NovelToon NovelToon

Trapped Love Twins R

01. TLTR

Senja mulai redup akan berganti kemerlap bintang dihiasi kelap-kelip lampu Kota Sicilia, Italia. Pejalan kaki sudah tampak memenuhi jalanan kota tersebut.

Salah satu Restoran Pizza dimana dua orang pria membuat janji bertemu. Dua pria dengan wajah nyaris sama namun memiliki profesi dan sifat yang berbeda.

"Ayolah, brother. Kamu selalu membantuku, bukan?" bujuk sang adik.

"Ck. Kamu selalu saja begini. Kalau tak suka bilang saja. Kenapa harus melibatkan aku?" decih sang kakak karena menjadi anak panah bila sang adik tak suka kepada wanita yang hendak dikencani.

Sang kakak, Raymond Amadeo mende sah kasar melihat wajah memohon sang adik tak lain kembaran nya, Raynold Amadeo.

"Baiklah. Ini untuk terakhir kali," tutur Raymond mengalah.

Raynold bangkit langsung mendekati kemudian memeluk Raymond dengan erat kakak kembarannya.

"Oh shiit! jauhkan tubuhmu dariku, perayu ulung," sentak Reymond menyeramkan.

Reynold terkekeh seraya kembali duduk. "Aku sudah menyiapkan Jet pribadi ke Milan. Kalian akan bertemu di Cafe de Flore,"

Reymond melotot mendengar nama kota yang sangat jauh dari Sicilia. "Sial. Aku seperti pria sewaan," ucap Reymond sengit.

"Bagaimana bisa korban mu selanjutnya berada jauh disana?" imbuh Reymond kembali dengan suara sinis.

"Dari aplikasi cari jodoh. Fotonya kurang menarik, aku gak suka!"

Mata Reymond membola. Selalu alasan kurang menarik maka dirinyalah yang akan memutuskan hubungan mereka dengan menyamar sebagai Reynold pastinya.

"Jam berapa berangkat?" tanya Reymond datar.

"Satu jam lagi. Jet pribadi sudah siap lepas landas, hanya menunggumu saja."

Tanpa menjawab, Reymond bangkit meninggalkan Reynold.

Reymond Amadeo adalah anak tertua dari pasangan Ja'far Amadeo dan Rania Angelina. Memiliki kembaran bernama Reynold Amadeo. Dunia mengetahui jika ia tewas bersama kedua orang tuanya dalam kecelakaan saat ia berumur lima belas tahun.

Setelah kejadian itu, Reymond berubah menjadi pria dingin, irit bicara, dan kejam. Dendam lah yang merubahnya menjadi seperti ini. Tetapi dari sifatnya yang kejam, ia begitu menyayangi sang adik, Reynold Amadeo.

Sang Asisten pribadi lantas bungkuk hormat kemudian membuka pintu mobil ketika Reymond mendekat, setelahnya barulah mobil itu jalan membelah jalanan.

Reymond melepas topi dan kacamata yang dikenakan nya tadi. "Ke Bandara, sekarang."

Alex sang Asisten Pribadi Reymond melirik ke center mirror melihat sang Bos hendak bicara kembali atau tidak. Setelah dirasa tak ada lagi suara yang akan di keluarkan sang Bos, Alex segera menghubungi salah satu anak buahnya menyiapkan beberapa bodyguard selama mereka berada di Milan.

"Tak perlu sebanyak itu, Lex!" tutur Reymond tanpa mengalihkan pandangan di luar jendela kaca. Entah apa yang tengah dipikirkan, hanya dirinyalah yang tahu.

"Maaf, Tuan."

Sesampainya di Bandara, Reymond kembali memakai topi dan kacamatanya serta penutup kepala dari jaket yang dikenakan nya. Pintu mobil dibuka Alex seraya menunduk hormat ketika Reymond sudah keluar dari mobil.

"Apa ada keperluan khusus selama anda disana, Tuan?" tanya Alex setelah mereka sudah berada di dalam pesawat jet pribadi milik Reynold.

"Aku ingin pakaian yang biasa saja selama disana," ucap Reymond namun wajahnya mendadak kesal.

