NovelToon NovelToon

Jangan Tinggalkan Aku

PERKENALAN

Part 1:

Nadia Vega adalah gadis yang memiliki paras manis nan imut. Ia tinggal bersama ibu nya, karena ayahnya telah menikah lagi dengan wanita kaya yang tiga tahun lebih tua dari Nadia dan tidak pernah lagi memperdulikan anak nya.

Nadia sekolah di SMA Garuda kelas dua belas semester akhir, sekolah anak konglomerat.

Nadia termasuk anak yang cerdas, sehingga dia mendapatkan beasiswa prestasi disekolah tersebut.

******

Pagi itu Nadia berangkat ke sekolah menggunakan ojek.

" Makasih ya pak!." Ucap Nadia kepada tukang ojek, seraya memberikan uang selembar dua puluh ribu.

" Sama sama neng." Balas nya dan menerima uang tersebut.

Nadia pun menuju ke arah gerbang sekolah yang kelihatan nya baru di buka, dan hanya ada beberapa siswa yang baru datang.

" pagi pak!." Sapa Nadia kepada satpam yang bernama pak Nurdin.

Nadia memang termasuk murid yang ramah kepada semua orang, tak heran banyak di sukai teman teman nya. Baik itu laki laki ataupun wanita. Apa lagi Nadia mempunyai wajah cantik, imut, dan senyum nya yang seperti gula, tak hayal membuat para pria tergila-gila.

"Pagi neng, tumben sendiri?, neng Avi g' ke sekolah?."

" Belum pak, kata nya hari ini dia di anter sama pacarnya." Kata nya dengan terkekeh. Karena dia tau, pak Nurdin memang suka bergurau, apa lagi kepada Avi. Pak Nurdin sangat suka menggoda nya, bahkan pernah di tawari untuk menjadi istri simpanan nya.

" Owalah! sudah punya pacar to?, bapak g' jadi daftar dong neng. Ya sudah lah, bapak sama neng Nadia aja."

" Nadia udah punya calon pak!." Dengan tersenyum geli.

" Calon suami ya neng?." Tanya nya polos.

" Calon pencabut nyawa buat bapak." Nadia terkekeh.

dia segera menuju kelas. Pak Nurdin hanya bisa tersenyum kecut dengan candaan Nadia.

Dengan berjalan gontai, Nadia menuju ruang kelas.

Tak lama Nadia di kaget kan dengan suara mobil Lamborghini Aventador. Hampir saja Nadia tertabrak. Karena kaget, Nadia refleks melompat ke tengah jalan, untung saja Nadia sigap dan segera ke pinggir, kalau tidak mungkin sekarang hanya tinggal nama.

Tak lama pemilik mobil mewah itu membuka pintu mobil nya dan ternyata seorang pria tampan belasteran Korean Indonesia Memakai seragam sekolah yang sama dengan murid lain. Berambut hitam, berkulit putih, bertubuh tinggi tegap, memiliki mata coklat indah, serta aroma maskulin yang tercium dari jarak jauh. Membuat para wanita yang berada di depan gerbang menganga karena terkagum-kagum dengan paras tampan yang tidak semua orang miliki.

Dengan kesal, Nadia menghampiri pria tersebut sambil berkacak pinggang.

" Woy!, lo punya otak ga sih? kalau gue ketabrak gimana?, lo mau tanggung jawab? kalau gue mati, lo mau biayain pemakaman gue, kain kafan, kain panjang. Belum lagi biaya pengajian. Gimana, lo mau ga?." Racau ku panjang lebar. Namun pria itu tidak menghiraukan ku, dia malah dengan santai nya berjalan menuju koridor dengan air pods di telinga.

karenanya kesal yang semakin memuncak, Nadia pun menjambak rambut cepak milik pria sok dingin tersebut dari belakang. Sontak membuat pria itu menghentikan langkahnya dan memindahkan air port nya ke leher.

" Lo bisa gak, kalau orang ngomong di dengerin!. Lo di ajarin sopan santun kan sama orang tua Lo?." ucap Nadia kesal. Pria itu malah menatap Nadia dengan tersenyum penuh arti.

" Lo ni ya! orang baru dateng, bukan nya di sambut, malah di omelin. Siapa sih nama Lo? cantik banget sih." Dengan berani mencolek dagu Nadia yang masih manyun.

Sontak membuat Nadia kaget dan menepis tangan pria itu dengan kasar.

" Apaan sih!. Berani colek-colek gue patahin tangan Lo!." ancam Nadia ketus.

" ih takut!!. Galak banget sih. Marah marah terus, entar cepat tua lo." Ejek nya.

" Bodo!." Nadia menjulurkan lidahnya.

" lagian kenapa sih marah marah? gue bikin salah apa sama lo?."

" Ya ampun, ga sadar juga lo bikin salah apa?. Lo hampir bikin gue mati, tau gak! bukan nya minta maaf, lo malah gak merasa bersalah. Gi*a lo ya."

Nadia pun berlalu meninggalkan pria itu yang masih bingung dengan ucapan Nadia tersebut.

Saat jam pelajaran, murid murid pun sudah berada di kelas. Termasuk Nadia.

Bu Melani selaku wali pun masuk dengan seorang murid yang mengekor di belakang nya. Seketika mata Nadia membola seakan ingin keluar dari tempat nya.

" Anak anak, ibu mau kenalin teman baru kalian." Bu Melani pun mempersilahkan murid itu untuk masuk dan memperkenalkan diri.

Dan benar saja. Murid baru yang di maksud Bu Melani itu adalah seorang pria yang baru saja membuat jantung ku berhenti berdetak untuk sejenak. Pria yang baru saja hampir menabrak ku saat di parkiran tadi.

Ku lihat sekeliling ku, para siswi melihat dengan tatapan terkagum-kagum seperti sedang melihat bayi mungil di hadapan mereka. Mereka senyum-senyum sendiri sambil meletakkan kedua tangan bertumpu pada kedua sisi pipi. Ah, apa kah setampan itu?. Tapi, kalau di lihat-lihat dia memang sangat tampan, batin ku mulai ngawur.

" Terimakasih Bu. Hay guys, nama gue Daniel Atala Gautama cowok tampan sedunia, incaran para wanita." Ucap nya narsis.

Seketika aku bergidik geli mendengar ucapan nya, narsis sekali dia. Di depan guru saja begitu, apa lagi tidak ada guru, pasti sangat menyebalkan, umpat ku dalam hati.

" Permisi Bu, apakah saya sudah boleh duduk sekarang?."

" Ya silahkan, kamu bisa duduk di sebelah Nadia." Ucap Bu Melani mempersilahkan Daniel duduk sambil menunjuk kursi yang ada di sebelah ku. Awalnya aku ingin protes, tapi mengingat aku adalah murid yang tidak suka membantah, jadi ku ikhlaskan saja lah. Siapa tau dapat pahala.

