Hari ini begitu cerah, matahari bersinar dengan terang. Arkan Dwi Prasetyo anak tunggal dari Dika Prasetyo dan Mira Azizah, kini ia sedang berada di kantor ayahnya mengikuti sebuah rapat mengenai kerjasama perusahaan ayahnya dengan perusahaan seorang pengusaha yang tinggal di Jepang.
Mereka akan membuka cabang di Jepang untuk meningkatkan perusahaannya, kini cabang perusahaannya sudah di dirikan di Singapura, Amerika, Korea Selatan dan juga Thailand.
Selesai rapat Arkan izin pergi untuk beristirahat, kebetulan ini sudah waktunya istirahat. Waktu berjalan begitu cepat kini sudah malam, Arkan malah mabuk berat ia pulang ke apartemennya karena jika pulang ke rumah dalam keadaan mabuk ia akan di marahi.
Arkan masuk ke apartemennya namun saat ia akan menutup pintu, pintunya tidak tertutup rapat karena ada sepasang sepatunya yang menghalangi pintu. Arkan setelah itu tidur di sofa sambil membuka kemeja juga jasnya karena sangat gerah.
Tanpa di sadari seorang wanita tiba-tiba masuk ke apartemen Arkan juga dalam keadaan mabuk, ia tergeletak di lantai karena sudah tidak kuat pergi ke kasur, waktu berjalan tanpa ada yang sadar sampai pagi pun tiba.
Wanita yang semalam masuk ke apartemen Arkan teriak melihat Arkan yang tergeletak di sofa tanpa memakai baju, wanita itu belum melihat wajah Arkan karena masih tertutup bantal Sofa.
Arkan terbangun mendengar teriakan wanita itu, "Elu," Arkan menatap wanita di depannya dengan keadaan kaget, matanya membulat sempurna.
"Arkan?" Wanita itu ikut kaget setelah tau jika pria itu adalah Arkan.
"Ngapain lu masuk apartemen gue?" tanya Arkan menutup tubuhnya dengan bantal.
"Harusnya gue yang nanya ngapain lu di sini?" tanya balik wanita itu.
"Lu gila? Ini apartemen gue? Lu bisa liat enggak?" tanya Arkan menatap sekeliling untuk memastikan bahwa ini memang apartemennya.
Wanita itu terdiam setelah sadar bahwa ia yang salah, Arkan bangun dan menghampiri wanita itu lalu menariknya keluar, Alangkah terkejutnya mereka saat keluar sudah banyak wartawan dan kamera yang menangkap kejadian mereka berdua keluar dari apartemen. Apalagi melihat Arkan tidak memakai baju sama sekali.
Wanita itu adalah Violet Anastasya ia adalah artis yang saat ini sedang ramai diperbincangkan karena membintangi sebuah film yang sangat populer, ia adalah pemeran utamanya itulah mengapa di depan apartemennya banyak wartawan.
Kebetulan Violet dan Arkan bersebelahan apartemen, "Mati gue," Violet mendorong Arkan kembali masuk ke apartemen dan menutup pintu apartemen itu.
Wartawan yang berada di depan pintu apartemen Violet langsung pindah ke depan pintu kamar Arkan.
"Keluar lu," bentak Arkan menyuruh Violet keluar.
"Gue mohon sebentar aja sampai wartawannya pada pergi," pinta Violet sambil memohon di hadapan Arkan.
"Gue harus kerja," balas Arkan memalingkan tatapannya dan menjauh dari Violet.
"Lu juga mending jangan dulu keluar," pinta Violet berjalan ke hadapan Arkan.
Violet menyalakan televisi untuk memastikan sesuatu, dan ternyata dugaannya benar kini televisi sedang memberitakan dirinya yang tidur bersama Arkan dalam apartemen. Arkan yang melihat berita itu langsung kaget dan menatap Violet dengan tatapan marah.
"Elu sih narik gue langsung keluar, coba aja kalau misalkan tadi liat dulu lewat kamera ada orang enggak di luar, pasti kejadiannya enggak bakalan ke gini," ucap Violet seakan tau apa yang Arkan inginkan.
"Pokoknya gue enggak mau tau yah lu harus tanggung jawab dan beresin semuanya, gue enggak mau nama gue jelek, " bentak Arkan.
