NovelToon NovelToon

ME

BAB 1

Seorang gadis mungil berlari sekuat tenaga, menyusuri lorong sekolah yang sudah sepi. Dahi yang ditutupi oleh poni dan rambut panjangnya pun sudah bercucuran dengan keringat. Tidak menyerah, ia terus berlari dan berkali-kali melihat arloji di lengan kanannya. "Aigoo, pabo-ya! Pabo-ya! Kenapa aku harus ketiduran di kelas?!" Ia merutuki dirinya sendiri dan masih terus berlari.

Han Young Mi,

Gadis itu berjongkok, setelah merasakan dadanya mulai terasa sesak, ia tidak sanggup lagi untuk berlari. Napasnya terpenggal-penggal, ia mencoba menghembuskan napas perlahan-lahan dan memukuli dadanya dengan lembut. Sudah beberapa hari ini dadanya selalu sesak dan entah apa penyebabnya.

"Gwaenchanayo?" Suara lelaki berhasil terdengar di telinganya. Aku mengangguk sebagai jawaban.

"Apa kamu bisa berdiri? Perlu aku bantu?" Katanya dengan menawarkan uluran tangannya. Aku menerima uluran tangan lelaki itu dan berdiri dengan sekuat tenaga. "Kamsahamnida!" Youngmi membungkuk. "Kalau begitu aku permisi," ucapnya tanpa mau mendongak dan beranjak pergi tanpa di cegah oleh si lelaki.

Ia menyeringai. 'Han Young Mi' gumamnya pelan setelah berhasil menilik name tag pada seragam gadis itu.

⎯ Kedai Kopi, Caffést.

"Jeuiseonghamnida, sajangnim!" Youngmi membungkuk.

"Lain kali jangan terlambat. Saya tidak akan memberi toleransi jika kamu terlambat lagi," katanya tegas.

"Ye, saya tidak akan mengulangi lagi."

"Yasudah kembalilah bekerja."

"Ye, sajangnim. Terima kasih!" Youngmi beranjak dari ruangan bosnya dan berjalan menuju dapur.

"Akhirnya, aku bisa bernapas lega!" Gumamnya, Youngmi menghembuskan napas dengan satu hentakkan.

"Kamu terlambat lagi?" tanya seorang wanita yang lebih tua dari Youngmi. Aku menoleh pada sang empu yang tadi bertanya, Choi Ji Hye. Seniorku di kafe ini, ia dua tahun lebih tua dariku sekaligus teman yang paling dekat denganku di sini.

Aku mengangguk. "Tadi aku ketiduran di kelas setelah menyelesaikan tugas. Aku heran dengan diriku sendiri tidak biasanya aku langsung tertidur begitu saja. Tapi tadi, seperti sebuah keajaiban!" jelasku, membantu membersihkan gelas yang sudah di cuci.

Jihye berdecak dan memandangi wajah Youngmi yang terlihat sedikit pucat.

"Lihat wajahmu, pucat! Aku kira kamu tidak memakai lip-gloss, ternyata kamu sudah memakainya tapi masih terlihat pucat. Meskipun kamu masih muda, ingat untuk menjaga kesehatanmu!" Jihye mengusap bahuku lembut dan mengambil gelas yang berada di tanganku.

"Lebih baik kamu duduk dan jaga kasir, ok?!" Perintahnya dan tersenyum.

Kalian tahu? Aku bekerja di Caffést sudah hampir satu tahun, saat itu aku masih duduk di bangku kelas 11. Pemilik kafe ini bernama Kang Tae Woo, aku memanggilnya Tae Woo Ahjussi terkadang dengan embel-embel Sajangnim. Awalnya agak sulit meyakinkan bahwa aku bisa menjadi pekerja paruh waktu yang baik. Lebih tepatnya⎯pertimbangannya sulit untuk mempekerjakan anak sekolahan sepertiku, mengingat di negara ini ada peraturan dilarang mempekerjakan para pelajar kecuali sudah mahasiswa. Dan aku⎯dengan segala bentuk bujukan yang telah kukeluarkan akhirnya berhasil menaklukkan hatinya. Aku diterima bekerja.

