NovelToon NovelToon

Kenapa Harus Menikah?

Takdir berkata lain

"Segala sesuatu yang jatuh cinta akhirnya terhapus, kenangan dan hanya kenangan yang menetap. Mengapa hidup membuat kesendirian ceritanya juga tidak lengkap. Sekarang aku tidak bisa minum air mata ini, luka di hati ini saja tidak bisa di jahit. Kerinduan pada hati tidak pernah meninggalkan hari, kegilaan luka ini terjadi setelah kau pergi. Oh Tuhan... dunia mana itu dimana agar tidak ada gema teriakan." Jerit hati seorang gadis yang bernama Adis Saputri berusia 22 tahun.

Setelah di tinggal pergi oleh Ayahnya yang saat itu Adis masih duduk di bangku kelas 3 SMA. Ayah Adis meninggal karena sakit yang di deritanya. Padahal saat itu Adis sudah mendekati kelulusan nya tapi apa boleh buat takdir berkata lain.

Sekarang Adis bekerja di sebuah perusahaan, dia bekerja sebagai office girl karena Adis hanya tamatan SMA. Adis juga tidak ingin memberatkan sang Ibu keluarga satu-satunya yang ia miliki. Ibunya hanya seorang tukang jahit rumahan yang mana penghasilan nya tidak menentu, untuk itulah Adis tidak mau meneruskan pendidikannya di bangku kuliah karna biaya yang sangatlah mahal. Bisa makan sehari-hari saja Adis dan sang Ibu sudah bersyukur.

"Ibu.. Adis sudah selesai sarapan, Adis berangkat kerja dulu ya." Pamit Adis pada sang Ibu sembari memasukkan kotak bekal makan siangnya ke dalam tas.

"Iya, hati-hati ya Nak.. bekerja yang rajin." Ucap Ibu Sari mengelus lengan sang putri.

"Iya Ibu, Assalamu'alaikum." Kata Adis seraya mencium tangan Ibunya.

"Wa'alaikumsalam." Jawab Ibu melihat putri satu-satunya yang sudah keluar rumah dan berlalu dari hadapannya.

"Maaf kan Ibu Nak.. kamu harus menanggung beban berat keluarga ini setelah kepergian Ayahmu." Lirih Ibu berkata seorang diri.

Sebenarnya Ibu juga kasihan melihat Adis yang bekerja keras membanting tulang untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Semenjak lulus SMA Adis sudah melamar pekerjaan pernah ia bekerja di sebuah toko baju yang lumayan besar waktu itu tapi hanya setahun saja karena sang pemilik tiba-tiba memutuskan untuk pindah tempat yaitu ke luar kota. Adis juga diajak tapi Adis menolak sebab ia tidak mau meninggalkan Ibunya seorang diri.

"Semoga kedepannya kehidupan kita lebih baik lagi." Do'a Ibu Sari.

Ibu Sari membersihkan piring bekas makan. Lalu mulai menjahit baju-baju dari pelanggan yang selalu setia menjahit di tempatnya. Ibu bersyukur meskipun tidak banyak tapi setiap hari selalu ada saja orang yang mempercayakan pakaiannya untuk dia jahit. Karena Ibu Adis ini orangnya sangat teliti dan hasilnya juga tidak pernah mengecewakan sehingga para pelanggannya merasa puas dengan hasil jahitan Ibu.

***

"Selamat pagi Pak Satpam?" Sapa Adis ramah setelah sampai di tempat kerjanya menyapa security yang di perkirakan berumur 40 tahunan.

"Pagi juga Neng Adis.. mesti Neng Adis ini datangnya selalu awal dari jam yang di tentukan." Jawab Pak Satpam tersebut.

"Hehe.. Iya Pak, saya takut terlambat nanti bisa-bisa kena teguran dari pihak kepala kebersihan." Ujar Adis sambil tertawa kecil.

"Iya lebih baik begitu Neng agar pekerjaan kita tetap aman." Kata Pak Satpam lagi.

"Ya sudah saya masuk dulu ya Pak?" Kata Adis yang mana langsung di angguki kepala oleh Satpam tersebut.

