...♥️♥️Hallo.. Hallo.. Guys.. !!! Salam sehat dimanapun kalian berada.. !!!♥️♥️...
...Jumpa lagi sama cerita Tina Rifky yang baru. Kali ini saya Menceritakan Perjuangan seorang gadis yang begitu Tegar, Mandiri dan Tangguh. Meski Begitu, tetap saja Akan ada Pangeran yang akan mencintainya guys. Semoga gadis ini bisa melewati semua ujian dalam hidupnya. Mari kita baca cerita ini yah, Kakak, Mas, Ibu-ibu dan Bapak-bapak semuanya. Kalau suka dilanjutkan yah. Jangan lupa Like, Vote, Komentar, Favorite juga biar engga ketinggalan Upnya, boleh kalau ada hadiah ☕♥️🌹 dan hadiah tips lainnya. Terima kasih....
21 + Bocil harap minggir.
🥰Happy Reading🥰🥰
Bulan purnama bersinar sempurna diatas langit, sangat indah jika dipandang. Apa lagi memandangnya dengan sang kekasih, semakin terlihat indah bulan ditemani bintang yang berkelap-kerlip.
Terlebih lagi malam ini adalah malam minggu, banyak muda-mudi yang keluar dimalam ini. Apa lagi kalau mereka memiliki seorang kekasih pujaan hati.
Namun, malam ini dirinya hanya berdiam diri, di dalam kamar kontrakkan yang berukuran empat kali empat meter saja, dengan kamar mandi dan dapur yang berukuran dua kali empat meter.
Gadis itu bernama Laura Casandra, anak seorang yatim piatu yang orang tuanya adalah keluarga berada. Papinya yang bernama Samuel Casandra dan Maminya yang bernama Alisa Maurin.
Namun, karena keserakahan dari Kakak Papinya Laura, yang bernama Samudra Casandra, diapun diusir dari rumahnya sendiri, setelah kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah insident pesawat jatuh di atas permukaan laut.
Meski hingga kini jasad mereka belum ditemukan, pihak berwajib sudah menutup kasus mereka, karena waktu dua bulan pencarian mereka tidak membuahkan hasil.
Laura terpaksa tinggal bersama teman sekolahnya, saat dirinya diusir dari rumahnya sendiri. Laura saat itu masih berusia tiga belas tahun, dia masih duduk dibangku kelas delapan.
Laura tinggal bersama temannya yang bernama Mitha Angraini, temannya dari keluarga sederhana. Namun, Laura bahagia menjadi bagian dari keluarga tersebut.
Laura dan Mitha semakin berteman baik hingga kini mereka duduk di bangku kuliah semester akhir. Usia Laura dan Mitha hanya berbeda dua hari, maka dari itu mereka sering merayakan ulang tahun bersama.
Musim panas saat ini membuat suhu dalam ruangan kontrakkanpun sedikit membuatnya gerah, apa lagi kipas angin dikamarnya sedang rusak.
Laura memutuskan untuk mengenakan baju berbahan tipis saja, yang berbentuk daster. Laurapun sering kali membuka jendela kamarnya, agar ada angin dari luar jendela yang masuk.
Hawa kamar mulai terasa dingin, dan angin sepoi-sepoipun berhembus masuk kedalam ruangan kamar kontrakkannya itu. Laura selalu mematikan lampu, jika dirinya akan beranjak tidur. Diapun akhirnya tertidur lelap dan menyambangi mimpinya.
Seorang Pria, masuk melalui jendela kamar Laura. Dia sering lupa menutup kembali jendela kamarnya tadi, sebelum tidur.
Pria itu mulai menghujani ciuman diwajah dan bibir Laura dengan lembut, sentuhan Pria itu sedikit mengusik Laura. Namun, tidak sampai membangunkan Laura dari tidurnya.
Pria itupun sangat berhati-hati saat menyentuhnya, gairahnya semakin tidak terkendali. Pria itu tidak ingin sampai membangunkan wanita itu, yang saat ini sudah membuat hasratnya sedang memuncak.
Pria itu mulai menelan salivanya, saat melihat paha mulusnya Laura, yang samar terlihat cahaya remang dari luar jendela.
Pria itu mulai melucuti celana bahan segi tiga Laura, karena Laura hanya memakai daster tipis yang sudah tersingkap sampai keatas bagian sensitivenya.