Luas kafe sekitar 100 meter persegi dengan desain minimalis. Interior Caffést ini didominasi warna cokelat kayu sementara eksteriornya berwarna putih dan cokelat tua. Di dalam kafe ada sekitar dua puluh meja dan di luar kafe ini memiliki halaman berumput hijau yang luasnya kira-kira sekitar sepuluh meter persegi yang kemudian diisi oleh empat meja di sana. Tae Woo ahjussi sendiri yang memperkenalkan kafe ini secara detail.

Pada saat itu, masa di mana kehidupanku mulai berubah dan aku berani mengambil langkah keputusan ini.

"Moka juseyo!"

Lamunanku tersadar ketika mulai banyak pelanggan yang sudah mengantri.

"Ye!"

*****

"Aku pulang!" teriakku, membuka sepatu dan mengganti dengan sandal rumah. Hening.

"Aku pulang!" teriakku lagi.

"Guk, guk!" seekor anjing berjenis maltese berwarna putih murni serta memiliki bulu lembut menghampirinya dengan cepat Youngmi memeluknya "Oh, Choco-ya! Kamu merindukanku? Aku juga," ujarku mengelus Choco lembut.

Ya, memang seperti ini keadaan rumahku, tidak akan ada orang yang menyambutku ketika sampai di rumah. Hanya ada seekor anjing yang menyambutku dengan kehangatannya. Sudahlah! Aku sudah terbiasa.

Aku menjatuhkan tubuhku pada sofa empuk di ruang tamu dan menyalakan televisi. "Choco-ya, apakah Minjee eonni sudah pulang? Hah! Aku merindukannya, dia sangat berbeda sekarang," gerutunya pada Choco sambil memeluknya.

'Ting tong'

Bell rumah Youngmi terdengar berdering berkali-kali yang menandakan seseorang berkunjung kerumahnya. "IYA SEBENTAR!" teriaknya, berjalan mendekati pintu. "Tidak biasanya ada yang berkunjung," gumamnya.

"Apa ini kediamaan Han Min Jee?" tanya seorang wanita tua dengan tatapan penuh amarah. Youngmi menelan salivanya dan tengah memperhatikan wanita tua di depannya dengan pakaian sangat modis. "Apa dia tidak malu diusianya sekarang ini?" Batinnya.

"Ya, benar! Tapi dia tidak ada di rumah, ada perlu apa ya?" Aku bertanya hati-hati.

Wanita tua itu menatapku dari ujung kepala hingga kaki lalu memandangi selembar foto yang di genggamnya dan kemudian menatap wajahku penuh kebencian. "Jadi kau adiknya? Sangat mirip!" ujarnya tidak memperdulikan pertanyaanku.

Aku menaikkan sebelah alis. Wanita itu mendekat padaku. "Kau tahu pekerjaan kakakmu apa? Mungkin kau hanya tahu dia dokter, tapi pekerjaan yang mulia itu mulai tercoreng karena kakakmu. Apa kau mendapat uang darinya juga?" ucapnya berturut-turut.

"Tercoreng? Apa maksudmu, ahjumma? Ya, aku tidak pernah menerima uang yang dia berikan, uang itu hanya untuk keperluan rumah ini. Aku juga bekerja jadi tidak meminta padanya." ujarku melipatkan kedua tangan di dada.

Dia menyeringai, tatapan penuh amarahnya kembali menyala. "Bagus kalau begitu! Selama ini kakakmu hanya menggoda suamiku! Kau sebagai adik beri nasihat ****** kecil itu untuk bertobat sebelum aku menyeretnya kedalam jeruji besi!"

"MWO?!"

"Jika kau tidak percaya, ambil ini!" Wanita itu memberikan amplop berwarna cokelat dan berlalu dari hadapanku. Aku segera membukanya, berisi lima lembar foto di dalamnya. Mataku membulat sempurna, tanganku bergetar memegangi foto itu. Kakakku⎯Minjee yang selama ini aku banggakan sedang bersenang-senang dengan pria tua yang seharusnya hanya cocok menjadi ayahnya. Tidak mungkin!

*****

Aku mempercepat langkah menuju ruang musik, aku ingin menuangkan apa yang saat ini aku rasakan. Kedua tanganku sedikit gatal ingin cepat-cepat memainkan piano alat musik kesukaanku.