Adis pun mengisi absen terlebih dulu kemudian menaiki lift lalu menekan tombol lantai 7 dimana ia bertugas untuk membersihkan tempat tersebut. Adis juga bertugas membersihkan ruangan pemilik perusahaan ini. Sebelumnya Adis sudah di wanti-wanti oleh kepala bagian kebersihan untuk bekerja dengan bersih jangan sampai ruangan pemilik perusahaan tersebut masih meninggalkan noda kotor. Dan Adis langsung mengangguk patuh sesuai perintah.

Ceklek

Tiba-tiba suara pintu terbuka dari luar. Adis yang sedang membersihkan kaca jendela menghentikan aktifitasnya sebentar, lalu menoleh ke belakang melihat siapa yang masuk. Adis dibuat terkejut melihat orang yang ada di hadapannya saat ini.

"M-maaf Tuan s-saya belum selesai membersihkan ruangan anda." Ucap Adis dengan takut karena yang masuk ternyata pemilik ruangan ini sang atasan yang sudah datang.

"Hemm." Jawab Bima hanya dengan deheman lalu berjalan ke kursi kerjanya.

Adis langsung meneruskan kegiatannya agar cepat selesai karena dia tidak ingin berlama-lama berada di ruangan hanya berdua saja dengan sang atasan.

Bima yang sudah duduk di kursi kebesarannya memperhatikan Adis yang sedang membersihkan kaca. Gadis berkerudung itu terlihat serius sekali dalam kegiatannya dia juga tidak tampak lirik-lirik pada dirinya. Biasanya kebanyakan pegawai wanita di sini akan mencari perhatian kepada Bima.

Tapi Adis berbeda dengan gadis lainnya yang suka curi-curi pandang pada lawan jenis, malah kebalikannya Adis akan merasa risih jika sampai ada laki-laki yang mendekatinya.

"Tuan saya sudah selesai membersihkan ruangan ini, saya permisi mau keluar." Pamit Adis dengan sopan setelah membereskan alat bersihnya.

"Sebelum kamu pergi bisakah kamu buatkan saya kopi, tapi jangan terlalu manis." Kata Bima dengan wajah datar memandang Adis yang saat ini sedang menunduk di hadapannya.

"Bisa Tuan akan saya buatkan kalau begitu." Jawab Adis mengangguk lalu keluar dari ruangan Bima.

"Jadi dia yang selalu membersihkan ruanganku? Baru kali ini aku melihatnya." Monolog Bima kemudian mengecek semua berkas-berkas yang belum ia selesaikan kemarin.

Di ruangan pantry yang ada di lantai 7 ini, Adis melihat Mbak Yuni salah satu senior cleaning servis sedang mengaduk teh untuk beberapa pegawai yang sudah datang dan meminta untuk di buatkan teh hangat.

"Pagi Mbak Yuni?" Sapa Adis sambil tersenyum.

Mbak Yuni menoleh lalu tersenyum pada Adis. "Pagi juga, mau buat apa Dis?" Tanya Mbak Yuni.

"Mau buat kopi Mbak untuk Tuan Bima." Jawab Adis mengambil cangkir di rak.

"Tumben Pak Bima jam segini sudah datang." Ujar Mbak Yuni heran pasalnya saat ini masih jam setengah delapan.

"Kurang tahu juga Mbak." Jawab Adis mengendikkan kedua bahunya sambil mengaduk kopi panasnya.

"Aku tinggal dulu ya Mbk, sudah selesai ini kopi yang aku buat." Kata Adis meninggalkan Mbak Yuni sambil membawa nampan berisi secangkir kopi.

"Iya." Jawab Mbk Yuni mengangguk.

Adis mengetuk pintu sebelum ia masuk.

Tok.. Tok..

"Masuk." Sahut suara dari dalam. Adis langsung membuka pintu dan mendekat ke arah Bima meletakkan secangkir kopi di meja kerjanya yang tadi di minta oleh laki-laki tampan ini.

"Ini Tuan kopinya." Kata Adis.

Bima hanya berkata 'Iya' tanpa melihat Adis karena sedang fokus mempelajari beberapa berkas yang ia baca. Adis juga langsung keluar setelah meletakkan kopi tersebut.

Bima yang tadinya fokus pada lembarannya tidak menyadari jika Adis sudah keluar dari ruangannya. Dia celingukan mencari keberadaan Adis.

"Cepat sekali dia keluar." Gumam Bima lalu meminum kopi buatan Adis.

