NovelToon NovelToon

Our Soul My Last

Confession

Di sebuah ballroom besar yang berada di dalam hotel bintang 5 sedang di adakannya fan sign sebuah boygroup.

Aku merasa sangat antusias dengan acara fan sign ini. Semuanya sudah ku siapkan. Bahkan aku menyewa seorang photographer untuk merekam ku di saat aku sedang me minta tanda tangan dengan idol ku. Bahkan aku sudah menyiapkan hadiah buatnya.

Dia sangat tampan. Seorang leader yang sangat berwibawa di dalam grup nya. Bahkan suara nya sangat nyaman buat di dengar saat aku ingin tidur.

“Hai. Kamu masih ingat aku?” Tanya ku kepadanya.

“Tentu. April bukan? Apa yang ingin ku tulis disini?”

“Kamu harus wisuda tahun ini” ucapku, agar dia menulis itu di buku ku.

“Tentu. Semangat!! Kamu harus wisuda tahun ini. Dan menikah dengan ku di kemudian hari” eja nya di saat dia menulis itu di buku ku. Bahkan dia melukis kan gambar hati di akhir kalimatnya.

“Ini. Sampai jumpa lagi” ucapnya lagi sambil menyerahkan buku itu kepadaku. Bahkan dia meraih tanganku. Tentu saja dengan cepat aku menggenggam tangannya. Ini kesempatan langka bagi kami.

Jantung ku berdebar. Dia memang yang paling pintar membuat para fans nya menaruh harap tinggi kepadanya. Tentu saja, bukan hanya aku yang di gombalin seperti ini. Tapi Tentu juga aku tidak munafik. Aku juga menaruh harap kepadanya. Semoga aku yang akan menjadi pendamping nya kelak.

Setelah usai fanmeet. Aku ber kumpul dengan sesama fandom ku dan berbincang untuk melakukan project selanjutnya untuk mensupport para idol kami.

Sore menjelang malam. Aku sudah berada di Rumah. Aku meng istirahat kan tubuh ku agar tetap fit untuk konser besok.

Aku harus datang pagi-pagi sekali agar bisa berdiri tepat di depan dennies dan menyaksikan penampilan dia selama kurang lebih 3 jam.

Mulai dari menyiapkan pakai an yang baru saja ku beli tadi. Hand banner, lightstick, power bank dan hand fan sudah aku kemas kedalam tas kecil yang akan ku bawa besok.

Menjelang malam. Aku tidak bisa tidur karena terlalu bersemangat untuk hari esok. Mungkin menonton film kartun favorite ku, akan membuat ku tertidur.

Aku pergi ke ruang keluarga untuk menonton film kartun ku. Ku lihat mama sudah terlelap sambil memegang remot tv.

Tidak beberapa lama. Aku mendengar suara ke gaduhan dari luar. Ku lihat dari balkon Rumah ku. Ada sebuah mobil Yang terparkir.

Ayah ku mendekati mobil itu dan saat itu juga. Ku dengar suara perempuan Yang berasal dari dalam mobil.

Aku masih memperhatikan ayah ku dari atas sini. Dia tampak panik. Mondar-mandir tidak jelas, lalu kemudian dia masuk ke dalam mobil itu.

Lagi-lagi aku ter diam. Saat ini, aku benar-benar membenci pikiranku. Aku tidak ingin berpikir Yang tidak-tidak. Tapi, aku takut suatu saat akan menyesali semua ini.

Sebelum nya, aku juga pernah mendapati sifat aneh ayahku saat aku sedang mengantar kan documen yang ter tinggal di dalam mobil ku. Aku bertemu dengannya di jalan. Berdiri di pinggir jalan sambil menunggu mobil ayah ku melintas.

Saat mobil nya sudah datang. Aku mendekat dan meraih gagang pintu itu. Lalu dengan cepat, mobil itu melaju cepat meninggalkan ku.

Aku hanya terdiam dan melihat mobil ayahku berhenti lagi tapi agak sedikit jauh dari tempat ku berdiri.

Dengan cepat, aku kembali ke mobil, dan mematikan Mesin mobil ku Yang sejak tadi tidak ku matikan. Lalu berlari ke mobil ayah.

