NovelToon NovelToon

Cinta Dafizza

Part 1

Sebelum membaca ini di sarankan terlebih dahulu membaca novel sebelumnya ya :

Dia lelakiku : novel menceritakan kisah Dita dan Abian.

Mengejar Cintamu : Novel menceritakan kisah Alan sahabat Dita sekaligus lelaki yang menyukai Dita dengan Bella.Dalam novel ini juga di bahas Daffin remaja.

Siapalah aku : Novel ini menceritakan kisah Mira mantan kekasih Abian sekaligus adik tirinya dengan Zaki.

Semoga para pembaca senang dengan karya berikutnya, Selamat membaca😀😀🙏

...****************...

"Eca, ini ada titipan dari mama." ucap Daffin ketika memberikan titipan mamanya di jam istirahat ke kelas Mezza.

"Ciee perhatiannya." ejek teman kelas Mezza.

"Apaan sih, bising aja." gumam Mezza dengan ketus.

"Di habisin, nanti mama malah sibuk tanya aku, merepotkan Sekali." ucap Daffin dengan ketus.

"Hey kenapa kamu ketus ke aku, nggak usah kamu bawain jika nggak iklan." ucap Mezza kesal terhadap Daffin.

Dari kecil Mezza memang selalu kesal dengan lelaki arogant dan sombong ini. Jika bukan kerena kedua orang tuanya bersahabat, mana Sudi rasanya dia bertegur sapa dengan lelaki yang baru saja ada di depannya.

Yang paling membuat Mezza kesal yaitu mereka di lahirkan di hari yang sama, jam yang sama serta rumah sakit yang sama. Dan yang membuat sebal tiap tahunnya adalah ketika perayaan ulang tahunnya selalu di rayakan berbarengan dengan lelaki yang bernama Daffin itu.

"Udah kayak pacar aja?" ejek Rizki sahabat Daffin sejak kelas 1 SMA.

"Nggak usah memulai deh, mana level aku sama dia." jawab Daffin kesal di ejek oleh Rizki sahabatnya.

"Nanti bilang nggak suka tapi malah kecantol juga, apalagi sering bareng." ucap Vincent sahabatnya yang satu lagi.

"Bising aja kalian, jika kalian mau ambil aja." ucap Daffin berjalan menuju kantin.

"Ah galak sih, takut." ujar Rizki sambil tertawa berbarengan dengan Vincent.

"Laki-laki tapi suka ngegosip kayak ibu - ibu di perumahan aja." sindir Mezza dari belakang melewati mereka bersama dengan dua temannya.

"Resek lu." teriak Vincent.

"Low yang resek, ganti rok aja sana." ucap Mezza dengan tersenyum mengejek.

Mezza berjalan menuju kantin sekolah membawa bekal yang di berikan oleh Dita sahabat mamanya. Dia menunggu teman - temannya mengantri.

Ketika semua pandangan cewek - cewek tertuju kepada rombongan yang baru saja masuk, Mezza membuang muka. Dia selalu suka kesal melihat Daffin dan sahabatnya yang memuakkan baginya.

Dari dia masuk SMA ini, nama Daffin selalu di elu - elukan. Mezza selalu berpikir ada yang salah dengan mata para kaum hawa di sekolah ini. Sebanyak apapun wanita yang mengejarnya, namun Daffin hanya bersikap dingin.

Di mata Mezza Daffin hanya bersikap hangat kepada satu wanita sejak masih SMP yaitu Lita. Lita adalah gadis yang lembut, pendiam dan punya hobi yang sama dengan Daffin. Mereka sama-sama suka belajar.

Berbeda dengan Mezza hari - hatinya hanya di habiskan dengan drama Korea, main ponsel atau kelayapan dengan teman-temannya. Sehingga Mezza selalu mendapat nilai yang tidak memuaskan ketika pembagian rapor.

"Kapan ya aku bisa lepas dari bayang-bayang dia? memuakkan sekali jika harus berbarengan terus dengan dia." gumam Mezza sambil membuka tempat bekal yang di kirimkan oleh mama Daffin Tante Dita.

"Haduw, kesal sekali sama mereka." ucap Meling datang - datang bawa mie rebus.

"Kenapa?" tanya Mezza penasaran dengan keluhan sahabatnya.

"Itu tadi si Rosa caper banget sama Daffin and teh gang." jawab Bunga yang ikut duduk bersamaan dengan Meling.

"Cik, biasa aja keles, bukannya kaum hawa memang tergila - gila sama mereka." jawab Mezza.

