NovelToon NovelToon

Love And Contract

Rencana Perjodohan

"Pa... Aku tidak mau Pa. Papa tahu kan aku masih belum lulus kuliah? Dan usiaku masih sangat muda untuk menikah. Aku tidak mau Paa...." kata Devita dengan nada memohon pada Ayahnya.

"Papa tidak mau tahu, kau harus segera menikah dengan Brayen. Anak sahabat Papa itu, bukan pria sembarangan, Devita! Papa memberikan masa depan yang baik untukmu!" Seru Edwin dengan nada penekanan dan tidak ingin di bantah.

"Ma, bantuin aku dong Ma! Jangan diam aja! Aku tidak mau menikah muda Ma?!" Bujuk Devita dengan penuh permohonan pada Nadia.

"Sayang, apa yang di katakan Papa itu benar.Kau pasti akan bahagia dengan Brayen. Dia anak dari Paman David kau tahu kan Paman David pemilik Mahendra Enterprise? Masa depanmu akan sangat baik jika kau bisa menikah dengan Brayen, sayang," ujar Nadia dengan suara lembut.

"Kenapa Mama sama saja dengan Papa!" Ucap Devita ketus.

"Devita, meskipun nanti kamu menikah dengan Brayen. Kau akan tetap bisa melanjutkan kuliahmu. Jadi, Papa tidak ingin mendengar alasan apapun darimu! Mau tidak mau kau harus tetap menikah dengan Brayen!" Kata Edwin tegas. Kemudian dia langsung meninggalkan putrinya itu.

Devita menghela nafas dalam, percuma saja jika membantah Ayahnya itu, karena itu tidak akan pernah berhasil untuknya.

Devita Smith adalah seorang gadis yang sangat cantik dan periang. Devita adalah mahasiswi jurusan bisnis di universitas ternama di kota B. Di kampus, Devita sangat terkenal, bahkan banyak pria yang mengagumi Devita. Devita memiliki tubuh yang sangat ideal, tubuhnya ramping dan kulitnya putih.

Ayah Devita berasal dari Kanada sedangkan Ibunya asli orang Indonesia. Devita sudah empat tahun tinggal di Indonesia, sebelumnya Devita bersekolah di Kanada.

Devita terpaksa meninggalkan Kanada karena keinginan dari Edwin untuk membuka perusahaan di Indonesia. Edwin adalah seorang pengusaha yang cukup sukses sedangkan sang Ibu sering membantu perusahaan Edwin, suaminya.

Jika boleh memilih Devita lebih senang tinggal Indonesia dari pada di Kanada. Masakan Indonesia adalah makanan kesukaan Devita. Tapi Edwin dan Nadia pernah melarang Devita untuk tinggal sendiri selama berada di Indonesia.Mungkin karena Devita adalah anak tunggal, jadi kedua orang tuanya banyak sekali melarang Devita.

Di tahun ini, Devita baru saja menginjak usia ke 20 tahun. Saat ini Devita baru semester 5. Tapi Ayahnya sudah berniat untuk menjodohkannya dengan anak sahabatnya. Devita memang mengenal sahabat dari Ayahnya. Siapa yang tidak mengenal Mahendra Enterprise, perusahaan terbesar yang memiliki banyak anak perusahaan yang tersebar di berbagai negara.

Devita memang tidak pernah mengenal sosok Brayen, putra dari sahabat Ayahnya. Karena Ayahnya memang mengatakan bahwa Brayen baru saja pindah dari Italia ke Indonesia.Entah harus di katakan beruntung atau sial, karena Devita memang tidak perduli dengan kekayaan seorang Brayen Adams Mahendra.

Devita ingin sekali menolak. Tapi dia tidak bisa melakukan apapun. Alasan Devita ingin menolak perjodohannya adalah karena sudah ada pria yang telah berada di hatinya. Pria itu bernama Angkasa Nakamura. Pria yang selalu Devita tunggu. Pria itu juga yang Devita inginkan menjadi suaminya. Namun kini, Devita tidak tahu, apa dia bisa melewati ini semua.

