NovelToon NovelToon

Gadis Impian

BAB 1

Happy Reading

Doble episode ya, jadi langsung dapet feel-nya!

Masa kecil Niana Rainara Wijaya

Sang mentari menyongsong kehangatan di setiap detail permukaan bumi, begitupun cahanya nya yang bersinar menerangi. Cuaca yang sangat pas di akhir pekan untuk berbain di taman.

Seorang gadis kecil tampak gembira sedang bermain dan berlari-lari di sebuah taman kota, di temani ibunya dan  dua orang pengawal yang tak berhenti mengawasi mereka dari kejauhan.

"Ibu! Niana mau eskrim," Pinta Niana pada Ibunya menujuk pedangang eskrim yang tak jauh dari sana.

"Iya sayang kamu duduk dulu di sini jangan kemana-mana, Ibu belikan dulu!" Meninggalkan Niana duduk di bangku yang teduh ternaungi bayangan pohon di dekatnya.

Niana mengangguk, menunggu Ibunya duduk di sana dengan beroangkang-ongkang kaki, dengan bersenandung kecil menyanyikak lagu anak-anak. Dari tempat dudunya Niana melihat tukang balon yang melintas lewat dari kejauhan, terlihat membawa balon warna-warni dengan sepeda.

"Balon...!" Namun teriakan Niana tak di dengar oleh tukang balon tersebut, yang terlihat akan meninggalkan taman. Niana pergi meninggalkan tempat duduknya mengejar tukang balon yang terus mengayuh sepedanya.

"Balon, balon. Tunggu!" teriak Niana mengejar tukak balon yang semakin jauh meninggalkan taman.

*

Setelah ibu Niana kembali, namun tak terlihat keberadaan putrinya di bangku yang ia tinggalkan tadi. "Niana kemana kamu..." Teriak ibu Niana, setelah benar-benar tidak didapati putrinya di manapun ia panik, menjatuhkan eskrim di tangan nya, tubuhnya seketika lemas.

"Dimana Niana?" Tanya ibu Niana pada pengawal yang langsung menghampiri nya, ketika melihat nya yang begitu panik.

"Maafkan kami Nyonya.. kami kira Nona bersama Nyonya," Dua pengawal itu saling melihat satu sama lain, mereka juga kehilangan pengawasan terhadap Niana. Banyaknya anak yang bermain dan berlarian di sana, membuat dua pengawal itu tidak sadar akan kepergian Nona muda yang harus mereka jaga.

"Bodoh kalian, seharusnya kalian mengawasi putriku, apa gunanya pengawal seperti kalian di pekerjakan!" teriakan, cacian keluar dari mulut ibu muda itu. Menyesal, prustasi karena telah meninggalkan putri kecil kesayangan nya.

Tidak berapa lama kekacouan dan kepanikan terjadi di taman itu. Pencarian seorang Nona muda berusia genap enam tahun yang memyebabkan semua mata bertanya-tanya. Melihat banyaknya pengawal dan polisi yang di datangkan kesana, dan membuat para pengunjung tidak bisa meninggalkan tempat mereka.

****

"Hiiiiii i i... aku dimana," Tangis Niana, mengedar kan pandangan nya ke sekitar yang begitu asing untuknya, gadis kecil itu kemudian terjongkok melanjutkan membenamkan wajahnya dengan memeluk letutnya ya g tertekuk melanjutkan tangisnya.

"Cengeng sekali, kenapa menangis?" Niana sedikit mengangkat wajahnya melihat sesosok anak laki-laki di hadapan nya, tak lama iya membenamkan kembali pada tangisnya.

"Ini ambilah!" Tangisan Niana terhenti sejenak, adis kecil itu menonggakan kepalanya melihat anak laki-laki itu tersenyum dengan menyodorkan seseuatu padanya.

"Gelang..?" Tanya Niana bingung, dengan lekas ia menghapus pipinya yang basah dengan punggung tangannya, kemudian berdiri.