"Tapi Daffin memang gagah sih, Vincent juga begitu." ucap Bunga senang melirik mereka sejenak.

Mezza mencoba melirik Daffin dan sahabatnya. Namun dia segera membuang wajahnya karena matanya bertemu dengan Daffin.

Part 2

Mezza POV

Aku sedang menunggu sopirku untuk menjemput. Namun sudah lima belas menit tidak datang juga. Aku mencoba menghubungi papa namun nomor papa tidak aktif.

Ketika Daffin berjalan menuju parkiran, aku membuang muka pura - pura tidak melihatnya. Aku lelah hari ini sehingga tidak punya waktu untuk bertengkar dengan lelaki ini.

"Ikut ke mobil aku." ucap Daffin melewati diriku dengan wajah dingin.

"Kenapa harus ikut kamu? mending aku naik taksi." jawabku jutek.

"Ini intruksi papa kamu, barusan papa aku menelepon." ucap Daffin nampak kurang suka.

"Mana buktinya?" tanyaku kurang percaya dengan ucapan dia. Aku takut ini semacam prank dari dia untuk aku.

"Silahkan kamu telpon papa atau mama aku." ucapnya datar masuk kedalam mobil.

"Dasar lelaki arogan." ucapku mencibir ketika Daffin masuk kedalam mobil.

Aku masuk kedalam mobil Daffin sambil melihat-lihat kondisi dan keadaan sekolah. Aku tau resiko apa yang terjadi besok jika ada yang melihat aku menumpang Daffin bisa - bisa aku jadi buah pembicaraan mereka.

"Jalan." ucapku memerintahkan jalan.

"Emang kamu siapa? memerintah aku." ucap Daffin dingin

"Aku kaki tangannya Tante Dita, coba aja kamu macam - macam biar aku aduin."

"Dasar pengadu." cibir Daffin.

"Biarin." ucapku mengacuhkan lelaki itu dengan membuka ponsel.

Mobil melaju ke kediaman Abian Arkana dan keluarga. Rumah mereka memang sangat luar biasa. Aku yang berkali-kali ke rumah ini namun tetap aja terpana dengan rumah yang mewah ini.

"Assalamualaikum Tante." ucapku menyalami Tante Dita yang sekaligus menerima ciuman dari Tante Dita.

"Waalaikumsalam sayang, kamu bermalam di sini dulu beberapa hari karena kakek kamu sedang di larikan ke rumah sakit luar negeri.

Aku bingung karena kakek memang sedang di rawat di rumah sakit keluarga kami. Namun berita parahnya penyakit kakekku belum sampai ke telinga aku.

"Emang mama suruh gitu Tan?" tanyaku malas jika harus menginap di rumah ini.

"Iya, papa juga pesannya gitu sama om Abi."

"Zahran sama Zahyan gimana Tan?" tanyaku belum melihat kedua adikku.

"Entahlah, mereka tadi izin ikut mama kalian."

"Kok Meme nggak di ajak?" ucapku manyun kecewa.

"Kamu kan udah kelas tiga jadi nggak bisa izin." ucap Dita menjelaskan.

"Udah Ayuk ganti pakaian dulu di kamar Aya, nanti setelah itu makan dulu." ajak Dita.

"Meme masih kenyang Tan, meme izin kekamar buat istirahat." pamitku kepada Tante Dita.

Aku berjalan menuju kamar yang biasa aku tempati bersama Aya jika berlibur kerumah ini. Sebelum ke kamar Aya, aku melewati kamar Daffin. Aku melihat lelaki itu tersenyum sambil menelpon seseorang.

"Manis juga jika dia tersenyum begitu." ucapku sambil melintas menuju kamar Aya.

Akupun memasuki kamar Aya yang berada tepat di sebelah kamar Daffin. Setelah membuka pintu nampak Aya sedang mengerjakan tugas rumahnya.

"Assalamualaikum dek ay, Kakak izin bergabung." ucapku ketika pintu di buka.

"Waalaikumsalam, masuk aja kak Echa, mumpung kakak di sini ayo bantu Ay kerjain tugas matematika." ujar Aya senang melihat kedatanganku.

"Aduh ai, sejak kapan kakak pandai matematika, maaf kamu zonk." jawabku membuat Ayah harus menelan pil pahit.

"Kakak kenapa payah kali sih." gerutu Aya berjalan menuju pintu kamar.

Aku mengganti bajuku dengan tantop dengan celana pendek. Aku duduk memainkan ponsel sambil menghubungi salah satu temanku.

