NovelToon NovelToon

Janjiku Selamanya

Pak Zainul

Putri Kesumandari adalah anak perempuan satu satunya dari pasangan Harjo Kusumo dan Syaidah Nurjati. Keluarga kecil ini hidupnya pas pasan, Pak Harjo bekerja disebuah bengkel mobil dan penghasilannya yang kecil perbulan harus dibuat cukup untuk biaya sekolah dasar Putri, Hasil itu untuk makan satu keluarga yang diatur seadanya dan juga untuk ongkos biaya perjalanan baginya ketempat kerja.

Sedangkan istrinya, bu Syaidah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di keluarga pak Zainul yang kaya raya, hasil kerjanya per bulan juga dibagikan untuk biaya sekolah Putri dan belanja harian.

Subuh subuh ibu Syaidah biasanya sudah berangkat kerja dan jam 8 malam baru ia bisa pulang kerumahnya.

Rumah mereka berukuran 4 x 7 meter di desa Mangunrejo, Bantul Jogjakarta. Dirumah itu hanya ada 1 kamar tidur dan kamar mandi. Gentengnya terlihat sudah banyak yang bocor, apabila hujan datang Putri harus cepat cepat menyiapkan ember untuk menampung tetesan air hujan. Dan parahnya bila hujan turun deras, maka lantai basah semua..biasanya Putri akan menutup satu satunya kasur dengan 2 kain batik tua bekas milik neneknya yang sudah meninggal.

Meskipun mereka keluarga pas pasan, namun ibu Syaidah selalu mengajarkan Putri untuk bisa mandiri. Tahun ini Putri berumur 11 tahun duduk dikelas 5 SD. Diusianya yang masih kecil Putrilah yang membantu bereskan rumah dan menyuci pakaiannya sendiri.

Mereka memang keluarga yang tangguh, dengan penghasilan yang rendah mereka selalu tampil bahagia..sedikitpun tidak pernah mengeluh..bahkan selalu berterima kasih kepada Tuhan atas karunianya.

...<¤●¤●¤●>...

Laksmono Warjono seorang anak laki laki yang tinggal di daerah Angantaka Badung, Bali. Ia lahir dari seorang ayah yang berasal dari Malang, Jawa Timur bernama pak Sarijo Warjono yang menikah dengan wanita Bali bernama Siti Iluh Adiyaksa.

Pak Sarijo dan ibu Siti bekerja di rumah villa didaerah Angantaka milik pak Zainul yang tinggal di Jogja itu. Pak Sarijo sebagai tukang kebunnya dan bu Siti sebagai pembantu rumah tangga dan tukang masak. Tahun ini adalah tahun ke 3 mereka bekerja di villa pak Zainul semenjak villa itu dibangun. Sebelumnya pak Sarijo adalah seorang petani sawah biasa.

Alhamdulillah sekarang pak Sarijo tidak usah berpanas panasan lagi bekerja disawah. Dengan bekerja divilla ini kesehatannya membaik dan ia nampak lebih segar.

Laksmono sudah berumur 12 tahun dan tahun ini adalah tahun pelajaran terahir sekolah dasar. Ayahnya sudah menyiapkan agar putranya masuk sekolah menengah pertama. Sedikit demi sedikit sang ayah sebisanya menyisihkan sedikit penghasilannya agar Laks bisa melanjutkan ke sekolah menengah Pertama.

Kehidupan merekapun secukupnya saja, Bahkan pernah beberapa kali mereka makan hanya dimalam hari saja..pagi dan siang mereka puasa.

Namun demikian Bu Siti selalu tersenyum dan tulus ikhlas atas pemberian Tuhan. Bu Siti yang asli Bali sudah menjadi mualaf semenjak ia dinikahi pak Sarijo. Ia seorang wanita yang tekun ibadahnya dan penyabar.

