Sharron Alexandria sedang berkutat di depan laptopnya. Dia berusaha mencari kekasih melalui aplikasi kencan buta. Bukan tanpa alasan karena sahabatnya, Noelle Marylou menjadi simpanan Sugar Daddy. Penampilannya selalu glamor dan terlihat tidak kekurangan suatu apapun.
"Sudah kubilang kan, kalau kamu mau mencari Sugar Daddy, aku akan membantumu," ucap Noelle meyakinkan sahabatnya. "Mencari di aplikasi kencan buta tidak menutup kemungkinan akan seberuntung aku."
"Noelle, rata-rata Sugar Daddy yang kamu kenal itu sudah berumur. Aku mau mencari Sugar Daddy yang usianya tidak jauh dariku. Ya, setidaknya tidak lebih dari 40 tahun," ucap Sharron yang tetap fokus pada laptopnya.
"Tapi, kamu sudah tahu konsekuensinya menjadi Sugar Baby, kan?"
"Seperti yang sudah kamu bilang kalau kita akan diperlakukan seperti istri-istri mereka. Bahkan, bisa lebih dari itu, kan," jelas Sharron.
"Cerdas! Oh ya, satu hal lagi."
"Apa itu?"
"Apa kamu siap melepaskan keperawananmu, Sharron? Selama ini sudah jelas kalau kamu wanita baik-baik. Dan, kamu juga tahu kalau pergaulan kita itu bebas. Jujur saja, kamu masih beruntung daripada aku. Kamu juga tahu sendirilah bagaimana kehidupanku di masa lalu," ucap Noelle tanpa menutupi kisah masa kelamnya.
"Apakah semua Sugar Daddy akan meminta melakukan hubungan itu?" tanya Sharron semakin penasaran.
"Tidak juga. Ada yang hanya meminta untuk ditemani, mendengarkan segala keluh kesahnya, dan makan-makan. Kadang, ada juga Sugar Daddy yang hiper. You know-lah, mereka akan melakukan apa untuk menyakiti pasangannya demi memuaskan dirinya sendiri," jelas Noelle.
Sharron rasanya ngilu mendengar penjelasan Noelle. Dia memang sahabat terbaiknya. Walaupun Noelle lebih dulu menjadi Sugar Baby, tetapi dia tidak pernah memaksa Sharron untuk mengikuti jejaknya selama ini. Justru Noelle sempat cemburu pada Sharron yang selalu bisa menjaga diri dengan baik.
Kehidupan mereka memang tidak jauh dari Club ataupun Diskotik, tetapi Sharron selalu menolak untuk minum minuman beralkohol ataupun menerima minuman dari orang yang tidak dikenalnya. Sebagai sahabat yang baik, Noelle juga menjaganya. Jangan sampai Sharron menjadi sepertinya.
"By the way, sebenarnya apa tujuanmu untuk mencari Sugar Daddy?" Inilah yang paling penting ditanyakan pada Sharron. Wanita baik ini mendadak memutuskan sesuatu di luar dugaan Noelle.
"Aku ingin sepertimu, Noelle."
"Hah? Maksudmu?" Noelle memindah posisinya yang sejak tadi berada di sofa menjadi duduk di ranjang.
"Kehidupanmu sempurna, Sayang. Lihat saja aku! Aku bahkan masih menumpang di apartemenmu yang mewah ini," ucap Sharron.
Apartemen mewah yang ditempati Noelle adalah pemberian Sugar Daddy pertamanya. Kini, dia sudah menjalin hubungan dengan Sugar Daddy yang lain karena kontraknya dengan yang pertama telah berakhir.
Sementara Sharron Alexandria yang tumbuh dan besar di panti asuhan itu harus berjuang seorang diri menata kehidupannya. Tak ada jejak mengenai orang tuanya sehingga Sharron pun lelah untuk menemukan siapa dia sebenarnya dan di mana keluarganya berada.
"Oh ayolah, Sharron. Kamu ini seperti sama siapa saja? Aku sudah menganggapmu seperti keluargaku sendiri. Kamu bebas kapanpun datang ke tempatku dan menginap di sini. Ini bukan masalah."