"Ini gelang pembawa kebahagiaan, gelang ini permberian neneku, kata nenek kalo aku lagi sedih gelang ini akan membuatku tersenyum, mengingatkan ku pada nenek." UJar anak laki-laki itu tersenyum yang memperlihiatkan gigi putih nya yang berjajar rapih. "Aku rasa gelang ini bisa membuat mu berhenti menangis."

"Aku tersesat, aku takut!"

"Tidak usah takut kamu sudah bertemu denganku, aku akan membawamu pada tempat yang aman yang akan mengantarkan mu pulang." Anak laki-laki itu meraih tangan Niana lalu menggandengnya pergi menuju kantor polisi yang kebetulan tidak jauh dari sana.

"Kenapa kantor polisi?" Tanya Niana sedikit takut

"Ayah ku pernah bilang kalou tershesat, cari tempat keamanan terdekat adalah pilihan yang tepat." Tutur anak laki-laki itu, membuat Niana mengangguk-nganggukan kepala. "Dulu aku pernah mengalami hal lebih buruk dari mu, tapi aku bisa menemukan pos satpam dan akhirnya bisa menghubungi ayah ku."

"Kamu hebat. Sepertinya Kamu sangat dekat dengan ayah mu, aku sangat iri Ayahku sibuk!"

"Walou sesibuk apapun beliou tetap ayahmu yang berjuang untuk mu." Lanjut anak laki-lali itu, menepuk bahu Niana ketika melihat tatapan sendu gadis kecil itu, "Sayangi ayahmu selagi dia masih ada bersamamu! Kamu sudah aman di sini, aku pergi dulu!" Setelah membuat laporan tersesat nya Niana, Anak laki-laki itu beranjak hendak pergi meninggalkan Niana.

"Tunggu, ini gelang mu," ucap Niana yang membuat anak laki-laki itu menahan langkahnya untuk pergi kembali menghampiri Niana.

"Kamu lebih membutuhkan nya pakai saja, jangan sampai hilang jaga baik-baik." Sembari memasangkan gelangnya di tangan kanan Niana . "Gelang ini akan menghiburmu kalau kamu sedang sedih, gelang ini akan membuatmu tersenyum, mengingatkan mu pada ku." Ucapnya dengan tersenyum percaya diri.

"Tapi gelang ini pemberian Nenekmu, bukanya gelang ini akan mengingatkan mu pada nenekmu jika kamu sedih?"

"Kenangan ku bersama nenek sudah tersimpan banyak di dalam sini," Anak laki-laki itu menepuk dadannya. "Aku anak laki-laki kata ayah anak laki-laki harus kuat tidak boleh sedih. Aku pergi dulu Ayahku sudah menunggu!" anak laki-laki itu pergi sembari berlari meninggalkan Niana.

"Namaku Niana.." Teriak Niana yang membuat anak laki-laki itu berbalik melambaikan tangan nya

"Sampai bertemu lagi Niana.."

"Siapa Nama m...." belum selesai dengan ucapannya, nampak anak laki-laki itu sudah hilang di telan pintu keluar kantor polisi.

Tak perlu waktu lama polisi sudah mengetahui tempat tinggal Niana, langsung mengantarkan Niana pulang ke rumahnya.

Kediaman Aga Argani Wijaya seorang pengusaha sukses pemilik perusahaan Propat Jaya Mandiri salah satu prusahaan properti terbesar di negri ini. Nampak seisi rumah itu yang awalnya panik berubah bahagia tak terkira mendapati Niana kembali dengan selamat.

Namun kemarahan tak hilang begitu saja dari Aga Ayah Niana.

"Aku tidak ingin kejadian seperti ini terulang kembali, mulai sekarang aku akan membatasi Niana pergi ketempat umum seperti tadi." Keputusan yang jelas tidak bisa di bantah oleh siapapun

****

3 tahun kemudian...