"Eh, lu pikir nama lu aja yang bakalan hancur? Sama kali nama gue juga," balas Violet tidak mau kalah.
"Enak kali lu, tidur sama anak pewaris tahta tuan Prasetyo, pasti bangga."
"Lu kalau ngomong mikir dulu napa," Violet melempar bantal ke wajah Arkan.
Tidak lama setelah itu orang tua Arkan dan orang tua Violet datang ke apartemen karena sudah melihat berita di televisi, kini mereka berkumpul di ruang utama apartemen Arkan dengan wajah yang serius.
"Pa aku bisa jelasin semuanya," Violet tentu tidak mau di salahkan karena memang ia tidak melakukan apapun dengan Arkan.
"Menikahlah," ucap ayahnya Arkan secara mendadak.
Arkan dan Violet kaget dan langsung menatap orang tuanya masing-masing.
"Itu memang satu-satunya jalan untuk saat ini," timpa ayahnya Violet setuju.
"Aku nikah sama dia? Enggak Pa," Arkan menggelengkan kepalanya, "Aku enggak mau yah Pa, aku punya pacar," tolak Arkan.
"Aku bener enggak lakuin apapun, semalem aku mabok dan abis itu salah masuk kamar itu doang," Violet coba menjelaskan kejadian semalam.
"Terus semua orang akan percaya dengan itu?" tanya ibunya Violet menatap tajam anaknya.
"Ya-ya," Violet gelagapan tidak tau harus jawab apa.
"Aku enggak peduli yah mereka mau mandang aku kayak gimana, aku tetep enggak mau nikah sama dia," kekeh Arkan.
"Oke, kau tidak akan mendapatkan warisan apapun dari kita," balas ibunya Arkan marah.
"Apa? Ma jangan gitulah," balas Arkan tidak Terima.
"Kau tau? Kalau kau menolak pernikahan ini saham perusahaan kita juga akan terpengaruh, jadi menikahlah dan setelah menikah satu tahun kalian boleh bercerai lagi," ucap ibunya Arkan.
"Saya setuju, setelah satu tahun menikah kalian boleh bercerai, pernikahan ini kita lakukan untuk menutupi kecerobohan kalian ini," setuju ayahnya Violet.
"Oke kalau gitu aku setuju," karena tidak mau jatuh miskin akhirnya Arkan menyetujuinya.
Violet terdiam ia tidak tau harus bagaimana sekarang, namun entah mengapa di hati kecilnya ia senang jika harus menikah dan hidup bersama dengan Arkan walaupun hanya dalam satu tahun.
Selesai bicara kedua orang tua mereka langsung pulang untuk menyiapkan pernikahan yang akan di adakan dua hari lagi, lebih cepat lebih baik.
"Ini semua gara-gara lu, kalau aja lu semalam enggak masuk ke sini semuanya enggak bakalan terjadi," bentak Arkan pada Violet yang sedang terdiam di sofa.
"Gue minta maaf, gue semalem mabuk jadi enggak sadar kalau salah masuk," balas Violet lembut.
"Lu emang pembawa sial yah, dari dulu sampai sekarang bisanya cuman bikin pusing aja."
"Enggak usah bahas masalah yang dulu deh, yang dulu biarin aja."
"Enak yah lu ngomong gitu? Lu enggak bisa rasain apa yang gue rasain dulu."
Berita di televisi kembali muncul dimana kedua orang tua Arkan dan Violet mengumumkan pernikahan anaknya yang akan di adakan pada hari minggu. Arkan mendapatkan telpon dari Mawar setelah melihat berita di televisi.
"Yang aku bisa jelasin semuanya, ini cuman pernikahan Pura-pura aja kok," Arkan mencoba menjelaskan semuanya pada kekasihnya itu.
Dari sofa Violet menatap Arkan sambil tersenyum kecil, "Tuhan kenapa sih? Padahal udah berusaha keras menjauh eh malah disatuin lagi? Mana enggak bisa nolak lagi."
"Kalau tau mau disatuin lagi, aku dulu ngapain susah-susah ngejauh," tambah Violet tersenyum kecil, jujur ia memang senang kembali bersama Arkan.
Dulu Arkan adalah mantan pacarannya, namun karena beberapa alasan Violet harus menjauh dan pergi dari Arkan.