Aku terduduk di hadapan piano milik sekolah, segera aku mainkan tuts hitam dan putih pada piano. Aku memejamkan mata menikmati setiap alunan yang keluar. Kepingan memoriku mengurai kejadian tadi pagi.

⎯ Tadi pagi⎯

"Eonni, apa kamu benar-benar bekerja sebagai dokter?" tanyaku skeptis, menatap tajam kepada wanita yang lima tahun lebih tua darinya. "Apa maksudmu?" Dia masih asik memakan sarapannya.

Aku segera memberikan beberapa lembar foto ke hadapan Minjee eonni. "Jelaskan padaku, apa hubunganmu dengan pria tua yang ada di foto itu?!" Aku menahan emosi. Kontan bola mata Minjee nyaris keluar. "Kamu .... kamu dapat dari mana foto-foto ini?!" Dia nyaris membentak.

"Aku yang bertanya lebih dulu! Jawab saja, eonni," sahutku cepat. "Bukan urusanmu! Lebih baik kamu fokus pada sekolahmu!"

"Jadi benar? Eonni adalah selingkuhan pria tua itu? MENJIJIKAN!" ujarku meninggi. "Apa katamu?" Minjee menatap penuh amarah.

"MENJIJIKAN!" teriakku di hadapan Minjee eonni.

Plak!!

Minjee menamparnya tanpa sadar. Aku menatapnya tajam, memegangi pipi kananku yang mulai memerah dan panas. Cairan bening yang berusaha menerobos keluar segera aku tahan.

"Yo-Young .... Youngmi-ya, mianhae!" ucapnya mendekati adiknya. Aku berjalan mundur.

"Tidak usah mengkhawatirkanku lagi, khawatirkan saja dirimu sendiri. Aku tidak ingin memiliki kakak yang menjadi simpanan orang lain!" imbuhku segera mengambil tas sekolah, memakai sepatu dengan cepat dan berlalu darinya.

"Mianhae, Youngmi-ya!"

****

- Pabo : Bodoh

- Gwaenchanayo : Kamu baik-baik saja?

- Kamsahamnida : Terima Kasih

- Jeuiseonghamnida, sajangnim (Formal) : Maafkan Saya, Bos/CEO

- Moka Juseyo : Tolong segelas moka

- Mwo : Apa

- Mianhae : maaf

BAB 2

Lee Yong Hwa,

Langkahnya terhenti di depan ruangan yang terdengar alunan piano di sana, ia berbalik memunggungi pintu dan bersandar pada pintu ruangan itu. Lelaki berambut hitam itu menikmati setiap irama yang dimainkan. Ia mengenal instrumen lagu yang sedang dimainkan, G Minor Bach - Lou Ni. Menurutnya tidak banyak yang bisa mengcover instrumen ini karena temponya yang lumayan cepat dan perasaan sedih di setiap nadanya harus bisa saling seirama. Aku kagum dengan seseorang yang sedang memainkan alunan irama ini di dalam, karena tidak ada yang semirip aslinya dan ini sangat mirip.

Aku berbalik, memegangi knop pintu ruangan musik yang ada di hadapanku untuk melihat siapa yang bermain piano sebagus itu. Aku urungkan membuka pintu ketika bell berbunyi menandakan istirahat makan siang telah selesai. "Aish! Sial! Lain kali aku akan ke sini lagi!" batinnya. Aku terpaksa membalikkan badan dan berjalan cepat menuju ke kelas.

"Minho-ya," panggilnya pada lelaki berambut cokelat tua di sebelahnya yang sedang memejamkan mata dan menaikkan kaki pada meja di depannya. Kelas sedang tidak ada guru dan seperti ini jadinya, ada yang tertidur, bergosip, membaca buku, latihan soal dan berbagai macam kegiatan lainnya menjadi satu.

"Kenapa?"

"Apa masih ada anggota kegiatan dari klub musik?" tanyaku penasaran.

"Klub musik? Sepertinya masih banyak. Memang kenapa?" imbuhnya masih memejamkan mata. Yonghwa belum menjawab lalu memutarkan instrumen yang tadi ia rekam di ponselnya. Minho membuka mata dan menautkan kedua alisnya.

"Instrumen ini apakah sering terdengar di ruang musik?" tanyanya lagi semakin penasaran.

