NovelToon NovelToon

Prahara Rumah Tangga Jennifer

Awal Cerita

Jennifer sedang sarapan bersama Grace. Keduanya terus menerus sedang membahas soal pernikahan. Grace adalah adik dari ibu Jennifer alias tante dari wanita itu. Sejak ibu Jennifer lari dengan pria yang dicintainya, hubungan Jennifer dengan ibunya tersebut justru menjadi renggang.

Hanya Grace lah yang bisa dijadikan tempat perlindungan untuk Jennifer. Grace bukan hanya seorang tante bagi Jennifer, tetapi wanita itu juga sudah seperti seorang teman untuknya. Grace masih lajang di usianya yang sudah menginjak kepala tiga. Untuk itulah Jennifer sangat nyaman saat berbicara dengannya.

Saat Jennifer hamil, hanya Grace lah yang selalu berada di sampingnya, mendukung dan memberi kekuatan padanya. Jennifer melahirkan seorang bayi cantik yang diberi nama Velly Lawrence. Namun kehamilan sampai kelahiran bayinya tetap menjadi rahasia yang ia simpan hingga sekarang.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Kau yakin ingin menikah dengan pria itu?" tanya Grace tak percaya.

Wanita itu tidak percaya atas keputusan keponakannya yang tiba-tiba ingin menikah dengan atasannya sendiri.

Jennifer hanya menganggukkan kepalanya dengan malas. Sudah berapa kali pertanyaan itu diajukan oleh tantenya yang membuat Jennifer kehabisan kata-kata.

"Kau gila Jenny. Bagaimana bisa kau mau menikah dengan pria yang..."

"Hentikan tante..." sergah Jennifer, "ini adalah keputusanku," imbuhnya.

Grace menghela nafas panjang, wanita itu kembali menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Aku tahu kau tidak bisa melupakan pria itu. Aku tahu kau sangat mencintainya. Tapi kau membuat kesalahan Jenny. Kau telah merahasiakan bayimu. Bayi yang sebenarnya adalah..."

"Tante... aku mohon... jangan lanjutkan pembicaraan ini. Bayiku tetap akan menjadi rahasia," sergah Jennifer lagi.

"Bagaimana jika akhirnya pria itu tahu? Bagaimana jika ia justru tidak bisa menerimanya?" tanya Grace.

"Maka aku akan pergi darinya. Aku akan pergi sejauh mungkin bersama putriku. Aku sedang mempertaruhkan keberuntunganku tan."

"Ya Tuhan... kau benar-benar sudah kehabisan akal sehat."

"Pernikahan itu besok tante, aku tidak bisa mundur lagi."

Seketika Grace tersedak mendengar ucapan keponakannya, wanita itu segera menenggak air putih yang ada di depannya sebelum ia mati karena sandwich buatannya sendiri.

"Besok? Mengapa kau baru memberitahuku soal waktunya Jenny? Ya Tuhan... kau terus menerus membuatku terkejut," ucap Grace.

Jennifer justru terkekeh geli melihat tantenya yang semakin mengeluarkan tanduk atas keputusannya untuk menikah.

"Bagaimana aku bisa memberitahu soal waktunya, tante selalu memotong ucapanku saat tahu siapa pria yang ingin aku nikahi," ujar Jennifer.

"Kau ingin masuk ke kandang singa, bagaimana aku tidak merasa khawatir?"

"Tante berlebihan. Jo bukan pria yang buas seperti singa. Selama aku bekerja dengannya, ia tidak pernah..."

"Terus saja membelanya," sergah Grace, "pria itu jahat, jika ia adalah pria yang baik, ia tidak mungkin melupakan kejadian malam dimana kau dan..."

Grace seketika menghentikan ucapannya sendiri saat melihat ekspresi wajah sedih keponakannya.

"Oh sayang... maafkan aku... aku tidak bermaksud untuk membuka luka lamamu," kata Grace menyesal atas ucapannya.

"Jonathan Carlos hilang ingatan setelah kecelakaan malam itu. Aku tidak bisa menyalahkannya. Aku juga sudah ikhlas menerima nasibku ini. Kehadiran Velly di dalam hidupku adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan. Tante, aku sudah siap menerima konsekuensi atas semua ini."

"Kau memang keras kepala. Apapun yang aku katakan pasti tidak akan kau dengarkan. Tapi Jenny, aku tidak ingin melihatmu menderita. Karena kau ingin menikah dengan pria itu, katakanlah yang sebenarnya sebelum semuanya terlambat."