"Laks..kamu yang pinter sekolahnya ya nak..jangan tinggalkan shalatmu dan selalu ucapkan terima kasih kepada Allah atas semua ini"

"Iya buk..saya juga selalu berdoa agar bapak ibuk sehat selalu"

Demikianlah gambaran 2 keluarga sederhana yang hidup di dua pulau berbeda namun mempunyai kesamaan dalam hidup dan bekerja kepada satu boss yaitu pak Zainul.

Sosok pak Zainul sendiri adalah gambaran seorang pengusaha toko mainan anak anak yang sukses. Ia hidup sendirian, karena ketidak ada kecocokan, satu tahun yang baru lalu ia bercerai dengan istrinya, Santi Pradanu.

Pak Zainul orangnya keras dan selalu ingin menang sendiri. Tahun ini ia sudah berhasil membuka 2 toko, satu di Jogja dan satu lagi di Bali.

Para karyawan tokonya baik di Jogja maupun yang diBali sudah sering berganti, selain pak Zainul orangnya pelit tapi ia sering sekali mengucapkan kata kata kasar kepada para karyawannya dan yang pernah kerja dibeberapa tokonya itu pasti pernah merasakan makian dan bentakannya.

Bu Syaidah yang bekerja dirumah pak Zainul didaerah Sleman Jogja sudah kenyang dengan bentakan amarah pak Zainul. Namun bu Syaidah tetap sabar dan tidak pernah mengeluh.

Begitu juga dengan ibu Siti yang bekerja sebagai tukang masak divillanya diBali sering sekali dimarahi apabila makanannya tidak sesuai dengan seleranya.

"Kamu ini saya gajih kerja jadi tukang masak disini! Masakanmu anyep semua! Ingat! masih banyak tukang masak diBali yang antri mau kerja divilla ini..ngerti atau tidak sih kamu!"

"Maaf pak..saya salah" ucap bu Siti serba salah.

"Aah bikin jengkel! sudah sana pergi!" kata pak Zainul kesal.

...<¤●¤●¤●>...

"Heh..sudah buk..ga apa apa..kita sabar saja, mungkin jualannya lagi ga bagus..sudah jangan sedih" bisik pak Sarijo ditelinga istrinya.

"Iya pak..ga apa apa, saya kuat ko..Bismillah" balas istrinya sambil mengusap matanya yang basah.

"Nanti malam pasti Laks pijitin kakimu yang lelah..anggap saja semua ini cobaan dari yang kuasa..kita punya berlian yang sangat indah dirumah..si Laksmono itu berlianmu buk"

"Sarijo! dimana kamu?!" Tiba tiba terdengar teriakan pak Zainul.

"Iya pak ada apa? saya lagi bersihkan cangkul pak"

"Itu daun daun pohon kelapa dipotong dong..masa didiamkan gitu..ayo potong dan turunkan!"

"Oh ya pak..segera saya potong"

Sarijo bingung sendiri, padahal daun kelapa itu belum kering sekali masih nampak bagus..lagian, ia paling tidak suka naik keatas pohon kelapa yang tinggi itu. Rupanya pak Sarijo punya vertigo, ia sebetulnya tidak sanggup naik keatas pohon yang tinggi..tapi apa boleh buat..

"Pak..Jangan lupa Bismillah ya kalo naik keatas" bisik istrinya.

Pak Sarijo sendiri sebetulnya sudah 3 hari ini sering pusing kepalanya, obat yang dibelikan saudaranya dari Malang sudah habis. Tapi ia tidak berani bilang kepada pak Zainul. Ia takut dipecat, kalau dipecat mau cari kerja kemana lagi..jaman Covid kaya begini susah cari kerjaan.

"Nanti sore saya mau balik keJogja..saya mau semua daun daun kering dibersihkan, itu rumput dekat kolam ikan dipangkas yang rapih jangan kaya gitu, gondrong!"

