Di kahyangan tempatnya para dewa dan dewi bersemayam terdapat kehidupan yang damai dan tentram. Seorang dewa perdamaian yang gagah dan tampan sedang asyik berduaan dengan dewi kesuburan di sebuah taman persik. Mereka berdua saling mencintai. Namun, kaisar langit yang notabennya ayah dari dewi kesuburan melarang semua dewa untuk bermain di taman persik.
Dewa perang yang tidak sengaja tengah patroli memergoki mereka sedang berciuman di taman persik.
"Sedang apa kalian!" teriak sang dewa perang.
Dewa perdamaian dan dewi kesuburan terbelalak melihat dewa perang. Mereka segera kabur bersembunyi sebelum dewa perang menangkap mereka. Namun dewa perang justru tersenyum sinis melihat mereka kabur dan memilih tidak mengejarnya.
Dewa perdamaian dan dewa kesuburan pun terheran melihat reaksi dari dewa perang. Kenapa dia tidak mengejar, justru memilih pergi. Dewi kesuburan melihat dari atas langit aura berwarna hitam melintas di atas mereka berdua.
"Narendra, ada aura iblis yang melintasi kita," ucap dewi kesuburan.
"Kita telah di jebak!"
Segera dewa perdamaian menuju di hadapan kaisar langit. Namun, dewa perang sudah mengadukan kejadian ini kepada kaisar langit.
"Mohon kaisar langit jangan mendengarkan dewa perang." dewa perdamaian berlutut dan memberi penghormatan.
"Kamu sebagai dewa perdamaian, salah satu dewa tertinggi di kahyangan, seharusnya memberi rasa aman, bukan malah mengambil buah persik dan melanggar aturan langit!" seru kaisar langit.
"Hamba tidak mengambil buah persik, hamba hanya duduk di taman persik yang mulia," ucap dewa perdamaian sambil berlutut.
'Kamu jangan berbohong Narendra, dewa perang sudah memberi bukti kalau kamu mengambil buah persik!" Kaisar langitpun member bukti kejadian saat dewa Astara mencuri buah persik dengan menggunakan batu giok dari langit. Batu giok itu bisa memperlihatkan kejadian saat dewa perdamaian berduaan dengan dewi kesuburan.
Dewa Narendra pun terbelalak dengan apa yang di tunjukan batu giok langit itu karena dia tidak merasa mengambil buah persik itu.
"Apa kamu masih kurang dengan kekuatan besar yang kamu miliki sehingga rasa tamak mempengaruhi pikiranmu. Buah persik adalah buah yang tumbuh seribu tahun sekali, dan hanya boleh dimakan oleh budha dari empat penjuru. Kamu telah lancang melanggar perintah langit!" seru kaisar langit.
"Mohon ampuni hamba yang mulia. Hamba tidak melakukan itu. Pasti ada dewa yang telah menjebak hamba." Dewa Narendra bersujud kepada kaisar langit.
Dewa perang yang melihatnya tersenyum sinis.
Dewi kesuburan datang dan berlutut. "Mohon ampuni dewa Narendra Ayahanda. Dewa Narendra tidak mencuri buah persik itu."
"Kamu tidak usah membela Narendra! Aku akan menghukumnya di altar penghakiman!" Kemarahan kaisar langit di iringi petir yang menyambar disekitar istana langit.
Dewa Narendra pun di tahan di penjara di penjara emas. Kedua kaki dan tangannya diikat. Di penjara itu semua dewa tidak bisa mengeluarkan kekukatannya. Sedangakan dewi kesuburan yang bernama dewi Jingga di kurung di kamar dengan di mantra pengahalang budha supaya dewi Jingga tidak bisa keluar dari kamarnya.
Dewa perang yang dengki dengan dewa Narendra pun tertawa puas di kediamannya sambil minum arak karena telah berhasil mencelakai dewa perdamaian. Aura hitam datang, yang kemudian berubah menjadi mahkluk bertanduk satu dengan gigi serba tajam yang dipersenjatai gada hitam berdiri di hadapan dewa perang.
"Aku telah menjalankan tugasku, kini aku ingin meminta imbalan darimu," ucap mahkluk hitam itu.
"Raja asyura, tentu aku akan memberi imbalan untukmu." Dewa perang yang benama Soma memberi buah berwarna merah muda kepada raja Asyura yang bernama Birawa.