"Aku pasti akan mengatakannya, tapi tidak sekarang. Jo masih belum bisa mengingat apapun. Jika aku memaksanya sama saja aku menambah penderitaannya."

"Kapan kau memikirkan diri sendiri? Kau selalu seperti ini menyangkut pria itu."

"Tante Grace... aku mohon jangan paksa aku," pinta Jennifer.

Grace kembali menghela nafas panjang, "jika kau menderita, maka kembalilah padaku. Pintu rumah ini akan selalu terbuka untukmu. Dan soal Velly, untuk sementara biarkan ia bersamaku sampai tiba saatnya nanti."

Jennifer menganggukkan kepalanya, ia sangat berterima kasih pada Grace karena selalu membantunya dalam keadaan apapun.

"Pernikahanmu ini terkesan mendadak. Apa persiapannya sudah selesai?" tanya Grace.

Jennifer kembali mengangguk, "pernikahan ini sudah direncanakan sejak bulan lalu. Semua persiapannya sudah diatur oleh Jo. Aku hanya cukup menjadi mempelai wanita saja."

Grace mengerutkan keningnya, "bagaimana bisa kau hanya duduk manis tanpa persiapan apapun. Jenny... apa Jo melamarmu karena mencintaimu?"

Tubuh Jennifer menegang, tentu saja tidak ada lamaran apalagi ungkapan cinta dari Jonathan Carlos.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...###FLASH BACK ON###...

Sebulan yang lalu...

Perusahaan JC sangat sibuk, hari itu rapat kerja tidak ada habisnya. Baik Jonathan Carlos sebagai atasan maupun Jennifer sebagai sekretarisnya tidak ada waktu untuk beristirahat.

Di hari yang melelahkan tersebut, akhirnya tinggallah Jonathan bersama Jennifer di ruang rapat.

"Kerja bagus Jenny," ucap Jonathan.

"Anda juga," jawab Jennifer datar.

"Terima kasih kau mau kembali setelah mengambil cuti selama enam bulan. Jika kau tidak kembali ke perusahaan ini, aku tidak tahu harus mencari dimana lagi sekretaris terbaik sepertimu. Selama enam bulan kau tidak ada, aku sudah mengganti sekretaris 5 kali."

Jennifer mengulas senyumnya, ucapan Jonathan sudah beberapa kali disampaikan padanya. Namun pria itu terus saja mengulangnya.

"Kita sudah melewati jam makan siang. Maukah kau makan denganku?" tanya Jonathan.

Jennifer menatap pria tampan bertubuh besar tersebut. Pria yang diam-diam dicintainya selama lima tahun lebih. Pria yang terkadang arogan dan sangat keras kepala, namun itulah pesonanya bagi Jennifer.

"Mengapa kau malah menatapku?" tanya Jonathan membuyarkan lamunan Jennifer.

"Baiklah," jawab Jennifer.

Jonathan tersenyum lebar, pria itu beranjak dari tempat duduknya, meninggalkan semua berkas yang ada di meja. Itulah kebiasaan buruknya karena selalu mengandalkan Jennifer sebagai sekretarisnya.

Jennifer ikut beranjak dari tempat duduknya, wanita itu langsung membereskan semua berkas yang ada di meja lalu mengikuti Jonathan keluar ruangan rapat.

Setelah meletakkan berkas-berkas tersebut di meja kerjanya, Jennifer pun langsung mengikuti atasannya keluar dari perusahaan menuju restoran langganan Jonathan yang tidak jauh dari sana.

Seperti biasa, Jonathan lah yang mengatur segalanya termasuk soal makanan. Pria itu tidak pernah sekalipun bertanya pada Jennifer makanan apa yang wanita itu sukai. Di manapun mereka bertemu klien di luar perusahaan, jika waktunya makan maka Jennifer hanya bisa mengikuti keinginan atasannya.

Setengah jam telah berlalu, saat makanan penutup tiba. Jonathan akhirnya mulai mengajak Jennifer kembali berbicara.

"Apa kau sudah punya pacar?" tanya Jonathan mengejutkan.

Sontak Jennifer menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Baguslah," imbuh Jonathan.

"Baguslah?" tanya Jennifer kebingungan.

Jonathan menenggak air minumnya, pria itu langsung menatap Jennifer dengan serius.

"Jenny, menikahlah denganku bulan depan," pinta Jonathan.

