NovelToon NovelToon

Zombie Resistance : The Eagle Team

The First Mutation 1-1

Tahun 20XX, percobaan pembuatan prajurit mayat hidup atau zombie yang ditujukan untuk mengakhiri peperangan di seluruh negara dilaksanakan. Peneliti membuat 100 zombie yang kuat, tidak merasakan sakit, dan tidak bisa dibunuh dengan mudah. Setiap zombie di tanami sebuah chip di otak mereka agar mereka dapat dikendalikan. 1 bulan kemudian, 100 zombie itu digunakan dalam peperangan melawan terorisme, 100 zombie itu berhasil mengalahkan terorisme tersebut dengan hasil, 25 ******* terbunuh, 50 ******* terluka dan tidak ada korban dari warga sipil maupun pihak militer. Melihat hasil yang cukup bagus itu, pemerintah mengesahkan program prajurit zombie itu. Pasukan zombie itu digunakan dalam peperangan lainnya dan akhirnya dapat mendamaikan seluruh negara, tetapi setelah mengakhiri semua peperangan yang ada di seluruh negara, ada kesalahan dalam chip pasukan zombie itu, chip itu rusak dikarenakan oleh cairan korosif yang dihasilkan oleh otak yang membusuk. 100 zombie itu akhirnya lepas kendali dan menyerang warga sipil, setiap warga yang tergigit, tercakar, terbunuh dan semua yang melakukan kontak fisik berubah menjadi zombie, hal yang menyebabkan hal itu terjadi masih belum ditemukan.

Dan sekarang, 1 tahun dari kejadian itu, manusia hampir punah, hanya ada seperempat dari seluruh populasi di bumi yang masih hidup dan tidak berubah menjadi zombie, dan semua manusia itu bersembunyi di markas bawah tanah di setiap negara mereka masing-masing. Dari semua manusia yang masih hidup, ada beberapa manusia yang mencoba melawan zombie dan berhasil membunuh mereka dengan menembak atau menghancurkan otak

mereka, akhirnya mereka membentuk sebuah organisasi yang disebut ZR atau Zombie Resistance.

Di Asia Tenggara, tepatnya di Indonesia, di markas bawah tanah milik Indonesia yang dulunya digunakan untuk

pelatihan militer, adalah sebuah tempat yang cukup luas, ukurannya sebesar sebuah kota, namun karena beberapa alasan, tempat ini di tutup dan dibiarkan tidak terawat. Setelah markas ini digunakan untuk tempat berlindung dari

zombie, orang-orang mulai membersihkannya kembali dan membangun beberapa bangunan untuk ditinggali, termasuk bangunan yang sangat tinggi untuk menara pengawasan. Markas militer yang ada, juga di bersihkan dan dijadikan markas utama Zombie Resistance di Indonesia.

Suatu saat ada empat pemuda yang sedang mengikuti pelatihan militer untuk menjadi anggota dari Zombie Resistance. Mereka bernama, Wahyu, Septian, Dani, dan Wahidyn. Mereka berlatih dengan sungguh-sungguh karena mereka ingin, setidaknya bisa membantu mengurangi jumlah zombie yang ada di negara mereka. Setelah

melalui latihan yang berat, mereka akhirnya mendapatkan kemampuan mereka masing-masing.

Wahyu, pemuda yang selalu mengenakan rompi anti peluru di atas semua pakaian yang dia gunakan, memiliki kemampuan yang bagus dalam beradaptasi dengan keadaan dan dia dapat merencanakan strategi dengan cepat. Septian, pemuda kekar yang suka menggunakan baju lengan pendek, memiliki kekuatan fisik yang hebat, dia ahli

dalam persenjataan berat. Dani, pemuda yang selalu membawa sniper rifle miliknya sendiri di punggungnya, memiliki mata yang cermat, dia dapat menembak dengan akurat, dia ahli dalam penggunaan senjata jarak jauh. Terakhir Wahidyn, pemuda berkacamata yang selalu membawa peralatan miliknya sendiri, dia memiliki otak yang cerdas dan ahli dalam teknologi, dia dapat mencari informasi dengan penemuannya, yaitu sebuah jam tangan yang memiliki fungsi virtualisasi dan dapat beroperasi seperti Super Computer. Mereka berempat berhasil menjadi anggota dari Zombie Resistance dan mereka berempat ditempatkan di dalam tim yang sama, yaitu Tim Elang.