"Enak juga kopi buatannya." Ucapnya lagi.

.

.

.

Bersambung...

Respon aneh tubuh

Jam istirahat makan siang pun tiba. Adis dengan teman-teman lainnya menuju Musholla kantor untuk menunaikan sholat Dzuhur. Setelah itu mereka bergegas untuk makan siang di kantin.

"Kamu bawa bekal makan siang lagi Dis?" Tanya Anis teman seprofesi Adis sebagai office girl juga. Setelah duduk di kursi kantin.

"Iya, aku harus berhemat lagi. Pengeluaran bulan ini cukup banyak." Jawab Adis dengan tersenyum lalu membuka kotak bekalnya.

"Iya, sekarang apa-apa serba mahal. Aku sampai pusing dengan harga-harga yang sedang naik." Sahut Sekar menimpali.

"Tapi lebih enak kamu karena kamu masih punya orang tua yang lengkap masih ada Ayah juga. Sedangkan aku harus bekerja banting tulang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari." Lirih Adis mengingat Ayahnya yang sudah tiada empat tahun yang lalu.

"Sudah Dis, jangan di ingat-ingat terus agar kamu tidak bersedih lagi" Ujar Sekar mengelus lengan Adis yang duduk di sampingnya.

"Semangat Adis." Ucap Anis menyemangati Adis agar tetap semangat menjalani hidup di tengah ekonomi yang menghimpit.

"Iya." Jawab Adis menganggukkan kepalanya seraya tersenyum.

"Kamu mau makan apa biar aku pesankan sekalian." Kata Anis bertanya pada Sekar.

"Soto aja deh sama es jeruk." Jawab Sekar.

"Ya sudah aku juga sama kayak kamu, pesan soto sama es jeruk." Sambung Anis kemudian berdiri memesan makanan pada petugas kantin lalu ia suruh antar ke mejanya. Tidak lama pesanan mereka sudah datang.

"Terima kasih." Jawab Anis dan Sekar bersamaan.

"Eh Dis, tadi aku dengar Pak Bima sudah datang ya, saat kamu belum selesai membersihkan ruangannya?" Tanya Anis sambil mencampur nasi ke dalam sotonya.

Adis mengangguk. "Iya, aku sampai takut karena tidak biasanya dia datang lebih awal." Jawab Adis lalu menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

"Ah, sayang sekali kenapa tidak aku saja yang bertugas di ruangannya biar bisa melihat wajah tampannya itu setiap hari." Ujar Anis dengan ekspresi yang di buat sedih.

"Huh, jika kamu yang membersihkan ruangan itu, bisa-bisa ruangan itu tidak akan bersih masih banyak debu yang bertebangan." Canda Sekar.

"Hihi..." Tawa cekikikan Sekar dan Adis. Anis langsung mengerecutkan bibirnya.

"Dari pada kamu." Sinis Anis tidak terima.

"Saat kamu melihat wajah tampannya Pak Bima gimana perasaan kamu, apa berdebar-debar tuh hati?" Tanya Anis lagi dengan jahilnya pada Adis.

"Enggak biasa aja kalian kan tahu sendiri gimana aku?" Jawab Adis di sela-sela makannya.

"Kenapa bisa gitu ya Dis.. bila di dekati cowok kamu akan merasa marah lalu kayak ilfil juga." Tambah Sekar merasa aneh dengan reaksi Adis bila ada salah satu pegawai laki-laki yang menggodanya maka Adis akan menatap tajam pada laki-laki tersebut dan seketika amarahnya akan keluar.

Dan seketika juga nafas Adis akan naik turun setelah di dekati oleh laki-laki tersebut ya meskipun hanya sebuah candaan tapi tubuh Adis akan merespon lain. Jika sudah begitu maka Adis akan beristighfar untuk meredakan amarahnya agar tidak sampai terjadi.

"Aku juga tidak tahu." Lirih Adis.

"Apa itu seperti sebuah syndrom atau apa ya, jika melihat reaksi kamu." Ujar Anis menatap Adis dan Sekar bergantian.

"Sudah-sudah tidak usah membahas hal itu lagi." Kata Sekar setelah melihat raut wajah Adis.

"Maaf ya Dis.. aku tidak bermaksud." Jawab Anis tidak enak hati. Adis hanya menampilkan senyuman saja.