Jennifer terbelalak lebar, permintaan macam apa itu. Tiba-tiba saja Jonathan mengajaknya menikah.

"Kau tak perlu memikirkan persiapannya, kau hanya cukup menjadi mempelai wanitaku saja. Aku rasa kau akan menyetujuinya," sambung Jonathan dengan sikap arogannya.

Dan dengan bodohnya Jennifer justru menganggukkan kepalanya. Seperti terhipnotis, Jennifer sama sekali tidak bisa menolak permintaan Jonathan atau setidaknya bertanya alasan pria itu ingin menikahinya.

...###FLASH BACK OFF###...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Ya Tuhan... jangan bilang pria itu tidak melamarmu atau mengungkapkan perasaannya. Lalu apa tujuan kalian ingin menikah? Jennifer Lawrence, kau bukan ibumu yang menjadi bodoh karena cinta," celetuk Grace.

"Mungkin aku memang bodoh, tapi jangan samakan aku dengan wanita gila itu," ujar Jennifer sambil membanting garpu di atas piringnya.

Grace kembali menyesal karena mengungkit masalah ibu Jennifer yang sangat dibencinya. Suara dentingan keras garpu tersebut justru membangunkan Velly yang tertidur di dorongan bayinya.

Velly menangis dengan keras, sontak Jennifer bangun dari tempat duduknya menuju tempat putrinya berada. Wanita itu langsung mengangkat tubuh mungil tersebut dan mendekapnya dengan lembut. Jennifer berusaha menenangkan putrinya kembali.

"Maaf..." ucap Grace.

"Tidak apa-apa tante. Akulah yang seharusnya minta maaf. Aku juga tidak tahu apa alasanku mau menikah dengan Jonathan. Saat ia mengajakku menikah, aku langsung menyetujuinya begitu saja tanpa berpikir panjang. Mungkin karena selama ini aku memang berharap pria itu bisa menjadi milikku. Tante benar, aku memang bodoh."

Grace beranjak dari tempat duduknya lalu menghampiri Jennifer. Wanita itu langsung memeluk Jennifer dari belakang.

"Aku akan mendukung apapun keputusanmu karena kau dan Velly adalah kesayanganku."

"Terima kasih tante, aku juga menyayangimu," jawab Jennifer.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Happy Reading All...

Hari Pernikahan

Keesokan harinya...

Sebuah villa megah terpampang di depan mata. Villa tersebut adalah villa milik Jonathan Carlos. Jennifer tak menyangka, jika pernikahannya akan dilakukan di sebuah villa. Setelah ia dan tantenya di jemput oleh seorang sopir suruhan Jonathan, ia pun langsung di bawa ke villa lalu menuju ruangan rias pengantin.

Sesuai perkataan Jonathan, semua persiapannya sudah diatur olehnya, bahkan tanpa fitting baju pengantin, di ruang rias tersebut sudah ada gaun pengantin yang sangat cantik. Ketika Jennifer sudah dirias wajahnya, wanita itupun langsung mencoba baju pengantinnya. Tanpa diduga, baju pengantin tersebut sangat pas di tubuh montoknya.

Setelah melahirkan dua bulan yang lalu, tubuh Jennifer memang lebih berisi. Wanita itu tak sempat melakukan diet karena Jonathan terus memaksanya untuk kembali bekerja.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Bisakah aku ke toilet sebentar," pinta Jennifer pada wanita wanita yang membantu merias wajahnya.

"Boleh, tapi kau harus berhati-hati dengan gaunnya," jawab salah satu wanita itu.

"Maukah aku antar ke toiletnya nona?" tanya wanita yang lain.

"Oh tidak perlu, aku hanya sebentar," jawab Jennifer seraya beranjak dari sana.

Wanita itu segera keluar dari ruangan rias pengantin. Namun ia lupa bertanya dimana kamar kecil villa tersebut.

"Aku memang bodoh, dimana toiletnya?" gumam Jennifer sambil melewati beberapa tamu yang sudah berlalu lalang di villa tersebut.

Beberapa tamu wanita justru menatapnya penuh cemooh. Jennifer menatap tubuhnya sendiri yang berisi. Tentu saja dibandingkan wanita wanita itu, tubuhnya terlihat sangat gemuk. Namun Jennifer tidak perduli lagi, ia benar-benar harus ke kamar kecil karena tiba-tiba saja perutnya sakit.