Setelah area sensitive Laura terlihat samar oleh Pria itu karena pencahayaan yang minim, tanpa ragu Pria itu langsung melahapnya dengan lembut. Setelah area sensitive Laura basah, Pria itupun langsung memasukkan benda tumpulnya dengan sempurna. "Jleb.."
"Aaaaawh.." Pekik Laura saat merasakan sakit diarea sensitivenya.
Laura terbangun dari tidur nyenyaknya, dirinyapun sangat terkejut dengan apa yang telah terjadi. Mata Laura membulat sempurna, saat seseorang sedang menguasai dirinya.
"Siapa loe? Lepasin tangan gue! Loe ngapain ada diatas tubuh gue? Lepasin gue, tolong.. ! Loe sudah gila yah? Turun loe dari atas tubuh gue, tolong.. !" Laura terus meracau dan berteriak kepada Pria itu.
Pria itu tidak bersuara sama sekalih, Laura mencoba mendorong tubuh Pria itu dari atas tubuhnya. Namun, tenaga Pria itu amatlah kuat, tidak sebanding dengan tenaga Laura.
Pria itu langsung membungkam bibir Laura dengan rakus, namun Laura langsung menggigit bibir bawah Pria tersebut. Pria itu sedikit meringis. "Aawh.. siyal.." Pria itu merasakan perih dibibirnya, setelah digigit oleh Laura.
Pria itu tidak menyerah, diapun kemudian mengancam Laura. Jika masih berteriak dan menolaknya. "Diam! Jangan berteriak, atau saya akan menyakitimu lebih dari ini! Kamu lebih baik nikmati saja apa yang sedang saya lakukan sekarang."
Dari pada nyawanya terancam, Laurapun mau tidak mau mengikuti kemauan Pria tersebut. Air matanya sudah mengalir deras dan tubuhnya sudah terasa remuk saat ini.
Pria itu terus menggerakkan pinggulnya, naik turun diatas tubuh Laura. Lalu dia menghentakkan miliknya dengan kuat, suara erang an dan desah an dari bibir keduanyapun semakin membuncah, hingga akhirnya keduanyapun melakukan pelepasan dengan sempurna. "Aaah.."
Pria itu kemudian mencabut miliknya, dari area sensitive Laura. Pria itu kemudian mengecup kening dan bibir Laura lembut, diapun membisikan sesuatu. "Maaf, saya akan bertanggung jawab sama kamu, suatu hari nanti kamu akan mengerti kenapa saya melakukan ini."
Laura membenci Pria itu, sungguh sangat membencinya. Suaranya terus terngiang di telinganya, sampai kapanpun dia tidak akan pernah lupa dengan suara pria itu, yang sudah merampas kesuciannya yang selalu dia jaga selama ini.
Pria itu lantas pergi setelah berpakaian rapi kembali, dia melompat melalui jendela kamarnya Laura.
Laura ingin berdiri dan menutup jendela kamarnya. Namun, area sensitivenya terasa ngilu dan perih. "Aaawh.. " Pekik Laura.
Laura tetap berusaha berdiri untuk menutup jendela kamarnya lalu menguncinya, dirinya takut pria bajing an itu akan datang kembali nanti.
"Dasar Pria bajing an, breng sek, tidak berperasaan, bejat, jahat... hikkzz.. hikkzz.. hikkzz.." Laura terus memaki Pria yang sudah merampas kesuciannya itu, dengan memukul-mukul guling sebagai sasaran yang Laura anggap sebagai Pria itu.
"Aku tidak akan pernah melupakan suaramu! Aku akan selalu mengingatnya." Ucap Laura lirih dengan derai air mata.
Selama hidupnya, Laura tidak pernah berpacaran. Dirinya tidak sempat berpacaran, menurutnya hanya membuang-buang waktu dan pikiran saja.
Dia pikir bekerja paruh waktu sambil kuliah saja sudah menyita dan menguras waktu, pikiran dan tenaga. Apa lagi kalau ditambah dengan harus berpacaran, semakin berat hidupnya.
Laura yang tegar dan mandiri sebagai anak yatim piatu, tidak pernah mengeluh selama ini. Mungkin semua itu terjadi karena keadaan yang membuatnya harus seperti itu.