Mereka pun tidak membahas hal aneh dalam diri Adis lagi, lalu mulai menghabiskan makanannya. Adis sebenarnya sudah tidak berselera makan tapi ia tetap melahap makanannya agar tidak mubadzir karena ia juga butuh tenaga untuk bekerja lagi.

"Alhamdulillah kenyang.." Ucap Anis setelah sotonya habis.

"Iya kenyang banget aku." Timpal Sekar kemudian.

"Setelah ini kita bekerja lagi." Jawab Adis dengan semangat.

"Haha..." Tawa kecil mereka bertiga.

Kini mereka sudah berpencar dalam bertugas karena Adis berada di lantai tujuh sedangkan Anis dan Sekar berada di lantai lima.

***

Saat Adis sudah di lantai tujuh tiba-tiba Mbak Yuni menyuruh Adis untuk membuat kopi lagi buat Pak Bima dan Adis pun mengangguk tanda menyetujui. Ia pun segera ke pantry.

Tok.. tok..

"Masuk." Suara Bima dari dalam.

"Permisi Tuan ini kopi yang anda minta." Ucap Adis masuk lalu berjalan ke meja kerja Bima.

"Taruh di situ." Jawabnya singkat menunjuk meja kerjanya. Adis dengan pelan-pelan meletakkan kopi buatannya agar tidak mengenai lembaran-lembaran kertas yang berserakan di meja.

"Dan tolong kamu bereskan buku-buku yang ada di lemari itu karena saya tidak sempat merapikannya dan harus sesuai dengan tahun terbitnya." Perintah Bima.

"Baik tuan." Jawab Adis cepat.

"Ini kenapa berantakan sekali?" Batin Adis geleng-geleng kepala melihat buku-buku yang sudah tidak beraturan lagi di lemari.

Adis pun dengan semangat membereskan buku-buku tebal itu lalu ia atur sesuai dengan tahun terbitnya sesuai titah sang pemilik.

"Aduh." Tiba-tiba kepala Adis kejatuhan salah satu buku tebal.

Bima menoleh saat Adis mengaduh sakit. "Kenapa?" Tanya Bima.

"Ini Tuan kepala saya kejatuhan buku." Jawab Adis dengan cengiran menunjukkan buku itu pada Bima.

Bima geleng-geleng kepala melihat Adis. "Hati-hati karena buku itu semuanya tebal-tebal." Jawab Bima datar.

"Iya Tuan." Jawab Adis lalu melanjutkan lagi menata bukunya, lima belas menit kemudian Adis selesai menata bukunya.

"Apa ada lagi Tuan yang harus saya kerjakan?" Tanya Adis sekalian jika ia harus ada di ruangan ini.

"Kebetulan saya belum makan siang, tolong kamu belikan saya makanan di kantin kantor apa saja yang penting saya kenyang." Kata Bima.

"Uangnya Tuan." Adis menadahkan tangannya pada Bima.

"Ah iya." Bima pun membuka dompetnya lalu mengeluarkan uang berwarna merah lalu memberikannya pada Adis.

"Ini, jangan sampai lama karena saya sangat lapar." Kata Bima lagi.

Adis mengangguk lalu berjalan keluar dengan cepat, menekan tombol lift lantai empat menuju kantin. Setelah membeli seporsi soto daging beserta nasinya Adis langsung ke ruangan sang atasan tapi sebelum itu ia ke pantry dulu untuk menuangkan kuah sotonya ke dalam mangkuk sehingga sang atasan bisa menyantapnya.

Setelah mengetuk pintu Adis meletakkan semangkuk soto dan piring di meja sofa.

"Tuan saya belikan soto daging silahkan di makan." Kata Adis.

Bima beranjak dari kursi kerjanya lalu berjalan ke sofa untuk makan karena perutnya sudah sangat keroncongan. Adis masih berdiri di depan meja sofa menunggu Bima untuk selesai makan agar nantinya ia tidak bolak-balik untuk mengambil piring bekas makan.

"Tolong ambilkan air di dalam kulkas." Perintah Bima, Adis dengan sigap menuruti lalu menaruhnya di meja. Hanya butuh sepuluh menit Bima sudah selesai makan.

"Alhamdulillah." Ucap Bima selesai makan.