Dengan berjalan santai, ala-ala perman pasar, dia pun menuju kursi yang ada di sebelah ku, seperti yang di perintahkan Bu Melani kepada nya, karena memang hanya kursi itu yang kosong. Mau tidak mau aku harus rela dia duduk di sebelah ku, dan pastinya akan selalu menggangguku, batinku.

Dengan senyuman khas play boy kelas kakap. Seperti singa yang sedang menemukan mangsanya, dia menatap ku sambil nyengir-nyengir.

aku bergidik ngeri melihat nya seperti itu, dan aku membuang muka ke arah lain.

" Hay cewek galak, gue boleh duduk di sini kan?." ujarnya meminta izin. Padahal di izin kan atau tidak, tetap saja dia akan duduk di sebelah ku, umpat ku dalam hati.

Setelah beberapa jam Bu Melani menjelaskan mata pelajaran bahasa Indonesia, dan aku pun memperhatikan dengan seksama pelajaran yang di jelaskan, namun sepanjang pelajaran, Daniel hanya memandangi wajah ku tanpa henti, sampai-sampai tidak memperhatikan pelajaran sama sekali. Aku pun jadi risih di pandangi seperti itu,dan alhasil, aku meminta teman di depan ku untuk bertukar tempat duduk dengan ku. Dan untungnya dia pun mau.

Nampak sekali kalau dia tidak suka kalau aku berpindah tempat duduk, tapi terserah lah, apa perduli ku.

*****

Selesai sudah pelajaran hari ini, aku pun bersiap untuk pulang, saat aku ingin menuju pangkalan ojek yang ada di samping sekolah, aku pun kaget bukan kepalang, saat sebuah mobil Lamborghini mendadak berhenti di depan ku. Tak lama pun pemilik nya keluar dari sarangnya, dan ternyata dia lagi, si Daniel. haduh.....

Aku memutar mata jengah, saat pria itu sudah berada di depan ku.

" Pulang bareng yuk!." Ajak nya. " rumah Lo dimana? gue anterin ya?. Oya. BTW nama Lo siapa?." Tanyanya Panjang lebar Yang membuat ku jadi makin eneg liat tampang nya.

" Kenapa sih!, Lo lupa ya? atau ga perduli? o...... atau jangan jangan Lo itu ****t, ga denger tadi gue ngomong apa?. Kita belum sehari kenal, Lo udah mau bunuh gue. Emang lo punya dendam apa sama gue?, atau nenek moyang gue sama nenek moyang lo itu musuhan?." Cercah ku tak kalah panjang.

" ko jadi bawa-bawa nenek moyang?. Lo ni ya, gue ini murid baru, bukan nya di ajak kenalan kek, di ajak keliling kek, ini malah di omelin. Gimana coba, murid baru betah sekolah di sini!."

" terserah lo mau ngomong apa. Lo masih ga nyadar apa letak kesalahan lo Dimana?. Bukan nya minta maaf, malah nyerocos aja ga jelas." Sungut Nadia kesal.

" Oh, jadi Lo mau gue minta maaf sama lo?. Oke!, tapi setelah itu Lo harus kasih tau nama lo dan lo harus mau gue anterin pulang. Gimana deal?." Daniel mengulurkan tangannya.

" Ah, ogah!, mendingan gak usah minta maaf juga ga papa, buang waktu gue aja." Aku pun melanjutkan langkah menuju tukang ojek namun dia menghalangi jalan ku dengan dada bidang nya, sangat dekat, hingga aku bisa mencium aroma parfum nya yang wangi namun lembut dan menenangkan seperti ada aroma terapi. Wajar saja membuat para kaum hawa terpesona, dan jujur aku pun juga. heeee.

" Ayolah, please!. Lo gak kasian sama gue?, gue gak punya temen di sekolah ini, jadi please ya, mau ya jadi temen gue?." ucap nya memohon dengan penuh harap, seraya menyatukan tangannya di depan dada.

Akhirnya aku pun luluh juga dengan wajah memelas nya itu, entah karena polos atau tidak tega, aku pun bingung sendiri.

" Oke, kita kenalan, nama gue Nadia, selesai kan?." Kata ku dengan acuh.

" Kalau gue Daniel!." Dia mengulurkan tangannya, namun aku tidak membalas nya.

" Udah tau gue!, apaan sih, lebay!." Ucap ku angkuh.

" Itu kan tadi di kelas, kalau ini pribadi. " Mau tidak mau, akhirnya aku mengalah juga. Ku balas uluran tangan nya dengan senyum yang ku buat buat.

Tak lama aku pun kaget, betapa tidak, seorang perempuan yang lumayan cantik dan bertubuh seksi, menghampiri kami berdua. Terlihat jelas kalau dia sedang marah besar, dan aku pun melirik ke arah Daniel yang juga terlihat sedikit takut. Ingin bertanya, tapi bukan urusan ku. Tiba-tiba.

PLAAK......

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Daniel. Aku yang mula nya bertanya tanya siapa wanita tersebut, malah semakin bingung dan refleks mulutku ternganga, untung tak di masukin laler, hhhhhe.

" ku*ang aj*r ya kamu! dasar Laki laki play boy, mata ker*njang!! umpat wanita itu histeris sambil terus memukuli Daniel.

Aku yang melihat, malah terkekeh melihat kejadian langka tersebut. Karena merasa kasian, aku mencoba menghentikan aksi wanita itu dan mencoba melerai nya. Tak ku sangka wanita itu malah ganti menampar pipi ku. Sontak aku pun terhenyak, kaget dan tak mengerti salah ku di mana.

" Emba juga, mau maunya di gombalin sama ni cowok. Dasar cewek mu**han!!." Umpat nya kepada ku. Aku yang di hina begitu pun tak terima.

" Emba jangan sembarangan ngomong ya! saya ini wanita baik baik lo mbak!. Orang tua saya membesar kan saya dengan susah payah, sekarang emba bilang saya wanita mu**han!. Saya gak terima dong mbak." Ucap ku tegas.

Daniel sebagai biang masalah menjadi serba salah dan bingung.

" Alah, kalau wanita baik- baik, mana mungkin ngerebut pacar orang."

" Mana saya tau kalau dia pacar situ, ngapain jadi nyalahin saya?. Kalau mau ambil aja, lagian saya gak selera sama bekicot darat kaya dia." Kata ku menunjuk Daniel yang melongo melihat perdebatan kami.

" Udah dong malu. Ini tempat umum, jangan ribut di sini!." Daniel mencoba menjadi penengah.

Aku melotot ke arah Daniel. Seakan mengerti maksud ku, Daniel membawa wanita itu menjauh dari ku. Aku pun menunggu di samping mobil Daniel sambil menunggu masalah alay nya itu selesai karena dia tadi mengajak ku pulang bareng. Kan lumayan hemat ongkos. Masa bodo lah dengan masalah sepasang sejoli itu, batinku.

Untuk beberapa menit aku menunggu, akhirnya Daniel menghampiri ku. Seperti ada senyum sumringah di bibir nya, seakan masalah yang baru saja menimpa nya sudah beres, entah di apakan nya wanita itu, sampai sampai dia tidak membuat kegaduhan lagi.