Hari ini tepat Niana tengah berusia sembilan tahun, tiga tahun terakhir Niana seperti sudah sangat jenuh karna semakin ketatnya aturan untuknya pergi ke luar rumah terutama ke tempat umum, sekolah pun Niana dengan di dampingi pengawalan ketat.

Di hari ulang tahunya ini, Ayah Niana sudah menyiapkan pesta besar-besaran dengan tamu undangan para kolega dan relasinya. Di kamarnya Niana sudah mengenakan gaun pestanya melihat ke cermin tampak tidak ada raut wajah bahagia di sana.

Niana kembali menatap gelang yang dia kenakan, tersenyum kala mengingat anak laki-laki yang menolongnya tiga tahun silam

"Dia benar, gelang ini selalu membuatku tersenyum mengingatnya." gumam Niana menatap gelang nya dengan mata penuh binar harapan. "Aku ingin kembali ke hari itu,"

tok tok tok...

"Sayang! ayo tamu undangan sudah menunggu mu." Ajak ibu Niana menghampiri putrinya, yang nampak murung duduk di tepi tempat tidurnya.

"Ibu! boleh Niana meminta satu permohonan di ulang tahun Niana ini?" Tanya Niana menatap ibunya penuh harap.

"Apa sayang?"

"Niana tidak ingin pesta ini,"

"Kenapa nak?" Ibu Niana menangkup wajah Niana yang sendu dengan kedua tangan nya, "Teman-teman mu sudah datang, kamu pasti senang."

"Mereka bukan teman-teman ku, mereka hanya anak-anak dari teman ayah, rekan kerja ayah, dan anak dari orang yang ayah kenal," bantah Niana, "Aku tidak mengenal mereka. Waloupun aku satu sekolah dengan mereka, mereka tidak baik, mereka berteman dengan ku karna aku anak pemilik sekolah."

"Sayang tidak seperti itu,"

"Niana ingin pergi, Niana ingin ke suatu tempat dekat taman kota," Pinta Niana.

"Tapi ibu tidak bisa mengabulkannya, ayah mu akan sangat marah. Jangan buat dia malu!"

"Niana mohon, kali ini saja selama ini Niana sudah menjadi anak penurut," Tatapan penuh harap Niana dan pilihan yang sulit untuk Ibunya

Akhirnya Ibu Niana tidak tega dengan permintaan putrinya. mereka pergi diam-diam keluar dari rumah mewah itu, menghindari pengawal yang berjaga di depan, akhirnya mereka melewati pintu gerbang samping yang di khususkan untuk para pekerja.

Dengan cara cerdik mereka berhasil keluar dari rumah itu, kemudian pergi menggunakan taksi menuju tempat yang Niana ingin tuju, yaitu tempat dimana dia pertama kali bertemu dengan anak laki-laki penolongnya tiga tahun silam. Harapan Niana untuk bertemu dengan nya sia-sia, ibunya yang melihat putrinya murung kemudian mengajaknya pergi ke wahana bermain.

Di wahana bermain Niana bermain dengan sangat gembira mencoba hampir semua wahana yang ada. Saat melihat balon Niana kembali teringat pada sosok anak laki-laki yang tiga tahun silam menolongnya, karna mengejar balon ia jadi tersesat dan bertemu anak laki-laki penolongnya itu.

"Bang beli satu ya.."

"Kamu suka balon? Seperti anak bayi saja," tanya seorang anak yang sangat tak asing untuk Niana. "Kamu masih manis seperti dulu, cuma sekarang lebih tinggi." Senyum anak laki-laki yang Niana ingin temui itu berada di hadapan nya.

"Kamu mengingatku?" Tanya Niana.

"Tentu saja, bagaimana aku lupa."

"Siapa Namamu?"

"Aksa.."

"Kamu masih ingat Namaku Aksa?"

"Emh.. kalo itu sepertinya aku lupa.."