Laura terus menangis sejadi-jadinya, tanpa memperdulikan tetangga kontrakkannya yang berada disebelah kamarnya. Tapi, mereka kebanyakan menghabiskan malam minggu keluar rumah untuk sekedar jalan-jalan dan bersenang-senang.
Laura menyalakan lampu kamarnya, lalu diapun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, yang sudah rusak dan tidak suci lagi pikirnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul dua pagi. Teman akrabnya Mitha kadang pulang ke kontrakkan, kadang juga pulang kerumah orang tuanya.
"Hikkzz.. hikkzz.. hikkzz.. Mami.. Papi.. Laura sudah rusak... Laura sudah tidak suci lagi.. hikkzz.. hikkz.. Laura ingin ikut bersama kalian saja, Laura sudah hancur Mih.. Pih..." Tangis Laura semakin menjadi didalam kamar mandinya dengan merintih dan bibir bergetar.
Laura terus mengusap kasar seluruh tubuhnya dengan sabun, seakan-akan ada noda yang menempel ditubuhnya. Dirinyapun tidak henti-hentinya menangisi nasibnya.
...♥️♥️♥️🌹🌹🍒🍒♥️♥️♥️...
Bagaimana cerita saya kali ini? Mohon like dan komennya yah! Boleh juga hadiahnya bagi Readers yang baik hati dan tidak sombong. Terima kasih yah, salam bahagia selalu dari Tina Rifky.
--BERSAMBUNG--
...Jangan lupa kasih like, favorite, vote dan tips komentar yah. Terima kasih....
...♥️♥️Hallo.. Hallo.. Guys.. !!! Salam sehat dimanapun kalian berada.. !!!♥️♥️...
...🌹🌹Mari kita lanjut baca cerita ini yah, Kakak, Mas, Ibu-ibu dan Bapak-bapak semuanya. Kalau suka dilanjutkan yah. Jangan lupa Like, Vote, Komentar, Favorite juga biar engga ketinggalan Upnya, boleh kalau ada hadiah ☕♥️🌹 dan hadiah tips lainnya. Terima kasih.🌹🌹...
🥰🥰Happy Reading🥰🥰
Di kediaman keluarga Sofyan Maha Putra.
Sebastian Maha Putra sedang meneguk segelas anggur merah di kamarnya. Dia saat ini sedang menyesali, semua perbuatan yang baru semalam dia lakukan pada gadis yang dia kagumi selama ini.
"Breng sek.. bede bah.. kenapa kau rusak gadis itu SEBASTIAN MAHA PUTRA...!" Maki Sebastian pada dirinya sendiri, lalu dia melempar gelas ditangannya ke tembok.
"Praaaank.." Bunyi gelas pecah.
"Ha.. ha.. ha.. tapi memang itu yang harus aku lakukan! Apa yang aku lakukan sudah benar. Aku tidak akan melepaskan gadis itu, dia milikku hanya milikku." Sebastian tertawa puas dengan menyatakan gadis itu adalah miliknya.
Dengan tersenyum menyeringai diapun langsung menenggak kembali, anggur merah itu dari botolnya.
"LAURA CASANDRA.. AKU MENCINTAIMU..."
♥️Flash Back On.♥️
"Door.. door.. door.." Teresia menggedor pintu kamar Sebastian dengan kesal.
"Sebastian Maha Putra.. Sebastian Maha Putra.. lekas keluar kamu! Jangan pura-pura beralasan mengantuk atau kelelahan akibat bekerja. Kali ini Mama tidak mau kamu menolak lagi perjodohan dengan wanita pilihan Mama dan Papa. Kalau kamu masih tidak mau keluar, jangan harap Papa dan Ma.."
"Jeglek.." Bunyi pintu kamar dibuka oleh Sebastian.
"Kenapa sih Mah? Berisik sekalih! Pusing kuping ini dengarnya Mah." Ucapan Sebastian menghentikan kata-kata Mama Teresia yang sedang mengomel.
"Kenapa jadi kuping yang pusing, hah..? Dimana-mana itu kepala yang pusing, Sebastian!"
"He.. he.. he.. sengaja Mah, biar mulut Mama engga nyerocos terus kayak petasan."