" Gimana?." tanya ku saat dia sudah berada di depan ku.

" Beres!." katanya dengan senyum meremehkan. Aku pun mengangguk tak perduli.

" Jadi kan pulang bareng?."Tanya Daniel lagi.

" Menurut Lo, ngapain gue nungguin Lo panas-panas begini?. Ya jadi lah."

" Kirain ngambek. Cus lah kita pulang." Dia pun membukakan pintu mobil dan mempersilahkan ku masuk.

" Ngapain gue ngambek. Ngambek itu bikin rugi." Gumam ku sambil masuk ke dalam mobil. Kami pun segera meluncur ke toko ku, karena ibu memesani ku untuk langsung ke toko saja dan seperti biasa, aku akan menggantikan nya berjualan.

PRIA TAMPAN

Part 2:

Ibu Nadia yang sudah lama beranda di toko bunga milik nya sambil menunggu anak nya untuk mengganti kan nya berjualan. Ya, mereka memiliki toko bunga kecil-kecilan. Walaupun tidak besar, tapi lumayan cukup untuk menopang kebutuhan mereka sehari-hari.

Tak lama aku dan Daniel sampai di toko bunga ku. Ibu terlihat heran dengan kedatangan sebuah mobil mewah di depan tokonya. Tak lama kami pun keluar dari mobil. Ibu ku terkejut melihat ku dengan seorang pria yang sangat tampan. Karena biasanya aku tak pernah pulang dengan seorang pria, karena memang aku masih jomblo, alias tak punya pacar.

Dia lalu menghampiri kami dengan wajah yang terlihat sumringah, mungkin dia mengira kami pacaran. Tapi untuk berpikir seperti itu, aku bergidik sendiri. Berpacaran dengan seorang Daniel?, tampan sih tapi terlihat urakan, play boy, kepedean. Membayangkannya saja aku ngeri, gimana kalau terjadi.

" Oalah Ndu, kamu sama siapa ke sini? calon menantu ibu ya?." Tanya ibu ku langsung tu the poin, maklum ibu ku memang suka blak-blakan. Seketika aku melotot, aku dan Daniel pun saling menatap, Daniel malah tersenyum saja di tanya begitu, tapi kebalikan nya dengan ku, aku manyun sampe 5 Senti panjang nya, sedang kan Daniel terlihat sekali jiwa play boy nya meronta ronta.

" Enggak ko' Bu!."

" Iya Tante!." aku dan Daniel menyahut hampir bersamaan. Jadi lah kami bertiga bertukar pandang karena bingung.

" Yang bener yang mana? nda pacaran atau he eh?." Ibu ku dengan logat khas Kediri nya.

" Enggak Bu!!"

" Iya Tante!". lagi lagi kami menjawab dengan serentak. Kata orang kalau kompak berarti jodoh Hadeh... Jangan kan menikah, pacaran saja aku gak bayangin. Pake acara panggil Tante lagi, ibu ku itu gak suka di panggil yang macem-macem, kalau gak Bu de, si mbok, yang paling mentok ya ibu. karena kalau panggilan lain, kata nya malu, ga' sesuai sama logat dan penampilan. Ada-ada aja si ibu.

" Ealah, ibu jadi mumet ndo. Wis, wes! terserah kalian saja lah!." Akhirnya ibu ku menyerah. Aku pun terkekeh melihat kelakun ibu ku itu.

Aku dan Daniel di ajak masuk oleh ibu ku, kata nya sudah menyiapkan makanan yang di bawa dari rumah tadi, dan setelah itu Daniel pamit untuk pulang.

******

Kini gantian ibu ku yang pulang. Ya seperti kata ku tadi, aku menggantikan nya menunggu toko.

Lama aku menunggu, sangat jarang orang yang datang untuk beli bunga walaupun tidak sepi sepi amat, tapi tetap saja aku suntuk menjaga toko seorang sendiri. Mungkin orang tak banyak yang jatuh cinta, karena mereka sadar cinta itu lebih banyak sakit nya dari pada senangnya, batin ku!. Ya kayak lagunya artis terkenal itu loh . '🎶 Lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati ini, biar tak mengapa 🎶. Eh kok nyanyi sih thor, thor.

Akhirnya dari kejauhan, aku melihat dua orang, laki laki dan perempuan, mungkin sepasang kekasih yang ingin beli bunga pikir ku. Namun saat orang itu semakin dekat, aku pun mengenalinya. Dan Ternyata itu Avi sahabat ku, dan laki laki itu mungkin pacar yang sering dia cerita kan padaku.

Avi melambaikan tangan pada ku, dengan senyum bahagia nya, seolah tak sabar ingin memamerkan ku barang baru nya, aah... Suuzon.

" Avi!!."

" Nadia!!!." kami langsung jingkrak-jingkrak memainkan jemari ala ala cabe cabean, seperti orang tidak ketemu berabad-abad. Begitu lah kami kalau sudah ketemu heboh sendiri.

Sedangkan pacar Avi menatap ku dengan tatapan genit, sambil senyum senyum pula. Ga pernah liat cewek cantik apa? batin ku. Tapi aku tidak memperdulikan nya.

" Eh, gue mau nonton loh sama Alex. Lo ikut dong." Bujuk Avi kepada ku.

" Ah... ngapain gue ikut?. Yang ada gue jadi obat nyamuk di dekat kalian. Ogah gue!"

" Ayo lah Nad! ikut ya...y

Ya ...Ya... " Avi terus memohon agar aku mau ikut dengan mereka.

" Enggak Avi, enggak, enggak, enggak titik gak pake koma!." Kata ku dengan penuh penekanan.

" Yah, ya udah deh. Kalau gak mau ikut, gue pergi sama Alex aja." Dia pun menyerah untuk mengajak ku. Tapi tetap saja wajah nya menampakkan ekspresi cemberut.

" Ehh nanti dulu." Aku mencegah mereka saat mereka ingin pergi." Lo udah datang ke sini gak beli bunga gue sekalian?. Entar pulang dari sini ke kesambet loh kalau ga beli. " Goda ku kepada sepasang kekasih itu.

" Eh Alex. Lo pacaran gak modal banget sih. Beliin Napa, borong juga gak papa." Kata ku sambil nyengir kuda.

Akhirnya Alex yang sedari tadi diam seribu bahasa itu, bicara juga. Alex memang orang yang cukup pendiam, dingin, dan tatapan nya sedikit menyeramkan, entah mengapa Avi bisa kesemsem sama dia. Apa iya, cinta itu buta?.

" Iya gue beli bunga Lo ." Tiba-tiba dia sedikit mendekat kepada ku.

" Sama orang nya sekalian juga boleh!." Bisik nya. Membuat ku bergidik ngeri.

DEG...

Aku menelan ludah kasar mendengar ucapan Alex. Aku tak menyangka, kekasih sahabat ku berani mengatakan hal yang tidak pantas kepada sahabat nya sendiri, bahkan Avi yang melihat, tak menaruh curiga sedikitpun. Sebegitu besar kah cinta nya kepada Alex, sehingga dia tidak menyadari bahwa kekasihnya mempermainkan nya.