"Kamu jahat sekali, padahal dari sejak pertemuan kita aku selalu mengingat mu." Niana mencebik kecewa. Aksa hanya terkehkeh tertawa kecil melihatnya.

"Maafkan aku Niana aku hanya bercanda."

"Ini siapa?" tanya ibu Niana memghampiri, walou sedari tadi memperhatikan percakapan anaknya, tidak berani menyela

"Aksa tante." Aksa yang segera meraih tangan ibu Niana menarukan keningnya di punggung tangan ibu Niana

"Aksa yang menolong ku waktu aku tersesat dulu bu," Jelas Niana pada Ibunya,

ucapan trimakasih pun terlontar dari Ibu Niana kepada Aksa.

"Kamu sama siapa kesini?" taya ibu Safira, yang melihar Aksa hanya sendiri.

"Sendiri tante, aku masij menunggu ayah," jawab Aksa.

"Kamu berani sekali," Aksa haya tersenyum mendengar pujian untuknya.

"Sayang kita harus segera pulang!" Ajak ibu Niana, menggandeng Niana setelah melihat arlojinya menujukan waktu sudah sore. "Aksa ridak apa-apa kami tinggal?"

Tangan Niana langsung di tarik pergi oleh ibunya. "Sampai jumpa lagi Aksa."

"Sampai jumpa Niana." lambayan tangan dari anak laki-laki itu yang melihat kepergian Niana. Dengan perasaan berat Niana menyudahi pertemuan singkat nya dengan anak yang selalu ingin ia temui itu.

BAB 2

*Bagian menegangkan di mulai.. Happy *R***eading*

Niana dan ibunya kembali dengan menaiki taksi. Saat dalam perjalan pulang tanpa di sadari dari arah berlawan, sebuah mobil yang tampak melaju tidak seimbang keloyongan dan seperti akan menabrak taksi yang di tumpangi Niana dan ibunya.

Supir taksi itu menyadari mobil di depan nya yang melaju tidak beraturan dan nampak jelas akan mendabrak taksinya. Sang supir berusaha menghindari tabrakan membanting stir hingga mobilnya benar benar tidak bisa terkendali hingga menyerempet mobil lain, laju taksi itu semakin tak terkendali, sampai akhinya menabrak kencang pembatas jalan hingga berguling beberapa kali sampai mobilnya dalam poisi terbalik, dengan keadaan ringsek parah.

Beberapa orang langsung memburu taksi yang di tumpangi Niana. Di dapati tiga orang korban dengan posisi yang terbalik dan tergencit di dalam taksi, supir taksi yang teelebih dulu bisa di efakuasi oleh warga, namun dengan kondisi yang terluka parah.

Tapi begitu sulit menolong dua orang korban yang tersisa di dalam karna kondisi taksi yang ringsek dan menyebabkan posisi korban di dalam tergencit sangat sulit untuk di efakuasi.

Orang-orang yang membantu mundur, menyerah melakukan pertolongan ketika melihat mobilnya mengeluarkan asap, mereka takut mobilnya akan terbakar dan meledak. Tapi satu orang pria berusia sekitar 35 tahunan tidak menyerah berusaha membuka pintu mobil yang sudah hampir hancur itu.

"Tolong selamatkan putri ku." Terdengar setengah sadar ibu nya Niana, dengan posisi yang begitu menghawatirkan dengan kepala dan hampir seluruh tubuh yang bercucuran darah.

Pria tersebut berusaha mencoba menolong Niana terlebih dahulu, berhasil mengeluarkan Niana lalu menggendongnya mengefakuasi nya jauh dari taksi itu. Pria tersebut lari kembali mencoba untuk menyelamatkan ibunya Niana. Kali ini mengeluarkan ibunya Niana yang begitu sulit.

"Cukup selamatkan putriku, tidak usah kembali untukku." Ucap rintih ibunya Niana.