...********...

Devita duduk di sebuah cafe dekat dengan kampusnya. Pagi ini Devita datang lebih awal dari sebelumnya. Pikirannya terus memikirkan banyak hal, tentang perjodohan yang dia sendiri tidak pernah menginginkan hal itu.

"Devita," suara seorang perempuan memanggil nama Devita dengan cukup keras. Hingga membuat Devita yang tengah duduk menoleh ke sumber suara itu. Devita tersenyum tipis saat melihat sosok perempuan yang berjalan menghampirinya " Olivia?" Sapa Devita.

"Devita kenapa kau di sini? Kenapa tidak masuk ke kelas?" tanya Olivia, lalu duduk di hadapan Devita.

"Tidak, Vi.Nanti saja," jawab Devita singkat.

Olivia mengerutkan dahinya, lalu dia menatap lekat Devita. "Kau kenapa? Kau ada masalah?"

Devita menghela nafas dalam. " Apa kau tau, Vi. Ayahku akan menjodohkan aku dengan anak dari sahabatnya."

"Apa? Di jodohnkan? kau serius Devita?" tanya Olivia yang kembali terkejut mendengar Devita akan di jodohkan.

Devita mengangguk singkat, " Ya, dan itu terlihat sangat bodoh bukan? Di usiaku yang masih 20 tahun. Aku harus menikah! That is crazy!"

"Lalu, bagaimana dengan kuliahmu?" tanya Olivia dengan pelan. Dia melihat dengan jelas wajah Devita yang terlihat begitu muram.

"Ayahku mengatakan, aku akan tetap berkuliah meski aku sudah menikah nanti," balas Devita.

Olivia menganggukan kepalanya. "Apa kau sudah mengenal siapa yang sudah menjadi calon suamimu itu? " tanya Olivia lagi.

"Anak dari pemilik Mahendra Enterprise," jawab Devita dengan helaan nafas berat.

"Apa?! Mahendra Enterprise? Kau sedang tidak sedang bercanda kan Devita?!" Kali ini Olivia benar - benar terkejut mendengar ucapan Devita.

Devita berdecak kesal. "Untuk apa aku bercanda Olivia! Kau yang benar saja!"

"Apa kau tidak tahu Devita, di kota B ini terdapat 4 Perusahaan terkaya dan terkenal seperti Keluarga Mahendra, Alvarendra, Alfaro dan Syahlendra dan salah satunya Keluarga Mahendra itu yang sudah begitu terkenal di dunia bisnis manapun dan memiliki perusahaan yang sangat besar dan tersebar dimana - mana. Jika kau akan di jodohkan dengan keluarga Mahendra artinya kau tidak perlu lagi menghemat uang jajan dari kedua orang tuamu. Sudah di pastikam suamimu itu pasti akan memberikan uang bulanan yang besar pada mu," kata Olivia dengan antusias.

"Kau ini ternyata sama saja dengan kedua orang tuaku!" Seru Devita dengan kesal. " Aku tidak peduli dengan Mahedra Enterprise. Meskipun itu adalah perusahaan besar tetapi aku tetap tidak mau di jodohkan!" Lanjutnya dengan tegas.

Olivia menghela napas berat. "Tapi kau tahu bukan, Ayahmu itu sama kerasnya denganmu, percuma saja kalau kau menolak. Aku sangat yakin pasti Ayahmu akan tetap memaksamu untuk menikah,"

"Kau benar Olivia. Tapi bagaimana pun kau kan sudah tahu, aku hanya mencinatai Angkasa Nakamura," kata Devita dengan wajah yang muram. Dia langsung meletakkan kepalanya di atas meja.

Olivia terdiam lalu menyentuh punggung tangan sahabatnya itu. "Devita, menurutku perasaanmu dengan Angkasa hanya perasaan yang tidak serius. Lagi pula dulu Angkasa pernah menyatakan perasaannya padamu tapi kau tolak, jadi lupakanlah Angkasa dan mulailah kehidupanmu dengan pria lain."