Namun, saat aku berbalik. Ayah sudah ada di belakang ku. Dia terlihat panik seperti saat ini.

Aku sudah tau. Tapi aku tidak ingin apa yang ku pikirkan itu ternyata benar.

Aku ingin sekali menjambak rambut Wanita itu.

Namun sekarang, aku tidak ingin menyesali nya. Aku harus menjambak rambut nya, kalau apa Yang ku pikirkan ternyata benar.

Ku bangun kan mama ku yang sudah terlelap. Ku ceritakan semua apa yang ku lihat barusan.

Mama cepat-cepat ke bawah dan memeriksa mobil itu. Namun, saat mama membuka pintu gerbang. Mobil itu langsung pergi.

Dengan cepat, aku langsung meraih gagang pintu mobil itu dan pintu itu ter buka. Aku mendengar ayahku meneriaki nama ku karna marah.

Mama cepat-cepat mengejar mobil itu sambil berlari.

Mobil berhasil di hentikan oleh kepling. Seorang wanita turun dari mobil itu.

Jantung ku mulai berdegup kencang. Kaki ku lemas. Emosi sudah menguasai seluruh diri ku.

Percekcok an mulai terjadi di rumah ini. Mama ku terus me minta penjelasan maksud ke datangan wanita ini kesini.

Aku masih me Nyimak. Terus-menerus menahan diri ku agar tidak melayangkan meja Yang di hadapanku ini ke wajah wanita itu.

Percekcok an semakin memanas ketika wanita ini mengatakan kalau dia adalah istri sirih ayah ku.

Hati ku serasa di hantam benda berat. Dengan reflek ku lemparkan kotak tissue ke wajah wanita itu.

Dan ayah mulai meneriaki namaku lagi karna marah.

Air mata ku menetes deras. Darah ku mendesir panas. Emosi ku semakin meluap. Ayah tetap saja membela wanita itu dan terus meneriaki namaku setiap kali aku memaki.

Aku sudah tidak sanggup lagi berada di dalam percekcok an ini. Aku langsung meninggalkannya dan langsung masuk ke dalam kamar.

Ku beritahu kepada sahabat-sahabat ku apa yang sedang terjadi sama ku. Mereka sama marah nya denganku, tidak terima dengan perbuatan ayah ku.

Setelah beberapa jam. Aku keluar kamar dan melihat bagaimana suasana pada saat ini. Tapi, keadaan sangat tenang. Mama Yang awalnya tampak emosi, malah lembek kepada wanita itu. Aku sangat tidak suka melihat mama ku dengan gampang nya di bodoh-bodohi dengan ayah dan wanita itu.

Mama membujuk ku, dia menyuruh ku agar memaafkan wanita ini. Tentu saja aku menolak. Sampai kapanpun, aku tidak akan memaafkannya. Bahkan aku mengancam ayahku akan melaporkannya ke polisi karena telah melakukan pernikahan sirih yang di larang negara.

Lagi-lagi dia meneriaki namaku.

Keesekokan harinya. Aku cepat-cepat bergegas untuk pergi ke venue. Aku sudah tidak betah berada di dalam Rumah ini. Bahkan aku sudah memasuki beberapa potong pakaian ke dalam mobil.

Aku tidak akan pulang lagi kerumah ini.

Aku menatap wajah ku di cermin dan melihat mata ku yang membengkak karena tangisan kemaren malam.

Ayah mengetuk pintu kamar ku. Dia meminta maaf kepadaku atas kesalahannya. Tapi aku tidak memperdulikannya. Dan langsung turun ke bawah untuk menyalakan Mesin mobil.

Mama menghampiri ku. Dia juga memohon maaf atas apa yang sudah ayahku lakukan.

Lagi-lagi emosi menguasai diri ku. Tidak ada yang me ngerti bagaimana perasaan ku sekarang.

Mati-mati an aku membela mamaku kemarin malam. Tapi dia tidak membelaku saat ayah meneriaki namaku.

Bukannya aku tidak bahagia melihat orangtua ku akur lagi setelah kejadian kemarin.