Aku yang masih merasa takut setengah ngeri. Memberikan buket bunga yang di pesan alex tersebut.

setelah mereka pergi, akhirnya aku bisa bernafas lega.

******

Setelah setengah harian aku di toko, akhirnya aku memilih untuk pulang. Karena sore itu setelah hujan deras, jadi jalanan terlihat agak sepi dari biasanya, mungkin karena mereka memilih untuk tidur dan tarik selimut dikarenakan hawanya yang sangat dingin. Sangat jarang terlihat kendaraan yang hilir mudik di jalan raya. Hanya ada beberapa saja yang lewat, padahal sore itu baru jam lima.

Karena tidak ada angkot untuk pulang, aku memilih jalan kaki saja, ku pikir tak apa lah itung-itung mengurangi lemak, karena aku orang nya pemakan segala nya, apa juga aku embat. Asalkan itu dapat di makan.

Karena cuaca sore itu lumayan dingin mungkin karena habis hujan, jalanan juga agak becek dan licin. Rumah ku dan toko jaraknya lumayan jauh, jadi kalau jalan kaki, saat azan magrib berkumandang aku masih di jalan.

Terlihat ngeri juga saat itu, karena aku berjalan seorang diri, jalan yang agak sepi semakin mendukung kengerian ku.

Kucoba menikmati perjalanan ku dengan cara bersenandung, walau sebenarnya aku sangat takut. Apa lagi baru baru ini ada berita di televisi. "📢Harap waspada! kepada ibu ibu yang mempunyai anak kecil, untuk tidak membiarkan anak anak keluar rumah tanpa pengawasan orang dewasa. Karena saat ini sedang marak penculikan anak untuk di ambil organ tubuh nya📢."

Aku bergidik ngeri mengingat berita yang ku tonton di rumah tetangga sebelah, karena di kontrakan ku TV nya kecil dan juga buram, bahkan gambar nya sama sekali tidak terlihat, hanya ada suara nya saja, seperti sedang mendengarkan radio. Makanya aku bela-belain duduk di depan pintu rumah tetangga ku yang terbuka sedikit, agar aku bisa menonton film kesukaan ku, tapi saat yang punya rumah melihat, mereka langsung menutup pintu dengan keras. Kadang suka sedih kalau teringat masa itu. Ko malah curhat sih thor.

Bisa saja kan tiba tiba ada orang yang menculik ku untuk di ambil organ tubuh nya. Aku kan masih kecil, bukti nya tubuh ku saja pendek dan kecil. Kalau masalah umur kan ga bisa di lihat. Secara sekarang apa apa mahal, siapa tau segala jenis perjeroan juga mahal.

Mana aku belum telpon ibu lagi, karena dari tadi ponsel ku lowbat, pasti ibu khawatir anak satu satunya belum pulang.

Malam yang dingin membuat suasana semakin mencekam ditambah tiba tiba sebuah mobil lewat di samping ku, pas di genangan air hujan di tengah jalan. Aku pun memejamkan mata karena takut air nya masuk ke mataku, namun tak kunjung kurasakan air itu sampai ke tubuh ku. Dengan mata masih terpejam aku berfikir, apa airnya membeku? atau ada yang menghentikan waktu kaya di film film Herry Potter.

Kucoba perlahan membuka mata agar aku tau apa yang sedang terjadi.

Sontak mata ini membulat. Ku lihat seorang pria tampan sedang melindungi ku dengan payung hitamnya agar aku tak terkena cipratan air comberan itu. Seperti nya umurnya tidak beda jauh dengan ku. Paling terpaut tiga tahun dengan ku.

Pria tampan dengan perawakan lumayan kekar, kulit putih bersih, tubuh tinggi tegap, memiliki dada bidang, wajah menunjukkan pria berwibawa dan mapan. Serta aroma maskulin yang bikin aku betah berlama-lama.

Astagfirullah, mikir apa sih aku ini, jangan jangan dia orang yang mau menculik ku. Kudengar mereka bisa menyamar menjadi apa saja, termasuk pria tampan yang akan memberikan permen atau uang, setelah itu akan di belah tubuh nya. ' Ihhhh amit amit deh jangan sampai. ' Aku bergidik sambil memukul kepala dan lutut secara bergantian.

" Tuan tolong jangan culik saya, saya ini gak bermanfaat untuk tuan, saya ini penyakitan. Ginjal saya sudah bocor, jantung saya rusak, hati saya udah bolong bolong, terus mata saya juga udah rabun." Racau ku sambil memohon. pria itu seperti nya bingung melihat tingkah ku. Tak lama dia Pun tertawa dengan suara bass nya. Kini balik aku yang jadi bingung, karena tawa nya seperti orang yang sedang meledek.

" Kenapa tuan tertawa?." Tanya ku dengan polos.

"Seharusnya saya yang nanya, kenapa kamu ngira saya penculik? apa muka saya sesangar itu?." Lagi lagi dia terkekeh.

"Oh... Jadi tuan bukan penculik yang suka nyulik orang terus di ambil jeroan nya?." Kata ku dengan pertanyaan konyol.

" Ya, menurut kamu?." Dia balik bertanya.

" Enggak sih tuan. Rasanya gak mungkin kalau tuan ini penculik, tapi lebih ke mafia." Jawab ku polos sambil nyengir. Dan dia pun menggeleng-geleng.

" Saya itu baru pulang kantor. Karena saya haus, jadi saya berhenti di minimarket itu buat beli minum." Menunjuk minimarket yang letaknya tak jauh dari posisi kami sekarang.

" Maaf ya tuan, saya jadi buruk sangka sama tuan. Gara gara otak korslet nih." Aku memukul mukul kepala ku sendiri.

" Gak papa ko', santai aja." Ucap nya santai.

Hawa dingin nya malam menusuk sampai ketulang, hingga membuat seluruh tubuh ku kebas. Aku menggigil hebat, kakiku terasa sulit untuk di gerakkan dan melangkah. Pria itu pun menyadari keadaan ku. Tanpa mengatakan apa-apa, dia membuka jas nya dan menanggalkannya ke tubuh ku.

" Kita duduk dulu yuk di kafe itu." Sambil menunjuk sebuah kafe yang berbeda di seberang jalan.

Aku pun menurut saja, karena kalau aku menolak aku akan pulang sendiri, sedang kan kaki ku ini tidak sanggup lagi untuk berjalan jauh, bisa bisa pingsan di jalan aku.

******

Dia pun mempersilahkan aku duduk. Dia lalu memesan capuccino dan makanan ringan untuk kami berdua.

" Oya, kamu mau ke mana dan dari mana?, maaf, bukan nya kepo atau bagaimana, cuma siapa tau saya bisa bantu kamu sesuatu. Dan kenalkan nama saya Andre, nama kamu?."Dia menoleh ke arah ku sambil sesekali menikmati kopi nya.