"Oh iya pak, setelah potong daun kelapa saya bersihkan rumput yang sudah panjang pak"

Pak Sarijo bingung..rumput itu kan masih terlihat bagus semua, mau dipotong gimana lagi?

Bu Siti hanya bisa mengelus dada mendengarkan celoteh pak Zainul.

"Bu Siti! saya ga makan sore ini, jam 3 saya sudah berangkat ke airport! Lain kali jangan lupa bikin masakan yang enak ya jangan kaya tadi ga ada yang bisa dimakan!"

"Iya pak..maaf ya pak"

Dalam hati bu Siti gembira..Alhamdulillah dia pulang keJogja..kasian suamiku dibentak bentak terus.

"Buk..pak Zainul..nanti pulang keJogja?" bisik pak Sarijo sambil mengeluarkan alat pemotong rumput.

"Iya pak..eeh ko mukamu pucet? pusing lagi?"

"Iya buk sedikit aja ga apa apa..sebetulnya aku ga suka naik keatas pohon itu..tapi kalau tidak dia akan bentak bentak lagi" bisiknya.

"Ini minum air anget dulu..Masya Allah.."

Diteguknya air anget itu sampai habis..

"nanti kalau dia berangkat keairport aku mau istirahat sebentar" ucap pak Sarijo.

"Iya..pelan pelan aja kerjanya..nih pake topimu"

...¤■■■■■¤...

Pak Sarijo jatuh pingsan

Waduh..lha 'ko sudah kembali pak Zainul? Ya Allah semoga dia 'ga ngebentak bentak..ucap buk Syaidah dalam hati ketika melihat sebuah mobil Honda Accord memasuki pekarangan rumah.

Dari jendela dapur buk Syaidah melihat pak Zainul turun dan disana didepan garasi mobil terlihat ia sudah mulai membentak sesuatu kepada Rusdi satpam rumah.

Namun waktu masuk kedalam rumah, mungkin karena capek ia buru buru langsung masuk kamar tidur. Koper kecil ia lempar begitu saja dikursi sofa ruang tamu.

Sukurlah, biarkan ia istirahat...pikirnya, sebaiknya aku menyiapkan sop kaki ayam kesukaannya, kemarin sebelum berangkat keBali pak Zainul sudah wanti wanti kalo pulang mau makan sop kaki ayam.

...<¤●¤●¤●>...

"Aah..aku mau keluar dari sini besok buk!" ucap Rusdi terdengar dari belakang.

"Lho piye tho? bukannya kamu baru masuk 2 bulan yang lalu?"

"Iya, aku sudah menahan amarah ini selama 2 bulan..tapi kayanya ga kuat aku..tadi aku dibentak bentak...padahal baru balik dari Bali..apa kabar kek atau nyapa dulu gitu...masa, baru turun dari mobil sudah ngebentak saya..aahh..aku balik jadi satpam di kantor bang saja daripada disini dibentak bentak terus!"

Bu Syaidah narik napas panjang..ini sudah ke 7 kali satpam berganti..biasanya 2 atau 3 bulan mereka para satpam memang sudah keluar..semuanya kesel diperlakukan tidak baik sama pak Zainul bahkan pernah bulan lalu gajih Rusdi telat 1 minggu.

Nampaknya pak Zainul paling suka ngebuli bawahannya.

"Ya sudah dek Rus..mana yang terbaik itu yang kamu ambil..ibu mengerti"

"Nanti kalo dia bangun tidur, aku mau ngomong sama siboss"

...<¤●¤●¤●>...

Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah dan menyiapkan makanan untuk pak Zainul, ibuk Syaidah berangkat pulang. Jam menunjukan pukul 8 malam.

Diluar rumah ia menjumpai Rusdi. Rupanya ia juga siap siap mau pulang.

"Eh..sudah bilang sama pak Zainul?"

"Aku males ngomong buk..biar saja aku pergi dari sini dan keluar dari pekerjaanku ini" Ucapnya acuh tak acuh.