Aku muak. Bukan 1 atau 2 kali ayahku berselingkuh. Ini sudah yang kesekian kali. Dan ku rasa ini sudah cukup.

Lagi-lagi aku tidak memperdulikan mama ku dan langsung pergi meninggalkan rumah.

Di perjalanan. Lagi-lagi aku teringat apa yang terjadi kemarin. Ingatan itu terus-menerus muncul di fikiranku. Yang membuat aku tidak fokus dan bersemangat untuk pergi konser hari ini.

Stand by me

Cuaca matahari sangat terik. Seluruh orang yang datang ke sini sudah merasa sangat lelah dan ingin segera masuk ke dalam venue.

Seorang teman memberikanku sebotol minuman dan sebungkus roti. Dia sangat mengkhawatirkan keadaan ku yang saat ini sangat tidak baik.

Wajah pucat, bibir kering, keringat dingin dan tubuh lemah.

Aku rasa aku demam.

Ku letakkan kepala ku bersandar di bahu temenku. Mereka bergantian menjaga ku.

Saat sudah berada di dalam venue. Aku terpisah dengan teman-teman ku. Aku berdiri di row sebelah kanan. Dan mereka ada yang berdiri di row kiri, dapan, bahkan di tribun.

Syukurlah aku bisa berdiri di depan pagar. Aku akan menatap wajah dennies sampai hatiku merasa tenang.

Dennies lah obat dimana saat aku lelah dan butuh hiburan.

🎶Aku berharap aku lebih bahagia🎶

🎶Setiap hari keinginanku sama🎶

🎶Tak ada yang bisa🎶

🎶Tak ada yang bisa mengguncangkanku🎶

Lagi-lagi air mata ku menetes. Bahkan lirik lagu yang tidak bersalah membuatku menangis.

🎶Aku tidak bisa berbuat apa-apa🎶

🎶Aku tidak bisa mengatakan sekata pun🎶

🎶Bisakah aku terus terang mengungkapkan🎶

🎶Emosi dalam diriku🎶

🎶Akhirnya aku hanya mengutuk diriku sendiri🎶

Terlalu pahit. Bahkan lagu ini mengejekku. Tidak ada yang bisa ku lakukan. Aku terlalu lemah. Dan tenggelam kedalam kesedihanku.

Ber kali-kali ku seka air mataku setiap kali dennies mendapati air mata yang sudah membasahi pipi ku.

Aku tidak sanggup lagi berada disini dan memutuskan keluar dari venue saat konser masih di tengah permainan.

Saat sedang ber jalan ke parkiran. Ku dapati seorang pria sedang berdiri di depan mobilku sambil memainkan ponsel nya.

Aku tidak ingin bertemu siapa-siapa hari ini. Hanya ingin menghibur diri ku. Tapi, gagal.

“Kenapa deluan keluar? Konser nya sudah selesai? Bagaimana dennies?” Tanyanya.

“Apa yang kau lakukan disini?”

“Mau mengajak mu makan malam (?) , Kau belum makan kan?”

“Sudah”

“Aku belum makan. Tolong temani aku makan”

“Kau di suruh siapa kesini? Ayah atau mama ku?”

“Papa ku. Dia menyuruh ku menghibur mu. Dia sangat khawatir sama calon menantu kesayangannya”.

“Kita sudah sepakat untuk tidak melanjutkannya. Apa lagi ini sekarang?”

“Aku tidak ingin melanjutkannya. Aku serius sama pacar ku. Aku cuman ingin menghibur mu sebagai temanku (?)”.

“Kau mau temani aku makan kan?”

“Please. Cacing di perut ku udah demo” ucapnya dengan wajah memelas sedih.

“Aku mau pulang. Pergi lah ajak pacar mu.”

“Tolong bantu aku. Kau tahu kan? Papa ku terlalu yahhhh gitu. Dia menyuruh ku menghibur mu. Terus harus buat laporan juga. Kalau aku udah sama kamu. Bukti apa coba yang Mau aku kirim ke papa? Please”

“Kau bisa mem foto ku sekarang. Terus kirim ke papa mu”

“Tidak bisa.”