Anggota Zombie Resistance di Indonesia kebanyakan adalah anggota militer Indonesia dan rata-rata mereka adalah orang dewasa. Jarang ada anak muda yang mau mencalonkan diri untuk menjadi anggota Zombie Resistance, oleh karena itu empat pemuda itu di tempatkan dalam satu tim agar mereka bisa berkembang tanpa adanya masalah komunikasi.

Suatu hari, anggota ZR yang ditugaskan untuk menjaga gerbang menuju markas bawah tanah di Indonesia diserang dan semua anggota ZR yang ada disuruh untuk membantu sesegera mungkin. Wahyu, Ketua dari

Tim Elang, setelah mengetahuinya, segera memberitahu teman-temannya yang sedang beristirahat di kamar mereka.

“Teman-teman! Gerbang utama untuk masuk ke markas bawah tanah sedang di serang, kita juga harus membantu mereka!” ucap Wahyu setelah membuka pintu ruangan mereka dengan keras.

“Tapi bukannya kita tidak boleh melakukan apapun sebelum ada perintah dari atasan?” ucap Dani yang sedang

bersantai.

“Iya, kita harus mematuhi atasan kita” sahut Septian yang sedang memeriksa senjatanya.

“Tapi jika gerbangnya hancur bagaimana?” tanya Wahyu kepada teman-temannya.

“Tenang saja, gerbangnya kan sangat kuat dan besar, tidak mungkin zombie bisa merusaknya” ucap Wahidyn tenang sambil merakit sesuatu.

“Tapi bagaimana kalau terjadi sesuatu?” tanya Wahyu lagi masih khawatir.

“Kau ini berisik sekali, jika kau ingin melihat keadaan di sana, nih” ucap Wahidyn sambil mengaktifkan jam

tangannya.

Setelah Jam tangan Wahidyn aktif, keluar layar virtual berukuran televisi di atas jam tersebut. Wahidyn mengoperasikan jam tangannya, lalu dari layar virtual tadi muncul tayangan dari keadaan di depan gerbang utama. Terlihat para zombie sedang mencakar-cakar pintu, tapi cakaran mereka tidak meninggalkan goresan sedikitpun ke gerbang utama dan di atas gerbang utama ada pasukan ZR yang menembaki para zombie itu.

“Lihat, tidak ada yang perlu ditakutkan” ucap Wahidyn meyakinkan Wahyu.

“Tunggu sebentar, apa itu?” sahut Dani sambil menunjuk ke zombie yang memakan zombie lainnya yang sudah mati.

Mereka berempat langsung memperhatikan zombie itu. Zombie itu terus memakan zombie mati lainnya dan tubuhnya menjadi semakin besar dan terus membesar. Setelah banyak zombie yang dimakan, zombie itu mencakar-cakar badannya sendiri dan mengalami perubahan dari tubuhnya yang dicakari itu, tubuh zombie itu sedikit demi sedikit membesar, tangan zombie itu yang tadinya seperti tangan manusia biasa sekarang menjadi sebuah tangan hewan yang memiliki tiga cakar yang sangat tajam, kulit dari tubuh zombie itu sobek dan  menunjukkan daging beserta otot-otot yang berwarna merah segar, matanya berubah warna menjadi hitam, dan

jari-jari kakinya berubah menjadi empat buah kuku yang besar dan tajam.