Pernikahan mereka pun berjalan dengan lancar, pernikahan mereka di adakan di sebuah gereja tertutup hanya orang-orang tertentu lah yang dapat menghadiri pernikahan itu. Para wartawan juga tidak di izinkan masuk.
Sampailah mereka di rumah keluarga Arkan, Violet dan Arkan masuk ke kamar.
"Nih," Arkan memberikan sebuah kertas pada Violet.
Violet mengambilnya lalu membacanya, "Perjanjian pernikahan?" ucapnya menatap Arkan.
"Iya di sana tertulis apa yang enggak boleh lu lakuin selama jadi istri gue," jelas Arkan menjauh dari Violet, ia duduk di kasur.
"Harus sebanyak ini yah?" tanya Violet sambil mengerutkan keningnya.
"Yang paling harus lu inget adalah satu, kalau gue punya pacar dan elu di larang buat ikut campur sama urusan pacaran gue," balas Arkan menekankan setiap ucapannya.
"Lu tidur di kamar itu," di kamar Arkan terdapat satu ruangan lain yang di dalamnya juga terdapat tempat tidur, televisi dan beberapa barang lainnya, namun ruangannya agak kecil berbeda dengan kamar utamanya.
Violet pergi ke kamar kecil itu lalu membaringkan tubuhnya di sofa, ia menelpon temannya yang bernama Julian.
"Ngapain nelpon? Bukannya harusnya lu lagi sama suami lu?" tanya Julian sembari meledek.
"Apaan sih? Arkan masih marah kayaknya sama gue, dia sampai enggak mau gue sentuh sedikitpun," jelas Violet dengan wajah murung.
"Bukannya itu juga mau lu?"
"Iya sih, cuman sakit juga yah ternyata."
"Ya jelaslah, terus kalau sakit hati ngapain mau nikah sama Arkan?"
"Harusnya lu tau sih alasannya apa."
"Arkan masih pacaran yah sama Mawar?"
"Iya, kayaknya Arkan sayang banget deh sama Mawar, tapi baguslah."
"Violet," teriak Arkan.
"Julian udah dulu yah, nanti gue telpon lagi. Arkan manggil gue," setelah itu ia langsung mematikan telponnya lalu pergi ke Arkan.
"Ada apa?" tanya Violet dengan wajah datarnya.
"Masakin gue makanan lapar," titah Arkan.
"Masih belum pembantu di rumah ini, jadi lu masakin sana," tambah Arkan.
"Ya udah iya," Violet pergi keluar dari kamar Arkan.
Tidak lama setelah itu tiba-tiba Violet kembali masuk ke kamar, Violet berdiri di ambang pintu, "Enggak ada apa-apa, masa gue harus masak kulkasnya, belanja sana," titah Violet.
"Enggak males," balas Arkan pura-pura tidur.
"Ih...... Enggak pernah berubah deh dari dulu," Bentak Violet.
"Kalau mau belanja ambil kartu ATM gue di laci," titah Arkan menutup wajahnya dengan bantal.
Violet berjalan ke arah laci untuk mengambil kartu Arkan, namun tanpa di sangka di laci itu ia menemukan foto dirinya. Violet tersenyum kecil sambil mengambil kartu, ia pun kini pergi belanja.
Sebelum pergi ia memakai topi dan masker agar tidak ada yang mengenalinya, di supermarket ia membeli beberapa makanan instan, sayuran, buah-buahan dan keperluan lainnya. Tanpa di sangka ia juga bertemu dengan Julian di sana.
"Violet?" tanya Julian menatap Violet, ia tetap akan bisa mengenali Violet walaupun memakai masker dan topi.
"Ih jangan keras-keras nanti ada yang sadar, gue lagi males di tanya-tanya," bisik Violet menyenggol tangan Julian.
"Oh iya sorry."
"Udah belanjanya?" tanya Julian.
"Udah deh kayaknya ini cukup," balas Violet menatap dua troli yang sudah penuh.
"Lu belanja sendirian?" tanya Julian mencari keberadaan Arkan.
"Keliatannya, Arkan malah tidur," balas Violet bernafas dengan berat.
"Kurang ajar tuh orang, lu mana bisa bawa barang sebanyak ini."
"Iya sih, kok baru kepikiran."
"Ya udah gue anterin lu pulang, gue lagi enggak sibuk kok."