Devita mendengus kesal. "Ini semua karena Ayahku yang selalu melarangku untuk memiliki kekasih! Jika tidak, pasti sudah dari dulu Angkasa telah menjadi kekasihku,"

Olivia menggeleng pelan. Lalu menarik nafas dalam dan menghembuskan perlahan. " Devita dengarkan aku! Menurutku tidak ada salahnya kau menemui anak dari pemilik Mahendra Enterprise, siapa tahu anak dari Mahendra Enterprise itu Pria yang tampan. Seperti Tuan Muda Alvaro Samudera, dari keluarga Alvarendra itu. Atau mungkin bisa jadi dia lebih tampan dari Angkasa."

"Aku tidak perduli Olivia! Intinya aku tidak mau menikah di usia yang muda. Bagaimana kalau orang mengira aku hamil di luar nikah?" dengus Devita kesal.

Olivia berdecak pelan. " Ya ampun! Kau ini bodoh atau apa Devita, Hah! Sampai berpikir ke arah situ!" Tukas Olivia menekan.

"Tapi tetap saja. Teman - teman kita sekarang banyak dari Indonesia. Aku tidak ingin orang - orang berpikir yang tidak - tidak tentangku!" Balas Devita yang begitu frustasi. Dia langsung mengacak - acak rambut panjangnya.

"Sudahlah Devita. Teman - teman kita di sini pasti sudah tahu sifatmu. Kau bukan gadis yang seperti itu." Kata Olivia yang masih berusaha menenangkan Devita.

"Menurutku lebih baik kau jalani saja dulu, bahkan kau belum bertemu dengan pria itu bukan?"

"Ah, aku tidak tahu lagi...." Devita kembali membenturkan kepalanya di atas meja.

Bersambung...

Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.

Jangan lupa untuk like, komen, vote dan juga hadiahnya.

Pertemuan Tidak Menyenangkan

Devita yang baru saja kembali dari kampus. Dia memutuskan untuk mendengarkan saran dari Olivia. Paling tidak Devita bertemu dahulu dengan anak dari Mahendra Enterprise itu. Akhirnya Devita mengatakan kepada kedua orang tuanya jika ia mau di pertemukan terlebih dahulu dengan sosok Brayen Adams Mahendra.

Kedua orang tuanya pun sangat bahagia dengan keputusan Devita ini. Tapi Devita ingin tahu, apakah pria yang di jodohkan padanya menyukai perjodohan ini. Dan Devita berharap pria yang di jodohkan dengannya ini tidak menyukai perjodohan ini juga.

Entah harus bicara apa dengan Angkasa. Karena Angkasa sebenarnya tahu, jika Devita menyukai Angkasa. Hanya saja Devita menolak Angkasa karena larangan dari kedua orang tuanya, yang tidak memperbolehkan dirinya untuk memiliki seorang kekasih.

Angkasa pernah menanyakan pada Devita. Jika dia akan menunggu Devita hingga Devita siap untuk menerima dirinya. Dan sekarang Devita sudah berencana untuk menerima Angkasa saat dirinya sudah lulus kuliah nanti.

Kini kenyataan pahit antara Devita dengan Angkasa.Karena Devita sudah pasti akan melukai hati Angkasa. Angkasa adalah sosok pria yang tampan dan berhati lembut dan dia juga selalu memperlakukan Devita dengan baik.

Saat ini Angkasa sedang memimpin perusahaannya yang berada di Jepang. Rencananya Angkasa juga akan kembali tahun ini. Angkasa lebih tua enam tahun di atas Devita.

Devita yang tengah membaringkan tubuhnya di ranjang, dia mengambil ponselnya dan terus menatap foto Angkasa Nakamura. Sudah kebiasaan Devita, memang dia akan memandang foto Angkasa sebelum ia tertidur. Dengan melihat foto Angkasa akan sedikit menghibur dirinya dari rasa rindunya pada Angkasa.