Setelah mengalami perubahan itu, zombie itu berlari mengunakan tangan dan kakinya seperti hewan berkaki empat berlari, dia berlari menuju gerbang utama dan mulai mencakar gerbang, kali ini gerbang utama tergores terus menerus hingga akhirnya cakarannya menembus gerbang itu, anggota ZR disana mencoba menembakinya tapi

tidak ada yang mempan, karena setelah ditembaki, luka zombie itu langsung pulih kembali. Zombie itu terus mencakari gerbang utama hingga akhirnya hancur. Setelah hancur, zombie itu membunuh para anggota Zombie Resistance disana dan memakan mereka. Dengan hancurnya gerbang utama, zombie yang ada di sekitar

gerbang utama mulai memasuki markas bawah tanah. Tim Elang yang melihat hal tersebut dengan jam tangan Wahidyn langsung terpaku ditempat karena takut.

“T-Tidak mungkin. . . Gerbang utama hancur. . .” ucap Dani merinding. “Bahkan para Zombie Resistance yang lebih tua tidak bisa mengalahkannya” sambung Septian tidak percaya.

“Apa zombie juga bisa mengalami mutasi? Tapi kenapa cabang negara lain tidak memberitahukan informasi ini? Mungkinkah ini terjadi hanya di negara kita?” ucap Wahidyn kebingungan.

“Tenanglah!” ucap Wahyu dengan nada tegas untuk menenangkan teman-temannya “Kita tidak boleh panik, mari kita pikirkan solusi untuk hal ini” Wahyu mengingat kembali saat zombie itu bermutasi dan Wahyu ingat sesuatu. “Wahidyn, tayangan tadi itu, apa kau merekamnya?” tanya Wahyu kepada Wahidyn yang membuat Wahidyn kaget.

“I- iya, apa yang ingin kau lakukan dengan itu? Dan kenapa kau bisa tenang sekali?” tanya Wahidyn.

“Sudahlah, coba tayangkan kembali saat zombie itu sedang mencakar gerbang utama” suruh Wahyu ke Wahidyn.

Wahidyn menayangkan kembali di saat zombie yang bermutasi itu mencakar gerbang utama, Wahyu melihat saat tembakan anggota Zombie Resistance mengenai tangan kanannya, zombie itu terhenti lalu meraung, kemudian zombie itu mempercepat cakarannya. Setelah gerbang utama hancur, Wahyu melihat ke arah tangan kanan zombie itu, di tangan kanan zombie itu terlihat regenerasinya lebih lambat dan walaupun hanya sedikit, terlihat bagian yang menyerupai otak.

“Itu dia!” teriak Wahyu.

The First Mutation 1-2

Teriakan Wahyu yang tiba-tiba itu membuat semua temannya terkejut, terlebih lagi karena mereka masih terus menyaksikan kebrutalan zombie mutase itu yang sedang mengamuk di gerbang utama.

“Apa maksudmu dengan itu?” ketakutan dan kebingungan Wahidyn kini berubah menjadi rasa penasaran dengan perilaku dan perkataan Wahyu.

“Lihat tangan kanan zombie itu setelah menghancurkan gerbang utama” ucap Wahyu.

Wahidyn memutar balik rekamannya dan menghentikannya di saat tangan kanan zombie itu tertangkap kamera.

“Tadi ada anggota Zombie Resistance yang terus menembaki tangan kanan zombie itu dan akibatnya adalah ini” Wahyu menejelaskan apa yang dia pikirkan kepada Wahidyn sambil menunjukkan bagian yang berbentuk seperti setengah bagian otak yang ada di tangan kanan zombie itu. “Zombie itu tidak akan mati jika kita menembaki kepalanya, namun jika kita bisa membuat kerusakan besar kepada kedua tangannya dan membuat otak zombie itu terlihat, kita bisa membunuhnya dengan peluru biasa”.

“Apa yang sedang kalian bicarakan?” tanya Septian yang penasaran dengan pembicaraan Wahyu dan Wahidyn.

“Apa kalian tidak panik melihat apa yang terjadi?” tanya Dani yang juga ikut masuk ke dalam pembicaraan Wahyu dan Wahidyn.