"Beneran?"
"Iya, lagian kapan gue bohong."
"Ya udah hayu."
Mereka langsung pergi ke kasir dan segera pulang ke rumah Arkan, "Mampir dulu yuk? Minum-minum dulu gitu," ajak Violet.
"Enggak ah enggak enak sama Arkan, lagian gue mau ke nyokap gue," tolak Julian sambil tersenyum.
"Oh ya udah makasih yah udah mau nganter."
"Oke, gue pamit," Julian pergi masuk ke mobilnya.
Violet pun langsung masak, selesai masak ia pergi ke Arkan untuk mengatakan bahwa masakannya sudah siap. Arkan pergi ke meja makan untuk makan, namun tiba-tiba Mawar masuk begitu saja ke rumah itu.
"Arkan aku kangen," ucap Mawar tanpa memperdulikan keberadaan Violet.
Violet menatap itu tanpa kaget, ia yau kalau hal ini akan terjadi kapanpun.
"Udah makan?" tanya Arkan menatap Mawar.
"Belum," balas Mawar manja.
"Ya udah makan bareng aja," ucap Arkan.
"Aku masak cuman sedikit, kalian makan aja berdua aku cari makan keluar aja," karena tidak mau sakit hati melihat Arkan dan Mawar bermesraan di depannya Violet memilih untuk pergi sana.
"Ya udah terserah," balas Arkan tidak peduli.
Mawar duduk di tempat Violet, sementara Violet pergi ke luar dalam keadaan sedikit sedih. Violet pergi ke penjual nasi goreng dan makan di sana dengan suasana hati kurang mengenakan.
"Violet?" seseorang tiba-tiba memanggilnya.
Violet yang sedang makan langsung menatap orang yang barusan memanggil namanya, "Caca?" ucap Violet.
"Ngapain di sini? Bukannya ini malam pertama lu sama suami lu?" tanya Caca yang kini duduk di sebelah Violet.
"Yah begitulah," Violet menghela nafasnya dengan berat.
Caca merupakan teman dekatnya Violet juga selain Julian, "Lu tinggal di daerah sini?" tanya Caca.
"Iya di rumahnya Arkan," balas Violet melanjutkan makannya.
"Tapi enggak baik tau cewek di biarin keluar malam gini sendirian," ucap Caca.
"Lu juga cewek keluar sendirian, mana pacar lu?"
"Lu kalau di bilangin selalu aja ngejawab."
"Biarin."
"Lu enggak syuting?"
"Paling besok gue masuk lokasi syuting, katanya masalah kemarin enggak buat film gue turun rating, soalnya gue juga langsung nikah kan sama Arkan."
"Bagus deh kalau gitu."
"Tapi apa lu enggak capek? Harusnya lu banyak istirahat tau."
"Enggak, gue enjoy aja kok. Gue malah seneng syuting."
"Ya udah asal lu bisa jaga kesehatan sih its okey, oh iya nasi goreng gue udah jadi gue pergi dulu yah. Enggak papah kan di tinggal sendiri?"
"Enggak papah, pergi aja lagian gue emang lagi pengen sendiri."
"Oke bye," Caca pergi naik mobilnya.
Selesai makan Violet tidak langsung pulang ia berkeliling dulu sebentar di sekitaran rumahnya, karena tidak pakai masker ada beberapa orang yang memintanya berfoto dan Violet dengan senang hati melakukannya, dengan begitu pikirannya sedikit teralihkan.
Selesai jalan-jalan Violet pulang, baru saja Violet masuk Arkan sudah menatapnya dengan tajam.
"Ada apa lagi? Makannya enggak enak? Atau ada yang keracunan?" tanya Violet malas berantem.
"Dari mana aja sih?" tanya Arkan marah.
"Abis makan di luar," balas Violet.
"Ya gue tau, cuman lama banget enggak liat jam berapa sekarang?"
"Yah barusan abis jalan-jalan dulu, takutnya kalau abis makan pulang nanti ganggu lu berduaan."
"Lagian ngapain lu keluar dih tadi, makan bertiga juga cukup."
"Udahlah gue males banget berantem, jadi udah jangan dipermasalahkan," Violet pergi ke dapur untuk cuci piring ia tau bahwa piring kotor pasti belum di cuci.