"Gotcha, Noelle! Aku mendapatkannya. Pria ini cukup tampan. Namanya Alan Clarence, usianya masih dibawah 40 tahun. Dia memintaku datang ke hotel X besok malam. Kami akan memulai kencan buta," ucap Sharron dengan perasaan gembira. Entah, pria seperti apa yang akan ditemuinya esok hari?
"Kamu yakin dengan pria itu? Bagaimana kalau ternyata dia hiper seperti yang kuceritakan?" Noelle berusaha menakuti Sharron agar membatalkan rencananya. Noelle tidak rela kalau sahabat terbaiknya itu jatuh pada pria yang salah.
Sharron mencatat nomor ponsel pria itu berikut nomor hotel kamar yang akan digunakan untuk bertemu besok malam. Sebenarnya Sharron sudah menawarkan pertemuan di restoran atau cafe, tetapi pria itu menolaknya dengan alasan privasi.
"Kalau tidak bertemu, mana kita tahu, Noelle?" ucap Sharron sembari merapikan laptopnya kemudian diletakkan ke atas meja.
"Oke, baiklah. Aku akan mendukung apapun keputusanmu. Ehm, aku bisa membantumu untuk menyiapkan seluruh keperluanmu untuk hari esok."
...***...
Keesokan harinya, Noelle mengajak Sharron pergi ke butik. Noelle sengaja memilih gaun malam untuk Sharron.
"Noelle, apa kamu yakin kalau aku harus memakai gaun seperti ini?"
Gaun yang ditunjukkan benar-benar bukan tipe pilihan Sharron. Biasanya dia lebih suka menggunakan gaun yang menutupi seluruh punggung ataupun yang berlengan pendek. Kali ini, gaun yang dipilih Noelle adalah gaun malam warna merah maroon, dengan satu sisi berlengan, sedangkan sisi yang lainnya langsung mengekspos punggung bagian atas sekaligus pundaknya. Belahan gaun tinggi di bagian bawah yang dipadukan dengan high heels warna merah menyala.
"Coba dulu baru berkomentar. Ini masih gaun malam yang normal, Sharron. Kurasa dalam pemilihan gaun seperti ini kamu cukup payah sekali."
Noelle meledek sahabatnya itu. Memang, semenjak dirinya mengenal Sugar Daddy, penampilan Noelle lebih berani. Apalagi gaun malam yang mulai bertali tipis sampai belahan dada yang lumayan lebar juga sudah pernah dipakainya.
Walaupun dengan berdebat, akhirnya Sharron mau mencoba gaun yang direkomendasikan oleh Noelle. Cukup lama dia berada di ruang ganti sehingga membuat Noelle menggedor pintunya. Tidak terlalu keras juga, masalahnya banyak pengunjung yang sedang berada di butik tersebut.
Sharron keluar dengan menggunakan gaun yang sudah dipilih oleh Noelle.
"Nah, cantik begitu. Kujamin kalau siapa itu namanya?"
"Alan. Ya, Alan Clarence," jawabnya.
"Nah, iya. Alan akan semakin menggilaimu. Kurasa ini cukup bagus dan tidak terlalu terbuka. Cocok kok dengan warna kulitmu."
Sharron tersenyum. "Terima kasih, Noelle. Aku tidak tahu akan seperti apa hidupku tanpamu."
"Jangan berlebihan seperti itu, Sharron. Kita sudah kenal sejak lama. Oh ya, apa kamu tidak mau mencoba mencari keberadaan keluargamu? Mungkin dengan bantuan Alan."
Keluarga mana lagi yang harus dicarinya? Sharron sudah mencoba berbagai cara, tetapi tidak berhasil.
"Lupakan itu, Noelle! Aku hanya ingin membahagiakan diriku sendiri. Ya, dimulai dari gaun malam inilah. Semoga membawa keberuntungan untukku bisa sepertimu."
"Ayo, cepat ganti pakai bajumu lagi. Jangan sampai keburu bau keringat! Nanti Daddy Alan malas bertemu denganmu," saran Noelle.
