NovelToon NovelToon

Paket Cinta Sang Embun

Buaya Betina

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Langkah kaki seorang gadis cantik di universitas internasional selalu saja membuat semua mata memandangnya, entah itu wanita maupun pria.

Namanya Embun RaLiana Rahardian Wijaya, keturunan keluarga konglomerat yang tak di ragukan lagi harta dan tahtanya. Ia yang lahir dua puluh tahun lalu sebagai anak, cucu dan cicit pertama perempuan tentu di jadikan Ratu oleh Phiu, PapAy dan Appanya, tiga pria yang selalu memanjakan nya dengan limpahan kasih sayang.

"Pagi, Sayang" sapa seorang laki-laki dengan kemeja biru lautnya saat Embun baru saja masuk kedalam kelas.

"Hem" sahut Embun hanya berdehem kecil.

"Pulang nanti kita jalan ya" ajak si laki-laki tadi yang kini sudah duduk saling berhadapan dengan Embun.

Embun yang memiliki kecantikan diatas Rata-rata ternyata memiliki banyak kekasih, tak hanya dua atau tiga tapi...

"Kayanya gak bisa, aku mau jalan sama Mike, pacarku yang Ketiga, jadi berhubung kamu pacarku yang ketujuh jadi mohon mengalah, Ok sayang" jawab Embun dengan santainya.

Buaya betina...

Itulah julukan untuk sang Ratu Rahardian. Tak cukup memiliki satu kekasih, ia akan menerima siapapun yang mengajaknya berpacaran asal sesuai dengan kriterianya. Bukan hanya tampan, kaya dan pintar tapi juga harus sabar, sabar di selingkuhi.

"Lalu denganku kapan, Sayang?"

"Nanti ku lihat jadwal kencan ku lagi, jika ada yang kosong aku akan menghubungimu, Ok"

Embun yang selalu bersikap Santai akhirnya di tinggalkan begitu saja oleh kekasih ke tujuhnya yang kadang ia sendiri lupa siapa yang pertama, kedua dan seterusnya.

.

.

.

Menjelang makan malam Embun sampai di rumahnya. Sudah ada Mhiu dan Phiu sebutan untuk orangtuanya yang menunggu di ruang makan.

"Makan dulu, Sayang" tawar Biru, Mhiu Embun yang masih saja terlihat nampak cantik karna bentuk tubuhnya yang mungil, tak jarang keduanya di sebut kakak dan adik oleh orang-orang yang tak tahu atau pertama kali melihat mereka.

"Aku habis makan malam sama Mike, aku temenin kalian aja ya" tolak nya halus saat melihat sang adik tak turut serta di meja makan.

"Mike ya mana, Bul?" tanya Samudera, Phiu Embun. Seorang pria berstatuskan putra mahkota Rahardian Grup itu menatap bingung putri sulungnya.

"Cucunya Om Irwan, yang kesini pake MoGe" sahut Embun dengan mulut penuh kerupuk.

"Oh, yang itu. Terus yang kemarin malam kesini siapa?" tanya Sam lagi.

"Itu Hans"

"Hans, sekertaris Tuan Muda Sagu?" tanya Biru.

"Eh, bukan! Hans yang ini pacar ke.... ke berapa ya? Bul juga lupa" cetusnya, awalnya ia berusaha mengingat tapi setelahnya ia justru acuh.

Samudera dan Biru hanya bisa menggelengkan kepala. Tak pernah terbersit dalam benak mereka jika sang putri akan memiliki banyak kekasih.

Sudah sering kali Biru memperingatkan tapi Embun hanya tersenyum simpul seakan masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan.

Bul-Bul cuma mencari yang terbaik dari yang baik. Kalian tenang saja, aku tak akan melakukan hal di luar batas.

Dirasa makan malam sudah usai, sang Ratu pun meminta izin untuk naik ke lantai atas menuju kamarnya yang luas mewah bernuansa girly.

Cek lek.

Embun membuka pintu dengan sedikit keras, tubuhnya begutu lelah karna aktifitasnya hari ini, mulai dari kuliah hingga jalan-jalan bersama Mike, pria yang tadi mencoba melamarnya dengan sebuah cincin berlian saat di restoran khas salah satu negara.

Geng Cetar

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Tring..

Satu notifikasi masuk kedalam ponsel keluaran baru milik Embun yang pastinya unlimited edition dan hanya segelintir orang yang punya. Jangan tanyakan harganya karna sudah pasti membuat orang akan menelan salivanya kuat-kuat.