Bagaimana tidak? untuk pertama kali menuruti kebiasaan sang adik begitu jauh perjalanan. Walau semua keperluan difasilitasi oleh Reynold, namun tetap saja merasa sebagai pria sewaan.

Padahal jika harus menunjukkan kekayaan, dirinya lebih kaya daripada sang adik.

"Kabari aku jika telah sampai," ujar Reymond melangkah menuju kamar tanpa mendengar sahutan dari Alex.

...****...

Milan, Italia.

Di salah satu Toko kue dan es krim, Camelia Bakery. Tampak dua orang tengah berbincang. Seperti biasa, sang sepupu akan selalu menjahili sepupu perempuan nya ini.

"Sudah tua tapi favorit nya es krim," olok Dean, sepupu Elysia.

"Biarin, yang tua itu kamu bukan aku. Aku masih dua puluh dua tahun. Sedangkan, kamu? dua puluh tujuh tahun, sudah tuir. Kayak nya anu kamu perlu di periksa," ucap Elysia gamblang.

Dean menganga mendengar ucapan Elysia tanpa rasa malu itu. Ia pun menyentil kening Elysia karena merasa gemas.

"Pikiran kamu itu. Jangan bicara begitu dengan pria lain. Apalagi besok kamu ada kencan buta kan? hati-hati, aku gak bisa temeni!"

"Iya. Aku begini juga karena ulah kalian dulu sering ajak aku main. Ivy saja gak pernah dibolehin sama Om Nazeef. Kakak gak lupakan? pernah ajakin aku agar ke Kampus kalian karena ada cewek yang ngejar-ngejar kalian? tapi cuma Kak Daren yang nanggapi karena dia itu playboy," tutur Elysia polos membuat Dean mendekap mulut gadis itu.

Jika saja diteruskan maka akan terbongkar semua kelakuan Dean, Daren, Edzard, dan Aaron sekarang juga.

Ya, Elysia Putri Abraham. Anak kedua dari pasangan Qenan Abraham dan Nadira Fazilla Zahrifa. Terlahir sebagai putri pertama di keluarga bahagia itu membuatnya di manja. Sangat berbeda saat mendidik Edzard kala itu.

Elysia tumbuh menjadi gadis yang manja, baik hati, lemah dan lembut. Namun di balik sifat tersebut, ada sifat mandiri yang melekat dalam dirinya.

Seperti sekarang, Elysia berada jauh dari negara kelahiran dan orang-orang tersayang. Dan disinilah ia memilih Italia sebagai tempat tinggalnya. Tidak ada alasan penting memilih kota Milan selain hobi dan profesi sebagai pelukis.

"Eemm, le-pasin kak."

"Berjanjilah untuk tak membahas masalalu," desis Dean dibalas anggukan oleh Elysia.

Elysia menghela nafas kasar dengan memanyunkan bibir. "Menyebalkan. Aku mau pulang dulu."

Ia mengambil tas selempang kemudia mendekat pada Dean juga sudah berdiri. Keduanya saling berpelukan kemudian keluar bersama setelah Dean membayar tagihan.

...****...

Keesok malam hari. Dengan langkah malas Elysia melangkah mendekati Cafe de Flore tempat pertemuan dengan pria asing.

Desah kasar terdengar karena ini bukan keinginannya, melainkan hukuman kekalahan atas taruhan oleh Dean. Dan hukuman nya adalah harus pergi kencan buta.

"Astaga. Betapa teganya Kak Dean padaku. Bagaimana jika pria itu tua atau jelek?" gerutu Elysia kemudian bersuara kembali. "Bagaimana kalau dia banci atau guy? Aagghh.. Aku gak sanggup bayanginya," kata Elysia menutup wajahnya setelah itu barulah melangkah masuk ke dalam Cafe.

Tiba di dalam Cafe, Elysia celingukan mencari seseorang yang hendak ditemui. "Pakai jaket hitam, celana hitam, topi hitam. Astaga, apa dia habis melayat?" gumam Elysia membaca pesan penampilan seseorang itu.