Dengan pandangan matanya kesana kemari, akhirnya Jennifer menemukan kamar kecil villa tersebut. Wanita itu pun segera masuk ke dalam. Toilet tersebut memang di desain seperti toilet umum, banyak sekali pintu dan cermin di sana.

Beberapa menit kemudian...

Terdengar suara langkah kaki beberapa orang masuk ke dalam toilet, mereka adalah wanita wanita yang memandang Jennifer dengan tatapan jijik tadi. Mereka sepertinya sedang memperbaiki riasan wajah mereka tanpa tahu Jennifer berada di sana.

"Apa Jonathan tidak salah memilih istri?"

Terdengar salah satu diantara mereka mulai berbicara. Jennifer mulai mendengarkan pembicaraan mereka yang tak lain sedang menggosipkannya.

"Wanita itu sangat gemuk dan wajahnya jelek sekali," sahut yang lain.

"Kau benar, aku juga sangat terkejut saat melihatnya tadi. Aku tak menyangka Jonathan akan memilih wanita seperti itu setelah berpisah dengan Francisca."

"Sepertinya Jonathan hanya mencari pelarian saja. Mana mungkin pria tampan sepertinya jatuh cinta pada itik buruk rupa."

"Aku dengar wanita itu sudah menjadi sekretaris Jonathan selama lima tahun lebih."

"Benarkah? Wah... pantas saja. Ia berhasil menggoda Jonathan. Mungkin saja ia sudah sering tidur dengannya."

Mereka tertawa bersama.

"Sepertinya hanya pelampiasan nafsu saja. Aku yakin saat Francisca kembali, wanita itu akan ditinggalkan. Aku bertaruh jika pernikahan ini hanya akan bertahan selama sebulan saja."

"Jika aku tahu Jonathan dan Francisca akan putus, mungkin aku tidak akan menikah dengan suamiku saat ini. Jonathan adalah pria idaman wanita di kota ini."

Mereka kembali tertawa.

"Sudahlah... kita berdoa saja agar pernikahan ini hanya sebentar. Aku lebih rela jika Jonathan menikah dengan Francisca."

Setelah ucapan itu berakhir, mereka pun meninggalkan kamar kecil tersebut. Jennifer yang merasa sedih dan terluka mendengar ucapan mereka akhirnya keluar dari salah satu pintu toilet. Wanita itu berdiri di depan cermin dan menatap tubuhnya sendiri dengan sedih.

"Mereka benar, aku dan Francisca sangat berbeda. Aku seperti sampah yang tidak berbau karena terbungkus dengan plastik yang bersih. Seharusnya aku tidak setuju dengan pernikahan ini. Haruskah aku lari saja," gumam Jennifer.

Tanpa terasa air matanya menetes. Wanita itu segera menyekanya dengan tisu, ia tidak ingin menghancurkan hasil karya perias pengantinnya. Setelah berhasil menenangkan diri, Jennifer pun segera keluar dari kamar kecil tersebut.

Wanita itu terkejut saat melihat pria tampan yang tak lain adalah Jonathan Carlos sedang berdiri di depan pintu keluar.

"Aku hampir saja menerobos masuk ke dalam toilet karena kau masuk begitu lama. Apa kau baik-baik saja?" tanya Jonathan sambil menatap Jennifer dari atas hingga bawah.

"Untuk apa anda menungguku? aku tidak akan kabur," jawab Jennifer.

Seketika Jonathan melepaskan tawanya, "mengapa kau bisa menebak pikiranku sayang?"

"Sayang? panggilan ini terasa menyenangkan tapi juga menyakitkan untukku. Apakah benar kata wanita wanita itu jika Jo hanya mencari pelarian setelah putus dengan Francisca?" pikir Jennifer sedih.

"Jenny, kau terlihat tidak sehat sayang. Apa kau sakit perut?" tanya Jonathan merasa khawatir.

Jennifer menggelengkan kepalanya.

"Apa kau menyesal ingin menikah denganku?" tanya Jonathan lagi.

Seketika Jennifer terkejut, wajah wanita itu menjawab pertanyaan Jonathan hingga membuat pria itu menggertakkan giginya.

"Tidak akan aku biarkan kau lari setelah menyetujui pernikahan ini Jenny. Jika ada yang membuatmu tidak puas terhadap persiapan pernikahan kita, maka kau bisa mengatakannya. Sebelum kita bersumpah di hadapan Tuhan, sebisa mungkin aku akan mewujudkan keinginanmu."