@GenkCetar.

*Shena

[ Bul, besok shoping yuk ada diskonan nih ]

*Rista

[ Gue mau nyalon ]

*Embun

[ Gak deh, gue bingung mau beli apaan ]

*Shena dan Rista

[ 🤣🤣🤣🤣🤣 ]

Embun melempar ponselnya, tanpa ia shoping pun terkadang ia sudah di belikan lebih dulu, entah itu tas, baju, sepatu, atau ponsel. Ia yang menjadi Ratu Rahardian tentu menjadi kesayangan semua orang. Sampai waktu beranjak malam Embun terlelap terbuai mimpi tanpa membersihkan diri lebih dulu.

.

.

Ketukan pintu di pagi hari pun membuat gadis itu bergeliat kecil, ia yang tertidur tanpa selimut sempat mengigil saat waktu subuh menjelang.

"Iya, tunggu" sahut Embun dengan suara serak khas bangun tidur.

Cek lek.

"Pagi cantik, cepat bersihkan dirimu karna papAy sudah menunggu di ruang makan" ucap Hujan, nenek Embun yang biasa di panggil MiMoy.

"Tapi Bubuy masih ngantuk, Moy" rengek manja Embun yang malah berhambur memeluk Hujan.

"Cuci muka saja kalau gitu, cepat ya sayang"

Embun akhirnya pasrah dengan perintah sang Nyonya besar Rahardian di rumah utama. Tak ada yang berani membantahnya karna wanita itu lah yang kini berkuasa dan memegang kendali keluarga besar Rahardian Wijaya.

Embun masuk kembali ke kamarnya, langkah kaki malasnya kini tertuju pada Bathroom tempat untuk membersihkan diri. Luas dan mewah tentu itu yang ada dalam benak orang yang pertama kali masuk kedalamnya.

Tubuh tinggi putih nan polos itu kini sudah berdiri di bawah guyuran air shower yang begitu dingin, ia sengaja tak berendam karna sudah di tunggu untuk sarapan pagi oleh semua anggota keluarga.

.

.

.

"Pagi semua" sapa Embun sambil mencium satu persatu pipi orang-orang terkasihnya.

"Pagi, juga sayang" sahut semua secara berbarengan tapi tidak dengan Rainerly.

Rainerly adalah adik satu-satunya Embun yang biasa di panggil Bum-Bum. Ia seorang anak laki laki yang begitu manja dan sangat menempel pada Mhiunya. Semua yang di inginkan akan ia dapat dengan mudah asal nilai pelajarannya sempurna. Itu salah satu syarat yang di berikan Phiu dan Mhiunya pada sang putra yang kini masih duduk di bangku sekolah menengah atas namun sudah di warisi perusahaan Rahardian Group sejak dalam rahim.

"Kenapa? kok gak jawab sapaan kakak" tanya Embun, ia melihat adiknya itu malah sedang mengacak-acak sarapannya.

"Pusing" jawab Si tampan.

"Ulangan?" tanya Embun lagi yang di jawab gelengan kepala.

"Lalu?"

"Pengen pacaran, kak!" cetus Air, papAynya yang sedari tadi menahan tawa.

Kini semua mata tertuju pada pria yang tingkah dan ucapannya selalu membuat kesal atau gelak tawa. Pertanyaan pun muncul dari masing-masing kepala tentang benarkah yang di katakan Tuan besar Rahardian tersebut.

"Pacarannya nanti ya, Sayang. Kalau udah lulus sekolah. Sekarang belajar aja yang rajin, Ok" rayu Biru. Wanita cantik itu terus mengusap kepala putra bungsunya dengan begitu lembut.

"Kak Buy boleh, malah banyak banget" jawab Rain dengan memutar bola matanya malas.

"Kakak kan lagi milih, mana yang baik, pinter, ganteng,mapan dan pastinya kaya, gitu kan Phiu?" tanya Embun pada Samudera yang langsung menarik napas sambil memijit pelipisnya.

.

.

Hem... tanya mak Othor aja sana....

Malaikat

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Sarapan selesai, kini saatnya semua kembali pada aktifitas masing-masing. Samudera dengan kesibukannya di kantor, Air dengan hobynya karna tak lagi mengurus perusahaan, Hujan masih dengan segudang kegiatan sosialnya dan Biru hanya dirumah tanpa melakukan apapun kecuali mengurus anak dan suami, sedangkan Rain sudah pergi kesekolah.