"Terima kasih, Noelle. Setelah ini, rekomendasikan parfum yang berbeda dari parfum yang biasa kupakai."
"Siap, Sharron."
Setelah membereskan urusan gaun malam di butik, Sharron dan Noelle masuk ke sebuah toko yang menjual parfum. Lebih tepatnya, Noelle akan mencoba mencarikan parfum khas Sharron yang biasa saja itu agar menjadi luar biasa.
"Bisa tunjukkan parfum Lavender atau Orchid. Salah satunya kalau bisa. Sama parfum Vanilla," ucap Noelle.
Penjaga toko parfum lantas menunjukkan tiga parfum yang disebutkan barusan. Setelah mencium beberapa aromanya, barulah Noelle memutuskan pilihannya.
"Kurasa kamu cocok pakai Lavender," ucapnya.
"Sini kucoba cium wanginya." Sharron mencoba menghirup wanginya. Ini sangat luar biasa. "Boleh aku ambil dua, Noelle?"
"Jangan! Satu saja. Kalau nanti Daddy Alan tidak suka aromanya, kamu baru bisa memutuskan untuk memilih Vanilla atau Orchid."
Sepertinya Noelle paham betul mengenai pria-pria itu sehingga semua saran darinya harus digunakan dengan baik oleh Sharron. Setidaknya dia belajar dari masternya Sugar Baby.
Mengubah penampilan itu penting seperti yang diajarkan Noelle. Seusai membeli parfum, Noelle tidak berhenti di situ saja. Dia memaksa Sharron untuk pergi ke salon.
"Kamu harus perawatan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Biar Daddy Alan semakin tertarik padamu. Ingat, lebih menarik, harga jualmu makin dihargai tinggi. Anggap saja ini bonus pembelajaran dariku."
Sharron sebenarnya agak kesal dengan sikap Noelle. Oke, dia memang lebih berpengalaman, tetapi berkunjung ke salon itu bukan kebiasaan Sharron.
Sharron hanya cukup merawat dirinya dengan beberapa kosmetik dan produk kecantikan yang direkomendasikan Noelle. Itupun dilakukan secara mandiri. Terkadang bergantung mood-nya.
"Haruskah seperti itu?" tanya Sharron dengan wajah lesunya.
"Harus!" Noelle memaksa Sharron masuk ke salon langganannya. "Ehm, minta tolong berikan perawatan kecantikan untuk sahabatku ini. Berikan perawatan lengkap. Tagihannya masukkan atas namaku."
"Hanya perawatan kecantikan, Nona Noelle?" tanya resepsionis.
Noelle nampak sedang berpikir sejenak. "Tidak. Seluruh perawatan tubuh dan make up. Gaunnya bisa kalian sesuaikan. Pastikan dia terlihat sangat cantik dan anggun. Aku akan keluar sebentar."
"Mau ke mana, Noelle?" Sharron jelas tidak mau ditinggal sendirian di tempat asing ini.
"Membelikan aksesoris untuk gaunmu."
Noelle melupakan sesuatu. Dia harus membelikan anting untuk Sharron. Mengapa hanya anting? Ada alasan tersendiri bagi Noelle. Dia belum membaginya dengan Sharron.
Sharron mulai perawatan. Ingin tampil secantik mungkin terkadang harus bersakit-sakit dahulu. Seperti saat dia melakukan facial yang membuat beberapa jerawatnya harus dibersihkan. Selesai melakukan perawatan selama berjam-jam, Sharron melupakan bahwa dirinya belum makan sama sekali.
"Sebelum di make up, sebaiknya kamu minum jus dulu. Kurasa kita seharian berkeliling sampai lupa makan," ucap Noelle sembari memberikan satu cup jus lengkap sedotannya. Dia tahu kalau sahabatnya kelaparan. Itulah sebabnya, selain membeli anting, dia mampir dulu ke kedai yang menjual jus untuk mengisi perutnya.
"Kalau hanya satu cup jus ini, aku masih lapar, Noelle. Bisakah kamu membelikan aku fast food?"