"Lho..nanti gajihmu gimana?"

"Sudah tidak apa apa..biar saja dimakan sama orang itu. Aku muak liat muka dia! Baik buk sampai jumpa lagi kapan kapan" Langsung saja ia naik motornya dan pergi meninggalkan rumah Pak Zainul tanpa pamit.

Buk Syaidah mengelus dada..ya ampun itu anak. Memang orang yang kerja dirumah pak Zainul harus kuat mentalnya, masalahnya orang ini sering tidak menghargai orang. Banyak sudah mereka yang terluka hatinya karena ucapannya yang tidak baik.

Aku lebih baik masuk dan beritahu ke pak Zainul bahwa rumah sudah tidak ada satpamnya lagi.

Ia liat diruang tamu pak Zainul sedang menonton TV.

"Permisi pak" kata buk Syaidah menyapa.

"Eh ada apa buk? saya kira sudah pulang"

"Iya baru saja mau pulang, tadi ketemu sama Rusdi diluar. Dia sudah pergi pak, katanya keluar dari kerjaan satpamnya..jadi sebelum saya pulang mau bilang tidak ada orang lain kecuali bapak sendiri dirumah"

"Hah?! orang gila! ko keluar tidak pamit kesaya?!"

Buk Syaidah diam saja tanpa memberikan jawaban apa apa.

"Ya sudah pulang saja kamu! itu orang gila! Jangan takut, masih banyak orang mau jadi sekuriti disini!"

"Baik pak..saya pamit dulu..selamat malam"

"Heeh..tutup saja pintu luar nanti saya sendiri yang gembok!" jawab pak Zainul, tanpa mengucapkan terima kasih kepada bu Syaidah.

...<¤●¤●¤●>...

"Assalamualaikum" ucap buk Syaidah masuk kerumahnya yang kecil itu.

Putri dirumah sedang membaca buku pelajaran dan disampingnya Pak Harjo lagi istirahat tidur tiduran dilantai.

"Waalaikumsalam" serentak bapak dan anaknya membalas.

Putri bangkit dan mencium tangan ibunya.

"Ini aku bawain sayur sop..ayok kita makan" ucap buk Syaidah sambil memberikan satu kotak plastik berisi sop ketangan Putri.

"Alhamdulillah buk, kasian bapak belom makan dari tadi..tapi sudah aku buatkan teh"

"Ayok kita makan bareng, ibuk juga bawa nasi putih, cukup untuk bertiga"

Putri lari mengambil 3 piring plastik dan menyiapkan makan malam. Ia gembira ibunya sudah pukang dan membawa makanan.

Meskipun hanya makan dengan sop sayur tapi rasa nikmatnya luar biasa. Teh panas sebagai minumpun terasa menyegarkan.

Pak Harjo tadi pagi hanya makan 1 tempe kering dan nasi begitu juga Putri. Sop sayur dengan sisa tempe mereka santap dengan penuh kenikmatan.

...<¤●¤●¤●>...

Siang itu diBali, di villanya pak Zainul..ketika pak Sarijo sedang memangkas rumput ditaman tiba tiba ia merasa pusing dan seluruh tubuhnya terasa lemas, keringet dingin keluar ditangan, wajah dan badannya.

Dalam hitungan detik pak Sarijo pingsan dan jatuh pingsan dirumput. Untung saja buk Siti keluar ketaman hendak memberikan segelas teh anget.

Kaget melihat suaminya tertelungkup dirumput ia membuang gelas teh itu ketanah dan berlari kearah suaminya.

"Pak! kenapa pak?!"

Bu Siti mengangkat kepala pak Sarijo dan meletakkan dipahanya. Terlihat bibir pak Sarijo kering dan banyak sekali keringet ditubuhnya.

Dengan cepat ia mencabut ponsel dari saku roknya dan menelpon Sukri anak tetangganya.

