Yuda terlihat duduk di atas tubuh Rian yang terkapar sudah tidak bisa bangkit untuk melawannya di lantai ruang kelas, ia sudah memukuli Rian untuk kesekian kalinya, emosi Yuda sudah tidak dapat terkendali lagi, karena ini bukan pertama kalinya ia mengganggu teman kecilnya, Rossi.
Semua temat-teman yang berada di ruang kelas sudah berusaha untuk memisahkan keduanya, tapi sepertinya Yuda sudah gelap mata sehingga siapa pun tidak dapat menghentikannya.
Salah satu murid pun berinisiatif memanggil guru, untuk melerai perkelahian keduanya yang masih berlangsung.
Prakk..
Seorang guru BK tampak memukul meja saat Yuda dan Rian sudah berdiri di hadapannya, raut wajah guru itu terlihat sangat marah kepada mereka berdua, karena diketahui ini bukan kali pertamanya kedua anak itu berkelahi.
"Kalian berdua ini anak baru tapi selalu saja bikin keributan, apa kalian tidak capek hampir setiap hari berkelahi?" Ibu Meta yang merupakan guru BK mereka nampak begitu geram melihat kedua anak laki-laki yang berdiri di hadapannya.
"Pokoknya ibu tidak mau tahu, besok suruh kedua orang tua kalian ke sekolah, kalian ini memang sudah tidak bisa jika hanya di beri peringatan saja." Ujar Bu Meta.
"Tapi yang salah bukan saya, Bu. Rian mengunci Rossi di dalam toilet." Yuda mencoba menjelaskan duduk permasalahan mereka, dan membela dirinya yang ia rasa tidak bersalah.
"Rossi lagi, Rossi lagi. Kenapa setiap kali kalian berkelahi alasannya pasti gara-gara Rossi, hah?" Ibu Meta menggelengkan kepalanya pelan. "Benar yang di ucapkan Yuda, Rian?" Tanya Bu Meta, lalu mengalihkan pandangannya kepada Rian.
"Iya, Bu." Dengan cepat Rian menjawab sambil membuang muka ke arah lainya, sungguh sepertinya tidak ada penyesalan di hatinya.
"Apa alasan mu melakukan hal itu, Rian. Kamu ini selalu saja mencari gara-gara dengan anak perempuan?" Tanya bu Meta lagi dengan kesal dan bingung atas tingkah Rian.
"Aku hanya iseng mengerjai nya." Jawab Rian dengan enteng. Seketika wajah Yuda tampak terlihat kembali kesal dan ingin memukul teman sekelasnya itu lagi.
"Yuda, sudah cukup." Bu Meta tampak naik pitam mendengar dan melihat keduanya.
"Kamu ini memang sudah kelewatan Rian. Pokoknya besok suruh orang tua kalian menghadap ibu, dan sekarang silahkan kalian keluar, masuk ke dalam kelas kalian." Teriak bu meta. Kepala bu Meta mulai terasa pusing karena marah-marah, maklum saja usia yang sudah tidak lagi muda membuatnya cepat naik darah.
Sementara itu, di ruang kelas yang tampak tidak ada gurunya terdengar sedikit gaduh oleh obrolan anak-anak, ada yang masih juga membahas tentang perkelahian antara Yuda dan Rian yang baru saja terjadi.
Di sebuah kursi, seorang anak perempuan tampak duduk, masih terlihat jelas matanya yang basah akibat menangis, ia duduk dengan menundukkan kepalanya dan meremas jari-jarinya sendiri menunggu Yuda dari Ruang BK. Di sampingnya, seorang teman mencoba menenangkannya.
"Kamu tidak apa-apa, Ross?" Tanya Yuda yang sudah kembali dari ruang BK kepadanya.
Seketika Rossi mengangkat wajahnya saat mendengar suara Yuda, ia memperhatikan wajah Yuda yang nampak sedikit memar akibat berkelahi, lalu Rossi pun langsung memeluknya. Sementara teman yang berusaha menenangkannya langsung pergi begitu Yuda datang.
"Aku tidak apa-apa, kamu juga tidak apa-apakan? Aku minta maaf karena selalu menyusahkan mu.“ Jawab Rossi setelah melepas pelukannya dengan suara parau habis menangis.