"Dasar anak kurang di ajar, anak tidak tahu aturan, bisa-bisanya mengatai Mama kayak petasan, hah.. ! Sini kuping kamu, Mama jewer sekalian."
"Aaawww.. sakit Mah! Ampun.. ampun deh, Mah." Pekik Sebastian mengaduh sakit, saat kupingnya dijewer Mama Teresia.
"Rasakan.. akibatnya, kalau anak durhaka seperti kamu. Ha.. ha.. ha.. biar putus sekalian!"
"Aiishh.. kejam banget jadi orang tua!"
"Biar saja kejam, kalau tidak kejam kamu jadi anak yang pembangkang terus. Ayo cepat mandi, langsung berpakaian rapi dan kita akan segera berangkat pukul tujuh malam ini."
"Kalau aku tidak mau, bagaimana Mah?"
"Tidak ada alasan lagi, Mama dan Papa sudah lelah menghadapi kamu yang selalu banyak alasan untuk mengelak. Ingat.. usia kamu sudah menginjak 30 tahun, usia yang cukup matang untuk menikah. Camkan itu!"
"Baru 29 tahun Mah, belum 30 tahun! Masih kurang enam bulan lagi ulang tahunku." Bantah Sebastian, tersenyum miring.
"Aiish.. apa bedanya? Toh hanya hitungan bulan, bisa saja kamu ngelesnya kayak bajaj."
"Terserah Mama saja deh, he.. he.. he.."
"Apa kata kamu, hah.. ?" Tanya Mama membelalakan matanya kearah wajah tampan Sebastian.
"Iya.. iya.. aku akan mandi sekarang... ! He.. he.. he.."
"Awas kalau kamu kabur lagi! Kali ini, kalau sampai kamu kabur lagi, Mama dan Papa tidak segan-segan untuk mencoret nama kamu dari ahli waris. Ingat itu baik-baik!" Ancam Teresia sebagai gertakan, karena bagaimanapun Sebastian adalah anak kesayangan sang Mama.
Kemudian Teresiapun meninggalkan Sebastian untuk menemui suaminya Sofyan Maha Putra.
"Huuh.. bawel sekalih punya Mama yang satu ini, beraninya mengancam terus anaknya. Memangnya harus apa, dijodohkan dengan wanita sederajat lah, kalangan bisnis lah, wanita berkelas lah dan bla... bla.. bla.." Umpat Sebastian kesal.
Sebastianpun menutup pintu kamarnya kembali, lalu pergi mandi dengan cepat.
Sebastian mematut dirinya di depan cermin, dengan pakaian yang stylish dengan jas mahalnya, celana berwarna hitam yang elegant dan sepatu pantofelnya yang mahal pula.
Terlintas wajah Laura Casandra dipikirannya meski sekilas, diapun tersenyum saat memikirkan hal itu.
"Gadis itu selalu menghantuiku! Kenapa aku tidak bisa melupakan senyuman manisnya, wajah cantiknya dan sikap ramahnya kepada semua orang?" Ucap Sebastian dalam gumaman, lalu diapun mengulum senyum.
Sebastian menghampiri Mama dan Papa di ruang keluarga. Dia berjalan gontai, seakan dirinya ingin menghentikan waktu saat ini juga, ataupun menghilang sementara waktu dari situasi saat ini.
Namun, untuk saat ini dirinya tidak mampu melakukannya, karena ancaman dari Mama dan Papa sekarang ini sudah final, tidak bisa diganggu gugat lagi.
"Hai.. sayang, Sebastian Maha Putra. Ini baru putra kesayangan Mama, ayo sekarang juga kita berangkat."
"Mah, David dan Jenifer kemana? Memangnya, mereka tidak ikut mengunjungi calon istriku?"
"Tidak, mereka malas katanya. Sudah bosan untuk yang kesekian kalinya, kamu selalu mangkir setiap akan melamar gadis pilihan Papa dan Mama."
"Ooh.. bagus deh, engga perlu banyak orang juga. Lagi pula ini belum tentu berhasil, kita lihat saja nanti!" Sebastian berguman pelan, namun Teresia mendengarnya karena posisi mereka yang berdekatan.
"Apa kamu bilang hah..? Belum tentu berhasil? Apanya yang belum tentu berhasil?" Tanya Teresia memastikan dirinya tidak salah mendengar.