"Udah gue cuci tadi," ucap Arkan yang tau mengapa Violet pergi ke arah dapur.
"Oh ya udah enggak jadi," Violet putar balik dan pergi ke kamarnya, ia harus tidur cepat karena besok ada syuting.
Paginya setelah selesai menyiapkan sarapan Violet segera pergi ke lokasi syuting, ia membangunkan Arkan terlebih dahulu lalu pergi begitu saja. Sesampainya di lokasi semua orang menyambut Violet dengan hangat mereka juga memberikan selamat pada Violet, ada juga di antaranya yang memberikannya hadiah pernikahan.
"Makasih yah untuk hadiahnya," Violet terlihat senang.
"Tolong simpen di mobil aja yah semuanya," pinta Violet pada asistennya.
"Vio," panggil Julian.
"Julian? Kok ada di sini?" tanya Violet menatap Julian yang mendekat.
"Kebetulan aku lagi ada kerjaan di sini, ternyata kamu syuting di sini juga makannya aku samperin," balas Julian, semua pemain dan kru juga mengenal Julian, makannya Julian di biarkan menghampiri Violet.
"Oh gitu yah? Gimana udah selesai kerjaannya?" tanya Violet.
"Belum, gue juga mampir bentar doang ini mau balik lagi," balas Julian.
"Hay Julian yah," lawan main Violet yang bernama Nanda menyapa Julian.
"Hay juga, iya gue Julian. Lu Nanda kan? Aktor yang jadi lawan main Violet?" tanya Julian menyapa balik Nanda.
"Iya salam kenal," balas Nanda.
"Oh iya selamat yah atas pernikahannya," ucap Nanda menatap Violet.
"Iya makasih."
"Ini ada kado, maaf juga enggak bisa hadir soalnya lagi sibuk," jelas Nanda memberikan kotak kado pada Violet.
"Makasih yah."
"Ya udah gue cabut duluan yah, takutnya udah pada nunggu," Julian pamit pergi.
"Dah, nanti jam makan siang kalau kosong ke sini lagi yah kita makan siang bareng," balas Nanda.
"Siap."
Nanda dan Violet juga mulai melakukan syuting, sementara itu di kantor Arkan juga mendapatkan sambutan dan banyak ucapan selamat dari karyawannya. Arkan masuk ke ruangannya lalu duduk menyenderkan punggung ke senderan kursi.
"Ah..... Lelahnya," ucap Arkan.
Ponselnya berbunyi, ternyata Mawar menelpon dirinya, Arkan langsung mengangkat telpon dari Mawar, "Ada apa?"
"Sayang aku enggak boleh ke kantor kamu?" tanya Mawar dengan nada manja.
"Jangan dulu, buat saat ini kita enggak usah ketemu di tempat ramai dulu. Soalnya bisa-bisa papa marah besar," jelas Arkan.
"Jadi kita cuman boleh ketemuan kalau di rumah atau di tempat sepi aja? Kita enggak bebas ketemuan nih?"
"Yah begitulah."
"Sayang padahal aku kangen banget tau sama kamu, mana semalem cuman bentar lagi ketemunya. Kamu sih kenapa malah nyuruh aku pulang cepet-cepet."
"Ya udah nanti malem kita ketemuan di Clube."
"Bener nih? Ah..... Boleh tuh."
"Ya udah sampai nanti," Arkan mematikan sambungan telponnya.
Kembali ke Violet, saat waktunya makan siang Julian ikut makan siang bersama Violet dan Nanda.
"Kalian udah temenan lama?" tanya Nanda menatap Violet dan Julian bergantian.
"Yah lumayan lama lah, kita temenan dari kecil soalnya," balas Julian tersenyum.
Mereka makan di kafe dekat lokasi.
Selesai makan mereka mulai kembali ke aktivitasnya masing-masing, Julian kerja sementara Nanda dan Violet melanjutkan syutingnya yang belum selesai. Malam pun tiba selesai syuting Violet segera pulang ke rumahnya di bantu asisten pribadinya.
"Kamu pulang aja, biarin aku yang beresin barang ke dalem," ucap Violet saat turun dari mobilnya.
"Beneran enggak papah?" tanya asistennya.
"Iya beneran udah malam juga, besok aja beresinnya."
"Ya sudah saya pulang," Asistennya pamitan pulang.