Itu dia, gumam Elysia ketika netra menangkap sosok yang di cari.

Elysia menarik kursi di hadapan pria itu kemudian duduk tanpa di persilahkan. "Maaf, ya. Telat!"

Pria itu membuka kacamata, seketika pandangan bertemu. Keduanya tak berkedip seolah tengah menyelami arti tatapan mereka.

*Mata itu?

Akhirnya aku menemukanmu.

❤️

Bersambung*..

02. TLTR

Sudah hampir setengah jam Reymond menunggu gadis yang hendak di kencani Reynold lalu meninggalkan gadis itu begitu saja. Tetapi lihatlah, gadis itu bahkan belum menampakkan batang hidungnya.

Untuk kesekian kali Reymond menghela nafas panjang dan kasar karena sudah sangat lama sekali menunggu. Ini adalah pertama kali dirinya menunggu seseorang dengan sabar, demi menuruti perintah sang adik.

"Sialan. Memang harus di tolak mentah-mentah. Apa dia gak malu mengajak kencan pria?" gerutu Reymond kesekian kali. Apalagi saat ini bertemu dengan orang asing di tempat umum seperti ini.

"Apa anda membutuhkan sesuatu, Tuan?" tanya Alex melihat sang Bos sudah merasa tidak nyaman. Ia sendiri merasa geram pada gadis yang akan di temui Bos nya sangat terlambat.

...****...

Reymond diam menatap seorang gadis masuk ke dalam Cafe. Matanya memicing setelah cukup lama memerhatikan wajah gadis itu, serasa tak asing. Bahkan ia begitu mengingat wajah cantik gadis itu.

"Maaf, ya. Telat!" ucap gadis itu seraya duduk tanpa dipersilahkan.

Ada binar bahagia ketika melihat Gadis di depannya. Ingatannya kembali pada masa lima tahun lalu.

Aku menemukan mu. gumam Reymond seraya melepas kacamatanya.

Reymond hanya mengangguk. Satu alisnya terangkat ketika gadis di depannya mengulur tangan sambil memberi kode mata melirik tangan itu agar disambut olehnya.

Untuk pertama kali Reymond menerima jabat tangan dari seorang wanita. Dan itu membuat Alex dan dua orang anak buahnya melotot tak percaya.

"Elysia," ucap Elysia tersenyum manis.

Reymond mengangguk dengan raut wajah datar. "Reymond," ucapnya membuat Alex bangkit mendekatinya.

"Tuan," tegur Alex namun Reymond mengacungkan telapak tangan ke udara agar Alex tak mengatakan apapun.

"Oh, nama kakak Reymond?" tanya Elysia karena Dean mengatakan namanya Dean dan profil di aplikasi cari jodoh itu memakai kacamata, makanya ia dengan mudah mengenal Reymond saat masih memakai kacamata.

Sekali lagi Reymond tidak menjawab karena merasa bingung atas pertanyaan dari Elysia. Apakah Reynold tidak menerakan nama di aplikasi itu?

Sial.

Reymond merutuki sang adik karena seperti kurang kerjaan. Padahal Reynold sama sepertinya, Pemimpin Perusahaan. Bahkan dirinya lebih sibuk.

"Iya, namaku Reymond!" jawab Reymond.

Elysia menatap mata Reymond kemudian menggeleng kecil. Tidak ada yang mengeluarkan suara setelah pesanan mereka terhidang.

"Kakak hanya kopi?" tanya Elysia sembari menyeruput cokelat panas kesukaannya. Makanan di atas meja adalah pesanannya, ia memakan dengan lahap tanpa jaim di depan Reymond.

Reymond hanya mengangguk membuat Elysia mencebik bibir lalu memotong salah satu roti lalu menyuapkan kearah Reymond.

Menurut Elysia, menyuap makanan ke orang lain adalah hal wajar karena ia sering melakukan itu kepada Edzard, Dean, Aaron, dan Daren. Keempat pria tampan itu selalu menjadi bagian orang yang akan ikut memakan makanan jika sedang bersama.