Aku menyeruput capuccino ditangan ku dan mengatur nafas yang sedikit tersengal karena hawa dingin ini membuat ku sedikit demam, sebelum akhirnya aku pun menjawab pertanyaan nya.

" Aku Nadia tuan. Saya dari toko bunga, mau pulang gak ketemu angkot atau pun ojek, jadi terpaksa saya jalan kaki." Jawab ku apa adanya.

" Jangan panggil saya tuan dong, berasa kayak majikan, jadi enak saya." Sambil tersenyum kearah ku, dan ku balas dengan senyum canggung.

" Lalu saya harus panggil apa?."

" Panggil saja saya Andre, atau bisa dengan sebutan kakak, itu lebih akrab."Tutur nya. Dia pun tersenyum padaku, senyum nya benar benar bersahabat sekali. Sudah tampan, berjiwa besar lagi. Seperti nya mapan juga, yang terlebih tidak song*ng dan menyebalkan seperti Daniel. Ih kenapa jadi ingat Daniel? batin ku.

" Oh baiklah ka Andre." Dengan nyengir kuda,

dia pun membalas dengan terkekeh kecil.

******

Setelah selesai Andre pun mengantar ku pulang, dia bahkan memapah ku sampai ke rumah. Dan tentu nya tak luput dari pertanyaan ibu. Ibu menyambut nya dengan sangat ramah, ya seperti yang dilakukan nya terhadap Daniel tadi. Itu memang ciri khas ibu, selain karena memang ramah, ibu juga suka ngobrol sama orang yang kata nya bisa bikin mood nya berasa perawan lagi. Gak bisa liat cowok ganteng dikit, langsung deh di samperin, ujung ujungnya, aku yang malu sendiri karena tingkah ibu agak ganjen.

" Terimakasih ya nak Andre. Ibu jadi ngerepotin kamu. " Kata ibu merasa tak enak hati.

" Gak papa kok Bu, sudah kewajiban saya sesama manusia harus saling tolong menolong." Jawab nya dengan senyum ramah.

" Nak Andre ini ya, benar-benar terlihat sekali jiwa kewibawaannya." Puji ibu.

" Ah, ibu ini bisa saja." Kata nya saling lempar senyum, aku hanya menjadi pendengar yang baik.

Ku lihat ka Andre memberikan selembar kertas, lebih tepatnya seperti sebuah kartu nama. Seraya membisikkan sesuatu kepada ibu sambil melirik ke arahku. Tapi aku tidak bisa mendengar jelas, karena jarak ku dengan mereka cukup jauh, walaupun begitu, aku tak ingin kepo.

Malam sudah larut, ka Andre pun berpamitan dengan aku dan ibu, meraih jas nya yang ku pakai tadi dan segera pulang.

PERASAAN TAK BISA

Part 3:

Sinar matahari pagi masuk ke sela-sela jendela kamar ku, hingga membuat mata ku silau oleh nya. Ku kerjap -kerjap kan mata dan perlahan membuka mata ku yang terasa masih berat. Dan ternyata ku lihat ibu sedang membuka gorden kamar ku. Entah mengapa pagi ini aku terlambat untuk bangun, mungkin karena semalam badan ku agak meriang. Biasanya aku bangun subuh untuk melaksanakan shalat, namun karena pagi ini aku kesiangan akhirnya aku terlepas dari kewajiban.

" Ealah Ndu, Ndu. Perempuan jam segini belum bangun, sudah jam berapa sekarang?. Bukan nya hari ini kamu ada les privat, nanti kalau kamu nda lulus gimana? kamu mau jadi murid karatan?." Baru bangun, aku sudah sarapan Omelan, bahkan nyawa ku saja belum ngumpul. Begitu lah ibu, kalau tidak marah-marah sehari saja, dia akan suntuk.

" Ibu ini, pagi-pagi begini aku sudah di kasih sarapan Omelan, baru juga sekali aku kesiangan." Kata ku sambil bangkit dari ranjang untuk menuju ke kamar mandi.

" Wong di bilangin ko malah ngelawan ya kamu!." Ucap ibu ku sedikit kesal. Namun aku tak menjawab lagi perkataan ini, karena kalau berdebat sama ibu itu, seabad juga gak kelar. Ku tinggal saja ke kamar mandi lalu bersiap untuk ke sekolah.

******

Di sisi lain ada keluarga Daniel yang sedang sarapan pagi.

" Oiya dek, hari ini kamu ada ujian kan?." Tanya Cetrin yang merupakan ibu Daniel dan Andre. Daniel dan Andre adalah adik kakak, mereka dua bersaudara. Semua orang di rumah itu, selalu memanggil Daniel dengan sebutan Adek, kecuali Daniel sendiri, memanggil Andre dengan sebutan nama karena Daniel memang kurang suka dengan keluarga nya sendiri, terutama Andre. Menurut Daniel mereka hanya bermanis-manis mulut saja kepada diri nya. Tapi saat mereka marah karena kebandelan Daniel, mereka selalu membawa bawa nama Andre. Daniel tak seperti Andre lah yang selalu menurut. Daniel urakan lah, susah di bilangin lah. Apa lagi ibu nya yang selalu menyalahkan nya dan selalu membela Andre jika mereka bertengkar. Terkadang Daniel merasa seperti anak pungut saja berada di antara mereka.

Tapi walaupun sering di bentak oleh Daniel, Andre selalu terlihat sangat sayang kepada adiknya itu. Entah itu tulus atau hanya fiktif belaka.

" Hemmm." Daniel hanya memberi jawaban itu saat ibunya bertanya.

" Daniel, kamu harus belajar yang benar ya, biar bisa kaya kakak kamu. Liat tuh kakak kamu, sudah bisa gantiin papa ke kantor, kamu juga harus bisa. Kalau kamu lulus dengan nilai terbaik, papa kasih satu perusahaan papa buat kamu." Ucap ayah nya menimpali.

Daniel hanya mendengar kan sambil terus mengunyah roti nya. Daniel memang tidak suka jika mengenai urusan kantor, karena itu bukan cita-cita nya sejak dulu, apa lagi harus di banding banding kan dengan Andre. Terkadang Daniel berfikir kalau Andre itu bermuka dua.

Tak banyak percakapan di meja makan itu, yang terdengar hanya suara sendok dan piring yang saling bersahutan. Apa lagi Daniel yang selalu diam ketika di tanya.

" Ma, pa. Aku mungkin agak telat ke kantornya. Soalnya aku mau nganter seseorang ke sekolah!." Tutur nya.

" Siapa? perempuan ya?." Tanya ibu nya Antusias. Ya, jika sudah mengenai semua hal tentang Andre, semua orang pasti selalu semangat. Terlebih lagi soal wanita.

Andre hanya mengangguk sambil tersenyum malu.

" Pacar kamu?."Tanya ayahnya lagi.

" Bukan pa, tapi siapa tau itu bisa jadi kenyataan."

" Siapa nama nya?." Tanya ibunya tidak sabar.

" Nadia!." Jawab nya sepontan. Sontak membuat Daniel membelalakkan mata.