"Aku tidak apa-apa, sudah jangan sedih lagi. Kamu tidak pernah menyusahkan aku, kita kan teman." Jawab Yuda, sambil mengusap lembut rambut lurus Rossi, dan memberikan senyum termanisnya.
Rossi duduk kembali setelah sedikit tenang, Yuda pun ikut duduk di kursi yang ada di samping Rossi.
Yuda mulai menceritakan kejadian di Ruang BK, di sana wajah Rossi kembali tampak bersedih, ia takut orang tua Yuda akan marah karena mendapatkan panggil dari sekolah, bagaimana pun perkelahian Yuda dan Rian itu terjadi sebab dirinya.
Tapi Yuda berusaha menenangkan Rossi, ia mengatakan kepada Rossi bahwa kedua orang tuanya tidak akan mungkin memarahinya atas masalah itu, karena Yuda tahu sekali bahwa kedua orang tua Yuda sangat menyayangi Rossi seperti anak sendiri, apa lagi ibunya. Jadi jika Yuda berkelahi karena melindungi Rossi, pasti orang tuanya bisa mengerti dan memaklumi hal itu.
***********
Rosita, adalah anak bungsu dari dua bersaudara, ia mempunyai seorang kakak yang bernama Rosalina. Jarak kelahiran mereka cukup terbilang jauh, setelah usia Rosa dua belas tahun barulah ia memiliki seorang adik yaitu Rossi.
Keduanya terlahir dari keluarga yang sederhana di sebuah kabupaten, ayah Rossi bekerja sebagai seorang pegawai PNS di sebuah Kantor pemerintahan sedangkan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga.
Namun, sekitar beberapa tahun lalu, tepatnya saat Rossi berusia tujuh tahun ayahnya mengalami kecelakaan dan menyebabkannya meninggal dunia.
Rosa dan Rossi pun sudah lama hidup terpisah, akibat kematian ayahnya dan juga kebutuhan yang semakin meningkat, Nurmala merelakan putri sulungnya tinggal bersama adik dari almarhum suaminya di Jakarta.
Kebetulan sampai saat ini adiknya itu belum memiliki keturunan meski sudah lama menikah dan sudah lama sekali pula mereka menginginkan Rosa untuk tinggal bersama mereka.
Nurmala berfikir, jika salah satu anaknya ikut dengan iparnya, maka pengeluarannya sedikit berkurang.
Di sana Rosa hidup dengan berkecukupan, paman dan tantenya yang merupakan karyawan kantoran, tentunya mempunyai cukup banyak penghasilan untuk membiayai kebutuhan dan pendidikan Rosa. Rossi dan ibunya bahkan juga sering mendapatkan kiriman berupa uang dari om dan tentunya itu.
Sementara itu di kampung, Ibu Nurmala hanya mengandalkan pensiunan suaminya untuk membiayai semua kebutuhan Rossi, terkadang jika mereka membutuhkan biaya lebih, ia akan mencari orang yang ingin memakai jasanya untuk setrika pakaian, karena ia tidak mau jika harus meminta kepada adik iparnya terus.
Bersyukur sekali Ibu Nurmala memiliki tetangga yang sangat baik kepadanya dan juga Rossi. Mereka adalah Pak Ridwan dan Ibu Ratna yang tak lain adalah orang tua dari Yuda, mereka juga merupakan pegawai PNS, dan pernah satu kantor dengan Ayah Rossi, kebetulan sekali mereka bertetangga sangat dekat.
Orang tua Yuda sangatlah baik kepada Ibu Nurmala, mereka tidak pernah memandangnya rendah meski hanya seorang janda, bahkan mereka akan selalu membantu jika Rossi dan ibunya dalam masalah atau membutuhkan pertolongan mereka.
Biasanya saat mendengar putranya membutuhkan biaya untuk keperluan sekolah, maka Ibu Ratna akan segera memanggil Ibu Nurmala untuk menyetrika pakaiannya, karena dengan cara itulah ia bisa memberi uang kepada Nurmala untuk keperluan Rossi yang kebetulan sejak duduk di bangku SD selalu satu sekolah dengan Yuda, jadi ia bisa tahu apa saja keperluan Rossi.