"Engga Mah, aku engga ngomong gitu sih. Mama salah dengar tuh." Elak Sebastian dengan wajah datar tanpa berdosa.
"Awas saja, kalau kamu macam-macam dan mengacaukan lamaran lagi kali ini." Ancam Teresia menatap sengit anaknya.
"Ha.. ha.. ha.. Pah, ayo kita jadi pergi atau tidak?" Sebastian tertawa dengan ancaman dan tatapan Mamanya, lalu memalingkan wajahnya kearah Papa Sofyan seraya bertanya.
"Jadi dong, ayo Mah.. jangan ngomel terus, anakmu itu semakin dimarahi semakin menjadi nakalnya." Ujar Papa Sofyan menenangkan.
"Aiish.. anak dan Papa sama saja sifatnya, sama-sama keras kepala." Decak Teresia menggelengkan kepalanya heran.
"Ha.. ha.. ha.." Tawa Papa dan Sebastian.
Akhirnya merekapun pergi menuju kediaman keluarga Samudra Casandra, untuk melamar putri semata wayangnya yang baru saja menyelesaikan studynya di Amerika.
Tidak butuh waktu lama, Sebastian dan kedua orang tuanyapun, sudah sampai didepan gerbang yang menjulang tinggi, yang begitu kuat dan megah.
Setelah satpam rumahnya membukakan pagar otomatisnya, supir pribadi keluarga Sofyanpun memasuki halaman parkir rumah keluarga Samudra Casandra.
Samudra Casandra bersama istrinya Maya Frisila dan anak gadisnya Calista Casandra, sudah menunggu kedatangan mereka di depan rumahnya.
"Hallo.. selamat datang calon besan dan menantu." Ucap Samudra ramah dengan senyuman mengembang.
"Hallo juga selamat malam, maaf.. kami datang terlambat." Ucap Papa Sofyan menyesal.
"Tidak.. kalian tidak terlambat sama sekali. Ayo kita masuk kedalam." Ajak Samudra dengan ramah.
Merekapun masuk kedalam rumah Samudra, yang tidak jauh berbeda dengan rumah Sofyan.
"Jeng Teresia, itu anak kamu Jeng? Tampan sekali." Tanya Maya Frisila seraya memuji.
"Iya Jeng Maya, ini putra pertamaku namanya Sebastian Maha Putra yang akan melamar putri cantikmu itu." Ujar Teresia memperkenalkan anaknya.
"Sebastian Maha Putra! Namanya bagus dan wajahnya sangat tampan, calon menantu idaman." Puji Maya Frisila tersenyum manis.
"Ayo, kalian berkenalan dong. Biar lebih leluasa, kalian Mama beri waktu berdua. Ajak saya mengelilingi rumahmu dong Jeng Maya." Ucap Teresia kepada putranya Sebastian, lalu mengajak Maya untuk meninggalkan mereka berdua.
Papa Sofyan dan Samudrapun mengikuti istri mereka pergi.
Sebastianpun akhirnya mengulurkan tangannya kearah gadis itu, putri dari mereka.
"Salam kenal Kak Sebastian, nama aku Calista Casandra, aku putri tunggal dari Papi Samudra dan Mami Maya. Aku baru saja lulus study S1 di Amerika." Ucap Calista dengan membanggakan diri.
"Casandra? Kenapa nama belakangnya sama dengan Laura Casandra, gadis yang aku sukai?" Bathin Sebastian berucap.
"Hallo Kak.. Apa Kak Sebastian melamun?" Tanya Calista heran.
"Heem.. kamu sudah tahu nama saya, bukan? Jadi, saya sudah tidak perlu mengenalkan diri lagi." Ucap Sebastian dingin.
"Pria ini dingin banget sama aku, apa perlu aku panasi biar sikapnya lebih hangat padaku?" Niat mesum Calista dalam hatinya.
Calistapun membuka satu kancing bajunya, hingga belahan dadanya makin terekspos. Sebastianpun tidak menolak, saat jari tangan Calista menempel di bibirnya.
Dengan susah payah, Sebastian menelan salivanya. Wajahnya sudah memerah, tubuhnya tiba-tiba merasa panas saat bibir Calista melahap rakus bibir Sebastian.