"Harus bicara apa aku padamu, Angkasa. Aku akan di jodohkan pada pria yang bahkan aku tidak pernah melihat wujudnya seperti apa," kata Devita lirih, dia terus menatap layar ponselnya.

...*******...

Devita dan Olivia memasuki salah satu cafe tedekat dengan kampus mereka. Devita memilih untuk tidak langsung pulang. Dia lebih memilih untuk menenangkan pikirannya. Karena besok, dia akan bertemu dengan pria yang akan di jodohkannya. Jika memikirkan itu, Devita selalu merasa sesak.

"Olivia. Kau duduk dulu. Aku akan memesan minuman langsung," kata Devita. Dia menunjuk satu tempat duduk di ujung dekat kaca.

"Dev, kau panggil saja pelayannya. Tidak perlu kesana," balas Olivia.

"Tidak, Vi. Aku ingin langsung kesana. Aku ingin memesan red velvet cake."

"Jangan lupa juga kau belikan juga untukku,"

"Ya, akan aku belikan," kemudian Devita langsung berjalan menuju kasir.

"Hei Nona, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pelayan.

"Aku ingin dua es chocolate dan dua red velvet cake," jawab Devita.

"Baik Nona, nanti kami antar." ucap pelayan itu dengan ramah.

"Berikan red velvet cake saja dulu. Nanti, minumannya baru kalian antar."kata Devita dan pelayan pun langsung memberikan red velvet cake pada Devita.

Dengan mata yang berbinar Devita sudah tidak sabar untuk memakan red velvet yang ada di tangannya ini. "Sepertinya satu untukku saja masih kurang," gumam Devita.

Devita langsung berjalan menuju tempat duduknya. Dia sudah tidak sabar untuk menikmati red velvet cake yang berada di tangannya ini. Namun, saat Devita berjalan, Kaki Devita menginjak sesuatu hingga membuatnya terpleset.

Bruukkkkk

Devita menumpahkan red velvet yang berada di tangannya pada seorang pria.

Olivia yang melihat Devita menumpahkan red velvet cake pada seorang pria, dia langsung menggarukkan kepalanya. "Bagaimana Devita sedang jalan saja, bisa terpleset!" Gerutu Olivia sambil berjalan menghampiri Devita.

"Kau ini, bodoh atau apa, Hah! Kau sudah menumpahkan kue di bajuku!" Bentak pria itu dengan suara yang keras hingga membuat Devita terkesiap mendengar bentakkan pria yang ada di hadapannya ini.

Devita meneguk ludahnya dengan susah payah. Dia mengumpat di dalam hati. Bahwa pria yang ada di hadapannya ini memang sangat tampan tapi membuat Devita langsung takut saat mendengar bentakan dari pria itu.

Devita pun kemudian memberanikan diri menatap pria yang ada di hadapannya itu. "Hemm...begini Paman, maaf kan aku, aku sungguh tidak sengaja menumpahkannya Paman. Tadi kakiku juga terpeleset Paman. Maaf, aku benar - benar tidak sengaja," kata Devita berusaha menjelaskan, dia menggigit bibir bawahnya berusaha mengatasi ke gugupannya.

Pria itu memejamkan matanya pada Devita. "Aa...aaapa?! Kau tadi barusan memanggilku apa!" Sentak pria itu.

"Maksudnya apa? Apa Paman marah padaku karena aku memanggilmu dengan sebutan Paman?" ucap Devita dengan suara polosnya.

Pria itu menggeram, menahan emosinya!. " Kau jangan mencoba untuk menguji kesabaranku!"

"M...maaf Paman. Aku sungguh tidak sengaja," kata Devita dan ia masih tidak berani untuk menatap pria yang ada di hadapannya itu.

"Jangan panggil aku Paman!" Bentak pria itu dengan nada tinggi. "Sekali lagi kau memanggilku Paman. Aku lempar kau dari sini!" Geram pria itu dengan kilatan mata yang tajam.