"Anda berpikir terlalu banyak pak, aku sama sekali tidak berniat untuk kabur atau merasa tidak puas dengan persiapan yang mewah ini. Semuanya justru terlalu mewah untukku. Aku merasa tidak pantas."

"Berhentilah bersikap formal padaku. Aku akan menjadi suamimu, panggil namaku saja Jenny. Soal kemewahan ini, kau pantas mendapatkannya."

Jonathan menatap ke arah dada Jennifer, kedua payu dara wanita itu nyaris menyembul keluar membuat rudal pria itu menegang.

"Brengsek... aku menginginkannya. Ini pertama kalinya aku melihat Jenny berpakaian terbuka setelah ia lebih dari lima tahun menyembunyikan tubuh seksinya di balik pakaian kerja yang selalu kebesaran itu, dan entah kenapa aku selalu saja menginginkan wanita ini," pikir Jonathan sambil menelan saliva-nya.

Terdengar suara dari pembawa acara bahwa acara pernikahan itu akan segera dimulai.

"Perbaiki riasanmu, aku akan menunggumu di altar," ujar Jonathan.

Jennifer menganggukkan kepalanya, wanita itu melewati tubuh Jonathan untuk kembali ke ruang rias pengantin, namun tangan Jonathan tiba-tiba menahan lengannya.

"Ada apalagi Jo?" tanya Jennifer.

Ini pertama kalinya nama panggilan itu keluar dari mulut Jennifer, dan Jonathan merasa sangat senang mendengarnya.

Jonathan menarik gaun pengantin Jennifer ke atas agar dada wanita itu tidak terlalu menyembul keluar.

"Ini lebih baik, aku tidak ingin pria lain menatap tubuhmu," jawab Jonathan seraya meninggalkan Jennifer begitu saja.

Jennifer hanya bisa menganga lebar mendengar ucapan Jonathan, pria itu mulai terlihat posesif padanya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Acara sakral pernikahan Jonathan dan Jennifer pun akhirnya selesai. Setelah keduanya diresmikan menjadi sepasang suami istri, Jonathan langsung mencium bibir pengantin wanitanya.

Acara itu langsung dilanjutkan menjadi resepsi pernikahan. Para tamu undangan yang hadir cukup banyak, karena Jonathan ternyata mengundang hampir seluruh kolega bisnisnya. Pernikahan yang tidak diketahui tujuannya itu terasa nyata bagi Jennifer.

Saat Jonathan sibuk menanggapi tamunya, Jennifer segera menghampiri Grace yang terlihat kelelahan karena mengasuh putrinya. Velly yang melihat ibunya berjalan ke arahnya, langsung mengulurkan tangannya dan mencoba menggapai tubuh Jennifer.

"Oh ya Tuhan, maafkan aku tante," ucap Jennifer seraya mengambil Velly dari gendongan Grace.

Jennifer mendekap erat putrinya dengan penuh bahagia.

"Aku menikah dengan ayahmu Velly," bisik Jennifer pada putrinya yang masih bayi.

Grace tersenyum pada Jennifer, namun ia juga terlihat sedih.

"Oh tidak tante, jangan meneteskan air matamu," pinta Jennifer.

"Selamat Jenny, demi Tuhan aku ikut bahagia. Semoga pernikahan ini menjadi awal yang baik untukmu dan Velly," kata Grace sambil berusaha menahan air mata kebahagiaannya.

Jennifer menganggukkan kepalanya, "terima kasih untuk segalanya."

"Jangan terlalu sungkan Jenny, lalu kapan kau akan mengatakannya pada Jonathan soal Velly?" bisik Grace.

"Aku tidak tahu. Haruskah aku mengatakannya. Aku tidak siap tante."

"Kau harus mengatakannya, jika kau terus merahasiakan bayimu, prahara akan menghantui rumah tanggamu Jenny."

"Aku tahu itu tan. Beri aku sedikit waktu lagi untuk siap mengatakan semua ini padanya. Jonathan masih kehilangan ingatannya. Aku takut..."

"Apa yang kau takutkan sayang?" tanya Jonathan yang tiba-tiba ada di belakangnya.

Seketika Jennifer dan Grace terkejut mendengar suara pria itu. Untung saja Jonathan hanya mendengar ucapan Jennifer yang terakhir.

"Kau tiba-tiba menghilang, ternyata kau di sini bersama tantemu," ucap Jonathan sambil melihat bayi yang sedang nyaman di pelukan istrinya.