"Setauku ada salah satu anggota klub musik yang memainkan instrumen itu. Tapi, tidak sering, banyak gosip beredar jika dia memainkan instrumen yang tadi kau putar, pertanda dia sedang sedih," jawabnya menerka.

"Hah? Sedih? Kenapa?"

"Mollayo! Kamu tanya sendiri saja sama orang yang memainkan itu." Minho kembali memejamkan matanya. "Kamu tahu orangnya?"

"Aku tidak tahu rupanya yang aku tahu hanya ingat nama marganya Han dan belakangnya Mi, nama tengahnya aku tidak tau dan dia dari kelas 3-2 sekelas dengan Kyungsoo."

'Han? Mi? Apakah gadis kemarin? Han Young Mi?' gumamnya sendiri.

*****

⎯Esoknya, Kantin Sekolah.

Aku menilik intens gadis yang sedang berdiri tidak jauh dari tempat dudukku bersama keempat teman-temanku. Gadis itu sedang menatap sekeliling kantin, dan terlihat hampir semua bangku kantin terisi. "Jaehyun-ah, bisakah kau pindah ke sebelah Minho?" suruhnya memandangi sang empu tengah asik memakan makan siangnya.

"Kenapa? Kau tidak suka aku duduk di depanmu?" ucapnya melahap makanannya lagi.

"Bukan begitu, sudah cepat pindah," usirnya buru-buru.

Jaehyun menautkan kedua alisnya. "Bos kau kenapa? Tidak biasanya." Ia mengalah dan berpindah posisi duduk di sebelah Minho.

"Yonghwa sedang penasaran dengan seorang cewe," Minho menyahut dan menilik arah pandang Yonghwa.

"Dia tidak akan duduk di sini. Apalagi masih ada aku, Jaehyun dan Kyungsoo," katanya berbisik pada Yonghwa. "Kita lihat saja!"

Tak lama kemudian gadis itu berbalik dan meninggalkan kantin membawa segenggam roti sandwich dan satu botol air mineral di tangannya. Minho tertawa puas ketika gadis itu pergi dan di tatap heran oleh ketiga temannya. "Aku bilang juga apa?!"

Yonghwa kesal, tiba-tiba menyuapi sepotong sosis ke mulut Minho yang membuatnya berhenti tertawa dan terdiam. "YA KALIAN!" kesalnya. Ketiganya tertawa.

"Bukannya cewe itu sekelas denganmu, Kyungsoo?" tanya Jaehyun menerka setelah menyadari gadis bersurai panjang tersebut yang pernah ia lihat di kelas Kyungsoo.

"Hah? Ohhh .... si bisu? cewe dengan rambut panjang yang hampir menutupi wajahnya tadi?" Kyungsoo ber-oh ria dan balik bertanya, menyebalkan memang. Minho dan Jaehyun mengangguk.

"Si bisu?" Yonghwa menaikkan sebelah alisnya.

"Iya, dia sekelas denganku salah satu murid pintar yang selalu mendapat rangking satu di kelas. Ya, panggilannya bisu, satu kelas memanggil dia si bisu karena jarang bicara," ujarnya memberitahu.

"Wah! benarkah?!" Minho dan Jaehyun bersamaan sedangkan Yonghwa masih tidak menggubris. "Apa dia anggota klub musik?" Yonghwa bertanya cepat.

Kyungsoo mengangguk membenarkan. "Tentu saja, dia adalah ketua klub musik dan satu-satunya perwakilan dari seluruh kelas 12. Aku heran dengannya, Dia bisa menjadi ketua kelas dan ketua anggota klub musik padahal dia jarang bicara tapi aku akui dia memang pintar dan hebat sebagai pemimpin!" jelasnya.

Aku beranjak dari duduk, ketiga temannya tersentak memandangi Yonghwa. "Mau kemana?!" tanyanya bersamaan.

Yonghwa mengabaikan dan mempercepat langkahnya. Ia menyusuri seluruh koridor sekolah untuk mencari gadis itu. Yonghwa tidak mengerti dengan dirinya sendiri, padahal ia tidak mengenal gadis itu bahkan tidak pernah satu kelas tapi rasanya ia ingin mengenal lebih dekat dan ia merasa ada perasaan akrab saat melihatnya.