"Hemm, kau ini. Sudah makan itu dulu. Kalau kamu makan fast food, Daddy Alan akan mengajakmu makan malam. Kamu pasti sudah kekenyangan duluan."
"Ayolah, Noelle. Kamu tidak mau kan kalau tiba-tiba aku pingsan kemudian Daddy Alan akan memerkosaku? Mau ditaruh mana harga diri seorang pimpinan Sugar Baby yang menerima perlakuan seperti itu?" bisiknya pada Noelle.
"Ya, baiklah. Hanya satu porsi hamburger dengan kentang gorengnya."
Noelle memesannya secara online. Tak lama, makanan yang mereka pesan pun datang. Sharron terlihat sangat rakus sekali saat memakannya.
"Sharron, cara makannya jangan seperti itu! Itu bisa membuat Daddy Alan jijik melihatmu. Gunakan cara makan yang anggun dan sopan!"
Noelle memang seorang master yang tidak mau membuat Sharron gagal menjalani perannya sebagai Sugar Baby. Walaupun belum berhasil, setidaknya tidak mempermalukan dirinya sendiri.
Selesai makan, Sharron mulai di make up sesuai permintaan Noelle. Sebelum itu, Sharron harus memakai gaun malamnya supaya tidak menggangu make up dan tatanan rambut nantinya. Sekitar 30 menit, semuanya selesai dengan sempurna.
"Nah, yang paling terakhir, pakaikan anting ini, ya." Noelle memberikan sepasang anting pada Hair Stylist karena dia yang paling akhir memberikan sentuhan pada Sharron.
"Sempurna!" seru seorang Hair Stylist.
...***...
Hotel X di Meksiko City sebagai hotel bintang lima yang terbaik. Hotel ini biasanya disinggahi oleh orang-orang berkelas. Di sinilah Sharron berada saat ini. Setelah melewati drama salon dan taksi yang cukup melelahkan, akhirnya dia sampai.
Sharron menuju ke resepsionis untuk memperjelas kamar hotel yang dimaksud Alan.
"Selamat malam, Nona. Ada yang bisa dibantu?" tanya resepsionis.
"Ehm, bisakah Anda memberitahu Tuan Alan Clarence? Saya tamunya, Sharron," ucap Sharron.
"Baik. Mohon tunggu sebentar." Resepsionis itu kemudian menghubungi nomor kamar yang dipesan atas nama Alan Clarence.
"Mari saya antar, Nona!" ucap resepsionis.
Sharron mengikutinya. Degup jantung mulai tidak konsisten karena merupakan pengalaman pertama bertemu Sugar Daddy. Bagaimana kalau dia hiper seperti yang sering digaungkan oleh Noelle, master Sugar Baby-nya itu?
Sampailah mereka di depan sebuah kamar presiden suit. Terlihat jelas kalau Daddy Alan pria berkelas. Resepsionis itu memencet bel kamar hotel tersebut. Setelahnya, dia langsung pamit pada Sharron.
"Silakan tunggu sebentar, Nona. Tuan Alan sebentar lagi keluar," ucap resepsionis.
"Terima kasih."
Seorang pria tinggi tegap, berkulit putih, berjambang tipis seperti bekas dirapikan, dan sorot mata yang tajam. Dialah yang membuka pintunya. Sesaat keduanya saling memandang untuk mengagumi keindahan masing-masing. Sharron dan pria yang bernama Alan itu sama-sama tidak berkedip.
Menyadari satu hal, pria bernama Alan itu kemudian mempersilakannya untuk masuk.
"Masuk!" Hanya itu kata yang meluncur dari mulut seorang Alan.
"Terima kasih."
Sharron mengagumi kamar hotel yang ada ditempatnya berdiri saat ini.
"Kenapa bengong seperti itu? Duduklah!"
"Terima kasih, Tuan Alan," ucap Sharron yang mulai mendudukkan tubuhnya di sofa.
Pria bernama Alan itu mengulurkan tangan berniat untuk memperkenalkan diri.
"Sharron Alexandria," ucapnya.