Ibu Nurmala akan menolaknya jika di beri uang begitu saja, ia merasa tidak perlu dikasihani orang lain, dan merasa masih mampu untuk bekerja memenuhi kebutuhan putrinya.
Berbeda dengan tetangga lainya, mereka sering sekali membicarakan Ibu Nurmala karena status jandanya, bahkan mereka sering memperingati Ibu Ranta untuk berhati-hati dan jangan terlalu dekat dengan Ibu Nurmala, takut-takut nanti suaminya akan tergoda.
Tapi Ibu Ratna tidak pernah mendengarkan omongan para tetangganya, ia malah terlihat semakin dekat dan juga akrab dengan Ibu Nurmala, Ibu Ratna juga bahkan menyayangi Rossi seperti anaknya sendiri.
Pak Ridwan dan Bu Ratna hanya memiliki seorang anak yaitu Yuda, mereka selalu hidup sederhana meskipun berkecukupan, pekerjaan mereka sebagai PNS merupakan pekerjaan sangat terhormat untuk penduduk di kabupaten ini, jadi mereka cukup terpandang di lingkungan tinggal mereka.
Mereka tidak pernah sungkan untuk membantu Ibu Nurmala, bahkan mereka juga sudah menganggap Rossi seperti anak mereka sendiri, yang juga kebetulan seumuran dengan putra mereka, Yuda Pratama.
************
Yuda merasa sedikit takut saat menyerahkan surat panggilan sekolah kepada Ayahnya, ini merupakan kali pertamanya orang tua Yuda mendapat panggilan dari sekolah, namun bukan karena anaknya itu mendapatkan prestasi seperti biasanya, tapi karena berkelahi. Meski tahu ayahnya bukanlah seorang pemarah apalagi kepada anak dan istrinya, namun tetap saja ada rasa bersalah dan takut di dalam hati Yuda.
"Kamu ada masalah apa sampai berkelahi?" Tanya pak Ridwan dengan nada bicara lembut seperti biasanya kepada putra semata wayangnya itu.
Setelah melihat isi surat panggilan, ia sedikit terkejut melihat panggilan itu karena perkelahian, Ridwan tahu sifat lembut dan juga perangai anaknya, jadi ia merasa heran jika anaknya sampai berkelahi begitu.
"Maaf Ayah, aku hanya melindungi Rossi." Jawab Yuda gugup dan takut.
"Melindungi Rossi? Memangnya Rossi kenapa nak?" Tanya Bundanya yang datang dari dapur sambil membawa makanan untuk makan malam mereka, ia tidak sengaja mendengar pembicaraan anak dan ayah itu.
"Rossi dikurung di dalam toilet sekolah oleh teman laki-laki di kelas ku, Bunda." Jawab Yuda dengan terlihat kesal.
"Apa?" Ayah dan Bundanya tampak terkejut bersamaan mendengar cerita Yuda.
"Tega sekali, kalau begitu kamu pantas untuk menghajarnya nak. Bunda bangga anak Bunda pemberani." Ujar Ibu Ranta dengan tersenyum senang.
"Bun, anaknya berkelahi kok Bunda malah senang begitu lho.'' Tegur pak Ridwan kepada istrinya.
"Tapi wajar dong, yah. Itu anak sudah keterlaluan, yang di kerjain Rossi lagi, kan bunda jadi geram." Jawab Istrinya yang terlihat kesal.
"Ya sudah, besok ayah akan menemui gurumu, tapi ayah peringatkan kepada mu, ini untuk pertama dan terakhir kalinya kamu membuat masalah. Kamu harus ingat, kamu itu baru tiga bulan masuk SMA masa sudah berkelahi, apa kamu gak malu dengan teman-teman mu, kamu bukan anak kecil lagi, mulailah bersikap dewasa." Ujar ayahnya kepada Yuda memberikan nasehat.
"Iya, Ayah." Jawab Yuda sambil menganggukkan kepalanya pelan.
"Eh, tapi kalau ada yang usil dengan Rossi lagi, kamu harus tetap memberi pelajaran Yuda." Sambung bunda Ranta.
