.
Sikap mereka para pria itu hanya di balas senyum ramah oleh Agreta.
Agreta sudah terbiasa dengan hal semacam ini.
Agreta menuggu kedatangan suaminya dengan duduk manis di pojok kanan ruang restoran bergaya prancis itu.
Drt..drt...
Telepon Agreta bergetar dengan cepat Agreta menjawab panggilan di telponnya setelah membaca tulisan di layar handphone.
"Halo yang aku sudah di dalam,kamu dimana,? ok aku tunggu ya." Agreta langsung menutup telponnya. Tidak lama kemudian di pintu masuk restoran terbuka,seorang pria tampan masuk ke dalam restoran itu.gayanya yang cool memancing mata pengunjung restoran tersebut.
Banyak pasang mata yang bertujuh ke arah pintu masuk restoran terutama mata para kaum hawa. Tatapan kagum dan ingin memiliki pria yang baru masuk itu terlihat jelas dari sinar mata wanita-wanita itu.
Agreta segera melambaikan tangannya kepada pria tampan yang baru saja masuk ,dan pria tampan itu langsung tersenyum pria itu adalah suaminya. Patria. Dengan senyum yang indah Patria menghampiri sang istri dan mengecup kening Agreta.
Para pria yang sedari tadi melirik Agreta langsung mengusut hatinya setelah tahu gadis incarannya ternyata sudah memiliki pasangan. Sedangkan para wanita yang masih memandangi Patria menatap iri melihat Agreta yang notabene pemilik pria tampan itu.
Tidak jauh dari kursi tempat mereka duduk Anggie dan kelompoknya sedang duduk menikmati makan siang mereka.Tiba-tiba Furre berceloteh " Anggie katanya kamu mau menaklukkan hati pria itu, mana? sampai sekarang kamu tidak ada pergerakan sedikitpun." Furre bertanya kepada Anggi dengan tawa seolah mengejek.Anggie yang mendengarkan ocehan Furre mendadak panas.
Karena Anggie tahu Furre sengaja mengejeknya.
Furre dan Anggie memang berteman,tapi di balik pertemanan mereka terselip persaingan yang tidak baik.mereka berdua tidak bisa terang-terangan menunjukan permusuhan dan persaingan,karena mereka sama-sama saling menyimpan kartu as lawannya. Selain itu mereka bernaung di agensi yang sama.sunggu tak baik jika satu agensi tahu permusuhan mereka.
Antara Anggie dan Furre menjalin pertemanan palsu, ketika sedang kumpul bareng dengan teman-teman model lainnya Baik Anggie atau pun Furre akan bersikap layaknya seorang teman baik.tapi jika hanya tinggal mereka berdua,maka Anggie dan Furre akan bersikap seolah tak saling kenal.melebih orang asing. "Lihat saja,sebentar lagi rencana ku akan berjalan dan kalian tinggal tunggu saja dan lihat apa yang akan aku lakukan." dengan sedikit tersenyum Anggie menutup kalimatnya.
Diam -diam sejak hari pernikahan siska Anggie sudah menyusun rencana dengan sangat matang bagaimana menghancurkan pernikahan Pria incarannya.dan pria incarannya itu adalah Patria Sigara.
Anggie sudah bertekad apapun akan dilakukannya untuk mendapatkan Patria,bukan hanya untuk dirinya tapi juga untuk menunjukan kepada Furre tentang kehebatannya menggoda pria-pria incarannya. Anggie saat ini hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk melakukan rencananya.
Anggie tersenyum bahagia seolah-olah kemenangan sudah di raih oleh nya.
Patria dan Agreta menikmati waktu makan siang mereka dengan sangat bahagia.mereka berdua saling berbagi makanan.dan itu terlihat sangat mesra membuat iri yang melihatnya.
Setelah selesai makan Patria kembali ke kantor nya, karena urusan kerjaan nya masih menumpuk.Sedangkan Agreta langsung pulang ke rumah. Agreta tidak ingin keluar rumah tanpa ijin atau di dampingi oleh suaminya.jika suaminya tidak bisa menemaninya maka akan ada orang lain yang mendampinginya.kalo bukan Sahabat nya Ska pasti di gantikan oleh si mbo. Di dalam sebuah ruangan yang luas bergaya minimalis modern Patria sibuk dengan dokumen yang bertumpuk di atas meja kerjanya.