"Ini Tuan uang kembalian nya." Kata Adis memberikan uang kepada Bima.

Bima hanya menaikkan sebelah alisnya menatap Adis.

.

.

.

Bersambung...

Bayar hutang

Semua karyawan kantor sudah mulai berhamburan untuk pulang. Begitu juga dengan Adis dia berdiri di halte menunggu bus yang akan di tumpanginya untuk pulang. Setelah sepuluh menit menunggu akhirnya bus berhenti di depannya Adis dan penumpang lainnya berdesak-desakan masuk ke dalam bus tersebut. Tiga puluh menit bus berhenti di halte di persimpangan jalan dekat rumah Adis dan dia pun turun setelah membayar.

"Assalamu'alaikum Bu." Ucap salam Adis memasuki rumahnya.

"Wa'alaikumsalam." Jawab Ibu dengan memasang kancing baju, Adis pun mencium tangan sang Ibu lalu duduk di samping Ibunya kemudian menyandarkan tubuhnya yang lelah.

"Nak.. tadi Bu RT datang kemari dia menagih hutang, kita di suruh untuk melunasinya sekarang juga." Ucap Ibu Sari dengan hati-hati.

Adis menghela nafas dalam. "Adis masih belum gajian Bu, harus menunggu dua minggu lagi." Tutur Adis pelan.

Adis bingung dari mana ia dapat uang untuk melunasi hutangnya pada Bu RT sedangkan gajinya masih lama itu pun hanya setengahnya saja untuk bisa melunasi hutangnya. Jika harus di bayar semuanya nanti bagaimana dengan kebutuhan lainnya?

"Maaf ya Nak.. Ayahmu tiada dengan meninggalkan banyak hutang." Ujar Ibu Sari dengan perasaan bersalahnya karena ia tidak dapat membantu banyak hanya mengandalkan mesin jahit saja hasilnya juga tidak seberapa.

"Ibu jangan khawatir pasti kita akan dapat solusinya." Jawab Adis dia berusaha untuk tersenyum agar sang Ibu tidak bersedih.

"Hutang kita tidak sedikit lho Nak.. apa kamu akan meminjam lagi pada teman kerjamu?" Ibu mencoba bertanya karena Adis juga masih punya hutang pada temannya.

"Sudah Ibu tenang saja biar itu menjadi urusan Adis, Adis akan mencoba meminta pada bagian keuangan untuk mencairkan gaji Adis terlebih dahulu." Katanya.

Meski Adis juga ragu apa boleh jika ia meminta uang gajinya yang belum cair untuk bisa di ambil besok. Tapi jika tidak bisa Adis harus minta tolong pada siapa? meminta bantuan pada Sekar juga tidak mungkin karena Adis masih punya hutang pada Sekar sekitar tiga jutaan. Itu pun juga Sekar berbaik hati padanya agar tidak terburu-buru untuk mengembalikan uangnya.

"Hah.. aku tidak tau harus apa Ya Allah.." Batin Adis lirih.

"Bu.. Adis ke kamar dulu ya mau mandi." Ucapnya.

"Iya, Ibu juga sudah masak tadi jika kamu sudah lapar." Ujar Ibu Sari melanjutkan memasang kancing di baju pelanggannya.

Adis memasuki kamar dengan langkah yang berat. Cobaan dari Tuhan datang bertubi-tubi padanya, setelah lulus SMA dia harus bekerja keras untuk menutup semua hutang almarhum Ayahnya yang kala itu untuk biaya berobat juga untuk biaya rumah sakit. Sebenarnya Adis adalah gadis yang ceria tapi semenjak di tinggal pergi oleh Ayahnya Adis lebih suka mengurung diri di dalam kamar.

Bahkan setelah bekerja pun ia hanya di rumah saja jarang sekali untuk pergi jalan-jalan atau sekedar shoping bersama teman-temannya. Adis sama sekali tidak berminat karena baginya ia harus bisa mendapatkan uang yang banyak agar segera bisa melunasi semua hutang-hutangnya.

Adis merebahkan tubuhnya di kasur yang sedikit sudah usang, lihatlah untuk mengganti kasur saja dia tidak bisa tapi bagi Adis itu tidak masalah tujuannya besok adalah memohon pada bagian keuangan untuk bisa mendapatkan gajinya.