"Bunda." Ayah Yuda tampak menggelengkan kepalanya pelan. Sedangkan istrinya terlihat melempar senyuman manisnya kepada suaminya itu
Sementara itu di rumahnya, setelah Rossi menceritakan kejadian di sekolahnya hari ini, Ibu Nurmala tampak merasa bersalah dan tidak enak hati kepada orang tua Yuda, ia berniat untuk menemui dan meminta maaf kepada kedua orang tua Yuda, ia sangat takut jika Yuda akan di marahi oleh kedua orang tuanya.
"Rossi, nanti setelah makan kita pergi ke rumah om Ridwan dan tante Ratna ya, kamu harus meminta maaf kepada mereka nak, bagaimana pun ini ulah Yuda membela mu, Ibu takut nanti Yuda yang malah di marahi." Ujar bu Nurmala kepada putri nya.
"Iya bu." Jawab Rossi dengan menganggukkan kepalanya.
Rossi mulan di selimuti rasa khawatir, takut apa yang di ucapkan ibunya itu benar, jika Yuda sampai di marahi oleh orang tuannya.
Usai makan malam, Rossi dan ibunya langsung menuju rumah Yuda, mereka cukup berjalan kaki beberapa meter untuk menuju rumah sahabat kecil Rossi itu.
Setibanya di teras rumah, Rossi dan ibunya langsung di persilahkan masuk oleh Yuda yang kebetulan sedang duduk di teras rumah.
"Tante, Rossi, ayo silahkan masuk." Ujar Yuda yang tampak senang dengan kedatangan sahabat sekaligus tetangganya itu.
"Bunda mu ada nak?'' Tanya ibu Nurmala.
"Ada tante, ayah dan bunda ada di dalam." Jawab Yuda yang langsung mempersilahkan Rossi dan ibunya masuk.
"Bunda! Ada Rossi dan tante Nur." Yuda sedikit berteriak untuk memberitahu bundanya, dan ia pun masuk dalam menuju dapur karena bundanya sedang membersihkan bekas mereka makan malam.
Dan hanya berselang beberapa menit, Ratna pun datang dari dapur rumahnya dengan tersenyum saat melihat tamu-tamunya.
Ratna yang sedang mencuci piring, segera menghentikan aktivitasnya saat mengetahui ada tamu, ia memang tidak ingin memiliki seorang pembantu meski pun ia mampu untuk membayarnya. Ratna merasa masih sanggup untuk mengerjakan urusan rumah tangganya sendiri, suami dan anaknya juga suka saling tolong menolong mengerjakan tugas rumah, jadi Ratna merasa pekerjaan rumah tangganya ringan-ringan saja, apa lagi jika urusan menyetrika ia bisa meminta bantuan ibu Nurmala dan membayarnya langsung setelah selesai.
"Eh ada Rossi." Sapa Ratna yang langsung menjulurkan tangannya karena Rossi ingin bersalaman. "Sini mba, ayo duduk jangan berdiri saja di sana." Ucap Ranta yang mempersilahkan tamunya itu untuk duduk, karena melihat Rossi dan ibunya masih saja berdiri.
Dan setelah mereka duduk di sofa, barulah Nurmala menyampaikan tujuannya berkunjung ke rumah tetangganya itu.
"Ratna, mba kesini mau minta maaf dengan mu dan juga Ridwan." Ujar ibu Nurmala yang jauh lebih tua dari mereka.
"Minta maaf." Ratna pun terkejut. "Maaf untuk apa mba?" Ranta masih tampak bingung dengan ucapan wanita yang kini duduk di hadapannya itu.
"Itu, masalah Yuda yang dapat surat panggilan orang tua dari sekolah besok, itu semua kan gara-gara Rossi, jadi kami mau meminta maaf atas kejadian itu, tolong maafkan Rossi ya." Ibu Nurmala memberikan penjelasan.
"Iya tante, Rossi mau meminta maaf dengan om dan juga tante. Rossi yang salah tante." Sambung Rossi dengan raut wajah sedihnya, ia benar-benar tidak ingin Yuda disalahkan dan dimarahi karena ulahnya itu, meskipun sejak saat mereka tiba tadi, mereka tidak melihat seperti ada masalah terhadap Yuda, karena ia nampak ceria melihat mereka datang
"Oh Masalah itu ya, tidak apa-apa mba jangan khawatir, lagi pula itu sudah seharusnya Yuda menjaga, Rossi." Jawab Ratna.