"Ketemu!" ujarnya ketika kaki panjangnya berhenti di lapangan sekolah, ia memandangi gadis yang dicari-cari. Gadis itu tengah duduk di pinggir lapangan sekolah. Dari kejauhan gadis itu memegangi dadanya dan tanpa pikir panjang aku berlari dengan cepat.

*****

Aku menatap sekeliling kantin tetapi semua bangku sudah terisi, aku melirik meja ketiga dari tempatku berdiri, di sana ada dua bangku kosong di hadapan lelaki berperawakan kurus yang sepertinya aku pernah melihatnya. Lelaki itu terus menatapku sangat jelas, seperti menyuruhku untuk duduk di sana.

Aku segera mengalihkan pandangan. Meskipun aku ingin duduk di sana, tapi aku tidak mengenalnya dan salah satu lelaki di sana Kyungsoo teman sekelasku, aku juga tidak begitu mengenalnya lebih tepatnya tidak akrab hanya tahu namanya saja. Huh! Aku menghembuskan napas, berbalik meninggalkan kantin dan mencari tempat yang lebih tenang.

Sudahlah! Lupakan kejadian tadi. Saat ini aku sudah mendapat tempat sepi yang bisa membuat pikiranku tenang.

"Aww ..." Aku memegangi dadaku yang tiba-tiba terasa nyeri. "Ahhhh!" Dadaku semakin nyeri. Youngmi mendengar langkah kaki seseorang yang berjalan padanya.

"Gwaenchanayo?" Aku terdiam mendengar frasa berat dari seorang lelaki yang sama persis seperti lelaki waktu itu.

"Pegang tanganku, lalu hembuskan napasmu perlahan," perintahnya, ia berjongkok dan mengulurkan tangan kanannya.

Aku mengangguk, menggenggam tangannya, hangat. Aku mulai mengatur napas; menarik dalam-dalam, menghembuskannya⎯berulang-ulang, menuruti perintahnya. "Sudah baikan?" tanyanya masih menggenggam tanganku, erat.

"Ne, kamsahamnida," ujarku dan mendongak cepat untuk melihat wajahnya, manik kami bertemu satu sama lain. Lelaki dengan gaya rambut comma berwarna hitam tengah menatap dan tersenyum tipis padaku, tatapannya tajam tapi terasa menyejukkan. Refleks, aku menarik tanganku kembali dan mengalihkan pandangan.

"Nu .... nuguya?"

Aku menggeserkan sedikit dudukku. Ia berdiri dan segera duduk di sebelahku. "Kamu tidak mengingat aku?" tanyanya terdengar kecewa dan memandangi wajahku dari samping.

"Maaf! Aku ingat kok suaramu, hanya saja saat itu aku tidak melihat wajahmu," ujarku tersenyum canggung.

"Tidak apa-apa, santai saja. Aku tahu saat itu kamu langsung berlari menunduk jadi tidak melihatku."

"Iya, saat itu aku sangat terburu-buru jadi tidak sempat melihatmu. Tapi aku langsung mengenali suaramu. Terima kasih ya sudah dua kali menolongku," ucapku berdiri dan sedikit membungkuk. "Kalau begitu aku permisi!" Aku berbalik.

"Tunggu! Siapa namamu?" Cegahnya membuatku tersentak dan kembali menoleh. Aku mengernyitkan dahi, apa dia tidak membaca name tagku? Yasudahlah tidak penting juga jika tidak memberitahu sendiri.

"Ye? Ah iya .... namaku Young Mi, Han Young Mi, senang bertemu denganmu, Yonghwa?" Aku melihat name tag di dadanya dan tersenyum, menjulurkan tangan kanan sekaligus memperkenalkan diri padanya.

Ia membalas senyumku, lalu menjabat tanganku. "Ya, aku Yong Hwa, Lee Yong Hwa. Senang bertemu denganmu, Han Young Mi!"

****

- Nuguya : Siapa kamu?

BAB 3

"Youngmi, kau di panggil Seungjo-Saem!" Sergah salah satu teman sekelas Youngmi. "YE!" Teriakku karena terkejut ketika mendengar suaranya. Untung saja di kelas hanya ada beberapa orang karena sebagian sedang di luar istirahat dan untungnya juga mereka menghiraukan aku.