Namun Jonathan terlihat tidak suka karena bayi tersebut telah membuat gaun pengantin Jennifer menjadi kusut.

Jennifer tersenyum, "aku hanya tidak ingin mengganggumu saat bersama tamu undangan."

"Seharusnya kau tetap berada di sampingku sayang. Bayi siapa ini? mengapa tidak mirip dengan kalian?" tanya Jonathan.

Sontak Grace mengambil Velly dari dekapan Jennifer. Walaupun Velly berusaha menolaknya, namun bayi mungil itu tidak bisa berbuat apa-apa.

"Ini... ini... putri tanteku," jawab Jennifer gugup.

Jonathan menyipitkan matanya, ia tahu jika Grace juga belum menikah, namun wanita itu justru memiliki bayi.

"Jadi ini alasan Jenny meminta cuti selama enam bulan, ia membantu tantenya untuk merawat bayi yang terlahir tanpa pernikahan. Pantas saja bayi cantik ini terlihat sangat dekat dengan Jenny," pikir Jonathan.

Tiba-tiba saja Jonathan memanggil seorang pelayan. Pria itu meminta pelayan tersebut untuk menjaga bayi Grace. Namun Grace langsung menolaknya.

"Tante harus menikmati pesta ini, biarkan pelayan yang mengurus bayinya," kata Jonathan.

"Tidak perlu Jo, terima kasih. Velly tidak nyaman bersama orang lain. Ia pasti akan menangis dengan keras jika tidak mengenal orang-orang di sekitarnya," jawab Grace.

"Oh baiklah, aku tidak akan memaksa anda. Namun aku harus membawa pengantinku ke lantai dansa," kata Jonathan.

"Oh tentu saja, silahkan..."

Jonathan langsung menggamit tangan Jennifer, dengan berat hati Jennifer pun mengikuti suaminya ke lantai dansa. Jennifer berkali-kali melihat ke arah Grace, ia merasa sangat bersalah karena merepotkan tantenya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Happy Reading All...

Gairah Bercampur Kekecewaan

"Berhentilah menoleh ke belakang, di sini suamimu," celetuk Jonathan.

"Aku hanya mengkhawatirkan tante," jawab Jennifer datar.

"Seharusnya ia membiarkan pelayanku mengurus putrinya. Ia masih muda, sayang sekali ia tidak bisa berkenalan dengan pria lajang di sini karena bayi itu."

"Bayi itu tidak boleh sembarangan di serahkan pada orang lain," ucap Jennifer mulai emosi.

Jonathan terkejut mendengar kekesalan Jennifer, pria itu langsung menatap wajah istrinya yang penuh emosi.

"Kau sangat dekat dengan bayi itu Jenny, kau justru terdengar seperti ibunya. Mengapa kau marah padaku hanya karena aku ingin memberi kebebasan pada tantemu?"

Jennifer menelan saliva-nya, apa yang dikatakan Jonathan memang benar. Ia lah yang membuat Grace kehilangan kebebasannya karena harus berpura-pura menjadi ibu dari putrinya sendiri. Tapi ia juga tidak ingin menyerahkan Velly pada orang lain. Putri cantiknya sangat berharga untuknya.

Jonathan menekan punggung Jennifer agar lebih dekat dengannya saat berdansa.

"Tubuhmu seperti balok kayu, aku sedang berdansa dengan istriku bukan dengan sebuah benda, bersantailah dan berbanggalah menjadi istri seorang Carlos," ejek Jonathan.

"Apa penyanyi itu adalah salah satu mantan pacarmu yang kau tiduri?" tanya Jennifer tiba-tiba.

Jonathan terkejut, pria itu langsung menatap penyanyi yang ia sewa untuk acara resepsi pernikahannya. Wanita itu memang sedang menatap mereka sambil bernyanyi.

"Kau cemburu?" goda Jonathan.

"Ciiiih... tidak akan. Hanya saja tatapannya padaku seperti ingin membunuhku."

Jonathan tergelak, "kau harus tahu sayang jika pesona suamimu ini sangat luar biasa."

Apa yang dikatakan Jonathan memang benar, bahkan Jennifer sudah mencintainya sejak lama. Namun perasaan itu harus ia kubur dalam-dalam sampai akhirnya takdir dari Tuhan mempersatukannya seperti ini. Bahkan tanpa sepengetahuan Jonathan, ia pun sudah melahirkan seorang bayi cantik atas kesalahan yang mereka perbuat.