***

Di kediaman mewah seorang laki-laki yang berumur 30 tahun dia juga baru saja pulang dari kerjanya. Dia merebahkan tubuh kekarnya di ranjang yang berukuran besar.

"Lelah sekali aku hari ini." Gumamnya sambil memandangi langit-langit kamarnya.

Kemudian dia beranjak untuk masuk ke kamar mandi membersihkan tubuhnya yang sudah lengket. Dua puluh menit kemudian ia keluar dengan handuk yang melekat di pinggangnya menunjukkan perut ratanya yang berotot hasil setiap harinya ia berolahraga. Mengambil pakaian yang ada di lemari lalu memakainya kemudian ia turun ke lantai satu untuk makan malam bersama orang tuanya.

"Ayo kemari Nak kita makan malam bersama." Ajak sang Mama setelah melihat putra semata wayangnya menghampiri nya di meja makan.

"Kemana Papa Ma.. kok belum terlihat?" Tanya Bima pada sang Mama yang saat ini menghidangkan makan malam bersama salah satu Art.

"Papamu masih di kamar sebentar lagi juga akan turun." Jawab Mama Desi.

"Selamat malam semuanya." Ucap Papa kemudian bergabung dengan istri dan anaknya.

"Malam juga Pa." Jawab Bima dan Mama Desi bersamaan.

"Wah, harum sekali masakan Mama." Seperti biasa Papa Adi akan selalu memuji masakan istrinya.

"Iya dan Papa harus makan yang banyak." Ucap Mama Desi mengambilkan nasi beserta lauk pauknya ke dalam piring sang suami.

"Haha.. dan nanti perut Papa malah jadi buncit Ma." Canda Papa Adi.

"Tidak apa-apa lagian Papa juga sudah tua." Sahut Mama bercanda.

"Biarpun sudah tua tapi Mama masih cinta banget kan sama Papa.." Gombal Papa Adi pada istrinya.

"Iya Mama masih cinta sama Papa karena Papa adalah suami Mama dan juga ladang cuan Mama." Jawab Mama Desi dengan memberikan senyuman pada suaminya, Mama Desi ini orangnya suka bercanda.

"Kalian ini selalu saja bersikap romantis di hadapanku." Sambung Bima yang jengah dengan kedua orang tuanya.

"Ada yang iri Ma dengan keromantisan kita." Ledek Papa pada sang putra.

"Makanya kamu harus segera menikah agar tidak jomblo terus dari lahir." Mama Desi juga tidak kalah dalam ikut-ikutan meledek.

"Belum saatnya." Jawab Bima enteng lalu mulai makan tidak menggubris lagi dengan orang tuanya.

Papa dan Mama juga mulai menikmati makan malamnya. Setelah itu mereka kini berkumpul di ruang keluarga melihat sinetron kesukaan sang Mama walaupun Bima sendiri sangat tidak suka dengan tontonan yang Mamanya nikmati hampir setiap malam.

"Gimana dengan urusan pekerjaanmu?" Tanya Papa pada Bima.

"Semuanya lancar Pa." Jawab Bima dan Papa hanya mengangguk-angguk saja.

"Nak.. Mama punya teman sekolah waktu SMA dulu, dia itu punya putri yang saat ini sudah besar lho.." Tiba-tiba Mama bersuara setelah asyik dengan sinetronnya.

Kening Bima mengkerut tidak mengerti dengan ucapan sang Mama.

"Maksud Mama apa?" Bima bertanya tidak paham.

"Gini lho.. maksud Mama itu Mama mau mengenalkan kamu pada seorang gadis. Nanti kapan-kapan kita ke rumah gadis itu, kamu mau kan? Jangan sampai nolak itu tidak bagus!" Pungkas Mama dengan memaksa.

Bima hanya menghela nafasnya dalam.

"Haha.. jadi Mama mau menjodohkan putra kita ini dengan anak teman Mama?" Sahut Papa bertanya menurutnya ini sangat lucu.

"Iya Pa.. Mama takut anak kita ini akan menjadi bujang lapuk karena kelamaan menjomblo." Celetuk sang Mama.

"Hush, Mama ini masa sama anak sendiri di katakan bujang lapuk." Ucap Papa tidak terima, Mama hanya nyengir saja.

.

.

.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!