Tetapi berbeda dengan Reymond. Selama ini hidup sendiri, jauh dari saudara kembarnya. Memang ia hidup dikelilingi banyak harta, banyak anak buah. Namun, tidak dengan perhatian dari seseorang.

Hati Reymond berdesir, degub jantung bertalilu ketika mata kedua nya bertemu dan Elysia memberi isyarat lewat mata agar ia membuka mulut.

"Enakkan?" tanya Elysia ketika suapan roti darinya telah berpindah ke dalam mulut Reymond.

Reymond hanya mengangguk karena mulutnya dipenuhi potongan roti lumayan besar dari Elysia. Entah mengapa ia menjadi salah tingkah seperti ini, bahkan sangat jelas wajahnya memerah tersipu di depan Elysia.

Tingkah laku Reymond tak luput dari pengawasan Alex dan kedua anak buah mereka, Thomas dan Jerius. Atau sering dipanggil Tom dan Jerry.

"Kenapa Bos berbeda?" tanya Tom tetap pandangan ketiganya terjurus kearah Reymond yang masih terlihat salah tingkah ketika Elysia menyuapi lagi dan lagi.

Jerry mengedikkan bahu sedang Alex masih memandangi dengan wajah datar. Menjadi tangan kaki Reymond tentu saja mengerti apa yang sedang dirasa Tuan nya itu. Tetapi justru itu yang tidak boleh terjadi. Akan sangat berbahaya jika gadis dihadapan Tuan nya berhubungan apalagi menjalin kasih.

"Tuan lucu juga seperti itu kan, Tom?" celetuk Jerry dijawab Tom dengan anggukan. Tetapi tidak, Alex langsung menatap keduanya dengan tatapan tajam membuat Tom dan Jerry itu menelan saliva dengan kasar.

...***...

"Kakak asli, Milan?" tanya Elysia setelah menghabiskan makanan nya.

Reymond menggeleng.

Sepertinya Elysia sudah merasa kesal karena Reymond tak kunjung buka suara. Hanya anggukan atau gelengan saja. Ia pun memilih bangkit,berdiri, mengambil tas selempang hendak melangkah ke meja kasir. Namun tangannya sudah di cekal oleh Reymond.

"Kamu mau kemana? kenapa wajahmu terlihat kesal?" cerca Reymond menghentikan langkah Elysia. Ia merasa tak rela berpisah pada Elysia padahal tujuan utama Reynold meminta Reymond bertemu Elysia agar tak berhubungan lanjut dari kencan buta ini.

Sedang di meja lain dimana tiga orang bagai penjaga menatap tak percaya apa yang dilakukan Reymond terhadap Elysia.

Elysia ditanya seperti itu bertambah kesal. Reymond sama persis kakaknya, Edzard.

Sangat tidak peka.

Tetapi kemudian Elysia tersadar. Ini adalah pertemuan pertama, mungkin. Pasti Reymond tak akan mengerti apa yang dirasanya.

"Aku mau bayar pesanan kita tadi, kak!" elak Elysia.

"Sudah dibayar. Kamu sudah mau pulang?" tanya Reymond. Padahal ia ingin menahan Elysia lebih lama tetapi hati, pikiran, dan mulutnya sedang tak sinkron saat ini.

"Eh. Iya kak," entah mengapa Elysia merasa salah tingkah dan merasa nyaman karena cekalan tangan Reymond belum juga dilepas.

"Ah. Maaf, aku gak sengaja."

Keduanya salah tingkah. "Mau aku antar?" tanya Reymond namun Elysia menolak.

"Gak perlu, kak. Apartemen ku dekat dari sini," tolak Elysia ketika mereka sudah diluar Cafe.

Reymond hanya diam saja tetapi langkah kaki nya mengikuti Elysia. Sebelum terlalu jauh, ia memberi isyarat pada ketiga bawahan nya untuk tidak mengikutinya.

"Kenapa kakak ikuti, Elys?" tanya Elysia melambat langkahnya.

"Hanya ingin mengantarmu," sahut Reymond santai dengan wajah datar namun mata tajam dibalik kacamata hitam itu terus memerhatikan Elysia.