" Dia masih sekolah. Tahun ini dia akan lulus. Dia anak yang tukang jual bunga di depan restoran kita itu Lo mah, pah."

Dan benar dugaan Daniel, Nadia yang Andre cerita kan adalah Nadia nya, wanita yang dia suka. Kali ini pernyataan Andre membuat Daniel naik pitam. Dada nya seketika bergemuruh, dia seakan tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

" Beneran kamu?. Berarti Anak nya Bu Diana itu ya? yang langganan papa itu?."Kata ayah nya yang juga ikut antusias menanyai Andre.

" Iya pah. Tempat yang biasanya papa beliin bunga buat mama."

" Kamu tau. Papa setiap beli bunga di situ, selalu di kasih bonus lebih. Memang baik ibu Diana itu, papa setuju kalau kamu sama anak nya." Mereka pun tertawa, kecuali Daniel yang sedari tadi seperti menahan amarahnya. Semenjak dia kenal Nadia, seperti ada perasaan yang berbeda. Nadia tidak seperti gadis gadis yang lain, jika sudah bertemu Daniel, mereka akan pasrah di perlakukan seperti apa, bahkan saat Daniel menolak pun mereka akan terus mengejar nya. Beda dengan Nadia yang tidak gampang tergoda oleh pesona Daniel, bahkan terlihat cuek dan jutek. Itu yang membuat Daniel diam diam menaruh hati padanya Nadia.

Tak hayal saat mendengar pernyataan Andre, Daniel merasa marah.

Disaat mereka asyik saling melempar candaan, tiba tiba.

BRAAAK......

Suara meja makan yang di pukul kuat oleh Daniel. Seketika mereka terdiam saling pandang, heran dengan tingkah laku Daniel.

Daniel lalu pergi meninggalkan mereka yang masih bingung.

Di mobil, Daniel yang masih kesal memukul setir mobil dengan keras, guna meluapnya kekesalan nya.

" AAHH. Sial lo Ndre!. Bisa-bisanya lo suka sama cewek yang yang gue suka.

Belum puas lo caper ke mama sama papa? sekarang Lo juga mau ambil cewek yang gue suka?. DASAR BERMUKA DUA!!." Mengacak rambut frustasi.

Belum usai amarah nya, dia melihat Andre melajukan mobilnya, dan Daniel yakin Andre akan menjemput Nadia.

Dia pun segera mengejar nya dan berfikir akan mendahului kakak nya itu. Dan benar saja, Daniel akhirnya sampai terlebih dahulu di rumah Nadia. Daniel lalu memarkirkan mobilnya di depan rumah Nadia.

TOK TOK TOK

" Permisi Nadia, Tante!." Sambil mengetuk pintu rumah Nadia.

Aku yang sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah pun mendengar ketukan dari luar. Aku pun segera membuka kan pintu.

" Ya sebentar." Nadia pun membuka kan pintu. Namun setelah pintu terbuka, Nadia langsung terkejut karena yang bertamu pagi-pagi begini adalah Daniel.

" Elo, ngapain Lo kesini?." Dengan nada ketus.

" Gue mau ngajak Lo berangkat bareng."

Belum sempat aku menjawab, ibu pun keluar memastikan siapa yang datang.

" Siapa Ndu yang datang?." Tanya ibu ku. Namun ada senyum yang tak bisa di wajah ibu. Seperti ada ketidak sukaan kepada Daniel. Padahal, waktu Daniel mengantar ku ke toko semalam ibu selalu ramah, kenapa pagi ini dia terlihat tidak suka dengan kedatangan Daniel.

" Tante!." Kata Daniel menyalami tangan ibu dan mencium nya. Daniel menyadari wajah muram ibu, dia menyadari bahwa ibu tidak suka terhadap nya.

" Ngapain kamu kesini?." Tanya ibu ketus, tak kalah ketusnya dengan ibu tiri.

" Mau ngajak Nadia berangkat bareng Tante." ucap nya sopan.

" Nda usah, Nadia sudah ada yang jemput. Lagian kenapa kamu panggil saya Tante? kapan saya nikah sama om kamu?."

" Oh, jadi saya harus manggil ibu?." Tanya nya berinisiatif.

" Nda usah panggil ibu. Memangnya saya ibu kamu atau mertua kamu apa? panggil Bu de saja."

" Kenapa gak boleh Bu? bukan nya nanti saya juga bakal jadi menantu ibu". Kata nya sambil nyengir kuda. Aku yang mendengar melotot ke arah Daniel, dia hanya membalas ku dengan senyum, seolah tak terjadi apa-apa.

" Apa!, jadi menantu saya?, nda usah ngarep kamu. Saya sudah jodohin Nadia sama seseorang, jadi kamu nda usah ngarep jadi menantu saya, cukup jadi teman nya saja, nda boleh lebih."

Mendengar penuturan ibu, Daniel terlihat tak bersemangat lagi. Terlihat ada kesedihan di mata nya. Aku jadi iba melihat seorang Daniel yang terlihat selalu bersemangat dan tak pernah memikirkan perasaan orang lain, kini berubah jadi melow begitu. Aku jadi tidak enak hati kepada nya atas kata kata ibu yang kasar.

Eh tunggu. Di jodohkan Katanya, kapan aku di jodohkan kan, kenapa aku tidak tau soal itu, batin ku.

Tak lama ku lihat sebuah mobil Toyota Fortuner memasuki pekarangan rumah ku. Ku perhatikan mobil itu dengan seksama, dan ternyata aku baru ingat sesuatu.

Itu kan mobil ka Andre yang mengantar ku semalam, dia memakai mobil itu. Apa jangan-jangan, yang di maksud ibu itu ka Andre. Orang yang akan ibu akan jodoh kan dengan ku. Ku lirik wajah ibu, penuh dengan senyum bahagia seperti orang mau menerima lamaran saja. Jauh berbeda saat kedatangan Daniel tadi. Lagi- lagi aku merasa kasihan terhadap Daniel, lebih tepatnya sedih. Entah perasaan apa ini.

Ka Andre pun menghampiri kami yang masih berdiri di depan pintu, karena ibu tidak mempersiapkan Daniel masuk. Ka Andre terkejut saat melihat ada Daniel di rumah ku. Ekspresi terkejut nya pun tak lama berubah menjadi tatapan tajam ke arah Daniel.

" Daniel!." kata ka Andre mencoba menetralisir kan perasaan nya yang tak menentu, menatap nya dengan penuh kebencian.

" Loh, kalian saling kenal?." Tanya ibu ku memandang bergantian ke arah mereka berdua.

" Iya Bu, Daniel ini adik saya."

" Oh, jadi nak Daniel ini adik nya nak Andre toh?." Kata ibu ku sambil manggut-manggut dan mengeluarkan jurus manis nya, padahal tadi tidak semanis itu. dasar drama queen, rutuk ku dalam hati.

" Iya Bu, Daniel satu sekolah sama aku, malah satu kelas." Jawab ku sengaja. Entah mengapa hati ini terasa geram melihat tingkah mereka berdua yang sok drama queen menurut ku.