"Jenny, berhentilah memperhatikan orang lain. Kau harus lebih percaya diri sebagai nyonya Carlos. Kau cantik, seksi dan yang lebih penting aku sangat menginginkanmu."

Jennifer terbelalak lebar, perkataan Jonathan sangat berbeda dengan pendapat wanita wanita yang ada di kamar kecil tadi. Wanita itu menatap Jonathan penuh tanya.

"Ada apa? apa kau pikir aku tidak serius mengatakannya?" tanya Jonathan.

"Entahlah... aku wanita yang gemuk Jo. Seharusnya kau tidak memilih gaun pengantin seperti ini. Aku seperti buah nangka yang terbungkus oleh sebuah karung."

Sontak Jonathan melepaskan tawanya dengan keras membuat semua tamu undangan menatap ke arah mereka. Pria itu melepaskan Jennifer di lantai dansa lalu menghampiri penyanyi tadi.

Jennifer terkejut dan merasa sangat cemburu karena suaminya justru meninggalkannya demi penyanyi yang sejak tadi menatap mereka. Namun ternyata perbuatan Jonathan membuatnya kembali terkejut, pria itu bukan ingin menggoda penyanyi tersebut, ia justru mengambil mikrofonnya dan menyuruh mereka menghentikan musiknya.

"Tes... tes... para tamu undangan sekalian, mohon perhatiannya sebentar," ucap Jonathan menggunakan pengeras suara itu.

Setelah mendapat perhatian dari seluruh tamu undangan, Jonathan langsung menghampiri Jennifer. Ia memeluk pundak istrinya dengan satu tangannya yang terbebas.

"Ini adalah istriku Jennifer Lawrence. Wanita yang aku pilih karena ia sangat cantik dan seksi. Bukan hanya bentuk fisiknya yang membuatku kagum, wanita ini juga memiliki kecerdasan yang di atas rata-rata sehingga perusahaan JC semakin berkembang hingga sekarang atas kerja kerasnya."

"Jo... hentikan," pinta Jennifer.

"Aku belum selesai bicara sayang," ujar Jonathan, "jadi siapapun orangnya yang berani merendahkan istriku, artinya ia sedang merendahkan seorang Carlos. Dan kalian tentu saja tahu akibatnya jika mengusik seorang Carlos," imbuhnya.

Sontak para tamu undangan memberikan tepuk tangan yang meriah atas pengakuan sekaligus ancaman dari Jonathan tersebut. Mereka semua berteriak agar Jonathan mencium istrinya. Tanpa menunggu lama, Jonathan langsung menarik kepala Jennifer dan mencium wanita itu dengan penuh gairah.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Acara pesta pernikahan mereka akhirnya selesai. Para tamu undangan satu per satu meninggalkan villa. Beberapa tamu wanita yang awalnya menatap Jennifer dengan penuh cemooh, akhirnya berubah drastis setelah Jonathan membuat kehebohan beberapa jam yang lalu.

Di aula villa yang luas tersebut hanya tinggal beberapa pelayan saja yang membereskan bekas pestanya. Bahkan Grace dan Velly berpamitan pulang ke rumah. Atas permintaan Jennifer, keduanya diantarkan oleh sopir pribadi Jonathan. Dengan perasaan bersalah, Jennifer terpaksa menitipkan putrinya pada Grace.

Udara dingin malam hari mulai menerpa tubuh Jennifer, wanita itu terus memperhatikan beberapa pelayan yang masih membersihkan tempat tersebut. Saat Jennifer asyik dengan pikirannya, sebuah tangan yang kokoh memeluknya dari belakang.

"Mengapa kau masih ada di sini? acaranya sudah selesai, apakah kau masih belum puas?" tanya Jonathan.

Jennifer membalikkan tubuhnya, "aku hanya sedang memperhatikan para pelayan."

"Bukan saatnya memperhatikan mereka sayang. Akulah yang saat ini butuh perhatian," ujar Jonathan seraya mengangkat tubuh Jennifer.

Jennifer terkesiap, "Jo, turunkan aku. Aku sangat berat."

"Kau ringan seperti kapas."

"Kau sedang menghinaku."

"Ya Tuhan, tentu saja tidak," jawab Jonathan seraya melangkahkan kakinya sambil membopong tubuh istrinya.

Jonathan langsung membawa Jennifer menuju kamar pengantin mereka. Pria itu menurunkan Jennifer perlahan ke ranjang besarnya.

"Aku ingin mandi," ucap Jennifer.