“Kenapa?”

“Aku juga harus pulang sama kamu. Sekarang dia lagi berada di Rumah mu”.

“List nya. Makan malam-kirim foto-pulang bareng-selesai”

“Kamu naik apa kesini?”

“Bawa mobil, aku bisa tinggalkan mobil aku disini. Kita pergi naik mobil kamu”

“Ga bisa. Mobil ku penuh. Banyak merchandise dennies di dalam”.

“Pindahin setengah nya ke mobil aku. Setelah kita sampai dirumah kamu. Aku pergi ambil balik mobil. Terus antar barang-barang kamu ke Rumah, deal (?)”

“Engga.”

“Kenapa lagi sih pril?”

“Kita pergi bawa mobil masing-masing aja, kalau kamu tidak mau. Aku bakal pulang sekarang”.

“Oke-Oke. Aku akan mengikuti caramu”.

“Tunggu aku sebentar. Siniin kunci mobil kamu”

Dia langsung merampas tas kecil ku dan berlari meninggalkanku.

Lalu kembali memberikan ku sebuah concealer.

“Ini punya pacar ku. Dia selalu meletakkan ini di bawah mata nya setiap kali matanya bengkak. Oleskan ini juga ke matamu.”

“Kau harus tampak bahagia ketika sampai dirumah nanti. Aku enggak mau papaku melihat matamu seperti ini”.

Entah kenapa air mata ku menetes lagi. Sepertinya saat ini setiap kata bisa melukai perasaan ku.

“Kau bisa melewati ini. Aku akan selalu berada di dekatmu. Dan mendukung apapun keinginanmu”

“Itulah gunanya seorang teman”

“Seorang teman akan selalu menolong temannya di saat susah. Dan tidak akan pernah meninggalkannya.”

Mungkin saat ini aku tidak bisa menghibur diriku sendiri. Aku tidak menyesal bertemu dengannya malam ini. Walaupun dia menyebalkan, dia selalu ada disaat aku tidak membutuhkan siapapun. Dan lagi-lagi dia selalu berhasil menghibur ku.

Mungkin, suatu saat aku harus menyesal karna menolak berjodoh dengannya.

Seperti biasa, di restoran yang sama. Dia mengerjaiku habis-habis an.

Dia mengundang seluruh teman ku untuk datang. Memberikan bumbu cabai, garam, merica ke dalam kuah ramyeon ku.

Memesan menu yang sama lagi setiap aku marah dengannya. Lalu dia yang menghabiskan makanan ku karna perutnya yang tidak pernah kenyang itu.

“Enggak makan lagi?” Tanya temanku.

“Dari tadi kebanyakan bengong. Ada masalah hidup apa? Coba sini cerita sama kakak”.

Dia selalu yang paling cepat menangkap ekspresi ku.

“Emmm gituu. Dia kayaknya nyesal karna udah nolak aku, iya kan??? Aaaaaaaakkk lebarrrr” ucapnya sambil menyulangkan sepotong daging yang baru dia angkat dari pemanggang.

“Enggak, pede banget sih kalau ngomong.”

“Jadi??”

“Tau ga sih kak. Aku kurang puas ngeliat muka dennies karna perut ku sakit banget.”

“Halah, dennies lagi dennies lagi. Kayak dia ingat aja sama kamu”

“Dia janji mau nikahi aku”

Seluruh temanku tertawa bahkan sammy juga sama gelak nya dengan yang lain.

“Pril. Aku janji akan membahagiakan mu kalau Kau Mau jadi istri ku” ucapnya sambil tertawa.

“Terkadang. Laki-laki tidak bisa di percaya omongannya. Kau percaya ga sama janji ku barusan?, enggak kan? Maka dari itu, jangan percaya omongan siapapun”.

“Sudah lah. Aku ga mood. Aku pulang aja”

Sammy menahan tanganku.

“Minum dulu. Selesai makan harus Minum dulu. Biar makanannya gampang di cerna”

“Guys, aku pulang deluan. Bye. Jangan malam kali kalian pulang”

“Mana hp kamu?”

“Buat apa?”

“Tukeran. Biar ga lari”

“Emangnya aku anak kecil?”