"Saya akan menyelamatkan anda nyonya." Pria itu tetap mencoba menolongnya, sungguh-sungguh berusaha sekuat tenaga mencoba menarik kaki ibu Niana yang terhimpit yang posisi badanya ikut terbalik. Setelah berapa lama Pria itu tetap tidak menyerah, akhinya berhasil menarik kaki ibu Niana.

Namun naas terjadi ledakan besar, taksi tersebut terbakar dan meledak hangus juga ikut membakar ibu Niana dan Pria yang brusaha menyeletmatkanya.

Niana yang sedikit sadarkan diri merintih memanggil ibunya yang samar terlihat mobilnya yang hancur dan terbalik itu meledak dan terbakar, sampai akhirnya Niana benar-benar tak sadarkan diri.

Ibu Niana tidak bisa di selamatkan dalam kejadian itu, begitupun Pria yang berusaha menolongnya yang juga meninggal di tempat.

Beliuo sang pahlawan pergi meninggalkan seorang istri, satu orang putra yang seumuran dengan Niana, dan dua orang bayi kembar yang masih berusia 2 bulan.

Dirumahsakit Niana tersadar, Niana histeris memanggil ibunya. Sekujur tubuh yang terluka seakan tak ia rasakan  dan terus berteriak memanggil ibunya tercinta.

"Ibu.. ibu.. ibu..."

Ayahnya yang mencoba menenangkan Niana, juga tak kuasa atas kehilangan istri tercintanya.

****

8 Tahun Kemudian...

Delapan tahun berlalu. Kejadian mengenaskan delapan tahun silam masih teringat jelas oleh Niana di hari ulang tahunya yang harus merasakan dan menyaksikan kepergian ibu tercintanya dengan begitu mengenaskan. Niana yang merasa kecelakaan teragis yang merenggut ibu nya itu adalah kesalahannya. Perasaan bersalah sekaligus kehilangan yang terus menghantui dan menyiksanya.

Hari ini tepat Niana berusia 18 tahun. Niana tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, dengan bolamata indah berwarna coklat muda. Hari ini juga tepat hari kepergian mendiang ibu tercintanya. Niana memegang sebuah buket bunga mawar putih kesukaan mendian ibunya, hendak ziarah ke makam sang ibu dengan di temani pengawal pribadinya Maya, yang senan tiasa menemaninya kemanapun.

Maya mengendarai mobil yang di tumpangi Nona mudanya di belakang, terpaksa memgambil akses jalan lain di karnakan akses jalan utama menuju pemakanan sedang macet total. Niana menghentikan Maya untuk berhenti di sebuah jalan yang membuat ingatan nya kembali memutar, jalan yang tepat terjadi kecelakaan tragisnya delapan tahun lalu yang merenggut ibunya tepat disana.

Niana dengan mengenakan gaun berwarna hitam, ambruk menjatuhkan diri tepat di tepi jalan itu dengan buket bunga yang masih ia pegang juga ikut ia jatuhkan. Cairan bening kembali mengalir membasahi pipinya.

"Ibu apa ibu kesepian disana, seperti Niana yang selalu kesepian setelah ibu pergi Niana selalu ingin pergi menyusul ibu... maafkan Niana yang telah menyebabkan ibu pergi meninggalkan Niana dan ayah, yang menyebabkan ibu dan ayah berpisah. Ayah sangat terpukul dengan kepergian ibu sampai saat ini Niana bisa merasakan senyum ayah tapi hatinya terluka yang ia perlihatkan pada Niana. Niana tau sesungguhnya Ayah juga marah pada Niana yang telah menyebabkan ibu pergi." Lirih batin Niana yang tak kuasa merasakan sedih dan penyesalannya.

"Jangan seperti ini Nona, Ayo pergi." Maya merengkuh bahu Niana berusaha membantunya berdiri membantunya kembali masuk kedalam mobil.

Brassskkk.. Niana berbalik dan terlihat buket bunga mawar putihnya terinjak seseorang.