Violet masuk ke rumah membawa beberapa barangnya, sampai di rumah ia sadar bahwa Arkan belum pulang karena lampu masih gelap dan memang tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam rumah itu.
"Padahal ini udah malem loh, kok masih belum pulang juga," gumam Violet sambil masuk ke kamarnya membereskan semua barang bawaannya.
Kemudian ia mandi lalu menunggu kepulangan Arkan di ruang tengah, padahal ia saat ini sudah ngantuk dan juga kelelahan. Kini sudah jam 12 malam dan Arkan nyatanya masih belum pulang, Violet sudah ketiduran di sofa, tidak lama setelah itu Arkan pulang dengan keadaan setengah sadar.
Arkan terdiam menatap Violet yang tergeletak di sofa karena ketiduran, Arkan menghampiri Violet lalu membangunkannya.
"Bangun, ngapain tidur di sofa lu kan punya kamar," ucap Arkan sambil menepuk tangan Violet perlahan.
Violet terbangun lalu menatap Arkan, "Duduk," Violet yang tau Arkan mabuk ia mendudukkan Arkan di sofa sementara dirinya pergi ke dapur walaupun dalam keadaan ngantuk dan menguap terus.
Tidak lama Violet kembali sambil membawa segelas susu putih hangat, "Nih minum, biar enggak terlalu pusing," Violet menyodorkan gelasnya pada Arkan.
Arkan mengambilnya dan langsung meminumnya sampai tandas, Arkan di bawa ke kamar oleh Violet dan di tidurkan di kasur. Di kemeja Arkan terdapat lipstik merah yang sudah pasti milik Mawar, "Ternyata abis berduaan sama Mawar," gumam Violet dalam hatinya.
Violet membuka sepatu Arkan dan menyelimuti Arkan, setelah itu ia ke kamarnya untuk tidur. Sementara itu di sisi lain Julian baru saja sampai ke rumahnya di sana ia bertemu dengan kakak perempuannya, "Bagaimana kerjaannya sudah selesai?" tanya Kakaknya Julian yang bernama Jeje.
"Sudah, sudah ku tangani semuanya tenang saja," balas Julian pergi ke arah kamarnya yang ada di lantai 2.
"Baguslah, jangan lupa makan malam. Semuanya masih ada di meja makan," teriak Jeje.
"Iya."
Julian masuk ke kamarnya lalu membaringkan tubuhnya karena kelelahan, Julian kini hanya tinggal bersama kakaknya karena kedua orang tuanya ada di Amerika dan menetap di sana karena pekerjaan. Yah kadang kedua orang tuanya Julian juga berkunjung ke Indonesia namun itu sangatlah jarang.
Julian juga di ajak tinggal di Amerika namun karena beberapa alasan Julian menolaknya, untuk menemani Julian kakaknya pun tinggal di Indonesia tidak ingin meninggalkan adik kesayangannya sendirian.
Julian sering kali merasa kesepian karena memang sedari kecil Julian selalu di tinggalkan oleh kedua orang tuanya untuk bekerja. Untung saja sedari kecil Violet selalu bersamanya hingga membuat kehidupan Julian tidak terlalu sepi dan sedikit berwarna.
Hari kembali berganti dengan begitu cepatnya, kebetulan hari ini tiba-tiba Violet tidak syuting ada beberapa kendala di lokasi syutingnya. Jadi Violet hari ini akan bersantai di rumah menikmati hari liburnya ini, sementara Arkan sudah siap untuk pergi ke kantor.
Violet membuatkan sarapan roti bakar di beri roti coklat, "Nih," ucap Violet memberikan piring berisi roti.
Arkan menatap roti itu.
"Tenang aja, isinya selai coklat. Gue masih tau kok kalau lu alergi kacang," balas Violet.
Arkan barulah mengambil roti itu dan memakannya.
"Tumben belum mandi," ucap Arkan menatap Violet yang duduk di depannya.
"Enggak pergi syuting, jadi buat apa mandi pagi," balas Violet dengan nada malas.
"Oh........" Arkan menganggukkan kepala.
"Lain kali kalau mau pulang malem bisa kan kabarin, apalagi karena pulang malem abis pacaran," ujar Violet tanpa menatap Arkan.
"Memangnya kenapa?"
"Nggak tau ah."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!