"Kamu bukan asli Milan, bukan?" tanya Reymond memulai obrolan. Sesuatu yang tak pernah dilakukan oleh seorang Reymond sebelumnya.

"Ya. Aku dari Indonesia. Punya empat kakak laki-laki dan satu adik perempuan," sahut Elysia tersenyum.

"Kenapa memilih tinggal disini?"

Elysia menoleh kearah Reymond. Tanpa curiga atau hal lain, ia menjawabnya secara terbuka. Entahlah, padahal Elysia termasuk orang yang tertutup pada orang yang baru saja dikenalnya.

"Awalnya aku ada di Paris. Pindah kesini karena ingin saja. Bisa jadi pindah ke lain tempat," sahut Elysia.

Elysia banyak bercerita dan Reymond menjadi pendengar budiman. Seperti sepasang kekasih yang saling berbagi cerita, dan si wanita yang ingin di dengar.

Langkah Reymond melamban ketika kecurigaan nya semakin menunjukkan kebenaran.

Reymond langsung menarik Elysia ke dalam dekapan ketika dua orang hendak menyerang kearah mereka.

"Kurang ajar," umpat Reymond emosi karena mereka menyerang Elysia bukan dirinya.

BUGH

BUGH

Reymond hanya dapat mengelak dan menangkis menggunakan satu tangan karena satu tangan lagi masih mendekap Elysia yang sudah terisak.

CREES

"Akhhh," ringis Reymond setelah salah satu dari dua orang itu berhasil mengiris telapak tangannya.

"Ka-kak," suara Elysia bergetar mengetahui tangan Reymond terluka.

Sedang Reymond masih menatap duanorang yang menjauh itu dengan tatapan tajam dan mematikan.

Tentu saja Elysia tak melihat tatapan mengerikan itu karena fokus pada tangan Reymond yang berdarah.

"Maafin Elys, kak."

❤️

Bersambung..

03. TLTR

CREES

"Akhhh," ringis Reymond setelah salah satu dari dua orang itu berhasil mengiris telapak tangannya.

"Ka-kak," suara Elysia bergetar mengetahui tangan Reymond terluka.

Sedang Reymond masih menatap duanorang yang menjauh itu dengan tatapan tajam dan mematikan.

Tentu saja Elysia tak melihat tatapan mengerikan itu karena fokus pada tangan Reymond yang berdarah.

"Maafin Elys, kak." ucap Elysia dengan suara lirih dan bergetar. Ketakutan akan masalalu nya terbayang kembali jika menyaksikan kekerasan seperti tadi apalagi orang yang melindunginya terluka.

Ivy mencari sapu tangan di tas yang selalu di bawanya kemudian melilitkan ke telapak tangan Reymond untuk menyumbat darah itu mengalir.

"Ayo ke Apartemen ku, kak. Aku akan mengobati luka kakak. Seharusnya jangan lakukan tadi," ucap Elysia lirih.

"Jadi, harus diam saja saat mereka ingin mencelakaimu?" tanya Reymond mengikuti langkah Elysia. Sebenarnya ia sangat tahu bila dua orang tadi menyerang Elysia karena adanya dirinya.

"Bukan begitu," sahutnya seraya membuka pintu Apartemen nya.

"Kakak tunggu disini, aku ambil obat dulu."

Reymond hanya mengangguk. Sebenarnya, setelah penyerangan tadi ingin sekali mengejar dua orang itu untuk membunuhnya. Tetapi melihat Elysia menangis ketika mengkhawatirkan luka ditangan nya, niatnya menjadi urung. Hatinya tersentuh melihat Elysia menangis padahal luka di tangan nya tak begitu parah.

Ia sudah terbiasa dengan luka seperti ini. Bahkan lebih dari ini pernah dialaminya.

Netranya memindai seisi Apartemen sederhana. Hanya ada ruang tamu, dapur dan ruang makan menjadi satu, ada dua pintu yang ia yakini itu adalah kamar.

Ia bangkit ketika melihat foto menggantung yang menarik perhatian nya. Di ambil ponsel lalu memotretnya. Melihat foto itu, menjadi keyakinan nya sangat kuat. Elysia lah gadis manis dari masa lalu nya.