"Apa yang kamu lakukan?" Niana kembali memburu bunga mawar putih yang terinjak oleh seorang pemuda yang terlihat memakai seragam putih abu-abu dengan penuh coretan pilik dan spidol.

"Itu bunga mu, siapa suruh naruh bunga sembarangan di jalan?" Ucap pemuda tersebut tanpa merasa bersalah lalu kembali melanjutkan langkahnya pergi. Niana menatapi punggung pemuda tersebut yang semakin menjauh dengan tatapan tidak suka

"Nona baik-baik saja?" Tanya Maya menghawatirkan Niana yang kembali amburuk memeluk buket bunga mawar putih itu disana. "Kita bisa membelinya lagi Nona."

"Kita pulang saja," Niana kembali terisak dari tangisnya tak kuasa menahan semua luapan kesedihannya, dengan segera masuk kembali ke dalam mobilnya.

"Maafkan saya mengambil akses jalan ini Nona." Ucap Maya yang tanpa mendapat jawaban dari Nona muda yang masih duduk terisak di kusi belakang. Maya langsung tancap gas kembali menuju kediaman Nona mudanya.

****

Di sebuah rumah yang bernuansa kayu di setiap aksennya, nampak sangat hangat dan halaman yang Asri di kelilingi pohon dan tanaman menyejukan mata da hati bagi siapapun yang melihat. Di dalamnya seorang ibu yang sudah menyiapkan masakan lezat di atas meja dengan tidak sabar menantikan kabar gembira kelulusan dari putranya.

"Kak sudah pulang!" Seru Safira ibunya Raksa, tatkala sudah mendengar putranya mengucap salam masuk kedalam rumah.

"Ibu... Aku lulus bu dengan nilai terbaik." Ucap Raksa menghampiri ibunya yang sudah menyambutnya.

"Ahh.. syukurlah ibu tidak sia-sia masak enak hari ini, ayo kita makan adik adik mu juga sudah menunggu," ajak Safira langsung ke meja makan.

"Wah hebat kakak bisa lulus, gurunya nggak katarak kan, periksa hasil ujian kaka." Goda kedua adik kembar nya.

"Ihhh, bocah-bocah nii. Ngaur," Raksa mengacak kedua pucuk rambut adik kembar nya. "Mana ada, hasil ujian di nillainya ketat pake komputer. Masa iya komputer katarak."

"Ya kali.. hehee," Alia yang melebarkan senyumya hingga menampakan barisan giginya gingsulnya.

"Selamat ya kak. Kalou saja ayah kalian masih ada..." Yang ini suara ibu nya yang terdengar sedikit lirih.

"Ayah juga pasti melihat di Atas sana bu, Ayah juga pasti sedang bahagia bersama kita sekarang." Ujar Raksa merangkul dan memeluk ibunya

"Hari ini juga hari kepergian Ayah kalian.. Sore ini kita ziarah ke makam ayah." ujar Safira ibunya Raksa sambil mengusap air matanya yang keluar tadi

"Iya Bu.." jawab semua anaknya nya kompak.

Sore hari Raksa ibu dan kedua adiknya pergi berziarah ke tempat peristirahatan terakhir sang ayah, tangis pecah di rasakan oleh ibu Safira, Alea da Alia sementara Raksa, kembali sebagai penguat mereka. Menjadi satu-satunya pria yang tersisa di keluarnga, menununtutnua harus kuat.

Mereka mengingat kepergian mendiang sang ayah yang begitu mengenaskan, menolong orang lain yang kecelakaan delapan tahun silam namun naas ayahnya juga ikut menjadi korban.

BAB 3

Setelah kepergian mendiang suami tercinta Safira ibunya Raksa berjuang keras untuk membesarkan ke tiga anaknya dengan baik, Safira memanfaatkan hobi dan keahliannya membuat kue untuk kemudia dijadikan peluang usaha membuka toko kue dan roti.