“Iya. Kadang suka nyusahi. Hati-hati nyetirnya. Kalau kamu lari. Aku tetap bakal bisa ngejar kamu. Jadi jangan macam-macam. Kamu jalan deluan. Aku ngikuti dari belakang”.

Apa dia sebenarnya? Apa dia sudah tahu rencana ku?

Drrrrrrrttttt

“Angkat. Jangan di matikan” instruksinya.

Apa Yang harus kulakukan? Sammy benar-benar membuntuti ku di belakang.

Bahkan di saat aku melambat dia juga melambat. Di saat aku mendahului kendaraan lain, dia juga masih di belakang ku.

“Apa pacar ku ada nge chat?” Tanyanya dari seberang sana.

“Enggak”

“Se suka apa sih kamu sama dennies?”

“Skip”

“Kamu itu udah tua. Cari pacar beneran dong. Mungkin juga dennies nya udah punya pacar”.

“Skip”

“Aku punya teman, anaknya baik. Ganteng. Ramah. Humoris banget. Mau aku kenalin gak?”

“Gak”

“Ada yang mau kamu tanya ga dari aku?”

“Gak”

“Oke”

“Kamu gapapa kan?”

“Emmm”

Setelah pertanyaan itu, Sammy tidak berbicara lagi. Jam sudah menunjukkan pukul 23.20 PM.

Dia masih berada di belakang ku. Aku benar-benar tidak ingin pulang kerumah. Aku benci ayah. Bahkan mamaku.

Aku benci ayahku Yang selalu menyakiti perasaan kami. Aku benci mamaku yang memiliki hati bak malaikat. Seburuk apapun perlakuan ayahku. Dia tetap akan memaafkannya.

Di depan 10 KM dari sini, aku akan menambahkan kecepatanku dan berbelok ke kiri agar bisa terlepas dari Sammy.

“Sammy, Mau balapan?”

“Enggak”

“Kau takut kalah?”

“Aku ga mau membahayakan kamu. Ini udah malam”

“Sammy, kita lagi di jalan tol. Ter lebih lagi, jalan lagi sunyi”

“Oke, kalau gitu kejar aku Sam”

60 km , 65 km , 70 km , 75 km.

“Pril, Please stop”.

80 km , 85 km , 90 km , 100 km.

“Sammy takut yah? Hahahaha. Katanya bisa ngejar?”

Ini Mungkin akan sedikit berbahaya. Tolong jangan di tiru.

Aku semakin menambah kecepatanku. Diikuti Sammy yang mulai mengejar ku dari belakang.

Saat persimpangan sudah mendekat. Dan Sammy sudah melampaui batas kecepatanku. Di saat itu aku harus mengurangi kecepatanku dan berbelok ke kiri.

100 km , 110 km , 112 km.

Sammy mengikuti ku. Aku tidak boleh menginjak rem ku. Saat dia belum melewati ku.

“Sammy. Kau tidak keren”

“Aku hanya mengalah kepadamu”

“Oh ya? Hahaha.”

“Aku akan menunjukkannya padamu”

“Coba saja. Dari tadi juga Kau hanya menghirup asap knalpot ku”

“Oke kita mulai”

Aku mulai menyiapkan kaki ku untuk menginjak pedal rem.

Sammy berhasil kemakan tipuan ku. Saat mobilnya sudah melewatiku, aku langsung berbelok ke kiri dan menutup panggilan itu. Lalu mematikan ponsel miliknya.

Maafkan aku sammy. Terimakasih sudah menghiburku malam ini.

Let’s Take Time

“Apa april ada nge hubungi kamu?”

“Tidak, apa ada masalah?”

“Tidak ada. Terima kasih”

Kring

Ku hela nafas panjang setelah melihat pesan Yang baru masuk. Akhirnya aku menemukanmu.

Syukur nya semua aktifitas kartu debit nya terhubung ke ponselnya. Masih ada harapan untuk menemukannya.

Ku injak gas sebelum aku kehilangan dia lagi. Menempuh waktu kurang lebih 3 jam perjalanan. Akhirnya aku sampai disebuah kota kecil yang biasa dia kunjungi bersama ayahnya.