"Sukri tolong ibuk nak! bapak jatuh pingsan! kamu kesini ya naik motor, tolong Sukri" suara bu Siti gemetar.

"Pak..pak, Ya Allah pak sadar pak" bisiknya ditelinga sang suami. Bu Siti mencoba menyadarkan suaminya dengan memijit mijit kening dan leher pak Sarijo. Dengan kain dasternya ia mengeringkan semua keringat diwajah dan kedua tangan suaminya.

Sekitar lima belas menit ahirnya Sukri datang, ia memarkirkan motor Honda bebeknya dan berlari kearah taman villa pak Zainul.

"Ya Allah buk..kenapa bapak?!"

"Alhamdulillah kamu datang..ga tau juga, tadi terahir potong rumput, tiba tiba saya keluar nemuin bapak sudah pingsan"

"Ayo saya bantu angkat kebawah pohon biar sedikit teduh" ucap Sukri.

Dengan susah payah Sukri mengangkat badan pak Sarijo dan ibu Siti membantu dari sisi yang lain.

Pak Sarijo dibaringkan ditanah dibawah pohon, tiba tiba kedua mata pak Harjo mulai terbuka. Ia sudah sadar. Pak Sarijo mencoba untuk duduk dan bersandar dibatang pohon.

"Perasaanku lemes sekali buk. aku minta air minum" suaranya terdengar sangat pelan.

"Sukri bantu ibuk, itu ada gelas tadi saya lempar ditanah dicuci dan ambilkan air anget..ada didapur diteko yang besar" ucap bu Siti gemetar.

Sukri langsung lari, ia mencari gelas yang katanya ada ditanah.

"Pak..aku mau kunci pintu villa..kalau bapak sudah agak seger kita pulang ya"

Pak Sarijo mengangguk pelan.

Sukri datang membawa segelas air anget.

"Pak ayo diminum dulu" bu Siti menyodorkan gelas itu kemulut pak Sarijo.

"Buk, saya mau antar bapak ke puskesmas deket sini, ada didekat perempatan jalan raya Angantaka ga jauh dari sini..biar saya yang bayar dulu, ini saya bawa duit sedikit" ucap Sukri.

"Ya Allah..tapi kan Sukri perlu duit itu, jangan Sukri tidak apa apa" jawab bu Siti.

"Tidak apa apa, besok saya gajian kemarin saya kerja nguli 1 bulan lumayan buk..soalnya ini berbahaya saya liat bapak keluarin keringet dingin..jangan sampe nanti ada apa apa"

"Pahala besar untukmu dek Sukri"

...¤■■■■■¤...

Pak Harjo kecelakaan.

Dokter Gede Ngurah sudah selesai memeriksa pak Sarijo. Ia menggeleng gelengkan kepalanya sambil tersenyum kecut.

"Buk..bapak ini tadi terkena stroke..Untung sekali masih bisa sadar dan tidak ada komplikasi berarti ditubuhnya. Apakah bapak sering pusing dan mual mual ibuk?" kata pa dokter.

"Ya Allah pak dokter! Iya pak, suami saya sering pusing dan kadang kadang mual juga..suamiku ini juga punya Vertigo pak"

"Kalau menurut saya bapak harus periksa kesini terus, untuk sementara saya akan kasih resep yang dapat dibeli diapotek sebelah gedung ini"

"Terima kasih dok"

Setelah pemeriksaan, Sukri lari kearah apotek membeli obat.

"Sukri ndak usah! kamu sudah keluar banyak duit!" teriak bu Siti.

"Tidak apa apa buk! sekalian mumpung disini!"

"Ya Allah itu anak"

...<¤●¤●¤●>...

"Laks! cepet buka pintu!" teriak ibunya dari luar.

Pintu terbuka, Laksmono sangat terkejut melihat ibunya memapah bapaknya turun dari motor kak Sukri.