"Iya tante aku gak apa-apa, jangan khawatir." Timpal Yuda yang juga ikut duduk di samping Bundanya. Sedangkan ayahnya tidak ada di sana, karena langsung menuju ruang kerjanya setelah menyelesaikan makan malam.
"Tapi bagaimana pun ini adalah ulahnya Rossi, jadi tolong maafkan dia, dan jangan salahkan, Yuda." Ujar Bu Nurmala lagi.
"Gak apa-apa mba, ini bukan salahnya Rossi. Tadi juga Yuda sudah cerita dengan aku dan mas Ridwan tentang permasalahannya, dan aku rasa wajar kalau Yuda sampai berkelahi seperti itu membela, Rossi." Ratna melihat jelas kecemasan di wajah Rossi dan ibunya.
"Yuda dan Rossi sudah berteman sejak kecil, mereka bahkan sudah seperti saudara, jadi sudah seharusnya saling melindungi. Aku saja jadi geram mba sama tuh anak, tadi waktu mendengar cerita Yuda." Jawab Ratna dengan rautnya wajah berubah menjadi kesal yang di tujukannya untuk Rian.
"Tuh kan Ros gak apa-apa, kamu jangan takut ya." Sambung Yuda lagi, meyakinkan sahabatnya kalau dirinya baik-baik saja.
"O ya, Ros. Mulai sekarang kamu harus lebih hati-hati terhadap teman laki-laki ya, kamu harus lebih bisa jaga diri, tante gak mau terjadi sesuatu yang buruk kepada kamu. Apa lagi kalau Yuda sedang tidak bersama kamu." Nasehat Ratna kepada gadis yang duduk di hadapan putranya itu, namun dengan wajah yang masih terlihat cemas.
Dan setelah obrolan panjang dengan topik yang mulai kemana-mana selesai, akhirnya Rossi dan ibunya pun pamit pulang.
***********
Keesokan harinya pak Ridwan langsung memenuhi panggilan guru ke sekolahan putranya dan setelah menyelesaikan urusan putranya itu, ia kembali menuju kantornya karena banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan.
Berbeda dengan orang tua dari Rian, begitu keluar dari ruang BK, papa Rian tampak mencari putranya itu dengan raut wajah merah padam, menunjukan bahwa dirinya sedang marah.
Saat telah bertemu dengan anaknya, Rian pun menerima kemarahan dari papanya. Papanya cukup malu dengan perbuatan putranya yang disampaikan oleh guru BK, ia merasa gagal mendidik anaknya sampai berperilaku buruk seperti itu, apa lagi terhadap anak perempuan.
Rian memang tidak memberitahu Papanya tentang ia yg mengurung seorang teman perempuan di toilet, Rian hanya bilang bahwa ia mendapat surat panggilan karena berkelahi.
Papa Rian juga menemui Yuda dan Rossi, lalu ia menyuruh putranya untuk meminta maaf kepada keduanya. Meski terpaksa, namun Rian tetap memenuhi perintah Papanya itu, karena papanya ingin menyaksikannya langsung saat Rian meminta maaf. Akhirnya mau tidak mau Rian pun meminta maaf kepada keduanya di hadapan Papanya.
**********
Rian terlahir dari orang tua cukup terpandang dan juga berada, tapi meski begitu mereka tidak suka menyakiti atau mengusik kehidupan orang lain, hanya saja sikap manja yang di berikan ibunya kepada Rian, membuat Rian menjadi anak yang sedikit bandel dan suka mengerjai teman-temannya.
Setelah kejadian itu, Rian tidak lagi terdengar mengusik Rossi. Rupanya ancaman papanya yang akan memindahkannya sekolah jika masih berulah, membuat dirinya merubah sikap dan juga prilakunya.
Awalnya teman-teman Rian sedikit merasa heran dengan sikapnya yang berubah, namun semakin hari mereka semakin dapat menerima perubahan sikap Rian yang menjadi jauh lebih baik dari pertama masuk Sekolah, memang Rian sangat terkenal dengan keusilan nya.
Tidak hanya kepada murid-murid lain, Rian bahkan terlihat bersikap baik juga kepada Rossi dan juga Yuda. Rian benar-benar berusaha menepati janjinya kepada papanya untuk tidak lagi berulah, karena ia tidak mau kalau sampai di pindahkan sekolah ke kampung neneknya yang jauh.