Aku bergegas menuju keruangan guru untuk bertemu Seungjo-Saem. Aku berfirasat akan di tanya lagi tentang masa depanku nanti akan menjadi apa. Sungguh, merepotkan. Padahal aku tidak terlalu memiliki rencana untuk itu, aku ke terima di universitas terbaik pun sudah cukup membahagiakan. Ya, meskipun aku sudah menjawab hal itu tapi Seungjo-Saem memaksa untuk memikirkan bidang apa yang akan aku pilih nantinya.

"Oh! Youngmi," Seungjo-Saem memanggilku. Di kubikelnya yang terletak paling dekat pintu, ada seorang anak laki-laki bertubuh kurus tegap⎯yang tingginya sekitar sepuluh sentimeter dariku⎯berdiri memunggungiku. Seungjo-Saem yang duduk di hadapannya sempat berucap beberapa patah kata kepada anak lelaki itu, lalu anak lelaki itu membungkukkan sedikit tubuhnya⎯tanda undur diri. Lalu membalikkan badan ... dan di situ kami saling tatap.

"Yonghwa?" Gumamku pelan, Yonghwa mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum lembut. Aku mengernyitkan dahi ketika melihatnya. Apa-apaan dia?

Aku segera mengalihkan pandangan kembali fokus pada Seungjo-Saem yang menungguku di kubikelnya. "Anj-a, Youngmi!" perintahnya. Aku menurut dan duduk di hadapannya.

"Aku kagum denganmu yang mampu mempertahankan nilai serta peringkatmu di kelas. Aku harap kau bisa terus mempertahankan nilai-nilaimu sampai kau lulus dengan nilai terbaik nantinya dan aku ingin memberikan surat ini kepada kakakmu." Seungjo-Saem membuka obrolan sekaligus memberikan sepucuk surat berwarna putih yang di depannya terdapat nama sekolah untuk diberikan kepada kakakku.

"Surat untuk apa ini, Saem?" tanyaku masih memperhatikan surat yang sudah berada di tanganku.

"Surat untuk membahas masa depanmu, aku tahu kamu tidak memperdulikan masalah tersebut tapi aku sebagai gurumu khawatir akan hal itu. Jika aku yang menanyakan ini, pasti kau akan seperti sebelumnya tidak menjawab dan hanya diam," jelasnya dan aku hanya mendengarkan tanpa berkata sepatah kata pun ataupun menyelanya.

Aku menaruh kembali surat itu ke mejanya. "Saem, tidak perlu memberitahu kakakku, cukup diskusikan ini denganku. Aku akan mengatakan kepadamu rencana masa depanku. Tapi .... beri aku waktu satu minggu saja, eoh? Please, Saem!" ujarku memohon. Aku tidak bisa memberitahu Seungjo-Saem masalahku, karena percuma saja memberi surat itu kepada Min Jee eonni, dia sudah tidak bersamaku lagi.

"Youngmi-ya, beberapa bulan lagi kau dan teman-temanmu akan melaksanakan ujian kelulusan dan aku sebagai guru harus menyerahkan data-data ini kepada universitas terbaik di negeri ini sebagai pertimbangan mereka nantinya. Jika terlambat? Kalian akan tergeser dengan sekolah lain." Katanya lagi menjelaskan. Aku tertunduk.

"Apa kau pacaran dengan Yonghwa murid laki-laki tadi?" tanyanya, ia menatap menyelidik.

"Ye? Pa-pacaran?! Aku? Dengan Yonghwa? Mana mungkin, Saem?!" ujarku sedikit meninggi.

"Kau sama saja dengannya! Apa kalian berdua membuat janji untuk mempersulitku? Hanya kalian berdua yang belum memberitahuku. Sudahlah, aku akan memberimu waktu satu minggu, jika kau tidak segera memberitahuku, surat ini akan sampai kepada kakakmu," katanya dengan tegas.

"Iya, aku mengerti, Saem. Terima kasih!"

⎯2 HARI YANG LALU⎯

"Aku pul⎯"

"Guk, guk, guk!"

"CHOCO?! Kamu menungguku? Mian, mian! Aku harus bekerja setelah pulang sekolah. Lain kali kamu harus tidur sendiri, ok?" Aku langsung menggendong Choco yang menunggu di depan pintu dan menyalurkan kehangatan padanya. Ya, karena Choco selalu sendirian setiap harinya di apartemen ini.