Devita kembali memperhatikan pria yang ada di hadapannya ini. " Hemm.. Tapi usia kita, bukankah berbeda jauh Paman."

"Usiaku baru 27 tahun. Jangan pernah kau memanggilku dengan sebutan Paman!" Seru pria itu.

"Paman. Usiaku juga baru 20 tahun dan kita berbeda 7 tahun, aku hanya menghormati panggilan untuk orang yang lebih tua di atas aku. Jadi aku memanggilmu dengan sebutan Paman." Devita mengatakan ini dengan senyum di wajahnya.

"K..kau...!" Geram pria itu.

"Devita! Kau ini bagaimana bisa sampai terjatuh!" Seru Olivia yang kini sudah berada di samping Devita.

"Aku juga tidak ingin terjatuh, Vi. Salahkan saja lantainya kenapa licin sekali!" Balas Devita yang tidak terima jika di salahkan.

"Paman, sekali lagi maafkan aku...." ucap Devita dengan nada pelan pada pria yang dia tabrak itu.

"Sudah aku katakan bukan! Berhenti memanggilku Paman! Atau, aku benar - benar akan melemparmu dari sini!" Tukas pria itu dengan nada ancaman.

"Pria ini tampan sekali tapi juga galak sekali!" Ucap Devita dalam hati.

"Baiklah Tuan. Maafkan aku," Devita menghela nafas dalam dan memilih untuk mengalah.

"Kau lihat bajuku! Sekarang jadi kotor karena kue mu ini!" Tukas pria itu dingin.

"Astaga. Baiklah, aku segera mengganti bajumu. Memangnya berapa harga bajumu?" balas Devita kesal.

Pria itu tersenyum sinis, " Hei. Gadis kecil! Kau tidak akan mampu untuk membayar bajuku ini!"

"Katakan saja berapa harga bajumu itu?!" Ucap Devita dengan ketus

"Devita, baju dia keluaran dari merk ternama dunia. Uang jajanmu yang kau tabung selama ini, aku pastikan akan habis," bisik Olivia di telinga Devita.

Devita yang hanya mendengarkan ucapan dari Olivia hanya bisa menelan ludahnya. "Sial sekali aku hari ini!" Gerutu Devita di dalam hati.

"Baju yang aku kenakan ini seharga 200 juta lebih," jawab pria asing itu. Devita langsung terkejut. Hampir saja Devita jatuh pingsan mengenai harga baju pria yang di tabrakanya ini. Bahkan Devita tidak akan mungkin di berikan uang jajan oleh Ayahnya sebanyak itu.

"Devita lebih baik kau berdamai saja dengannya. Katakan saja padanya bahwa kau masih mahasiswi," bisik Olivia kembali.

Bersambung...

Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.

Jangan lupa untuk like, komen, vote dan juga hadiahnya.

Brayen Adams Mahendra

"Baju yang aku kenakan ini seharga 200 juta lebih," jawab pria asing itu. Devita langsung terkejut. Hampir saja Devita jatuh pingsan mengenai harga baju pria yang di tabrakanya ini. Bahkan Devita tidak akan mungkin di berikan uang jajan oleh Ayahnya sebanyak itu.

"Devita lebih baik kau berdamai saja dengannya. Katakan saja padanya bahwa kau masih mahasiswi," bisik Olivia kembali.

"Aku hanya memiliki tabungan dari hasilku mengumpulkan uang jajan saja. Dan hanya ada setengahnya saja dari harga bajunya itu. Itu pun mengumpulkannya dengan susah payah," batin Devita.

"Kenapa kau jadi pendiam sekarang?" sindir pria itu.

"Begini Tuan. Aku masih seorang mahasiswi. Aku tidak mungkin meminta Ayahku untuk mengeluarkan uang sebanyak itu. Hmm... jadi begini saja, bagaimana kalau aku akan mencucikan baju Tuan hingga bersih?" tawar Devita dengan senyuman di wajahnya.