"Buk ada apa sama bapak?!" Laksmono mengambil tas dari tangan ibunya, matanya terus memandang kebapaknya yang berjalan pelan dan lunglai.

Mereka masuk kedalam rumah dan langsung membaringkan pak Sarijo ditempat tidur.

"Buuk..bapak kenapa?"

"Ya Allah dek..bapak kena strok, Alhamdulillah ada ka Sukri. Dia bantu kita ke puskesmas dan belikan obat. Ka Sukri orang baik dek"

Malam itu bu Siti tidak bisa tidur, sebentar bentar mengecek keadaan suaminya.

Laksmono duduk diruang depan, ia juga tidak bisa tidur memikirkan bapaknya.

...<¤●¤●¤●>...

Hari ini dirumah pak Zainul di Jogja, buk Syaidah sibuk memasak ayam goreng, cap cay dan mi goreng untuk 4 orang tamu yang akan makan malam, selain itu ia harus menyiapkan botol botol Coca Cola dan Fanta kedalam tempat es batu. Sambil masak bu Syaidah menunggu Gojek yang akan mengirim beberapa makanan tambahan.

Tiba tiba bel pintu berbunyi, bu Syaidah bingung ko masih siang Gojek sudah datang?

Kompor dimatikan dan ia berlari cepat kedepan. Namun ia kaget, disana berdiri anaknya, Putri. Mukanya pucat pasi.

"Hei! kamu sama siapa kesini? ada apa nak?" bu Syaidah kebingungan.

"Buk..huuuu" Tiba tiba Putri menangis.

Bu Syaidah jongkok dan memeluk anaknya.

"Sssh ada apa?" bisiknya ketelinga Putri.

"Bapak kecelakaan! tadi diantar teman temannya..huuu" Putri menangis lagi.

"Haah?! Ya Allah!! sekarang bapak dimana nak?"

"Dirumah buk..banyak teman bapak dirumah"

"Nak..ayo masuk, Ya Allah!"

Bu Syaidah menggandeng anaknya masuk kedalam rumah. Pikirannya kacau, makanan belom selesai, Gojek akan datang dan sekarang datang berita buruk.

"Ini siapa?" tiba tiba pak Zainul muncul dari dalam rumah.

"Maaf pak..ini anak saya, dia barusan bilang suami saya kecelakaan ditempat kerja"

"Oh gitu? Kamu selesaikan masakmu dan tata diatas meja yang bagus, saya mau panggil siTitin kesini gantiin kamu. Kalau Titin dah dateng kamu boleh pulang..hmm ada ada saja, mana kita lagi repot!" Ia langsung masuk kedalam rumah.

Bu Syaidah menggirin Putri kedalam dapur.

"Put, kamu duduk disini ya tunggu ibuk selesaikan masak,.terus kita pulang"

Putri langsung duduk dipojok dapur. Pikirannya kacau dan sedih memikirkan keadaan ayahnya.

Bu Syaidah pikirannyapun risau, bagaimana mau bayar dokter? sedangkan gajian masih lama.

"Put, kamu tunggu sini ya..ibu mau pinjam wang sama pak Zainal sebentar"

Putri mengangguk.

"Bu..jangan lama lama tinggalin Putri ya"

"Iya ga lama nak"

Bu Syaidah masuk dan mendekat pak Zainul yang sedang ngroko didekat taman belakang.

"Permisi pak" ucap bu Syaidah pelan.

"Ya ada apa" jawabnya datar.

"Pak mohon maaf, apa saya bisa pinjam wang ke bapak. Untuk pengobatan suami saya pak..atau saya ambil gajih didepan saja kalau boleh, ahir bulan saya tidak usah digajih" kata bu Syaidah penuh harapan.

"Hmm..berapa perlunya?"

"Ga tau ya pak..sebisa bapak kasih saya saja pak"

"Ya sudah gajihmu saya kasih sekarang, ahir bulan kamu ga dapet gaji dari saya ya"

"Terima kasih bapak"

Bu Syaidah kembali masuk kedapur dan meneruskan masaknya.