Saat mereka berciuman, tiba-tiba saja wajah Laura melintas di penglihatan Sebastian. Dengan kasar, Sebastian mendorong tubuh Calista dan melepaskan pangutan bibirnya.
...♥️♥️♥️🌹🌹🍒🍒♥️♥️♥️...
Bagaimana cerita saya kali ini? Mohon like dan komennya yah! Boleh juga hadiahnya bagi Readers yang baik hati dan tidak sombong. Terima kasih yah, salam bahagia selalu dari Tina Rifky.♥️♥️♥️🌹🌹🍒🍒
--BERSAMBUNG--
...Jangan lupa kasih like, favorite, vote dan tips juga komentarnya yah. Terima kasih.🙏🙏...
...♥️♥️Hallo.. Hallo.. Guys.. !!! Salam sehat dimanapun kalian berada.. !!!♥️♥️...
...🌹🌹Mari kita lanjut baca cerita ini yah, Kakak, Mas, Ibu-ibu dan Bapak-bapak semuanya. Kalau suka dilanjutkan yah. Jangan lupa Like, Vote, Komentar, Favorite juga biar engga ketinggalan Upnya, boleh kalau ada hadiah ☕♥️🌹 dan hadiah tips lainnya. Terima kasih.🌹🌹...
🥰🥰Happy Reading🥰🥰
Calista tidak terima, saat Sebastian mendorong tubuhnya dalam posisi dirinya sedang berciuman. Dirinya merasa dilecehkan dan direndahkan oleh seorang Pria, yang selama ini terbiasa mengemis cinta kepadanya.
"Shiit.. dia menolakku!" Umpat Calista kesal, diapun akhirnya berakting menangis untuk mengundang para orang tuanya, agar terdengar suara tangisannya.
"Sebastian Maha Putra, apa yang sedang kamu lakukan kepada putri saya, hah..? Kenapa kamu membuat putri saya menangis?" Tanya Tuan Samudra merasa aneh, pasti telah terjadi sesuatu dengan mereka.
Calistapun memanfaatkan keadaan dirinya kini yang bajunya sudah sedikit terekspos, dengan wajah yang sudah menangis pilu. Dirinyapun menatap iba kedua orang tua Sebastian, seperti meminta pertolongannya.
Sedangkan Mami Maya langsung membenahi pakaian anak gadisnya yang sudah terekspos itu, lalu menautkan kembali kancing bajunya.
Papa Sofyan dan Mama Teresia, akhirnya mengerti dari tatapan calon menantunya, seakan meminta bantuan mereka.
"Tidak.. ! Sebastian tidak melakukan apa-apa Mah.. Pah.. ! Tolong percaya kepada Sebastian, Putri Om lah, yang sudah berbuat mesum kepada saya." Bantah Sebastian membela diri kepada kedua orang tuanya dan calon mertuanya.
"Hah..? Apa saya tidak salah dengar, dengan ucapanmu Sebastian Maha Putra?" Tanya Tuan Samudra mengejek.
"Papa juga tidak percaya padamu Sebastian, dengan apa yang kamu katakan." Ucap Papa Sofyan.
Teresia ingin mempercayai ucapan anaknya, Sebastian. Namun, dirinya masih ragu. Walau bagaimanapun, buktinya sudah jelas, jika calon menantunya itu pakaiannya sudah terekspos.
Kalau dipikir, memang siapa yang akan menolak dengan kecantikan seorang gadis bernama Calista Casandra yang wajahnya cantik, putih mulus, hidung mancung, bibir ranum dan tubuh ideal.
Selain itu juga berpendidikan lulusan S1 dari Amerika, dengan nilai IQ diatas rata-rata orang normal. Calista memiliki IQ tinggi mencapai 130, dia termasuk golongan genius. Namun sayangnya kegeniusannya ini, dia manfaatkan untuk hal tidak baik.
Semuapun tidak akan percaya dengan ucapan Sebastian, karena bukti kuat sudah mengarah kepada Calista.
Calista tersenyum puas didalam hatinya, meski dirinya sedang menangis.
"Iyes, aktingku berhasil dengan sempurna." Ucap Calista dalam hatinya.
Sebastianpun akhirnya pasrah, diapun tertunduk lemah dengan kedua jari tangan mengepal. Ingin melawanpun percuma, dirinya tidak ada yang membelanya saat ini. Dia mengakui, gadis didepannya itu sungguh ular betina yang berbisa.