“Semuanya berkumpul, aku memiliki rencana untuk membunuh makhluk itu” ucap Wahyu yang sudah menemukan cara untuk membunuh zombie itu.

Wahyu menjelaskan tentang kelemahan zombie yang bermutasi itu kepada teman-temannya dan menyusun sebuah rencana yang bisa mengalahkan zombie itu. Setelah Wahyu memberitahu rencananya dan teman-temannya sudah mengerti peran mereka masing-masing, mereka pun bersiap untuk keluar dan menghadapi makhluk itu.

“Baiklah teman-teman, hanya kita yang bisa mengalahkan makhluk itu, kita harus bekerja sama dan melakukan yang terbaik, jika kita gagal, maka semua manusia di Indonesia akan mati di makan zombie itu, jika kalian ada yang ingin mundur, bicara sekarang” ucap Wahyu kepada teman-temannya.

“Apa yang kau katakan? Kita kan satu tim, jika ada yang mau maju, kita semua akan maju” ucap Septian sambil mengambil senjatanya.

“Tentu saja aku ikut, lagipula kenapa kau mengatakan hal yang seperti di film mata-mata” ucap Dani sambil menyiapkan snipernya.

“Strategimu itu sempurna, kita hanya perlu mengusahakannya sebaik mungkin” ucap Wahidyn sambil mengemasi perlengkapannya.

“Baiklah kalau begitu, Tim Elang! Kita Berangkat!” teriak Wahyu bersemangat dan teman-temannya juga ikut meneriakkannya.

Setelah mempersiapkan semua perlengkapan mereka, mereka bersiap di posisi masing-masing. Sesuai dengan strategi yang Wahyu rencanakan, Dani dan Wahidyn akan bersama di atas bangunan tertinggi yang ada di markas bawah tanah yang mana itu adalah Menara pengawas yang terletak di dekat lapangan tempat berlatih Zombie Resistance, Septian akan bersiap dengan bom dan machine gun-nya di bangunan yang berada di depan kanan lapangan tempat Zombie Resistance latihan dan Wahyu akan ada di seberang tempat Septian setelah membuat zombie mutasi itu masuk ke dalam area ledakan dimana bom akan di pasang, yaitu di sebuah jalan di depan bangunan dimana Septian mengambil posisi. Tim Elang telah menempati posisi masing-masing dan tinggal mengarahkan zombie itu ke lapangan tempat Zombie Resistance latihan.

“Semuanya, apa kalian sudah siap di tempat masing-masing?” ucap Wahyu berbicara melalui earphone.

“Bomnya sudah kupasang dan aku sudah ada di posisiku, tinggal menunggumu memberikan sinyal saja” jawab

Septian melalui earphone.

“Kami juga siap membidik” ucap Dani melalui earphone sembil membidik ke lapangan.

“Bagaimana dengan Wahidyn?” tanya Wahyu.

“Seperti yang kau katakan, aku sudah siap dengan dua rocket launcher disini” jawab Wahidyn melalui earphone.

“Baiklah, mari kita mulai strategi kita” ucap Wahyu.

“Hati-hati Ketua” ucap Dani. “Jangan sampai mati di tengah jalan” sambung Septian.

“Jangan khawatir, kalian bersiap-siap saja untuk membunuh zombie itu” jawab Wahyu dengan tenang.

Tim Elang memulai strategi yang telah mereka siapkan dan agar strategi itu berhasil, Wahyu akan menarik perhatian zombie mutasi itu ke lapangan tempat latihan anggota Zombie Resistance. Dengan sebuah assault rifle, Wahyu berlari menuju tempat zombie mutasi itu untuk membuatnya mengikuti Wahyu. Setelah beberapa menit berlari, Wahyu akhirnya melihat zombie mutasi itu dan mendekatinya dan berhenti Ketika sudah ada  jarak antara 300-500 meter dari posisi Wahyu dan zombie mutasi itu. Wahyu bersiap untuk menembak zombie mutasi itu, namun dia dikagetkan oleh tepukan di pundaknya, serentak Wahyu menoleh, ternyata itu adalah Kapten dari Zombie Resistance di Indonesia.