...<¤●¤●¤●>...

Tidak lama Titin datang, wanita setengah tua ini adalah pembantu rumah kakak pak Zainul. Ia sering dipanggil untuk bantu memasak apabila bu Syaidah sakit dan tidak bisa kerja.

"Terima kasih mba Titin..semuanya hampir siap tinggal ayam gorengnya aja. Saya pulang dulu ya"

"Iya buk, semoga bapak lekas sembuh"

"Terima kasih mba..oya akan ada Gojek bawa makanan sebentar lagi"

Setelah mendapatkan wang gaji bu Syaidah dan Putri cepat cepat pulang dengan kendaraan Gojek.

Tiba dirumah bu Syaidah kaget banyak sekali orang dirumah. Ia langsung masuk kedalam.

"Ya Allah pak!"

Diruang depan pak Harjo terbaring diatas sebuah tiker, laki laki itu tidak mengenakan baju dan terlihat kain perban melilit didadanya, warnanya merah karena darah telah membasahinya.

"Kenapa dengan suami saya?" tanya bu Syaidah kepada salah seorang teman kerja pak Harjo.

"Tadi pak Harjo lagi perbaiki bawah kendaraan, tiba tiba alat hidrolik patah, dan mobil jatoh kebawah, pak Harjo sempat mengelak tapi pinggir bawah mobil menimpa dadanya"

"Terus dibawa kedokter atau gimana?"

"Ya buk kita bawa kepuskesmas deket bengkel..saya yang bayarkan, seharusnya kata dokter harus nginep disana..tapi saya ga punya duit lagi. Jadi karena sobek cukup dalam, dadanya dijahit dan diperban"

"Ya Allah.."

"Wang saya ga apa apa buk..kapan kapan saja balikinnya"

"Terima kasih ya"

"Ini ada obat penenang dari dokter, kalau bapak bangun dan merasa sakit suruh minum ini buk"

"Terima kasih"

"Buk..kami pamit pulang dulu..karena masih ada kerjaan, ini no hp saya..mohon saya dihubungi kalau ada penting. Nama saya Rudi buk"

"Baik..terima kasih sekali lagi Rudi..ga tau mau bilang apa lagi, semoga Allah memberimu pahala yang setimpal"

Tidak lama merekapun pulang kebengkel lagi.

Bu Syaidah dan Putri bingung dan sedih memikirkan keadaan pak Harjo.

"Put..siapkan air panas, nanti bapak bangun pasti kehausan"

Putri bangun dan menyiapkan air panas.

Bu Syaidah duduk disamping suaminya yang terbaring pingsan. Ia tidak tau mau bagaimana lagi. Suaminya adalah tulang punggung keluarga, karena kecelakaan ini hanya bu Syaidah yang kini mengambil alih keuangan.

Namun ia bingung, ahir bulan ini ia tidak akan mendapatkan gaji. Dari mana lagi ia harus mendapatkan biaya? Jelas, luka didada suaminya akan memakan banyak dana.

Ia menengok kearah dompetnya, disana hanya ada 2 juta 500ribu. Mana mungkin cukup untuk perawatan, mungkin ditambah gaji setengah bulan suaminya maximum 1juta lagi. Jadi 3juta 500 ribu, Bu Syaidah menghitung sekuruh duit yang ada.

Ya Allah musti bagaimana aku mendapatkan tambahan. Ia mengelus pipi suaminya.

"Cepat sembuh ya sayangku..aku akan berusaha mencari tambahan agar kau bisa kembali bekerja dan tertawa bersama kita lagi" bisiknya.

"Buk..biar Putri disini..ibuk mau shalat dulu ya?"

Ibu Syaidah menoleh kearah anaknya dan tersenyum.

...¤■■■■■¤...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!