" OOOO!." Ibu hanya menjawab itu saja, seolah kehabisan kata kata.

" Oya Nadia, saya antar kamu ke sekolah ya." Bujuk ka Andre.

" Iya Ndu, lebih baik kamu di antar sama nak Andre saja ya." Timpal ibu ku seolah tidak menganggap kehadiran Daniel. Ku lirik ke arah Daniel yang hanya diam membuang pandangannya ke arah lain. Entah apa yang dilihat nya, mungkin dia canggung atau merasa tidak di inginkan.

" Enggak ah Bu. Ka Andre kan mau ke kantor, nanti telat lagi gara- gara nganterin aku." Kata ku sambil melirik ke arah Daniel yang masih acuh.

" Enggak kok, kakak udah izin tadi sama papa kalau kakak bakal telat dikit buat nganterin kamu ke sekolah, dan papa kakak bilang, boleh kok. "

Aku bingung harus alasan apa lagi. Tiba tiba aku punya ide.

" Ya ampun jangan ka. Ni ya ka aku kasih tau. Cewek cewek di sekolah aku itu pada bar- bar. Kalo udah liat cowok ganteng, pasti di gerubutin kaya laler. Pernah dulu ada guru ganteng,,,,,,,banget. Datang buat ngajar di sekolah, Belum juga sampe ke kantor kepala sekolah, udah di kejar kejar sama murid cewek sampe babak belur karena di cubitin. Dan ga lama, guru itu minta resign. Ih ngeri tau ka." Kata ku mengarang cerita. Dan akhirnya berhasil membuat ka Andre bergidik ngeri seolah percaya dengan cerita konyol ku itu.

" Emang Kaka ganteng?." Pertanyaan nya narsis,.

" Ganteng, ganteng banget malah." Jawab ku. Ganteng sih, tapi karena persekongkolan nya dengan ibu, aku jadi ilfeel sama dia.

" Ya udah aku berangkat nya sama Daniel aja, kasian entar muka kakak yang ganteng itu jadi gak berbentuk lagi karena babak belur. " Aku pun segera berpamitan dengan ibu, dan menarik tangan Daniel tanpa izin, membuat Daniel tersentak, seakan tak percaya dengan apa yang ku lakukan. Tak ku dengar kan lagi panggilan dari ibu dan ka Andre. Segera ku ajak Daniel menuju mobil nya. Tanpa bertanya apa pun, Daniel segera melajukan mobilnya.

***

" Kok ga mau di antar Andre?." Tanya nya saat kami sedang di perjalanan. Terlihat senyum di bibir nya, berbeda saat sedang berada di rumah ku tadi yang selalu diam dan menampakkan wajah sedih. Mungkin karena perkataan ibu yang keterlaluan terhadap nya tadi.

" Kenapa?, lo gak suka kalau gue ikut mobil Lo?." Tanya ku tersinggung.

" Bukan gitu. Andre itu kan baik, di setujui lagi sama ibu Lo. Beda sama gue yang urakan dan bandel. Dan biasanya lo selalu ngegas terus sama gue. Kenapa Lo milih ikut sama gue?". a

Aku tersentuh mendengar pertanyaan nya. Aku jadi menyesal selalu membentak dan meremehkan dia. Ku tatap mata nya dalam dalam. Terlihat jelas ada ketulusan di sana.

" Ya gak papa sih, cuma lagi kesel aja sama ibu. Masa gue di jodohin sama kakak Lo itu, tanpa sepengetahuan gue lagi ." Sambil melipat kedua tanganku di dada.

" Hah! ko' bisa?."

" Ya, gue juga kurang tau sih. Pas ibu ketemu sama ka Andre semalem, dia jadi pengen jodoh jodohin gue sama ka Andre. Terus semalem kaya bisik bisik gitu sih. Gak tau deh ka Andre ngomong apa, sampe ibu gak mikirin perasaan gue lagi." Aku mendadak melow.

" Jadi semalem Lo ketemu sama Andre?. Gimana ceritanya?."

" Semalem tu, gue kemaleman pulang nya, gara gara semua angkutan umum gak ada yang lewat satu pun, mungkin karena ujan juga. Terus gue pulang jalan kaki. Nah pas lagi jalan, gue hampir kecipratan genangan air, terus dia yang ngelindungin gue pake payung. Terus dia nganterin gue pulang". Menjelaskan panjang lebar.

" Berjasa dong dia buat Lo?." Nada bicara nya sedikit kecewa.

" Ya awal nya gitu, setelah gue liat sikap ibu kaya sekongkol gitu sama dia, gue jadi gak suka."

" Lo g' boleh gitu sama nyokap Lo, mending Lo tanya dulu, siapa tau ada penjelasan lain yang Lo g' tau. Jangan kaya gue yang ga suka sama keluarga sendiri." Tutur nya dengan tatapan nyalang. Kulihat seperti ada duka dan kesedihan yang mendalam di matanya yang mungkin semua orang tidak tau, karena dia berusaha tegar dan kuat.

Sekali lagi aku tersentuh. Seorang Daniel bisa berfikir demikian, padahal aku saja belum tentu bisa berfikir sejauh itu.

" Kenapa lo liatin gue?. Naksir ya Lo?." Membuat aku tersadar dari lamunanku.

" E,,, nggak, siapa yang liatin Lo?. Kepedean Lo." Jawab ku salah tingkah.

" Daniel tetep aja Daniel, dia baik cuma karena kesambet kali ya." Gumam ku hampir tak terdengar.

" Apa?. Lo ngomong apa barusan?." Dia mendekatkan telinganya kepada ku, memperjelas pendengaran nya.

" Enggak ngomong apa apa. Suuzon aja sih Lo." Kata ku membela diri. Ternyata denger juga tu telinga batin ku.

" Awas Lo ya, ngomong macem macem tentang gue." Ancam nya kepada ku. Aku hanya tersenyum mengejek, dan dia pun berdecak kesal.

Setelah beberapa menit mengendarai mobil, kami pun sampai ke sekolah. Banyak pasang mata yang melihat kebersamaan kami. Mereka seperti nya heran melihat kedekatan kami berdua, lebih tepatnya iri. Apa lagi kaum hawa, mereka memandang ku dengan tatapan kesal, karena Daniel memang cowok paling tampan di sekolah, sejak baru beberapa hari saja Daniel masuk, dia sudah banyak pengemar, namun tak satu pun yang ia lirik. Kata nya dia tidak suka dengan wanita berseragam, dia suka dengan wanita yang seksi dan lebih dewasa. karena kata nya lebih penyayang Kata nya. " Dasar play boy cap tikus."

Aku segera keluar mobil dan bergegas menuju perpustakaan dengan mempercepat langkah ku agar tidak berjalan beriringan dengan Daniel. Karena kalau para wanita itu melihat, bisa habis aku dikeroyok dan di jambak. Bisa gundul rambut indah ku ini, batinku.

Setelah sampai di perpustakaan, aku berinisiatif untuk membaca dan mengulang pelajaran untuk menghadapi ujian nanti, sambil menunggu bell berbunyi.