“Apa yang kau lakukan di sini? Pergilah ke markas utama, semua orang mengevakuasi di sana, kau juga harus cepat kesana!” suruh Kapten ke Wahyu.

“Tidak! Kapten! Aku punya rencana!” jawab Wahyu mencoba menjelaskan.

“Apa yang kau bicarakan, cepatlah kembali!” teriak Kapten menyuruh Wahyu untuk kembali ke markas.

“Jika aku tidak melakukan ini, semua orang di sini akan mati!” teriak Wahyu. Mendengar Wahyu berteriak seperti itu, Kapten pun diam sejenak lalu bertanya. “Kau yakin rencanamu bisa menyelamatkan kami semua?” Wahyu kaget mendengar pertanyaan dari Kapten, tapi Wahyu sudah yakin dan menjawab Kapten. “Kapten harus percaya padaku, rencanaku tidak pernah gagal”

“Baiklah kalau begitu aku akan-“ kalimat Kapten terhenti.

“Kapten ada ap. .a?” ucap Wahyu kaget dan ketakutan setelah melihat cakar besar menembus tubuh Kapten, darah menetes dengan deras melalui cakar yang menembus tubuhnya itu, Wahyu melihat darimana cakar itu dan ternyata zombie mutasi itu, dia sudah mendekati mereka berdua tanpa mereka ketahui.

Wahyu panik, ketakutan, dan kaget, di saat zombie itu mengangkat tangannya dan mendekatkan tangannya ke mulutnya untuk memakan Kapten yang ada di cakarnya. Kapten yang masih memiliki sedikit kesadarannya melemparkan grenade launcher-nya ke arah Wahyu dan jatuh tepat di depan kakinya. Wahyu melihat grenade launcher itu lalu kembali menatap Kapten, di saat tubuh Kapten sudah hampir sepenuhnya masuk ke dalam mulut zombie itu, Wahyu melihat bibir Kapten bergerak dan Wahyu mencoba untuk membaca pergerakan bibir Kapten “Selamatkanlah semuanya” itulah yang Wahyu dapatkan dari gerakan bibir Kapten, perintah untuk Wahyu agar menyelesaikan strateginya dan menyelamatkan orang-orang di markas bawah tanah. Melihat apa yang diinginkan Kapten, Wahyu pun membuang assault riflenya dan mengambil grenade launcher itu. Wahyu mengisi peluru grenade launcher itu dengan peluru yang ada di tali grenade launcher itu, Wahyu memiliki enam peluru dan dia memasukkan satu peluru itu ke dalam grenade launcher. Wahyu mencoba untuk menenangkan dirinya, siapapun pasti akan sangat ketakutan jika melihat orang mati di depan matanya dan terlebih lagi orang itu adalah orang yang melatihnya dulu. Melihat zombie mutasi itu sudah memakan Kapten, Wahyu membidik kaki zombie itu lalu menembakkan peluru yang melesat ke arah kaki zombie itu dan meledak, zombie itu meraung dan mencari dari mana tembakan itu sampai dia melihat Wahyu.

The First Mutation 1-3

“Hoi! Zombie sialan, kesini kau!” teriak Wahyu sambil mengisi peluru kedalam grenade launchernya. tidak ada waktu untuk takut lagi, jika dia merasa ragu-ragu sedikit saja, maka dia akan menjadi korban selanjutnya.