Tidak ada aktifitas pengeluaran lagi dari nya. Terakhir kali aku melihat dia sedang menggunakan kartu debit nya untuk membayar makanan di restororan ini.

Tapi kali ini tidak ada jejak. Kemana lagi dia pergi. Ku susurin kota kecil ini untuk mencari dirinya lagi. Di Setiap tempat umum aku selalu bertanya kepada orang-orang. Tapi tidak ada yang pernah melihat nya. Apa dia sudah pergi lagi?

Menjelang malam, ku isi tenaga ku makan di sebuah restoran yang mengarah ke bibir pantai.

Bolak-balik mengecek ponselnya dan mencoba menghubungi nomor ponsel ku tapi tidak ada hasil.

Aku terlambat.

Angin malam menerpa wajah ku. Dingin. Takut. Sedih. Dan hampa yang saat ini ku rasakan.

Apa yang dia lakukan sekarang? Apa aku harus melapor ke kantor polisi? Tapi, apa bisa? Dia pergi atas kemauan nya sendiri. Bukannya hilang maupun di culik.

Aku sangat khawatir dengannya. Dan juga sangat kasihan. Bagaimana bisa ayahnya melakukan itu semua? Apa dia tidak takut anaknya yang akan menerima karma atas perbuatannya? Ahhh entahlah. Sebaiknya aku mencari penginapan di dekat sini. Aku tidak sanggup kalau saat ini harus pulang kerumah. Aku lelah.

Jam menunjukkan pukul 23.15 PM. Aku lelah tapi tidak bisa tertidur. Selalu kepikiran dia.

Semua temannya sudah terus-terusan ku hubungi tapi tidak ada yang tahu dimana dia.

Ku buka galeri di ponselnya. Bahkan isi galeri photo nya penuh dengan dennies dan screenshot an chat grup nya. Tidak banyak photo dirinya disini. Aku tidak me ngerti. Se berapa besar dia sangat menyukai penyanyi itu.

Kring

Bibir ku sedikit mengulum senyum saat mendapatkan pesan ini. Ternyata dia masih berada di sekitar sini.

Takut akan kehilangan jejaknya lagi. Aku langsung buru-buru datang ketempat tujuan.

Akhirnya usaha ku tidak sia-sia.

Tengah malam, seorang gadis sedang memakan mie cup sambil memandang ke arah pantai.

Perlahan aku berjalan ke arahnya.

“Hhhhh” ku hela kan nafas saat sudah berada di belakangnya.

Dia tampak terkejut dan tidak melanjutkan aktifitas nya mengunyah mie itu.

“Ngapain kamu disini?”

“Menurutmu?”

“Aku ga Mau pulang”

“Siapa Yang ngajak kamu pulang.”

“Terus?”

“Kau curang. Bagaimana bisa kau keluar dari perlombaan kita”

“Hah?”

“Aku mau tanding ulang. Kali ini ga boleh keluar dari perlombaan”

“Aku ga mau. Tau dari mana aku disini? Kamu datang kesini sama siapa?”

“Dari cenayang yang selalu ngirimin aku SMS”

“Siapa? Jun yang kasih tau kamu?”

“Kamu masih contact an sama dia? Kok kamu gitu sih. Buat apa coba kamu malah lebih ngasih tau mantan kamu itu dari pada aku?”

“Bukan gitu. Aku butuh uang. Uang ku habis. Kalau aku minta temen ku. Pasti juga mereka udah tau aku gimana-gimana”.

“Ya lebih bagus kalau kamu minta temen kamu. Jadi? Dia udah ngirim uang itu sama kamu?”

“Belum”

“Baguslah. Jangan pernah lagi kamu nge chat dia”.

“Iya. Aku pinjam duit kamu dong. Mau pesan kamar. Ga nyaman tidur di mobil”.

“Udah ayo ikut aku”

“Kemana?”

“Tidur di kamar aku”

“Gila kamu ya.”

“Lagian kita mau menikah. Gapapa lah tidur bareng”

“Enggakkk” dia menepis tanganku.

“Aku tidak akan macam-macam.”