Terkadang Patria terkadang tenggelam dengan pekerjaannya yang tida habisnya.jika sudah demikian maka sekretarisnya yang selalu mengingat Patria soal waktu.
Tok tok...
Pintu ruangannya di ketuk.
"Masuk." Ujar Patria
"Maaf pak." sapa sekertaris Patria, Jeje .
Jeje adalah sekretaris dari Patria yang sudah bekerja selama 4 tahun di perusahaan Eco coorporite.perempuan yang selalu berapakah rapi dan tertutup berbeda dari sekretaris yang biasa di jumpai di kantor- kantor perusahannya lainnya, yang sekretaris nya selalu berpakaian kurang bahan alias minim.entah apa karena bahanya memang kurang atau salah potong bahan. dan itu membuat Patria jengah melihatnya.
Dengan alasan inilah Patria nyaman memiliki sekretaris seperti Jeje,rajin dan smart, hasil kerjanya selalu memuaskan.Patria tidak perlu meminta dokumen-dokumen kantor karena tanpa meminta sekretaris nya Jeje sudah menyiapkan lebih dulu.
"Ya..Jeje ada apa?" tanya Patria tanpa basa-basi. dengan kepala masih tertuju layar komputernya.
"Ini pak ada paket buat bapak" ujar Jeje
Sambil meletakan paket tersebut di meja bossnya.
"Apa itu?!" tanya Patria
"Saya kurang tahu pak apa isinya,tidak ada nama pengirimnya." Jeje menjelaskan paket yang baru saja dia terima dari resepsionis .
"Ya sudah ,kamu boleh kembali ke tempat mu," ujar Patria.
"Baik pak saya permisi dulu."
sang sekretaris pergi meninggalkan ruangan bossnya sambil memikirkan apa isi paket tersebut karena ini baru pertama kali bossnya menerima paket tanpa nama pengirimnya.
Patria yang penasaran dengan paket tanpa nama itu dia pun segera membuka paket itu setelah sekretarisnya menutup pintu. Seketika Patria memucat dengan apa yang di lihatnya.tangganya langsung mengepal erat sampai memutih sorot matanya berubah menjadi tajam dengan aura mengerikan kemarahan jelas terlihat dari raut wajahnya.
"Apa yang kau lakukan Agreta,apa yang kau perbuat di belakang ku?" ucap Patria dalam hatinya.
Dalam diam Patria berusaha meredam kemarahan dan rasa cemburunya dalam dirinya Patria mencoba tenang berusaha berpikir positif bahwa apa yang di lihatnya hari ini adalah ulah orang iseng saja. Perlahan lahan Patria menenangkan pikirannya,isi paket yang di terimanya hari ini Patria menyimpannya dalam lemari kerjanya. Tapi di sisi lain Patria tidak langsung memercayai sepenuhnya apa yang barusan di lihatnya.
Patria menyelidiki dan mengawasi Agreta secara diam -diam.
Setelah satu Minggu dari hari di mana Patria menerima paket misterius itu,Patria selalu memperhatikan Agreta. dia menjadi lebih posesif.Patria lebih rajin menelpon istrinya menanyakan istrinya lagi di mana,sedang apa dan dengan siapa.Dan Patria lebih sering vidio call dengan Agreta untuk memastikan bahwa Agreta sedang tidak berbohong.
Patria berhasil meyakinkan dirinya bahwa itu hanyalah ulah orang iseng yang ingin menghancurkan rumah tangganya.tapi di dalam hatinya Patria selalu bertanya siapa pelakunya,apa motifnya. Selama itu penyelidikannya Patria tidak menemukan kejanggalan pada sikap istrinya.semuanya berjalan seperti biasanya. Agreta selalu berpamitan dan meminta ijin jika hendak keluar rumah dan jika sang suami tidak bisa menemaninya maka Agreta akan pergi dengan di temani oleh orang yang di kenal baik oleh Patria.dan semua kegiatannya Agreta selalu memberikan kabar kepada Patria tanpa Patria bertanya,dan hal itu sudah menjadi kebiasaan Agreta.
Bersambung.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!