"Darrell. Darrell Wesley," ucap pria yang mengaku bernama Alan Clarence di aplikasi kencan buta.
Deg!
Sharron terlihat bingung. Dia takut salah masuk kamar, tetapi resepsionis itu menunjukkan ke kamar ini.
"Maaf, bukankah Anda bernama Alan?" tanya Sharron setelah melepaskan jabatan tangan pria sempurna itu.
Pria yang mengaku bernama Darrell itu tampak sangat santai menghadapi Sharron.
"Iya, hotel ini dipesan atas namanya. Berikut aplikasi kencan buta itu, tetapi itu bukan dia."
"Maaf, Tuan Darrell. Saya masih tidak mengerti dengan ucapan Anda barusan." Sharron seperti dipermainkan. Memang foto yang terpajang di aplikasi kencan buta itu bukan foto pria yang berada di hadapannya saat ini.
"Alan itu asistenku. Jadi, sebenarnya yang membutuhkan pasangan itu aku, bukan Alan. Apa kamu mau mundur dengan penawaran yang kuberikan?"
Memang Alan sudah mengirimkan pesan mengenai perjanjiannya sebagai Sugar Baby-nya. Masalah tambahan perjanjian lanjutan akan dilakukan ketika bertemu di hotel.
"Tapi, ini sedikit berbeda dari Sugar Baby pada umumnya. Aku membutuhkan rahim pengganti untuk melanjutkan keturunan keluargaku."
Deg!
Itu artinya dia bukan lagi sebagai Sugar Baby yang hanya akan menikmati kebahagiaan bersama, lebih tepatnya sebagai wanita simpanan.
Sharron bingung. Dia harus melepaskan keperawanannya demi uang dan melahirkan seorang anak.
"Intinya bukan Surrogate Mother karena aku sendiri yang akan menanamkan benihnya langsung ke rahimmu," jelas Darrell.
Sharron masih terdiam. Dia perlu mempertimbangkan banyak hal. Berarti pria di hadapannya itu adalah pria beristri yang sedang mengharapkan keturunan, tetapi ada hal yang mengganjal di benaknya. Ingin bertanya pada Darrell, tetapi dia ragu.
"Tanyakan apa yang ada di benakmu!"
Glek! Seolah Darrell bisa membaca pikirannya. Ini sungguh aneh. Jangan-jangan Darrell memiliki kemampuan supranatural untuk membaca pikirannya.
"Aku akan mempertimbangkan lagi, Tuan. Entah Surrogate Mother atau apapun itu, berikan aku waktu. Bagaimana?"
Darrell mengangguk. Itu artinya permintaannya untuk menunda keputusan penting itu masih bisa dibicarakan lagi. Walaupun sebenarnya Sharron terlihat ragu, tetapi dia berusaha menampilkan keyakinan di hadapan Darrell bahwa dia serius mau menjadi Sugar Baby-nya.
Sharron mulai ragu. Dengan penampilannya yang sudah terlihat seperti wanita penggoda itu membuatnya menciut. Sesaat keduanya terdiam.
"Ehm, bermalam lah di sini, Sharron. Kita bisa dinner kemudian berbincang-bincang. Sebelum kesepakatan kita buat, aku tidak mau menyusahkanmu ataupun membuatmu ketakutan."
Deg!
Kata ketakutan yang paling diingat Sharron adalah hiper. Apakah Darrell pria hiper seperti yang dimaksud Noelle? Kalau iya, agaknya Sharron salah masuk kamar. Lebih tepatnya keputusan untuk menjadi Sugar Baby membuatnya ragu.
"Ehm, Tuan, boleh aku tanya sesuatu?"
Darrell memicingkan mata. Rasanya agak aneh ketika Sharron memanggilnya Tuan.
"Panggil Darrell saja!"
"Ehm, Darrell, bolehkah aku bertanya?" tanya Sharron dengan mengubah panggilan yang berbeda.
Terdengar seperti sepasang kekasih yang membuat binar mata Darrell terlihat sangat jelas bahwa dia menyukainya.
"Tanyakan saja sebelum kita dinner."
Deg!