Rian pernah menawarkan diri untuk menghantarkan Rossi pulang menggunakan motor gede miliknya, namun dengan cepat Yuda melarangnya karena masih trauma atas keusilan yang Rian lakukan kepada Rossi,
Yuda takut jika itu hanya alasan Rian untuk kembali mengerjai Rossi, meski Rian sudah berusaha meyakinkan ke duanya bahwa dirinya serius ingin mulai berteman baik kepada mereka dengan tulus, tapi tetap saja Yuda masih meragukannya.
Di sebuah Restoran, Rosa nampak sedang duduk berdua dengan seorang pria tampan, ia terlihat sedang sedikit cemberut karena selalu didesak untuk menikah oleh kekasihnya itu.
Reno Setiawan, seorang karyawan kantoran dengan pangkat sebagai manajer di salah satu perusahaan swasta yang cukup besar di Jakarta adalah kekasih dari Rosalina, yang tak lain adalah kakak Rossi.
Reno terlahir dari orang tua yang cukup kaya, ayahnya adalah seorang Direktur dari sebuah perusahaan tempat paman Rosa bekerja, ia juga merupakan anak satu-satunya,
Mereka sudah menjalin kasih kurang lebih selama empat tahun. Pertemuan Reno dan Rosa berawal saat mereka mengikuti acara pesta yang selalu di adakan oleh perusahaan tempat papanya bekerja setiap satu tahun sekali sebagai rasa syukur atas keberhasilan yang tercapai.
Rosa yang memiliki paras cantik, tubuh cukup tinggi, dan juga kulit putih bersih, mampu membuat Reno langsung tertarik dan jatuh hati kepadanya pada saat pertama kali mereka bertemu di acara itu. Sejak saat itu Reno terus mencari tahu tentang Rosa.
Saat Rosa mengetahui bahwa Reno menyukainya, ia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan, ia langsung menerima Reno sebagai kekasihnya, apa lagi Reno merupakan anak dari Direktur pamannya, dan juga berparas tampan pikirnya. Ditambah lagi om dan tante Rosa yang mendukung Rosa dekat dengan Reno.
Mengikuti jejak ayahnya, Reno memiliki otak yang pintar, tidak heran di usianya yang masih muda dan baru beberapa tahun bekerja dia sudah mampu menduduki jabatan sebagai manajer juga di perusaan tempatnya bekerja, tentu saja hal itu tidak mudah untuk Reno mencapainya.
Usia yang sudah cukup matang dan juga desakan dari orang tua, membuat Reno berkeinginan untuk segera meminang Rosa. Namun, Rosa yang merupakan seorang model itu, merasa belum puas dengan pencapaiannya dan masih belum mau menikah.
Ia pun akhirnya selalu saja mencari alasan untuk menolak saat diajak menikah, karena setelah menikah Reno memintanya untuk meninggalkan dunia modelnya itu, sedangkan Rosa tidak ingin itu terjadi, dan masih tetap ingin bekerja meski sudah menikah nanti.
Rosa selalu beralasan bahwa ia harus menjadi seorang wanita karir yang sukses dulu baru menikah, agar ia bisa membalas budi kepada Om dan juga tantenya yang sudah menyekolahkannya, karirnya yang terbilang sudah cukup bagus di dunia model masih di rasa kurang olehnya, memang Rosa terkenal dengan sifatnya yang tidak pernah merasa puas dengan segala hal.
Sementara itu, kedua orang tua Reno selalu mendesak putranya itu untuk menikah, bahkan mereka siap mencarikan jodoh untuk putra mereke itu, jika Rosa masih belum mau juga diajak menikah.
Wajah tampan yang dimiliki anak semata wayang mereka itu, tentu saja tidak akan membuat sulit bagi orang tuanya untuk mencarikan wanita sebagai pendampingnya, namun Reno selalu menolak ke inginkan Papa dan Mamanya untuk di jodohkan, karena rasa cintanya yang begitu besar kepada Rosa, dan Reno juga adalah tipe pria setia.
"Rosa, kali ini mama dan papa benar-benar serius ingin menjodohkan aku dengan anak teman mereka." Ujar Reno dengan wajah seriusnya, ia memberitahu Rosa akan hal itu, agar kali ini Rosa benar-benar memikirkan masa depan hubungan mereka.