Saat Aya dan Daffin masuk membuat aku sedikit tergelonjak . Bagaimana tidak, dia masuk saat aku hanya menggunakan baju seperti ini.

"Ay kenapa bawa dia masuk tanpa bilang kakak." protesku membuat Aya hanya senyum - senyum sedangkan wajah lelaki itu tetap datar.

Part 3

"Kenapa heboh - heboh tadi di kamar?" tanya Tante Dita saat kami sedang makan malam.

"Kapan ma?" tanya Aya tersenyum.

"Tadi pas jam 3 lebih." jawab Tante Dita.

Aku hanya pura - pura tidak mendengar karena merasa malu kepada keluarga ini. Sedangkan Aya lansung tertawa sambil menceritakan kejadian memalukan tadi.

"Kayaknya kalian memang berjodoh." ucap Tante Dita sambil tertawa.

"Daf udah punya pacar ma." jawab lelaki itu dengan sombongnya.

"Lalu pamer dengan pacarnya." gumamku merasa heran dengan sikap pamer lelaki itu.

"Besok weekend kita kemana?" tanya Tante Dita berbasa-basi.

"Kita jalan - jalan keluarga yuk ma."usul Aya.

"Papa sih setuju." jawab om Bian tersenyum.

"Tapi Daf nggak bisa ikut karena besok ada janji ma."

"Batalkan semua janji jika kita jalan bareng." ucap Tante dengan tegas.

"Ma...."

"Daffin, kok bantah mama." ucap Tante Dita nampak bersedih.

Aku sudah sering melihat drama ini salam keluarga ini. Dengan bersedihnya Tante Dita maka Daffin akan mendapatkan teguran dari om Bian. Dan Setelah itu Daffin akan menurut sesuai permintaan mamanya.

"Iya ma, besok daf cancel acara daf." ucap Lelaki itu nampak gondok.

"Besok Echa juga ikut ya sayang." ucap Tante Dita kepadaku.

"Pasti dong ma." ucap Aya antusias.

Setelah makan malam kami berkumpul diruang tengah. Tante Dita duduk di pelukan om Bian. Sedangkan Aya duduk menyandar di sebelah papanya. Aku duduk di sebelah Tante Dita. Dimana lelaki itu duduk, dia duduk tepat di depanku sibuk memainkan ponselnya.

Aku tidak merasa asing dengan suasana seperti ini. Karena sejak kecil aku sering menginap di sini bersama dengan Aya.

"Maaf Tante, om, meme mau pamit ke ka MKmar duluan, usah ngantuk." pamitku kepada pasangan suami istri itu.

"Udah ngantuk, silahkan Cha." jawab Tante Dita.

"Kak Echa duluan ya, ay masih mau nonton dulu." ucap Aya memang lebih suka menonton film kesukaannya.

Akupun berlalu menuju kamar Aya yang ada di lantai dua. Entah apa yang aku rasakan saat ini, aku merasa hatiku hampa. Padahal aku sering menginap di sini tapi malam ini rasanya aku ingin pulang.

Aku berpikir kenapa aku terjebak di keluarga ini. Pikiranku melayang jauh membayangkan kakekku yang sedang sakit. Papa dan mama serta Tante Bella dan uncle Amar berangkat keluar negeri.

Aku berdiri di balkon yang ada di kamar Aya sambil memandang langit. Malam ini hatiku benar - benar hampa. Entah apa yang terjadi rasanya hanya ingin menangis.

"Ada apa ini? kenapa ada yang janggal dengan hati aku." ucapku mengedarkan pandangan.

Aku melihat Daffin yang nampak sibuk video call di balkon sebelah. Aku melihat dia nampak senang sekali malam ini. Aku tau bahwa dia sedang video call dengan Hanum pacarnya yang dari SMP.

Aku menghela nafas saat Daffin melihatku dengan wajah datar lagi. Karena malas bersitegang akhirnya aku melangkahkan kaki menuju kamar.

"Heran, dari dulu wajahnya selalu datar ke aku, salah apa aku coba sama dia." gumamku membaringkan tubuhku di ranjang milik Aya.

Aku mengambil ponselku dan hedset bluetooth lalu menghidupkan music kesukaanku.Berharap lagu ini mengantarkan aku terlelap dalam tidur. Aku memejamkan mata ini mencoba untuk tertidur namun kegelisahan tetap melanda diriku. Aku galau karena hal yang tidak jelas.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!