NovelToon NovelToon

My Roommate'Class

Ada Apa Dengan Anna?

"Dulu berharap banget yang namanya bisa ngerasain kuliah, pakai pakaian yang bagus-bagus, sepatu kets, lalu pakai eyeshadow, lipstik, sekarang jangankan bisa masuk ke universitas ternama, beli sabun cuci muka saja nggak tahu uangnya dari mana?" keluh Anna.

Sudah katakan cinta

Sudah kubilang sayang

Namun kau hanya

Diam tersenyum kepadaku

Kau buat aku bimbang

Kau buat aku gelisah

Ingin rasanya kau jadi milikku

(Nada dering hp Anna berbunyi)

"Panjang umur ini orang, kenapa baru muncul sekarang coba?"

"Halo assalamualaikum Umi, jalan yuk!"

"Hmm gimana ya Ra, aku nggak ada uang nih,"

"Duh sudah jadi kebiasaan dong ya nggak ada uang, padahal kamu itu dulu paling gemar menabung loh di sekolah, mana ada tuh ke kantin-kantin klub ya kan?"

Anna tertawa kecil.

"Iya nih harusnya aku minimal sudah jadi sultan ya,"

"Mana mungkin aku menceritakan semua tentang masalahku padamu, walau aku tahu kamu adalah orang yang tahu bagaimana aku. Batinnya. Jadi nggak nih kita jalan hari ini?" Ucap Anna bersemangat.

"Jadi dong, mana tega aku kalau harus melihat kamu menderita karena nggak ada uang,"

"Aku traktir deh, itung-itung sebagai selamatan pertemuan kita setelah bertahun-tahun nggak ketemu,"

"Aaa sayang banget, kalau gitu aku mau siap-siap dulu ya !"

30 menit berjalan.

"Sudah di sini aja kamu Ra, lagi nggak ada kerjaan ya di rumah?"

"Kalau bahas kerjaan rumah mana ada habisnya anna, sudah belum keburu sore nih !"

"Mau kemana nih pagi-pagi sudah cantik, wangi, rapi?" tanya Ibu pada Maira dan Anna.

"Ibu apa kabar?"

"Alhamdulillah kabarnya baik sekali, Maira bagaimana kabarnya?"

"Baik bu,"

"Keluarga di rumah juga sehat-sehat kan ya, kamu sudah bergaya sekarang ya,"

"Alhamdulillah bu,"

"Anna dan Maira mau izin untuk jalan-jalan ke kota Bu,"

"Ide yang bagus itu, jangan sungkan untuk ajak Anna main ya biar dia nggak stress karena di rumah terus,"

"Jangan dong Bu, entar Maira jadi bangkrut," ucap Anna membuat semua tertawa.

"Anna pamit ya Bu, assalamualaikum,"

"Waalaikumussalam, hati-hati di jalan ya,"

"Kok Ibu kamu tadi bilang gitu sih An, serius nih kamu nggak pernah ke luar rumah"

"Nanti aku ceritakan,"

Restoran Nyam-Nyaman.

"Wah tempatnya keren banget, ini yang lagi viral itu kan ya?" tanya Anna terpukau saat melihat bangunan restoran ternama di kotanya.

"Serius kamu terkejut ini?"

"Iya emang bagus kan tempatnya,"

"Astaghfirullah An sudah berapa abad sih di rumah terus, sampai nggak peduli apa yang terjadi disekitar?" tanya Maira kebingungan.

"Ha..?" ucap Anna sambil menggelengkan kepalanya.

"Restoran ini itu sudah lama berdiri, ya sekitar 1 tahunan lebih tapi bagus kan tempatnya bisa buat foto-foto, ngevlog," ucap Maira sambil melihat menu makanan.

"Mahal-mahal ya Ra makanannya?"

"Tenang, khusus hari ini kamu nggak akan mengeluarkan sepeserpun,"

"Aku bawa uang kok, bagaimana kalau kita iuran saja?"

"Kamu tuh jadi ngingetin aku sama kisah cinta dua sejoli di kelas waktu itu, yang legendaris pada masa itu,"

"Kemana-mana harus ceweknya yang bayar, harga diri dong sebagai seorang cowok !"

"Untung dia ganteng, tapi ganteng pun nggak jadi pilihan utama untuk bisa tetap hidup,"

Anna pun mengingat-ingat siapa yang Maira maksud.

"Astaghfirullah kamu masih ingat saja kisah zaman dulu ya Ra,"

"Iya dong aku ini masih sangat muda loh dan amit-amit jadi pikun, kecuali saat waktu ujian sih semua yang udah aku pelajari malam hari nih ya bisa hilang saat berhadapan dengan kertas penuh pertanyaan-pertanyaan yang menjengkelkan,"

"Nah itu dia, percuma belajar kalau akhirnya saling menyontek juga,"

"Hus, jangan keras-keras ngomongnya nanti kalau ada adik kelas yang dengar mau taruh di mana muka aku yang udah glow up ini !"

"Tapi kamu benar-benar sudah banyak berubah ya Ra, semakin cantik, dewasa, dan pastinya tetap ceria,"

"Kamu nggak tahu aja An apa yang aku rasakan setelah pulang dari sekolah, bahkan sampai sekarang pun masih terasa begitu sakit. Batinnya. Oke jadi mau pesan apa?" tanya Maira dengan menunjukkan menu makanan ke Anna.

"Jadi kamu mau cerita soal apa nih, katanya tadi mau diceritain, sedih atau bahagia nih?"

"Oh yang tadi cuma mau bilang kalau aku dikasih uang jajan sama ibu, bukannya kamu sudah tahu?"

"Dih aku kira mau cerita hal penting, ternyata cuma mau ngomong itu doang?"