Pria itu, langsung menyeringai saat mendengar ucapan gadis yang tengah menabraknya. "Tidak perlu! Aku tidak membutuhkan itu! Pergilah kau dari hadapanku! Sebelum aku benar - benar melemparmu dari sini!" Ujar Pria itu dengan tatapan tajam ke arah Devita.

"Devita, Ayo! Sebaiknya kita langsung pergi," Olivia langsung menarik tangan Devita.

"Terima kasih Paman. Kau telah memaafkan aku..." teriak Devita yang sudah berjalan jauh.

"Kau...." geram pria itu.

Devita langsung berlari menuju mobilnya dan langsung meninggalkan cafe. Kali ini dia benar - benar begitu beruntung karena tidak di tuntut untuk mengganti rugi akibat baju pria itu.

...*******...

Siang itu, Brayen baru kembali dari Italia. Brayen, memegang perusahaan keluarganya yang ada di Italia. Karena keinginan Ayahnya untuk pindah ke Indonesia tahun ini. Dengan terpaksa Brayen pun akhirnya kembali ke Indonesia.

"Brayen" Panggil Daddy David saat melihat Brayen baru saja tiba di rumahnya.

Brayen langsung menoleh dan menatap David. "Ya, ada apa, Dad?"

"Kemarilah, ada hal penting yang ingin Daddy bicarakan denganmu," ujar David dan Brayen langsung berjalan mendekat ke arah orang tuanya.

"Brayen, apa kau masih ingat dengan sahabat lama Daddy yang bernama Edwin Smith?" tanya David menatap lekat Brayen.

"Ya, aku mengingatnya Paman Edwin, yang Istrinya adalah orang Indonesia itu?" tanya Brayen. David mengangguk.

"Daddy sudah memutuskan akan menjodohkanmu dengan anak dari sahabat Daddy itu. Namanya Devita. Daddy yakin kamu pasti akan menyukai gadis itu." David berkata dengan yakin.

"Tunggu! Jadi maksud Daddy memintaku kembali ke Indonesia, hanya karena Daddy ingin menjodohkanku dengan anak teman Daddy itu?!" Seru Brayen menggeram menahan emosinya.

"Ya. Selain perjodohan. Daddy ingin kamu tinggal di Indonesia dan bukan di Milan!" Jawab David dengan tegas.

"Dad. Aku tidak akan mau di jodohkan! Aku sudah memiliki Elena, aku akan melamar Elena tahun depan. Hubunganku dengannya sudah berjalan selama empat tahun." balas Brayen. Dia tidak mungkin meninggalkan Elena. Hubungan mereka sudah sangat lama. Bahkan Brayen akan melamar Elena.

"Elena bukan gadis yang tepat untukmu. Lihatlah banyak media yang memberitakan tentang gadis itu yang selalu berganti pria. Bagaimana bisa Daddy memiliki menantu seperti itu." tukas David menekankan.

"Dad. Itu semua, hanya pemberitaan yang tidak benar. Elena adalah gadis baik - baik, dia tidak seperti itu!" Jawab Brayen dingin.

"Brayen! Daddy sudah katakan. Anak teman Daddy adalah yang paling tepat untukmu. Jadi sudah Daddy putuskan besok, kau harus bertemu dengannya." Ucap Daddy David langsung berjalan meninggalkan Brayen.

"Mom. Kalau aku tahu Mommy dan Daddy memintaku kembali ke Indonesia hanya karena sebuah perjodohan, aku bersumpah tidak akan pernah kembali Ke Indonesia!" Seru Brayen. Dia mengepalkan sebelah tangannya dengan kuat.

"Sayang, tidak ada salahnya kamu mengenal anak dari teman Daddy mu. Mommy dan Daddy hanya ingin memberikan gadis yang terbaik untukmu, sayang." kata Rena yang berusaha membujuk Putranya itu.

Brayen membuang napas kasar, dia beranjak dari tempat duduknya dan langsung berjalan meninggalkan Rena. Dia tidak ingin berdebat dengan Ibunya.