"Kak," panggil Elysia membuat Reymond berbalik.

"Maaf sudah lancang melihat foto kamu," ucap Reymond langsung di tanggapi Elysia dengan senyuman.

Menurutnya tak masalah jika hanya di lihat asal jangan sampai di rusak. Elysia duduk bersebelahan dan memiring kearah Reymond.

Dengan telaten Elysia membuka sapu tangan membersihkan menggunakan air saline. Ia terus saja menunduk fokus membersihkan luka, di tiup, lalu di beri obat dan membungkusnya dengan perban.

Sedang Reymond menatap dengan tatapan teduh. Hatinya bergetar menerima perlakuan lembut dari Elysia. Tiga belas tahun hidup dalam dunia gelap tanpa kasih sayang membuatnya nyaman berada didekat Elysia.

Tetapi, kemudian Reymond tersadar. Jika keduanya bersama, maka begitu banyak rintangan menyapa keduanya. Apalagi penyerangan tadi mengarah pada Elysia.

"Apa masih sakit?" tanya Elysia menegakkan tubu seraya menatap Reymond.

Reymond ditanya seperti itu menjadi salah tingkah. Bukan karena pertanyaannya, namun tatapan mata Elysia mampu menghipnotis nya, ia begitu terpana.

Reymond berdehem. "Gak kok."

Elysia merasa aneh dengan Reymond, ia merasakan jika sedari tadi dirinya mendapati pria di sebelahnya ini salah tingkah. Tapi kembali ditepis karena menurutnya hanya penilaian nya saja terlalu jauh.

Jangan salah mengartikan perhatian nya sedari tadi pada Reymond. Beginilah Elysia, sifatnya lemah lembut apalagi begitu sensitif terhadap lingkungan jika membutuhkan bantuan.

"Kakak mau kemana?" tanya Elysia ketika Reymond berdiri.

"Mau pulang," sahut Reymond singkat, jangan lupakan wajah datar yang sudah terlatih menyembunyikan perasaan.

Elysia menggigit bagian dalam bibir bawahnya. "Bisa disini dulu, gak? di luar turun salju," ucap Elysia lirih dan menunduk.

Reymond duduk kembali karena melihat wajah sendu Elysia. "Baiklah," ucapnya.

Wajah Elysia berubah sumringah. "Kakak tunggu disini, ya. Aku masak dulu," Elysia berjalan menuju dapur. Malam ini ia ingin masak mie instan yang baru saja dikirim Mommy nya dari Indonesia.

Lucu. Mommy Nadira selalu mengirim stok makanan Indonesia. Terutama beras. Elysia menggeleng seraya tersenyum memikirkan celotehan Mommy bila sedang teleponan dengan nya.

"Makan nasi biar kenyang. Jangan kayak Mommy dulu saat mendatangi Daddy di Amerika, belum kenyang kalau gak makan nasi."

...****...

Reymond menyalakan pemanas ruangan. Tubuhnya mulai merasa kedinginan akibat salju turun malam ini. Sepertinya, salju turun lebih cepat dari perkiraan.

Ia tersenyum tipis melihat Elysia keluar dari dapur membawa dua mangkuk makanan dengan asap mengepul di atas nampan.

"Dimakan, kak."

Belum sempat menjawab, pintu Apartemen terbuka. Menampilkan sosok pria cukup tampan menurut Reymond.

"Oh, ya ampun. Sebentar, biar Elys ambil selimut."

Reymond hanya menjadi penonton. Tetapi ia tak suka dengan respon Elysia pada pria yang berjalan mendekati sofa dimana dirinya berada.

"Ah. Ada tamu rupanya," seru pria itu menatap Reymond.

Reymond hanya mengangguk lalu kembali duduk.

"Terimakasih, cantik."

Mata reymond melotot kala mendengar ucapan pria itu apalagi melihat Elysia menaruh selimut ke punggung pria itu. Sangat perhatian.

*Sialan. Apa pria ini pacar Elysia? Akan ku habisi pria ini jika benar. Elysia hanya milikku.

❤️

TBC*

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!