"Pay... " panggil Embun dari belakang saat menghampiri Air di gazebo.

"Bul, sini sayang" sahut pria baya yang masih terlihat tampan dan rupawan. Tubuhnya kian berisi karna rajin olahraga.

"Buy mau liburan ya" pintanya manja pada sang kakek, Embun bagai kan reinkarnasi putrinya yang telah tiada saat dalam kandungan sang istri. Apapun pria itu berikan untuk cucu perempuan satu-satunya itu.

"Kapan, kemana?" tanya Air sambil mengusap kepala Embun dalam pelukannya.

"Saat libur semester nanti, ke LN, gimana?"

"Negara mana yang belum kamu kunjungi, Sayang?" Ledek Air sembari terkekeh.

"Ada tiga yang jadi pilihan, Buy belum tahu pasti kemana yang penting izin dulu sama papAy" ucap Embun.

"Yakin cuma izin?"

"Haha, izin buat abisin uang papAy juga dong"

"Hem, kan?! ya sudah atur saja kemana dan kapan kamu pergi tapi jangan mendadak karna papAy juga harus urus orang orang yang akan menjagamu selama liburan" kata Air.

Masalah penjagaan, Embun tak bisa protes karna itu akan membuang waktu dan tenaganya karna sudah sejak kecil ia hidup dalam penjagaan yang super ketat.

Sebagai anak perempuan, Embun cukup tahu diri jika ia memang harus di lindungi kapanpun dan di manapun berada. Ia tentu sudah terbiasa akan hal itu meski terkadang juga risih dan iri dengan teman-temannya yang bisa bebas tanpa banyak nya pasang mata yang menatap kearahnya.

.

.

Hari ini Embun memilih bolos kuliah, entah kenapa ia begitu enggan untuk datang ke gedung bertaraf internasional yang tak sembarangan orang bisa masuk universitas tersebut.

Ia baringkan tubuh langsing putihnya itu di tengah ranjang dengan ponsel di tangannya.

"Hari ini harusnya semua paket aku dateng" gumamnya sambil mengecek salah satu aplikasi belanja online Langganannya.

Senyumpun terukir di sudut bibirnya mana kala ada satu notifikasi pemberitahuan jika semua barang pesanannya sedang dalam perjalanan.

Embun yang tak pernah melakukan pembayaran menggunakan sistem COD tentu membuat pengiriman jauh lebih cepat, apalagi barang yang di pesan bukan satu atau dua bahkan sering lebih dari dua puluh item.

Merasa bosan karna hanya berguling di kamar iapun bergegas untuk keluar dan turun ke lantai bawah. Tujuannya kali ini adalah ke pos satpam depan gerbang. Butuh waktu beberapa menit dari pintu utama ke tempat tersebut.

"Siang, pak Karim" sapa Embun sopan pada salah satu penjaga rumah utama.

"Siang, Non. Ada apa ya? kok gak telepon?" kata pria itu sedikit gugup yang malah membuat Embun terkekeh kecil.

"Gak ada apa-apa, cuma iseng aja. Buy mau nunguin paket Buy dateng, duduk disini boleh gak?" izinnya pada pak Karim. Dari semua keturunan Rahardian tak ada satupun yang pernah bersikap seenaknya pada ART, pelayan, penjaga, hingga supir. Semua harus sopan dan ramah apalagi jika ke yang lebih berumur.

"Boleh, Non. Silahkan masuk saja sini. Disitu panas"

"Haha iya, panas ya" sahut Embun sambil mengusap lengannya sendiri.

Embun yang baru saja mau masuk di kagetkan dengan bunyi klakson sepeda motor dari balik pagar besi hitam yang menjulang tinggi. gadis itu berbalik badan dan berjalan mengekor di belakang pak Karim yang membuka pintu gerbang kecil.

"Pak, biar Buy aja yang samperin, kayanya itu kurir paket"

"Oh, baik Non" ucap Pak Karim.

Embun tersenyum sambil sedikit menunduk kan kepalanya saat lewat di depan pak Karim, ia terus berjalan santai menghampiri sebuah sepeda motor yang penuh dengan beberapa barang di jok belakangnya.

"Assalamu'alaikum, saya kurir paket. Saya kirim barang atas nama Embun" ucap pria tinggi putih dengan wajah yang begitu tampan dan teduh namun tegurat lelah disana.

"Mbak, saya mau kasih barang atas nama Embun" pria itu mengulang ucapannya.

.

.

.

Sejak kapan MALAIKAT jadi kurir paket?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!