Aku menaruh Choco di sofa ruang tamu, lalu melangkahkan kaki menuju dapur. Aku menautkan alis. Baru ia sadari ada sepucuk surat dan beberapa lembar uang diselipkan di bawah surat itu. Surat tersebut ditulis pada kertas yang bergambar bunga. Ciri khas Min Jee eonni.

Untuk: Adikku, Han Young Mi.

Maaf mengejutkanmu, Aku memberimu beberapa lembar uang dan juga kamu tidak perlu khawatir pada isi kulkas, aku sudah mengisi dengan banyak makanan bergizi untukmu. Dan, uang itu sengaja aku berikan padamu untuk membayar keperluan apartemen atau kamu bisa pindah menyewa kost dengan uang itu, karena aku akan pergi dan tidak akan kembali.

Maaf aku tidak bisa menjagamu lagi, maaf aku tidak pernah bisa menjadi kakak yang baik untukmu, maaf aku telah mengecewakanmu.

Youngmi-ya, jaga dirimu baik-baik, ingat makan yang teratur dan hiduplah dengan bahagia, maka aku akan tenang.

Annyeong...

Han Min Jee.

Tubuhku bergetar, aku beringsut ke bangku terdekat dan duduk sebelum terjatuh. "Auuu..." Youngmi memukul lembut dadaku yang berdenyut dengan cepat, sakit. Keringat menyengat dahiku dan aku menyeka wajah dengan bajuku setelah membaca surat itu. Aku terdiam, mataku terasa perih karena kristal bening berusaha ingin keluar dari mataku, kali ini aku menahannya lagi. Tidak boleh menangis! Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menangis dalam hal apapun.

"Hidup bahagia semudah itu?! Hanya mimpi!" Aku menyeringai dan meremas surat yang aku genggam.

*****

Dua insan dengan jenis kelamin berbeda itu saling berhadapan di sebuah meja kantin yang sengaja Yonghwa kosongkan untuk Youngmi agar dapat tempat duduk. Tidak hanya berdua saja sebenarnya tapi juga bersama ketiga teman-teman seperjuangan Yonghwa.

Keduanya sama-sama canggung, itulah atmosfir yang terasa di sana hingga Jaehyun, Minho dan Kyungsoo saling pandang melihat temannya yang diam saja di hadapan seorang cewe.

"Kau, diam aja! Ngomong dong!" Minho mencoba mencairkan suasana, Jaehyun dan Kyungsoo mengangguk. Ia tidak menggubris.

"KYUNGSOO-AH!" teriak seorang gadis yang semakin mendekat, sang empu yang di panggil tersenyum. Kami semua menoleh ke arahnya. Ya, keheningan kami mulai tercairkan oleh gadis itu, aku masih diam memperhatikan mereka.

Gadis itu terduduk di hadapan Kyungsoo dan bersebelahan dengan Youngmi. "Oppa, aku membawa bekal untukmu," ujarnya membuka kotak bekalnya perlahan agar dapat efek dramatis dan ia melirik sekilas Youngmi.

"Jeon Sora, pali!"

Kyungsoo tidak sabaran.

"Tadaaa!"

Aroma enak bekal yang dibawa oleh Sora langsung tercium oleh semua penghuni meja. Tanpa ragu Kyungsoo mencomot potongan daging yang dibentuk menyerupai bunga. Semuanya ikut memakan kecuali Yonghwa dan Youngmi.

"Ah .... kau siapa?" Sora menoleh pada Youngmi dan begitu pun sebaliknya. Ia memperhatikan Youngmi dengan tatapan tidak suka.

"Dia Youngmi teman sekaligus ketua kelas 3-2!" Kyungsoo menyambar.

"Oh, ketua kelas 3-2? Kenalkan aku Sora, Jeon So Ra. Aku pacarnya Kyungsoo!" Ia menekan kata pacar. Keduanya bersalaman.

"Iya, aku Youngmi, Han Young Mi. Salam kenal." Youngmi tersenyum, ia masih bingung untuk apa sebenarnya Yonghwa menyuruhnya duduk di sini.