Zombie itu pun mulai berlari ke arah Wahyu, namun karena kakinya belum sembuh dengan sempurna,zombie itu berlari dengan menggeret kakinya yang terluka, hal itu membuat kecepatan zombie itu sama seperti manusia biasa yang sedang berlari. Melihat zombie itu mulai mengejar Wahyu, Wahyu pun berlari menuju ke tempat di mana strateginya akan dilaksanakan. Wahyu berlari sekencang mungkin dan berhasil membuat jarak 300 meter dari zombie itu, setiap zombie itu bertambah cepat, Wahyu berhenti dan menembak kakinya lalu berlari lagi. Setelah beberapa menit berlalu, Wahyu sudah menembak kaki zombie itu 4 kali dan hanya tinggal satu peluru lagi, serta jarak ke tempat tujuannya masih 300 meter. Wahyu berlari sekencang mungkin hingga dia terengah-engah, tinggal 200 meter lagi dan dia menoleh ke belakang melihat zombie itu mulai bertambah cepat, Wahyu tidak punya pilihan lain, dia mengisi grenade launchernya itu dan menembak kaki zombie mutasi itu, namun sayangnya tembakannya sedikit meleset dan hanya menghentikan zombie itu untuk sesaat, zombie itu berlari lagi mengejar Wahyu dengan kecepatan yang lebih cepat. Wahyu berlari sekuat tenaganya, 50 meter lagi, dia terus menghitung jarak ke tempat tujuannya, 40, 30,20 meter lagi, dia terus menghitung jaraknya tanpa mengetahui zombie mutasi yang mengejarnya sudah sangat dekat dengannya. Zombie itu mengangkat tangannya dan akan mencakar Wahyu, namun tiba-tiba ada peluru yang melesat dengan cepat dan mengenai tangan zombie mutasi yang akan mencakar Wahyu, peluru itu ternyata dari Dani, di saat dia sedang membidik di dekat tempat Septian bersiap, dia melihat Wahyu yang akan dicakar zombie itu dan melindungi Wahyu dengan menembak tangan zombie itu. Zombie itu terhenti dan meraung. Wahyu sudah sampai pada tempat yang sudah ditentukannya dan dia membalikkan badannya lalu melihat ke arah zombie itu.

“Hoy! Hah. . . hah. . . Aku disini!” teriak Wahyu dengan terengah-engah. Zombie itu melihat ke arah Wahyu dan mulai berlari ke arahnya lagi. Wahyu mengambil detonator dari sakunya dan menunggu zombie itu masuk ke dalam area bom yang sudah di pasang Septian. Zombie itu berlari mendekati Wahyu dan masuk ke dalam area ledakan bom.

“Rasakan ini, zombie sialan!” teriak Wahyu sambil menekan detonatornya. Bom yang ada di sekitar zombie itu meledak dan membuatnya terhenti sambil meraung kesakitan, kaki zombie itu terluka, namun zombie itu langsung meregenerasinya lagi. Tanpa basa-basi lagi, Tim Elang memulai strategi mereka, Septian menembaki zombie itu dengan machine gunnya terus menerus sambil berteriak. “Menghadaplah kesini makhluk aneh!” Septian terus menembakinya tanpa henti dan membuat zombie itu menoleh ke arah Septian yang ada di sebelah kanannya dan memperlihatkan tangan kirinya ke arah bidikan Wahidyn dengan rocket launchernya. Wahidyn membidik tepat di pergelangan tangannya dimana setengah bagian otanknya berada, lalu dia meluncurkan sebuah roket yang melesat dan meledakkan tangan kanan zombie mutasi itu. Zombie itu meraung kesakitan dan terlihat semua daging di pergelangan tangannya terbakar dan memperlihatkan setengah bagian otak yang ada di sana. Tidak menyia-nyiakan waktu lagi, Dani membidik setengah bagian otak itu lalu menembaknya dengan sniper miliknya, peluru itu melesat dengan cepat dan melubangi setengah bagian otak yang ada di tangan kanan zombie itu. Zombie itu kemudian meraung kesakitan dan berhenti bergerak.

“Karena dia sudah tertembak, waktunya keluar dari sini” ucap Septian yang kemudian berlari secepat mungkin untuk meninggalkan bangunan yang dia gunakan untuk menembaki zombie itu.