Brayen Adams Mahendra sosok pria tampan angkuh dan sangat dingin terhadap wanita. Tahun ini Brayen berusia 27 tahun, sebelumnya Brayen memang tinggal di Italia. Tapi karena keinginan orang tuanya yang memintanya untuk kembali ke Indonesia akhirnya ia pun kembali ke Indonesia.

Brayen bukanlah anak tunggal.Dia memiliki adik perempuan yang lebih muda tiga tahun darinya bernama Laretta Gissel Mahendra. Adiknya kini tengah menentukan pilihannya sendiri, adiknya adalah seorang pelukis. Karena hobinya melukis, adiknya itu lebih memilih untuk menjadi pelukis dari pada harus memimpin perusahaaan.

Sejak Mahendra Enterprise berada di tangan Brayen. Perusahaan keluarganya semakin berkembang sangat pesat. Brayen memang sangat hebat mengelola perusahaannya seperti Daddy David dulu. Brayen juga mampu membuka anak perusahaan di berbagai negara Tidak hanya bisnis di bidang perhotelan, tapi dia juga memiliki bisnis di bidang Properti, Advertising, Investasi,majalah, teknologi dan masih banyak bisnis lainnya.

Brayen terkenal sangat pekerja keras seperti Ayahnya. Wajahnya yang tampan, hidung mancung,rahang yang tegas dan tubuhnya yang atletis membuat seluruh gadis bertekuk lutut padanya. Brayen memiliki seorang kekasih bernama Elena Davidson. Mereka sudah menjalin hubungan sudah empat tahun dan Brayen berencana akan melamar Elena tahun depan.

Kini Brayen tidak tahu bagaimana hubungannya dengan Elena. Dia tidak mungkin meninggalkan Elena, karena mereka sudah menjalin hubungan yang sangat lama. Elena Davidson adalah seorang aktris cantik yang berasal dari Milan, Italia.

Elena juga berencana akan pindah ke Indonesia saat ia mengetahui bahwa Brayen sudah pindah ke Indonesia. Entah apa yang harus Brayen katakan pada Elena. Jika orang tuanya sudah menjodohkannya dengan anak dari sahabat orang tuanya.

Sebenarnya sudah sejak lama Brayen ingin mengenalkan Elena kepada kedua orang tuanya. Namun, kedua orang tuanya selalu menolak untuk di kenalkan dengan Elena. Mereka selalu mengatakan, jika mereka tidak ingin Brayen menjalin hubungan dengan seorang artis yang selalu terlibat skandal.

Brayen sudah menjelaskan kepada orang tuanya, jika pemberitaan di media adalah gosip semata. Tapi kedua orang tuanya tidak pernah mendengarkan, mereka selalu mengatakan jika memang Elena bukan gadis yang tepat untuk bersanding dengan Brayen. Rasanya ingin sekali Brayen pergi dari rumah dan tidak kembali lagi. Jika ia tidak memikirkan perasaannya Ibunya, mungkin Brayen akan melakukan hal itu. Seburuk apapun Brayen, ia tidak akan pernah tega untuk melukai hati Ibunya.

Besok Brayen di paksa untuk menemui gadis yang akan di jodohkan dengannya. Entah bagaimana wujudnya Brayen pun tidak tahu, dan meskipun gadis itu sangat cantik, Brayen akan tetap memilih Elena Davidson. Karena memang Brayen sangat mencintai Elena.

Sebenarnya Brayen juga menyukai gadis keturunan Indonesia. Menurutnya gadis keturunan Indonesia selalu bersikap lemah lembut dan mereka memiliki budaya yang tidak bebas. Tapi, Brayen sudah terlanjur memilih Elena sebagai kekasihnya dan tidak mungkin baginya meninggalkan Elena.

Brayen berjalan keluar mansion dan langsung menuju mobilnya. Dia ingin menenangkan diri di perusahaannya. Menurutnya kini ruang kerjanya di perusahaan adalah tempat yang lebih baik dari pada rumahnya.

Bersambung...

Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.

Jangan lupa untuk like, komen, vote dan juga hadiahnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!