"Aku tidak tahan menunggu lebih lama," jawab Jonathan seraya mendorong tubuh istrinya hingga tertidur di ranjang tersebut.

Keinginan Jonathan sejak tadi pagi tentu saja sudah tidak bisa terbendung lagi. Dengan sekali tarikan, gaun pengantin Jennifer langsung terlepas dari tubuhnya. Payu dara yang terkekang tersebut akhirnya menyembul keluar. Padat dan berisi, putih dengan hiasan coklat di puncaknya.

"Ya Tuhan, inilah yang sejak tadi aku inginkan Jenny. Melihat seluruh tubuhmu yang selama ini kau sembunyikan dariku. Luar biasa cantik," kata Jonathan dengan suara lembutnya.

Wajah Jennifer langsung memerah karena malu. Ini memang bukan pertama kalinya mereka melakukan hubungan yang menggairahkan. Kurang lebih satu tahun yang lalu pun mereka pernah melakukannya walaupun pada akhirnya Jonathan sama sekali tidak mengingatnya akibat kecelakaan yang terjadi padanya.

Melihat wajah malu-malu Jennifer, Jonathan yakin wanita yang dinikahinya adalah wanita yang polos dan masih perawan. Tanpa menunggu lama lagi, Jonathan langsung mencicipi kedua gundukan indah tersebut.

Hawa panas langsung menjalar di tubuh mereka. Jonathan tak henti-hentinya menyentuh dan mencicipi semua yang ada pada tubuh istrinya. Pria itu berhenti saat merasakan guratan bekas jahitan yang ada di perut Jennifer.

"Apa ini?" tanya Jonathan.

Jennifer terkejut, wanita langsung merasakan takut saat Jonathan merasakan bekas operasi Caesar yang pernah ia lakukan saat melahirkan putri mereka.

"Aku pernah melakukan operasi kecil Jo," jawab Jennifer.

Jonathan mengecup bagian itu dengan lembut, "kau pernah terkena usus buntu?"

Jennifer menganggukkan kepalanya berbohong pada suaminya.

"Ini pasti menyakitkan, tapi selama ada aku, kau tidak akan merasa kesakitan sendirian lagi Jenny."

Jennifer hanya mengulas senyumnya, wanita itu tentu saja merasa bersalah karena membohongi Jonathan.

Pria itu melanjutkan penjelajahan pada tubuh Jennifer, percikan panas itu kembali tersulut. Jennifer melengkungkan punggungnya saat tiba-tiba Jonathan menyentuh bagian intinya.

Jonathan mengangkat kedua lutut Jennifer, tanpa ampun pria itu langsung menundukkan kepalanya ke arah milik istrinya. Jennifer mengerang saat lidah suaminya menerobos masuk ke goa kenikmatan miliknya.

"Jo... aku sudah tidak sanggup lagi," ujar Jennifer dengan suara paraunya.

Jonathan mengangkat kepalanya, pria itu langsung membuka seluruh pakaiannya sendiri. Jennifer menyaksikan rudal keras, besar dan panjang milik Jonathan. Rudal tersebut sudah siap diluncurkan ke dalam goa miliknya.

Jonathan yang tidak bisa menahan dirinya lagi langsung mengarahkan rudal tersebut ke arah goa milik Jennifer. Keduanya mengerang kenikmatan, namun Jonathan menghentikannya sebentar. Pria itu merasa kecewa karena istri polos yang dianggapnya masih perawan ternyata semuanya salah.

Jonathan bukan pertama bagi Jennifer. Wanita itu bukan yang ia harapkan. Namun karena hasrat keduanya semakin menggebu-gebu, Jonathan pun mengesampingkan perasaan kecewanya agar bisa menyelesaikan permainannya.

Permainan Jonathan menjadi kasar karena perasaan yang bercampur aduk saat ini. Ia sangat penasaran dan sangat membenci pria yang pernah mengambil kesucian istrinya. Namun Jennifer tidak menyadari perlakuan yang berbeda dari suaminya. Wanita itu justru semakin menunjukkan hasratnya yang bisa membuat pria manapun menjadi gila.

"Sialan..." umpat Jonathan sambil mempercepat permainannya, "Jennifer Lawrence, kau membuatku gila," teriaknya.

Jennifer hanya membalas ucapan Jonathan dengan suara desa han yang semakin menggila. Hingga akhirnya keduanya pun mencapai puncak bersamaan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Happy Reading All...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!