"Tuan Sofyan, bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan? Kejadian memalukan ini, sungguh bukan yang kita harapkan. Apa sebaiknya, besok kita nikahkan saja mereka?" Ujar Samudra memberi usul.
"Apa tidak terlalu cepat, Tuan Samudra? Pernikahan itu bukan main-main, kita harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang." Ucap Sofyan mempertimbangkan dahulu.
"Benar juga sih Tuan Sofyan. Tapi, saya tidak ingin nama baik anak saya tercemar, kalau sampai kejadian ini terdengar oleh telinga orang lain."
"Kalau begitu bagaimana baiknya? Dua minggu dari sekarang, kita bisa membuat persiapan pernikahan. Biar anak buah saya yang akan membantu persiapan semuanya mulai dari awal hingga akhir." Jelas Sofyan.
"Baiklah kalau begitu, saya setuju Tuan Sofyan." Ucap Samudra dengan tersenyum senang.
"Pah.. kenapa mengambil keputusan sepihak, tanpa meminta persetujuan Sebastian? Ini tidak adil Pah!" Kata Sebastian yang mulai merasa geram.
"Sabar sayang, kamu harus menerima Calista untuk menjadi istrimu. Ini adalah yang terbaik." Ucap Mama Teresia menenangkan anaknya dengan mengusap-usap punggungnya lembut.
"Tapi Mah, setidaknya penjajakan dahulu sebelum menikah dua sampai tiga bulan."
"Tidak.. tidak ada kata penolakkan! Keputusan Papa dan calon mertuamu sudah Final. Tidak bisa diganggu gugat lagi."
Akhirnya Sebastianpun pasrah, menerima semua keputusan Papa Sofyan dan Om Samudra.
*******
Dari ruangan kerja, Sebastian bisa melihat para pekerjanya yang sedang sibuk melayani para tamu yang akan memesan makanan dan minuman. Namun dari luar ruangannya, mereka tidak bisa melihat Sebastian.
Kaca ruangannya terbuat dari bahan kaca ribben berwarna hitam, hingga memudahkan dirinya untuk memperhatikan setiap orang dari ruangannya.
Sebastian adalah anak pemilik restoran terbesar di Jakarta, mereka memiliki lima cabang yang tersebar luas di Jakarta. Salah satunya restoran yang dipegang oleh Sebastian saat ini.
Sebastian menghubungi Asisten pribadinya Andre, yang masih mengurusi para pekerja yang kewalahan karena tamu yang sedang membeludak, untuk makan di restorannya yang bernama Restoran Maha Putra Grup bintang lima.
"Maaf Tuan, ada apa tadi menelpon? Saya sedang sibuk tadi, maaf baru bisa kesini." Ucap Asisten Andre dengan menyesal.
"Heeem... apa kamu sudah dapat alamat rumahnya, Laura Casandra?" Tanya Sebastian serius.
"Sudah Tuan, alamatnya ada di file CV saat dirinya melamar kerja disini dulu. Tapi, ada yang bilang itu adalah alamat rumah temannya yang bernama Mitha Angraini. Sekarang mereka tinggal berdua, disebuah kontrakkan tidak jauh dari sini." Ujar Asisten Andre dengan panjang lebar.
"Cari alamatnya yang tepat, saya menginginkannya sekarang juga. Saya tidak punya banyak waktu lagi, saya harus mendapatkan alamatnya." Perintah Sebastian dengan tegas.
"Siap Tuan, saya akan secepatnya mencari alamatnya Laura." Ucapnya Andre cepat.
Tanpa menunggu lama lagi, Andrepun langsung mencari tahu alamat rumah Laura kepada Mitha teman satu kontrakkannya.
"Mitha, kamu dipanggil oleh Pak Andre tuh diruangannya." Ujar Agus, sesama karyawan restoran tersebut.
"Iya Gus, ada apa yah Pak Andre memanggil aku?" Tanya Mitha penasaran. Sedang Agus hanya menggelengkan kepalanya pelan dan mengangkat bahunya keatas sedikit.
Mithapun akhirnya mendatangi ruangan Asisten Andre dengan wajah penuh tanya.