“Kalau gitu pesan kamar 1 lagi”

“Aku juga ga bawa uang banyak. Ga cukup buat pesan kamar lagi”

“Oke, kalau begitu aku tidur di kasur”

“Jadi aku tidur dimana?”

“Sofa”

“Tidak ada sofa. Kamar nya sempit dan kecil”

“Yaudah kalau gitu aku tidur di mobil aja”

“Aku janjiiii, tidak akan nyentuh kamu.”

“Sumpah?”

“Hmmmm”

“Hmmmm apa?”

“Iya, aku sumpah ga akan nyentuh kamu”

“Oke”

Malam ini Berjalan dengan baik. Akhirnya aku bisa beristirahat dengan tenang.

Ke esokan pagi nya, aku terbangun pukul 08.10 AM . Aku sudah tidak menemukan april lagi di sampingku.

Hal pertama yang ku lakukan adalah memeriksa tas ku untuk melihat apakah kunci mobil dan ponsel nya masih ada di sana, syukur lah benda itu tidak beranjak dari tempatnya.

Saat ingin mencuci muka di kamar mandi, ku temukan sebuah note kecil Yang tertempel di kaca.

“Aku pergi mencari makanan. Kau bersiaplah, mandi yang bersih. Aku punya stok kaos di lemari, pakai saja kalau Kau mau, tapi jangan sampai rusak. Atau Kau harus menggantinya”

Aku langsung mengecek ke dalam lemari, Yang benar saja. Ada puluhan kaos Yang sama dengan tulisan nama Dennies.

Aku tersenyum saat melihat diri ku di depan kaca.

Ckreekkkk

Suara pintu ter buka. April masuk dengan membawa bungkusan.

“Kau sudah bangun?. Aku membeli nasi goreng pakai ayam bakar kesukaanmu”

“Aku juga membeli cemilan buat siang nanti”

“Kau Mau pulang?”

Dia terpaku “Tidak”

“Mau tetap disini?”

“Iya. Tapi, kalau Kau Mau pulang tidak apa. Asal jangan beritahu siapapun kalau aku disini”

“Bagaimana kalau kita pergi liburan? Keluar negeri? Mau?”

“Aku tidak punya uang”

“Mck, Kau sedang bersama calon suami mu disini. Masih mikirin uang lagi? Apa gunanya uang di tabunganku?”

“Tidak bisa. Passport ku di rumah”

“Aku yang bakal minta mama mu ngirim passport nya ke aku. April, setidak nya mereka bisa tenang. Karna kau sudah bersamaku. Mereka mencemaskanmu. Terlagi mamamu”

“Kau boleh marah dengan ayahmu, tapi tidak boleh memusuhi mamamu. Aku tahu Kau kesal. Tapi mamamu yang paling menderita saat ini, bukan Kau saja”

“Aku sudah menghubungi mama mu kemarin, aku juga tahu Kau butuh waktu buat pulang kerumah. Kau tahu? Mamamu senang sekali karna tahu Kau sudah bersamaku”

“Kau memberitahu nya?” Dia tampak kecewa.

“Iya. Maaf. Dia menyuruh ku membawa mu pulang hari ini. Tapi aku menolaknya. Aku tahu kau sedang merasa tidak baik. Aku tahu Kau butuh waktu buat pulih. Makanya aku mau kau mengambil waktu untuk menenangkan dirimu”.

“Kau Mau kan pergi liburan bareng aku?”

Dia mengangguk sambil menghapus air mata nya.

“Tapi aku tidak membawa banyak baju”

“Gampang, kita tinggal beli disana”

“Aku tidak punya uang untuk membayar hutangku nantinya. Aku kan sudah bilang tidak Mau menikah denganmu”

“Tidak usah di bayar. Anggap aku abang kandung mu. Kau tidak harus membayar apapun kepadaku nanti. Aku pun tidak akan meminta apapun”

“Kau janji?”

“Iyaaa, aku janji”

Aku harap kau akan segera pulih dan kembali menjadi dirimu sendiri. Tetap semangatlah, apapun Yang terjadi, aku akan tetap mendukung dan menemanimu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!