Namun saat aku berusaha meraih buku biologi yang letaknya agak tinggi, tubuh ku yang rendah dan mungil ini tidak kunjung bisa meraih buku tersebut.

Namun otak ku tak sampai di situ saja. Ku ambil kursi yang ada di perpus tersebut untuk alat ku berpijak.

Saat aku hampir meraih buku tersebut, tiba tiba kaki ku tergelincir dan hampir terjerembab ke lantai. Namun sebuah tangan kekar milik seorang pria dengan sigap menyambut ku dari bawah. Dan beberapa saat terjadi lah saling pandang-pandangan seperti di film India dan diiringi lagu romantis. Tapi keberuntungan tidak berpihak pada kami, kaki pria itu juga terpeleset karena menopang tubuh ku yang agak berisi.

Namun dengan posisi yang mendebarkan, dengan tubuh ku yang menimpa tubuhnya dan posisi yang saling berhadapan. Namun yang membuat ku terkejut, tangan yang semula meraih pinggang ku, kini beralih posisi dengan mencengkeram gunung kembar ku. Sontak membuat aku terkejut dan menjerit keras.

" AAAAAAAAAA,,,,. Daniel!!." Teriak ku seakan memecah keheningan. Untung saja saat itu tidak ada siapa- siapa. Karena masih pagi para murid belum ada yang ke perpustakaan.

Kutarik diri dari nya yang masih terbaring mematung, seolah sedang mengagumi keindahan benda yang ia pegang.

Alih-alih terkejut, Daniel malah terbelalak dan menelan ludah kasar saat melihat dua jelly ku itu, sontak membuat ku tambah kesal dan mendorong kuat tubuh atletis nya itu serta membuat nya tersadar.

Bukan nya merasa bersalah atas apa yang dia lakukan, Daniel malah mengerutkan keningnya heran, seolah olah menganggap ku tidak waras karena sudah berteriak keras sekali.

" Dasar cowok Playboy me**m cap tikus, cap buaya, cowok somplak!!." Cicit ku dengan nada yang meninggi karena kesal.

" Apa sih? Lo sakit ya?."Tanya nya seolah tak merasa bersalah.

" Elo yang sakit!."Bentak ku.

" Bukan nya terima kasih udah di tolongin. Malah ngata- ngatain gue, pake teriak-teriak segala lagi. Kaya orang kesurupan Lo." Ledeknya.

" Lo masih ga nyadar, apa yang Lo lakuin tadi?. Dasar Lo cowok me**m." Rutuk ku.

" Lakuin apa?, pegang itu?. Kenapa, Lo kurang puas?." Goda nya sambil menunjuk dada ku dengan bibir nya serta menaik - naikkan alis nya. Sontak membuat ku semakin kesal. Aku bergidik geli dengan tingkah Nya yang konyol dan me**m itu.

Aku berdecak kesal, tak ingin lagi melayani celotehan nya yang tak karuan itu, aku melangkah meninggalkan nya. Namun aku terkejut saat dia menarik tanganku, dan membuat tubuh ku berbalik ke arah nya. Lagi lagi menciptakan sebuah tragedi romantis. Bibir ku tak sengaja mencium leher jenjang nya, karena kepala ku hanya sebatas dagu nya saja. Hingga aku bisa melihat jakun nya yang turun naik karena grogi. Dan aku juga bisa mencium aroma wangi dari kulit putih nya itu.

Seketika jantung ini terasa ingin meledak saja saat di dekat nya. Tubuh ku juga terasa panas dingin di buat nya, entah perasaan apa yang sedang kurasakan saat ini. Aku cepat-cepat menarik tubuh ku dari pelukan nya, ku lihat dia tersenyum-senyum, senyum yang menggambarkan ketulusan dan kebahagiaan. Senyum yang tak pernah ku lihat dari seorang Daniel selama ku mengenalnya. Senyum yang tak pernah ku lihat dari ayah untuk ibu ku. Aku merasa terpesona dengan senyum nya, seolah lupa dengan prinsip ku atas pria. Kalau aku tidak akan pernah percaya lagi pada pria. Ya, semenjak ayah yang mencampakkan ibu dan tak pernah lagi memperdulikan ku. Semenjak ayah yang pergi dengan wanita lain. Meninggalkan ibu demi wanita yang lebih kaya.

Jantung ku terus mengetukkan irama yang indah di dalam sana. Tubuh nya bagaikan mempunyai magnet yang kuat untuk menarik tubuhku. Ingin rasanya aku berlama-lama memeluk tubuh nya yang seksi itu. Suatu hal yang tidak pernah kurasakan dengan laki-laki mana pun. Apa ini yang di sebut cinta pertama?, tapi, apa mungkin aku baru merasakan nya setelah beberapa hari ku mengenal nya.

Tiba-tiba suara bass seorang pria membuyarkan lamunanku. Siapa lagi kalau bukan pria yang berada di samping ku ini.

"Woy, kenapa Lo? kesambet setan perpustakaan?." Ejek nya. Membuat ku salah tingkah.

" E,,,e kok. Gue sehat walafiat dodol." Jawab ku grogi.

" Jangan lama lama di sini, entar kesambet beneran. Di sini tu angker tau." Bisiknya. Membuat ku jadi bergidik ngeri mendengarnya.

Dia pun berlalu meninggalkan ku yang masih mematung. Tiba-tiba aku teringat akan perkataan Daniel barusan. Sontak membuat bulu kuduk ku berdiri, mataku mengitari ruangan perpustakaan itu, suasana yang sepi dan tidak ada siapapun di ruangan itu pun membuat suasana semakin mencekam saja dan seolah olah membuat ruangan itu menjadi sarang makhluk astral.

Dengan rasa takut yang seolah sukses menguasai kepalaku, tanpa ku sadari, aku memegang erat tangan Daniel yang seketika itu hendak menuju ke luar, membuat sang pemilik terkejut dan menghentikan langkahnya.

" Kenapa?. Udah mulai nyaman ya?." Seperti nya dia tau kalau aku penakut, jadi dia sengaja usil pada ku.

" Nyaman apaan?." Aku belum menyadari maksud dari perkataan nya.

" Itu. " Dia pun menunjuk ke arah tangan ku yang berpaut erat, dengan menggunakan isyarat mata nya.

Setelah aku menyadarinya, aku tetap mempererat pegangan ku. Rasa takut ku seolah membuang semua gengsi dan jutek yang ku miliki.

" Hehehe iya!." Kata ku sambil nyengir kuda.

" Gak papa kan gue pinjem tangan lo sebentar?, boleh ya ya, please". Rengek ku dengan nada memohon.

" Boleh dong. Selama itu membuat Lo nyaman, gue akan selalu ngizinin."

Nah tu kan, mulai lagi keluar jurus buaya somplak nya.

Aku hanya mencibir perkataan Daniel, karena aku malas memperpanjang waktu dengan nya. Aku pun memilih untuk keluar dari perpustakaan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!