**Hai teman-teman mohon dukungannya di novel ini.🙏
...Terima kasih**...
Karena jiwa iblis raja Asyura, sang raja tidak bisa mengambil buah persik, jadi dewa Soma bertukar jiwa dengan raja asyura dan merubah dirinya menjadi dewa Narendra.
Dengan memakan buah persik yang hanya tumbuh seribu tahun sekali, raja asyura pun memiliki kekuatan langit. Sekarang dia punya Aura dewa. Dengan Aura dewa dia bisa sesuka hati masuk ke kahyangan tanpa tau kalau dia adalah Asyura. Musuh para dewa dan manusia. Hanya dewa perang yang tau kalau dia adalah asyura.
"Aku sudah memenuhi janjiku, maka kamu juga harus menepati janjimu," ucap dewa Soma.
"Tentu saja aku akan menepati janjiku. Setelah ini, aku tidak akan mengacau kahyangan." Raja Asyura pun terbang dan menghilang dari hadapan dewa perang.
Di penjara emas, seekor tikus langit berwarna emas muncul di depan dewa Narendra. Tikus itu hendak berbicara dengan sang dewa atas perintah dewa bumi.
"Apa kau mau menyampaikan pesan kepadaku?" tanya dewa Narendra.
Tikus itu mengangguk dengan cepat.
Seorang penjaga langit mendengar ada suara di dalam penjara. Tikus itu segera menghilang, tapi sebelum pergi tikus emas itu menggambar sebuah lambang berbentuk lingkaran yang di tengahnya diberi gambar bintang segi enam. Dewa Narendra langsung bisa menebak arti lambang itu.
Terdengar suara langkah kaki dari arah penjara. Dewa Soma dengan senyum licik membawa tikus emas itu dengan kondisi yang sudah tak bernyawa.
"Tak kusangka ada binatang yang bisa menembus penjara emas ini," ucap dewa perang.
"Rupanya kau yang telah menjebakku, bekerja sama dengan kaum asyura. Kamu tidak pantas menjadi dewa!" Dewa Narendra marah dengan mata menyala, namun kemarahannya tidak berarti apa-apa ketika rantai langit yang mengikatnya menyala dan menyebabkan dewa Narendra kesakitan.
"Hahaha ... besok adalah hari penghakimanmu. Aku akan segera mendapatkan dewi Jingga." Dewa perang pun pergi setelah mengabarkan penghakiman dewa Narendra.
Di istana para dewa berkumpul untuk memutuskan hukuman apa yang tepat untuk dewa perdamaian itu. Para dewa berselisih tentang hukuman apa yang pantas untuk dewa Narendra.
"Yang mulia, tolong pertimbangkan hukuman yang akan Yang mulia timpakan kepada dewa perdamaian. Bagaimanapun juga selama ini dewa Narendra telah berbuat banya terhadap alam semesta ini. Dia mampu menstabilkan keadaan tiga dunia ini. Dewa Narendra punya kemampuan yang sangat tinggi karena telah melakukan pertapaan selama sepuluh ribu tahun. Mohon Yang mulia pertimbangkan," ucap Dewa Bumi.
"Yang mulia, Dewa Narendra telah melakukan kesalahan fatal dengan mencuri buah persik. Masalah perdamaian tiga dunia, hamba dan prajurit hamba yang akan menggantikan dewa Narendra," ucap dewa bintang.
Kaisar langit mengelus janggut panjangnya melakukan pertimbangan dengan kedua dewa itu. "Baik, aku terima saran dari para dewa. Kita putuskan besok, hukuman apa yang pantas untuk dewa Narendra."
Dewa perang tiba-tiba datang dengan membawa tikus emas yang sudah tidak bernyawa.
"Maaf Yang mulia, hamba tidak sengaja melihat tikus emas itu hendak membantu dewa perdamaian di dalam penjara," ucap Dewa perang Soma.
Para dewa dan kaisar langit pun terkejut.
"Lancang! Dia menyuruh hewan langit untuk kabur dari kahyangan. Aku tidak bisa memamafkan ini." Kaisar langit berdiri dengan amarahnya.
Dewa perang pun merasa senang karena telah berhasil memprovokasi kaisar langit dan para dewa yang sedang berunding.
Terima kasih yang sudah membaca.