"Lalu, apa kamu akan menerima perjodohan itu begitu saja? Kamu tega memutuskan hubungan yang sudah kita jalani selama empat tahun ini." Jawab Rosa sambil memasang wajah sedihnya.
"Aku sangat menyayangi mu Rosa, aku tidak mungkin menerima perjodohan itu, tapi mau sampai kapan aku meminta waktu kepada mama dan papa? Usia ku juga sudah cukup untuk menikah, dan orang tuaku sudah tua mereka ingin melihatku bahagia dan memiliki cucu. Aku tidak bisa terus-terusan menolak permintaan mereka. Jadi aku mohon kasih aku kesimpulan sekarang, kapan kamu siap untuk menikah dengan ku?" Tanya Reno dengan bersungguh-sungguh, ia merasa sudah lelah dengan desakan dari Papa dan Mamanya.
"Reno, kamu tahukan kalau aku belum siap menikah untuk saat ini, aku baru saja menata karir ku, aku belum bisa membalas budi kepada om dan tante, bahkan aku belum membahagiakan Ibu ku di kampung." Jawab Rosa, lagi-lagi alasan itu yang selalu ia berikan.
"Sampai kapan? Sampai kapan aku harus menunggu kamu siap? Jika terus begini jangan salahkan aku kalau suatu saat aku tidak bisa lagi menolak keinginan papa dan mama untuk menjodohkan ku." Jawab Reno sedikit kesal. Ia terlihat menyandarkan tubuhnya pada kursi yang ia duduki.
"Reno, please. Aku mohon tunggu dua tahun lagi, setelah aku bisa membahagiakan orang tua ku, aku akan hengkang dari dunia model dan menikah dengan mu." Bujuk Rosa.
"Dua tahun lagi?" Rosa pun tampak terlihat menganggukkan kepalanya.
Reno menggelengkan kepalanya, ia hampir tidak percaya dengan ucapan Rosa yang selalu mengulur waktu, karena tahun-tahun yang lalu ia selalu mengatakan hal yang sama saat di tanya tentang pernikahan.
"Rosa, dua tahun itu bukan waktu yang sebentar, aku gak yakin papa dan mama akan bersabar menunggu waktu selama itu." Jawab Reno sambil terlihat memijat pangkal hidungnya.
"Aku mohon Reno, please.'' Ujar Rosa sambil memasang wajah memelas nya di hadapan Reno, mencoba meluluhkan lagi hati kekasihnya.
Reno pun terlihat menarik nafas dalam, lalu menghembuskan nya dengan perlahan.
"Baiklah, aku akan coba bicara dengan mama nanti di rumah, aku harap beliau mau mendengarkan alasanmu dan menerima nya." Ucap Reno.
"Terima kasih sayang." Jawab Rosa dengan tersenyum manis, ia menggenggam tangan Reno yang ada di atas meja.
Mereka pun menghabiskan makanan yang ada di hadapan mereka, dan setelah selesai makan malam Reno langsung menghantar Rosa pulang menuju rumah kediaman om dan tante Rosa.
*********
"Dua tahun lagi, Ren?" Sarah yang merupakan ibu dari Reno tampan kesal dan marah mendengar ucapan putranya yang duduk di hadapannya.
Reno baru saja pulang setelah makan malam, dan ia langsung di hadang oleh mamanya untuk meminta penjelasan tentang pernikahan mereka, sebenarnya makan malamnya dengan Rosa adalah permintaan mamanya, yang mendesaknya untuk menanyakan masalah pernikahan kepada Rosa.
"Ia Ma, Rosa bilang dia belum siap untuk menikah sekarang dan meminta aku menunggunya dua tahun lagi." Jelas Reno lagi.
"Dua tahun itu cukup lama Reno, usia mu juga sudah cukup untuk menikah. Kamu sudah berusia dua puluh delapan tahun sekarang. Mama jadi ragu, apa benar Rosa itu cinta dengan kamu? Dia sepertinya lebih mementingkan karirnya ketimbang kamu, atau jangan-jangan dia hanya menjadikan kamu sebagai penopang karirnya saja, biar dikira hebat gitu, model seperti dia pacaran dengan manajer seperti kamu." Sarah terlihat begitu kesal.