Zombie itu masih meraung kesakitan, otak yang ada di pergelangan tangannya yang sudah berlubang itu tiba-tiba membusuk lalu meleleh, bersamaan dengan otaknya yang meleleh tangan kiri zombie itu putus lalu jatuh dan meleleh meninggalkan hanya tulang dari tangan kirinya. Zombie itu marah lalu menghancurkan bangunan yang ditempati Septian tadi dengan tangan kanannya, hanya dengan satu cakaran saja, bangunan itu langsung terbelah, untungnya Septian sudah meninggalkan tempat itu. Strategi yang dibuat Wahyu ternyata berhasil, sekarang tinggal menghancurkan tangan kanannya. Di bangunan tepat di belakang zombie itu, Wahyu sudah mengambil posisi dan bersiap untuk menembakinya, tapi dia lupa kalau dia telah membuang riflenya.

“Dani, aku membutuhkan bantuanmu untuk membuat zombie itu menghadap ke arahku” ucap Wahyu melalui earphone.

“Bukannya kau sudah bisa melakukannya sendiri?” tanya Dani melalui earphone.

“Aku kehilangan senjataku, aku hanya punya satu pistol dengan 7 peluru, kau harus membantuku membuat suara di sekitar bangunanku, tembaklah ruangan yang kutempati ini dengan snipermu, itu akan membuat cukup suara untuk membuat zombie itu menghadap ke sini” jawab Wahyu melalui earphone.

“Baiklah” ucap Dani. Mendengar instruksi dari Wahyu, Dani mengarahkan bidikannya ke arah ruangan Wahyu dan saat bidikannya ada di tubuh Wahyu yang sedang bersiap untuk menembak zombie itu dengan pistolnya, Dani bertanya lagi. “Apa aku harus menembak sekarang atau kita menembak bersamaan-“ saat Dani sedang berbicara, tiba-tiba zombie itu meraung keras dan mengagetkan Dani hingga tanpa disengaja dia menarik pelatuk snipernya “Wahyu! Merunduk!” Dani berteriak secepat mungkin untuk memperingati Wahyu. Mendengar suara Dani, Wahyu langsung merunduk dengan cepat dan peluru yang ditembakkan Dani melesat tepat di atas kepala Wahyu yang merunduk.

“Apa yang kau lakukan?! Kau ingin membunuhku?!” teriak Wahyu marah. Wahyu terus berteriak memarahi Dani dan tanpa diketahui, zombie itu mendengar teriakan Wahyu dan membalikkan badannya, yang mana hal itu membuat zombie itu memperlihatkan tangan kanannya ke bidikan Wahidyn. Sekali lagi Wahidyn melesatkan roket yang mengarah ke tangan kanan zombie itu dan meledakkannya. Suara ledakan itu membuat kaget Wahyu dan Dani, suara ledakan itu membuat mereka berdua panik, namun Dani langsung membidik otak yang ada di pergelangan tangan kiri zombie itu dan melubanginya. Seperti tangan kirinya, tangan kanan zombie itu terputus dan jatuh, lalu meleleh meninggalkan tulang tangan kanannya. Zombie itu meraung lebih keras dari yang sebelumnya lalu beberapa saat kemudian zombie itu berhenti meraung dan tubuhnya jatuh ketanah.

“Apa kita berhasil?” ucap Septian yang sedang berjalan ke tempat Dani dan Wahidyn berada.

“Kita berhasil. . .” ucap Dani tidak percaya.

“Kita menang teman-teman. . .” ucap Wahyu lega.

“Kita menang!!!!” teriak keempat anggota Tim Elang itu secara bersamaan.