"Tok.. tok.." Bunyi pintu diketuk.
"Silahkan, masuk." Ucap Andre ramah.
"Selamat siang pak! Apa benar Bapak memanggil saya? Ada apa yah Pak, kalau boleh saya tahu?"
"Selamat siang, memang benar saya panggil kamu kesini. Saya hanya mau tahu alamat kamu yang baru dikontrakan, kamu belum mengganti alamat kamu yang baru, bukan?"
"Iya Pak, alamat saya memang belum saya ganti yang baru. Maaf Pak, saya kira saya tidak perlu memberikan alamat kontrakkan, karena suatu saat saya pasti akan pindah dari kontrakkan tersebut."
"Tidak apa-apa, tolong isi saja alamatnya. Kamu tinggal mengontrak sendiri atau berdua?" Tanya Andre pura-pura tidak tahu.
"Iya Pak, ini alamatnya. Saya berdua dengan Laura, Pak." Ucap Mitha jujur, seraya memberikan alamat kontrakkannya.
"Terima kasih." Ucap Andre tersenyum ramah.
"Iya Pak, saya permisi mau melanjutkan pekerjaan saya."
Andre mengangguk pelan, lalu diapun mendatangi Sebastian, Bossnya.
"Tuan, ini alamat kontrakkannya. Memangnya Tuan mau apa dengan alamat mereka?" Tanya Andre kepo akut.
"Aku akan menjadikan Laura, menjadi istriku."
"Apa Tuan tidak salah bicara? Nyonya besar dan Tuan besar, pasti tidak akan setuju dengan apa yang Tuan Sebastian inginkan. Bukankah, mereka sudah menjodohkan Tuan dengan wanita berkelas dan cantik, dari keluarga berada sama seperti Tuan Sebastian?"
"Heem.. maka dari itu saya menolaknya, saya akan nekat untuk menjadikan Laura istri saya. Nanti malam, kamu antar saya kealamat ini."
"Siap Tuan, saya akan melaksanakan perintah Tuan.
*******
Di depan rumah kontrakan yang berjejer lima pintu, mereka sedang memperhatikan orang yang sedang keluar rumah dari dalam mobil mewah Sebastian. Posisi mereka sedikit jauh dari kontrakkan Laura, namun tetap terlihat jelas dari dalam mobilnya.
Mereka melihat Mitha Angraini akan keluar dengan seorang pria, yang menjemputnya dengan motor. Namun, mereka tidak melihat Laura keluar rumah sama sekalih.
Merekapun memutuskan, menunggu keadaan sekitar kontrakkan sepi dari keramaian.
"Tuan sudah pukul sebelas malam, sudah sepi sekalih. Tapi, saya tidak melihat ada orang lagi.
"Coba kamu lihat, apakah gadis itu sudah tidur atau belum?"
"Iya Tuan."
Andrepun mencari tahu apa Laura sudah tidur atau belum, lalu dia kembali memberitahukan yang sebenarnya.
"Tuan, Laura sepertinya baru akan tidur, tadi dia membuka jendela kamarnya. Sepertinya kipas anginnya rusak, jadi dia membuka jendelanya agar tidak terasa panas dalan ruangan sempit seperti itu. Kasihan sekali gadis itu, Tuan."
"Terima kasih Andre, saya akan segera kesana tunggu setengah jam lagi."
"Baik Tuan, apa saya temani, Tuan?"
"Tidak usah, kamu tunggu saja di sini."
"Baiklah."
Setelah menunggu, Sebastian lalu berjalan menghampiri kontrakkan Laura, yang terletak paling ujung. Sebastianpun mengendap-endap masuk, lewat jendela kamar Laura yang masih terbuka, dengan lampu kamarnya yang sudah padam.
♥️Flash Back Off.♥️
...♥️♥️♥️🌹🌹🍒🍒♥️♥️♥️...
Bagaimana cerita saya kali ini? Mohon like dan komennya yah! Boleh juga hadiahnya bagi Readers yang baik hati dan tidak sombong. Terima kasih yah, salam bahagia selalu dari Tina Rifky.♥️♥️♥️🌹🌹🍒🍒
--BERSAMBUNG--
...Jangan lupa kasih like, favorite, vote dan tips juga komentarnya yah. Terima kasih.🙏🙏...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!