Dinner? Haruskah dia senang atau sedih ketika seorang pria mapan dan berkharisma yang mengajaknya?
"Kalau misalnya aku mundur menjadi Sugar Baby, bagaimana?" Sharron mulai ragu akan keputusannya.
Darrell mengamati Sharron dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sempurna untuk ukuran wanita yang akan bersanding dengannya. Dia juga terlihat pantas sekali kalau menjadi pasangannya ketika pergi menghadiri acara undangan kolega atau ke manapun.
"Kamu sudah menjalin kesepakatan dengan Alan. Itu artinya kamu tidak bisa mundur. Ingat, kamu orang pertama yang disodorkan Alan padaku, dan aku setuju."
Glek!
Susah payah Sharron menelan salivanya. Hidupnya akan berakhir di tangan pria seperti Darrell.
"Oh ya, banyak peraturan yang harus kamu patuhi. Aku tahu kalau kamu belum terikat kontrak menjadi Sugar Baby-ku. Tapi, aku mau menjelaskan beberapa hal padamu. Orang tidak boleh tahu siapa Darrell Wesley. Mereka hanya akan tahu bahwa kekasihmu hanyalah Alan Clarence."
Glek!
Peraturan macam apa ini? Sungguh, Sharron tidak mengerti apa maksud Darrell.
"Kontrak kerja akan dikirim Alan ke email-mu. Tanda tangani setelah kamu membaca isinya. Ingat, tidak ada yang boleh tahu mengenai kontrak itu. Hanya aku, kamu, dan Alan, asistenku."
Perjanjian macam apa ini? Aku harus mengakui hubungan dengan Alan Clarence, tetapi aku harus menemani Darrell Wesley. Aku terjebak olehnya. Bodoh, Sharron! Mengapa kamu menyetujuinya? Kalau sudah seperti ini, lebih baik aku mengikuti saran Noelle. Sugar Daddy-nya tidak serumit ini.
"Apa yang kamu pikirkan tentangku?"
Glek!
Sepertinya Sharron lebih baik diam untuk berbicara dalam hati. Semua pikirannya seolah terbaca oleh Darrell.
"Ti-tidak, aku hanya memikirkan bagaimana caraku tidur di sini sementara aku hanya memakai gaun. Tidak ada piyama tidur sebagai persiapan," ucap Sharron beralasan.
"Aku selalu menjamu tamuku dengan baik. Jangan khawatir, Sharron. Sebaiknya kita makan malam dulu," ajak Darrell padanya.
Sharron tidak tahu, tiba-tiba Darrell mengajaknya untuk makan di balkon kamarnya. Menu makanannya masih hangat. Sepertinya baru disiapkan oleh pelayan hotel. Di atas meja tersedia lilin yang menyala. Bisa dibilang, Darrell mengajaknya candle light dinner.
Darrell memundurkan kursi agar Sharron bisa duduk. Sungguh, Darrell memperlakukannya bak Ratu kerajaan.
"Terima kasih."
"Sudah sepantasnya aku bersikap seperti itu. Mulai hari ini dan hari-hari berikutnya, aku yang akan mengerjakannya." Darrell duduk di hadapannya.
"Ehm, maaf Darrell. Bolehkah aku bertanya?"
Darrell yang mulai memegang pisau dan garpu untuk makan, dia menghentikan aktivitasnya.
"Makan dulu. Setelah itu berbincang."
Hening. Hanya dentingan pisau dan garpu yang sedang beradu di atas piring masing-masing. Setelah makan, Darrell terbiasa meminum alkohol.
"Kalau kamu tidak terbiasa meminum minuman beralkohol, lebih baik ambil jus jeruk."
Deg!
Seakan Darrell tahu isi hatinya. Memang di meja makan ada satu gelas yang berbeda. Ternyata itu jus jeruk untuknya.
"Terima kasih."
Seusai makan malam, Darrell mengajak Sharron untuk langsung ke tempat tidur. Sharron gugup sekali. Ini baru pertama kalinya dia mengenal pria seperti Darrell. Walaupun sebelumnya dia pernah memiliki teman pria.