"Jangan salah paham kepadanya, aku yang menyuruh Youngmi duduk di sini," sungut Yonghwa agar Sora tidak salah paham. Ia tahu Sora adalah cewe pencemburu serta overprotektif terhadap Kyungsoo.

"Sudah, sudah! Kalian nikmati saja makan siangnya. Yonghwa-ssi jika ingin bicara lain kali saja! Kalau begitu aku permisi," ujarnya segera beranjak berdiri. Mereka berlima menatap Youngmi. "Baiklah, aku akan mengirim pesan!"

*****

'Ceklek'

Aku menoleh ketika seseorang membuka pintu. "Oh? Yonghwa?"

"Iya ini aku!" Ia berjalan mendekatiku. Youngmi kembali membereskan peralatan musik.

"Kamu sendirian saja?" tanyanya menatap sekeliling ruangan.

"Apa aku terlihat bersama seseorang?" Ia balik bertanya. Yonghwa tertawa pelan dan duduk di sofa empuk, aku menaikkan sebelah alis ketika mendengarnya tertawa.

"Apa kamu tidak nyaman dengan teman-temanku ketika di kantin?" tanyanya lalu membaca buku yang berada di sampingnya.

"Aniya, aku tidak merasa seperti itu. Aku hanya tidak tahu bagaimana memulai obrolan dengan mereka!"

"Benarkah? Mereka sahabatku jika kamu mengenalnya pasti kamu akan merasa di dunia ini kamu tidak sendiri kecuali Sora yang beruntung mendapat Kyungsoo. Dan, lain kali jika Sora mengajakmu bicara jawab seadanya saja dan tinggalkan dia. Dia tidak layak dijadikan teman," imbuhnya memberi peringatan.

"Memangnya kenapa dia?" tanyaku dan menilik lelaki di depannya.

"Dia terlalu berpikiran sempit, saat tahu kamu teman sekelas Kyungsoo yang duduk bersama kami, dia akan curiga bahwa kamu dekat dengan Kyungsoo. Dan dia akan memantaumu. Pokoknya kamu harus jauh-jauh darinya atau pun jangan berbicara dengan Kyungsoo jika kamu tidak bersama denganku atau teman sekelasmu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan!" Ia memberi peringatan lagi.

"Ne, arraseo! Gomawo. Lagi pula, aku tidak ada waktu untuk berteman dengannya."

Ia merenggangkan tubuh. "Kajja! Lanjutkan pembicaraan di jalan saja!" Youngmi mengambil tasnya.

Kami berjalan menyusuri jalan menuju halte bus yang dekat dengan sekolah. Tak ada satupun dari kami yang bicara. Aku hanya mencoba berjalan perlahan di belakangnya, tapi Yonghwa terlihat sengaja berjalan pelan agar bisa berdampingan denganku.

"Youngmi-ya! Apa harus berdiam terus seperti ini?" tegurnya, terhenti sambil menghela napas.

Aku tersenyum canggung. "Maaf! ah ya, Yonghwa-ssi," panggilnya, mereka berjalan bersama.

"Apa?"

"Kenapa .... kenapa akhir-akhir ini kamu mendekatiku?" tanyanya hati-hati, meliriknya dari samping.

Ia menoleh dan tersenyum tipis. "Aku hanya ingin berteman denganmu!" jawabnya.

"Hanya itu? Ok, baiklah! Yonghwa-ssi, apa ada sesuatu yang ingin kamu tanyakan padaku?" Youngmi masih menilik wajah Yonghwa yang terlihat jelas ingin bertanya tapi tampak ragu.

"Iya ada!" Ujarnya tanpa berdalih. Kami kembali diam beberapa menit, aku menunggu sampai ia mengeluarkan suaranya.

"Youngmi-ya, aku ingin bertanya!" Ia mulai membuka suara, serius.

"Iya, katakanlah!"

Kami berhenti di halte bus dan saling berhadapan. Menatap satu sama lain.

"Dua hari yang lalu .... apa kamu mencoba bunuh diri di jembatan Mapo?"

****

- Anj-a : Duduklah

- Saem ; Panggilan Singkat untuk Guru.

Asal Kata ; Seonsaengnim )

- Pali : Cepat

- Ne, Arraseo! Gomawo : Iya, aku mengerti! terima kasih

- Kajja : Ayo

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!