Memanfaatkan uang tunjangan mendiang ayahnya Raksa, membuka sebuah toko kue dan roti. Safira sangat berjuang keras merintis usahanya dari kecil hingga sebuah toko yang di beri nama Royal Cake & Bakery, bisa sebesar sekarang, aneka kue dan roti buatan Safira mulai dari kue ulang tahun, aneka kue, dan aneka roti buatan nya sudah banyak di kenal dan mempunyai banyak pelanggan.

Hari ini di Royale Cake & Bakery, ibunya Raksa seperti biasa sudah berada di ruangannya memeriksa pembukuan keuangan pengeluaran pemasukan dan tak jarang Safira ikut langsung melayani pelanggan-pelanggan nya.

Sementara Raksa sudah siap dengan motor Royal Cake & Bakery, siap mengantar orderan cake dan roti pada para pelanggan. Raksa selalu berusaha menjadi anak yang berbakti dengan ikut bekerja di toko milik ibunya itu, selain itu Raksa juga kadang bekerja paruh waktu di tempat lain, dia selalu berusaha memenuhi kebutuhan nya sendiri dengan tidak ingin membebani ibunya.

"Nih Rakew.. antar ke alamat ini ya," Karin pegawai Royal Cake & Bakery memberikan 2 kotak kue pesanan yang harus di antar Raksa. Rakew adalah nama lanihan Karin untuk Raksa.

"Siap 86 Karton." jawab Raksa Sigap. Karton, nama lanihan dari Raksa untuk sahabatnya yang sama dengan nya bekerja paruh waktu di toko ibunya.

"Good.. selalu semangat." Balas Karin mengepalkan tangan nya ke atas tinggi-tinggi, sebagai penyemangat. Karin adalah teman sekolah Raksa semasa SMP, walou mereka akhirnya bersekolah di SMA berbeda karna Raksa masuk SMA paforit. Persahabatan mereka terbilang sangat dekat saling melanih nama panggilan sebagai bentuk keakraban.

Tidak berapa lama datang seorang Tamu seorang gadis cantik berpakaian elegant yang di buntuti seorang wanita berjas serba hitam di belakangnya. Niana datang ke toko itu.

"Ada yang bisa saya bantu?" Seketika Karin langsung menghampiri Niana.

"Bisa saya pesan sebuah kue ulang tahun kecil itu beserta lilinnya untuk di sini?" Jawab Niana sambil menunjuk subuah kue yang sangat cantik di dalam etalase dan tidak terlalu besar.

"Tentu Nona, apa ada lagi?" Karin sambill mencatat pesanan Niana.

"Tidak sudah cukup." ucap Niana melihat ke arah Karin.

"Kalo begitu silahkan duduk dulu, tunggu pesanan Anda." Karin sedikit membungkukan kepalanya lalu pergi untuk menyampaikan pesanan Niana pada pegawai yang bertugas menyiapkan nya, dan untuk dia bawa pada meja pesanan.

Karin langsung menyajikan sebuah kue ulang tahun beserta lilin, korek api, pisou dan piring kecil di meja di depan Niana.

"Silahkan Nona." ucap Karin kemudian pergi.

Maya langsung menyalakan lilin yang ada di atas kue tersebut. Tanpa meniupnya Niana hanya memandangi lilinya menyala sampai lilin itu habis dan api mati dengan sedirinya.

"Ayo kita pergi, jangan lupa beri pelayan itu tips." printah Niana pada Maya lalu bangun meninggalkan mejanya.

"Baik nona." Jawab Maya melakukan perintah Nona mudanya, lalu mengikuti langkah Niana yang hendak pergi.

"Tunggu Nona, apa anda tidak suka dengan kuenya?" Tanya Karin menghentikan langkah Niana yang sudah akan melangkah kel luar toko, karna bingung dengan sebuah kue tanpa tersentuh. Niana seketika berhenti lalu membalikan badan nya.

"Tidak, aku suka tempat ini sepertinya aku akan kembali." Ucap Niana langsung melanjutkan langkahnya dan pergi.