Sebenarnya Sarah adalah sosok ibu yang sangat penyayang, namun karena merasa Putranya sedang di permainkan, ia pun jadi geram.
"Rosa gak mungkin gitu ma, dia cuma belum siap untuk melepas pekerjaannya, aku yakin dia sangat mencintaiku. Dua tahun lagi Reno yakin Rosa pasti siap untuk menikah, dan dia juga gak punya alasan lagi untuk mengulur waktu, ma." Sanggah Reno yang begitu percaya dengan Rosa.
"Semoga aja dugaan mu itu benar, Ren. Tapi dua tahun itu bukan waktu yang sebentar, kalau sampai Rosa mengulur waktu dan menolak menikah lagi, mama dan papa akan benar-benar menjodohkan kamu, Reno." Ancam mamanya.
"Ia ma." Ia pun bangkit dari sofa tempatnya duduk lalu pergi menuju kamarnya, Reno tidak tahan jika harus berlama-lama bicara dengan mamanya, pasti tidak akan ada habisnya pikir Reno.
Saat berada di dalam kamarnya, Reno mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana, lalu mengirimkan pesan kepada Rosa.
Reno: [Aku sudah bicara dengan mama.]
Rosa: [Lalu?]
Reno: [Mama bilang mereka akan benar-bena menjodohkan ku jika dua tahun lagi kamu masih belum mau menikah."
Rosa: [Aku pasti akan menepati janjiku.]
Reno: [Aku harap juga begitu.]
Rosa: [ I Love You sayang.]
Reno: [ I Love You Too.]
Reno melempar ponselnya ke atas tempat tidur setelah membalas pesan Rosa, ia masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya lalu pergi tidur, pekerjaan yang menumpuk serta masalah percintaannya yang rumit membuat Reno tampak begitu lesu.
**********
Sementara itu di rumahnya, Rosa langsung pergi menuju kamarnya setelah pulang dari makan malam bersama Reno, dan tak lama berselang, tante Linda terdengar mengetuk pintu kamar Rosa.
Tuk, tuk, tuk..
"Rosa ini tante, apa kamu sudah tidur?" Tanya tante Linda.
"Belum tante. Masuk saja, pintunya tidak terkunci." Jawab Rosa dari dalam.
"Bagaimana makan malam mu?" Tanya tante Linda sambil melangkah masuk lalu duduk di atas tempat tidur Rosa.
"Ya biasalah tante, Reno bilang orang tuanya masih terus memaksanya untuk menikah." Jawab Rosa sambil membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, sedangkan kakinya menggantung dibawah.
"Lalu bagaimana, apa kamu sudah siap untuk menikah?" Tanya tante Linda. Rosa pun menggelengkan kepalanya lalu memejamkan mata.
"Rosa, usiamu sudah cukup untuk menikah, mau sampai kapan lagi kamu terus-terusan mengulur waktu, memangnya kamu mau nanti Reno di rampas wanita lain kalau kamu terus-terusan mengulur waktu begitu." Ujar tante Ratna.
Rosa pun langsung bangkit saat mendengar ucapan tantenya itu.
"Tapi tante, Reno mau aku berhenti jadi model setelah menikah, dan aku merasa belum puas tante, aku belum bisa membahagiakan Ibu di kampung, juga balas budi dengan om dan tante." Jawab Rosa.
"Rosa, kamu tidak perlu memikirkan om dan tante, kami melakukan ini semua tulus untuk mu. Yang harus kamu pikirkan adalah masa depan hidup mu. Reno pasti bisa membahagiakanmu dan mencukupi hidup mu. Dan untuk ibu mu, kamu jangan khawatir, om dan tante akan membantu ibu dan juga adik mu sebisa mungkin sampai Rossi sukses." Ujar tante Linda.
"Aku sudah meminta waktu dua tahun lagi tante, dan setelah itu aku akan berhenti jadi model dan menikah dengan Reno." Jawab Rosa.
"Ya sudah, kalau begitu keputusan mu, semoga Reno masih bisa sabar menunggu mu." Jawab tante Linda sambil mengelus lembut punggung Rosa, lalu ia pun bangkit dan keluar dari kamar Rosa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!