Setelah menjalankan strategi Wahyu, Tim Elang berkumpul di tempat Wahidyn dan Dani berada, yaitu di bangunan Menara pengawas yang ada di markas bawah tanah. Mereka melihat semua zombie mulai dikalahkan satu-persatu sampai akhirnya habis dan juga kekacauan seluruh markas bawah tanah Indonesia yang disebabkan oleh zombie tadi telah mereda. Setelah para anggota Zombie Resistance memastikan semua zombie telah dimusnahkan, mereka membangun pagar di tempat gerbang utama yang sudah hancur dan menjaganya dengan ketat. Tim Elang lega, karena mereka bisa mengalahkan zombie mutasi tadi, tapi mereka heran, bagaimana zombie tadi bermutasi? dengan cara yang aneh pula. Mereka berempat berpikir tentang itu dan Wahidyn terkejut oleh bunyi jam tangannya yang tiba-tiba berbunyi, Wahidyn langsung mengaktifkan jam tangannya dan muncul layar virtual lagi, namun kali ini memperlihatkan seorang laki-laki berseragam Zombie Resistance yang berpangkat sama seperti Kapten.

“Halo, anggota Zombie Resistance Indonesia, apakah kalian bisa mendengarku?” ucap laki-laki itu dari layar virtual Wahidyn. “Iya,saya Wahidyn dari Tim Elang di pasukan Zombie Resistance Indonesia” jawab Wahidyn.

“Aku adalah Kapten dari pasukan Zombie Resistance di Amerika, kami melihat adanya sebuah sinyal darurat dari markas bawah tanah kalian, apa yang terjadi?” tanya Kapten dari Zombie Resistance Amerika. “Soal itu, begini pak. . .” Wahidyn menjelaskan semua yang terjadi dan juga zombie yang bermutasi serta kelemahan zombie itu.

“Jadi begitu ya. . .” ucap Kapten dari Zombie Resistance Amerika itu.

“Iya pak, kalau boleh, tolong sebarkan informasi ini kepada semua Zombie Resistance yang ada di penjuru negeri” ucap Wahyu. “Maaf, tapi dengan siapa lagi ini?” tanya Kapten dari Zombie Resistance Amerika. “Saya Wahyu, ketua dari Tim Elang,Kamilah yang berhasil mengalahkan zombie yang bermutasi, Kapten kami telah gugur, serta gerbang utama kami sudah hancur. Kami tidak bisa tinggal di markas bawah tanah ini lagi, saya minta tolong sebarkan informasi ini, kami membutuhkan bantuan secepatnya” jawab Wahyu. “Baiklah, akan kuusahakan. Tim Elang, kalian sudah melakukan kerja yang sangat bagus, tetap pertahankan itu, Zombie Resistance Amerika keluar” ucap Kapten dari Zombie Resistance Amerika yang mengakhiri percakapan mereka.

“Aku harap kita bisa berlindung di markas bawah tanah negara lain” ucap Wahyu.

“Tapi, apakah ada yang mau menerima orang luar?” tanya Septian.

“Entahlah, kita berdo’a saja” jawab Wahyu.

“Tapi aneh, padahal aku merahasiakan saluran komunikasi kita, tapi negara Amerika dapat menemukannya” ucap Wahidyn keheranan.

“Aku lebih heran lagi, dia itu dari Amerika kan? Kenapa dia bisa bicara bahasa Indonesia?” Tanya Dani.

“Oh kalau itu karena system translator yang kumasukkan dalam jam tanganku, itu bisa mengartikan hampir seluruh bahasa di dunia ini menjadi bahasa Indonesia dan juga ucapan kita akan di terjemahkan juga” ucap Wahidyn menjelaskan.

“Kau benar-benar genius ya. . .” ucap Wahyu, Dani, dan Septian bersamaan.

Sementara itu, di markas utama Zombie Resistance Amerika, setelah Kapten dari Amerika itu mengakhiri percakapannya dengan Tim Elang.

“Good Work, Sergeant. Keep your good job” ucap Kapten dari Amerika.

“Thank you, Captain” ucap seorang gadis yang menyambungkan percakapan antara Kapten dari Amerika dengan Tim Elang. “Eagle Team is it? What an interesting team” ucap gadis itu sambil tersenyum.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!