*

Raksa barusaja kembali setelah mengatarkan pesanan, di depan Toko Raksa berpapasan dengan Niana.

"Anak itu, jadi dia bekerja di sini.." batin Niana seperti sudah mengenal pemuda tersebut dengan berusaha mengingatnya. Sementara Raksa hanya melirik setelah membuka helm nya lalu masuk ke dalam toko.

"Rak.." teriak seseorang memanggilnya dari pintu Royal Cake & Bakery

"Rak?" Batin Niana yang mengulang kembali nama yang di ucapkan pelayan toko itu. Serasa tak asing melihat Raksa, tapi pikiranya iya tepis, mungkin karna Raksa adalah orang yang meginjak bunganya kemarin, pikirnya setelah mengingat kejadian kemarin.

"Mari Nona." ajak Maya membuyarkan pikiran Niana yang masih menatap Ke arah pintu maduk Royale Cake & Bakery. Maya terlihat sudah membukakan pintu mobil untuk Niana.

"Ehhh.. iya." Niana pun masuk kedalam mobil, yang kemudian langsung melaju pergi.

"Maya.." pangil Niana, pada pengawal pribadinya yang berada di balik kemudi.

"Iya nona," sahut Maya yang sedang menyetir mengendalikan laju mobil yang di tumpangi Niana.

"Sepertinya aku suka tempat itu. Bisa kita kembali kesana?" Tanya Niana.

"Tentu nona, apapun yang membuat anda senang." jawab Maya

****

Flash Back.. Niana POV

Ketika pandangan ku kosong menatap keluar kaca jendela mobil. Aku tidak sengaja melihat sebuah toko kue yang tempatnya tampak unik dan cantik, sepertinya aku tertarik untuk mampir, mengingat kemarin hari ulang tahun ku dan setelah kepergian ibu yang tepat di hari ulang tahun ku, aku tidak pernah lagi merayakan ulang tahun dengan sebuah kue atou lilin.

"Maya, bisakah kita mampir ke toko cake itu?" tanya ku pada maya yang menyetir di depan.

"Baik Nona." Sahut maya.

Aku masuk ke dalam toko yang langsung menyambutku dengan bau manis roti-roti dan kue-kue yang baru saja keluar dari oven. Pandangan ku di manjakan dengan jajaran etalasase yang penuh dengan beragam kue dan roti yang nampak lezat dan cantik-cantik. Tapi pandanganku tertuju pada sebuah kue ulang tahun yang sangat lucu dan tidak terlalu besar terpajang di dalam etalase di depanku.

"Ada yang bisa saya bantu?" seketika seorang pelayan yang tampak nya masih sangat muda dan seumuran dengan ku langsung melayani kami.

"Bisakah saya pesan sebuah kue ulang tahun itu beserta lilin nya untuk di sini?" kemudian aku memilih tempat duduk yang nyaman dekat jendela kaca besar yang pemandangannya langsung ke luar toko.

Toko yang sangat nyaman dengan aksen modern klasik, yang juga sangat nyaman untuk mimum kopi atou teh di sini.

Tidak berapa lama sebuah cake langsung tersaji di atas meja di depan ku. Maya langsung menyalakan lilin nya dan setelah nya aku teringat pada Ayah, di setiap hari ulang tahun ku selain tanpa kue ulang tahun juga tanpa ayah di sisiku. Seperi kemarin di hari ulang tahunku bahkan ayah tidak pulang seperti biasanya, dia hanya menelpon.

"Sayang selamat hari ulang tahun maaf kan ayah tidak bisa merayakan nya bersama mu, ayah sudah kirim hadiah kerumah.. maafkan ayah." kata-kata itu, ucapan ulang tahun dalam telepon dari ayah untuk ku yang tidak pernah berubah selalu aku ingat setiap tahunya.

.

.

.

POV Niana lanjut ke bab selanjutnya...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!