"Istirahatlah. Ranjang ini untukmu. Aku akan tidur di sofa."
Sharron merasa lega mendengarnya. Dia melepaskan high heels-nya namun dihentikan oleh Darrell.
"Biar aku saja." Darrell memperlakukannya seperti Ratu. Wanita mana yang tidak tertarik dengan pria seperti Darrell. Saat melepas high heels dari kaki Sharron, gadis itu merasakan sesuatu yang berbeda. Darrell seperti menghipnotisnya. Sharron pun menurut ketika Darrell mengangkat kedua kakinya ke atas ranjang.
"Terima kasih." Posisi Sharron sedang bersandar pada headboard ranjang dengan kakinya yang berselonjor.
Darrell kembali ke sofa. Pandangannya terus tertuju pada Sharron. Keputusannya mencari rahim pengganti untuk istrinya sudah bulat. Sharron merupakan gadis yang cocok saat pertama kali Alan menunjukkannya. Namun, dia tidak akan terburu-buru melakukan tujuannya.
"Oh ya, apa yang ingin kamu tanyakan?"
Deg!
Sharron yang semula tertunduk, berubah mendongak menatap Darrell. Pria itu seolah membuat seorang Sharron ketakutan.
"Tidak jadi," ucapnya.
"Baiklah. Kalau kamu tidak jadi bertanya, maka aku yang akan bercerita."
Sharron menarik selimut untuk menutupi belahan gaun yang menampilkan kemulusan kakinya.
Darrell tidak peduli. Dia hanya ingin menjelaskan kehidupannya pada Sharron.
"Kamu sudah memutuskan untuk bertemu denganku. Itu artinya, segala sesuatunya harus kamu jaga dengan rapi. Jangan sampai orang tahu tentang diriku. Hanya aku, kamu, dan istriku."
Deg!
Menyebut kata istri, seolah Sharron sudah menjadi wanita simpanannya. Padahal ini baru permulaan.
"Aku sangat mencintai istriku, tetapi karena sesuatu hal, dia tidak mungkin bisa hamil. Kalaupun dia bisa hamil, maka dia akan mengorbankan dirinya sendiri. Aku tidak mau itu terjadi."
Sharron diam mendengarkan. Sebelum Darrell bertanya padanya, dia akan tetap menjadi pendengar yang baik.
"Aku akan memberikan semua kebutuhanmu asalkan kamu setuju untuk menjadi rahim pengganti. Setelah kamu melahirkan nanti, kamu bisa menyerahkan bayi kita untuk istriku."
Deg!
Sharron benar-benar tidak bisa berpikir. Bayangannya hanya penyesalan karena menerima pria seperti Darrell. Walaupun diuntungkan secara materi, tetapi tidak secara fisik. Berbeda dengan hubungan yang dijalani Noelle. Dia bisa berganti Sugar Daddy setelah kontrak berakhir.
"Tapi, aku belum memutuskannya," ucap Sharron.
"Tidak perlu sekarang, Sharron. Kita jalani hubungan seperti biasa bagaimana seorang Sugar Baby melayani Sugar Daddy-nya. Oh ya, besok pagi-pagi sekali, aku langsung pulang ke mansion. Kamu pulang diantar oleh Alan. Tidak masalah untukmu, kan?"
Beginilah rupanya menjadi Sugar Baby. Dia pulang pun harus diantar oleh orang lain. Sharron merasa bukan menjadi Sugar Baby lagi, tetapi wanita simpanan seorang Darrell Wesley.
"Tidak, Darrell. Aku bisa pulang sendiri," tolaknya. Sharron menolak karena dia tidak nyaman kalau asistennya itu tahu jika dia telah bermalam dengan tuannya. Agak aneh memang, tetapi itulah yang dirasakan Sharron saat ini.
"Pulang dengan Alan, atau tetap tinggal di sini?"
Deg!
"Tidak ada penolakan, Sharron. Sugar Baby-ku harus menurut!"
Sharron terdiam. Percuma juga berdebat dengan Darrell. Dia akan kekeh pada pendiriannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!