Eksekusi di mulai. Altar dengan empat pilar besar berwarna putih sebagai tempat penghukuman dewa Narendra. Rantai emas yang membelenggu kedua kaki dan tangannya membuat dewa Narendra tak berdaya. Wajah lusuh dan rambut panjang yang berantakan dengan tatapan tajam ke arah dewa perang, seakan mengisyaratkan dendam.
empat kesatria langit dengan zirah dan senjata terkuatnya tengah bersiap mengeksekusi sang dewa yang tidak bersalah itu. Juru bicara Kaisar dengan lantang membacakan dakwaan.
"Dewa perdamaian kamu telah memakan buah persik yang terlarang serta mengendalikan hewan langit untuk membebaskanmu. Tindakanmu tidak bisa diampuni!"
Dewa Narendra yang terbelenggu rantai emas pun tertawa. "Yang terhasut biarlah terhasut, tidak akan ada yang bisa memberi pencerahan kepada jiwa yang kotor."
"Kesatria langit, segera eksekusi!" perintah sang kaisar.
Gada, pedang, tombak, dan tongkat langit disertai kilatan petir memghujam ke tubuh dewa Narendra. Sang dewa meraung kesakitan ketika empat pusaka itu menghantam tubuhnya. Namun, karena kultivasi dewa Narendra mencapai sepuluh ribu tahun. Benda langit pun tidak mampu menghilangkan kekuatannya.
Hukuman terhenti saat dewi Jingga masuk ke altar penghakiman dan bersimpuh di hadapan kaisar langit sambil terisak.
"Ayaha tolong jangan hukum lagi dewa Narendra, dia tidak bersalah."
"Anakku pergi dari tempat itu, atau kamu akan dapat hukuman langit!" ancam kaisar langit.
"Aku tidak akan pergi, lebih baik aku ikut dengan dewa Narendra menerima hukuman langit."
"Jingga kamu tidak sepatutnya ikut denganku," ucap lirih dewa Narendra.
Dewi Jingga memeluk dewa Narendra dan tersenyum kecil menatap sang dewa. "Aku akan bersamamu walaupun itu harus mengalami penderitaan yang bertubi-tubi."
Kaisar langit pun marah dan tidak bisa berkata-kata lagi. Juru bicara kaisar dengan terpaksa memerintahkan empat kesatria langit untuk mengeksekusi keduanya. Dewa Narendra dengan segenap kekuatannya melindungi dewi Jingga Namun, karena bertubi-tubi menerima serangan dari keempat kesatria langit, akhirnya dewa Narendra pun roboh, tak berselang lama dewi Jingga juga ikut roboh.
Dengan berat hati kaisar langit menghukum mereka berdua berenkarnasi ke alam manusia untuk kembali menempa hidup di sana. Tiba-tiba kilatan petir berwarna biru muncul disertai kabut tebal. Sebuah cahaya dengan empat warna terbang menuju alam manusia. Itu adalah zirah dan pusaka milik dewa Narendra.
Raja asyura sengaja memanfatkan ini untuk memiliki baju perang dewa Narendra. Namun, kekuatan baju perang itu terlalu kuat sehingga raja asyura hanya bisa memecah benda pusaka itu menjadi empat bagian dan tersebar di alam manusia.
Para penduduk bumi dan langit panik. Di bumi terjadi berbagai macam bencana karena menerima kekuatan besar dari langit. Di langit terjadi ketidak seimbangan yang membuat langit tergoncang.
Kaisar langit mengutus dewa perang untuk menyelidiki apa yang terjadi. Dewa perang pun sudah mengetahui, raja asyura telah mengingkari janjinya, segera dia menuju sumber bencana.
"Hahaha ... ternyata kamu yang di utus kaisar langit untuk menghadapiku."
"Dasar makhluk rendahan, ternyata kamu telah merencanakan semua ini." Dewa perang menatap tajam raja asyura.
Pertempuran pun tidak bisa dihindari. Dewa perang dengan mata yang berapi-api langsung mengeluarkan ribuan panah berwarna biru terang berada di sekelilingnya siap menghujam raja asyura.
"Kau pikir dengan kekuatan seperti itu bisa mengalahkanku," gertak raja asyura.
Dengan sekali gerakan tangan ribuan panah berwarna biru itu menghujam raja asyura. Dengan kulit tebalnya, raja asyura menerima telak hujaman ribuan panah itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!