"Ada sih Ra tapi mana mungkin aku menceritakannya di sini, dan hari ini juga bukan waktunya untuk meratapi nasib. Batinnya. Kapan-kapan ya aku ceritakan semuanya sama kamu," ucap Anna memalingkan wajahnya.

"Ini bukan Anna yang aku kenal deh, yang dulu kalau cerita bisa terang-terangan banget sekarang dia sudah pandai menyembunyikannya," ucap Maira dengan menyesal.

"Ra aku bukan nggak mau cerita sama kamu, tapi tolong kasih aku waktu untuk bisa menceritakan semuanya ya,"

"Janji ya, kamu nggak akan pernah menyembunyikan apapun dari aku,"

Anna mengangguk tersenyum manis.

"Aku pamit pulang ya An, nanti kita bicara lewat telepon saja oke?"

"Nggak mau istirahat dulu nih di rumah?"

"Terima kasih ya, aku harus pulang karena besok ada meeting sama klien dari jepang !"

"Doakan ya semoga semuanya lancar, nanti aku ajak kamu beli jajan lagi deh !"

"Asyik, janji ya?"

"Semoga sukses ya Ra !"

"Aamiin, bismillah !"

"Ngomong-ngomong hubungan kamu dengan dia bagaimana, baik-baik saja kan?"

"Aku sudah putus dari dia, tapi sekarang sudah dapat gantinya !"

"Wow gila cepat banget dapatnya, aku doakan semoga bisa langgeng dengan pacar yang baru ya !"

"Aamiin ya Rabb, terima kasih ya sayangku,"

"Jadi nggak kamu pulang nya?"

"Oh diusir nih aku?"

"Nggak dong, kamu sendiri kan tadi yang bilang nggak mau singgah di rumah aku?"

"Nanti saja kalau kamu sudah nikah ya !"

Mendengar ucapan Maira barusan membuat dada Anna terasa sesak.

"Jaga diri baik-baik ya anak mama sayang, assalamualaikum,"

"Waalaikumussalam, hati-hati Ra,"

"Di mana Maira, kok nggak disuruh masuk ke rumah?" tanya Ibu mengejutkan Anna yang masih berdiri di depan pagar rumah.

"Sudah pulang, Anna mandi dulu ya bu,"

Senja ku telah pergi dengan keindahannya yang hanya sebentar. Langit malam berselimut kabut, bintang pun malu untuk menyapa.

"Bapak tahu nggak, tadi Anna pergi bersama temannya yang namanya Maira itu loh,"

"Bukannya dia sudah kerja ya bu, apa mungkin sedang cuti?"

"Ibu dengar sih dia pulang cepat karena besok ada meeting pagi di kantornya,"

"Sudah cantik, solehah, mandiri, royal lagi !"

"Sama dengan Anna, bukankah sifat demikian memang harus ada dalam setiap diri manusia ya bu?"

"Kapan ya pak anak kita bisa seperti Maira yang mandiri dan pekerja keras?"

"Padahal ibu dari dulu sampai sekarang membesarkan Anna dengan cara yang halal !"

"Ibu ini bicara apa, takdir orang itu kan berbeda-beda jadi janganlah kita ikut mencampuri Nya serahkan saja pada yang di atas,"

"Iya ibu tahu itu, tapi sampai kapan pak hidup kita seperti ini terus?"

"Sabarlah bu, nanti jika tiba waktunya pasti semua akan berubah,"

"Kamu kenapa ada di sini, ayo kita makan sama-sama !" ucap Abang nya yang baru saja pulang kerja.

"Anna mau ke kamar, tolong bawa ini ke meja makan ya Bang !"

"Kok kamu yang bawa piringnya, Anna mana?" tanya Ibunya.

"Anna ada di kamarnya bu,"

"Apa dia sakit?" tanya Bapaknya.

Nanda meletakkan sendok dan garpu di meja makan dengan keras.

"Bu, pak, Nanda ini bukan security-nya yang harus 24 jam tahu apa yang terjadi dengan Anna !" ucap Nanda yang memilih tidak ikut makan bersama.

Hilang Selera Makan

Anna menutup pintu kamarnya rapat-rapat agar tiada seorang pun yang mendengar isi hatinya saati ini. Biar tembok kamar yang menjadi saksi bisu.

"Kalau seperti ini yang aku rasain setiap harinya lebih baik pergi ke sekolah, berangkat setiap jam 6 pagi, pulang jam 3 sore, terus mandi, sholat, makan," ucap Anna penuh sesal.

"Hum, kalau dipikir-pikir waktu sekolah dulu itu memang seru banget, banyak kenangannya, di sana bisa bersenda gurau dengan teman-teman, baca buku di perpustakaan, juga bertemu dengan dia !"

{Flashback ke tahun 2017 di lab komputer}

"Lihatlah jika dia tersenyum, sangat manis mirip artis yang saat ini sedang naik daun itu !" ucap teman laki-laki di samping Anna.

"Gimana nggak manis, dia punya segalanya, ada lesung pipi, lubang kecil maut, lalu gigi gingsul,"  ucap teman laki-laki yang lainnya.

"Terima kasih, kalian berdua sudah membuatku tersenyum hari ini. Batinnya. By the way enak ya lagunya," ucap Anna sambil tersenyum manis membuat dua orang laki-laki itu salah tingkah.

Esok harinya, siswa-siswi rpl pertama kalinya dihadapkan dengan praktek kerja kelompok di lab komputer.

Kebetulan sekali Anna masih bersama dengan dua sahabatnya, Livia Anggraini dan Hanin Haifa. Dan seorang laki-laki bernama, Tulus Cyrano Putra.

Ngomong-ngomong soal Tulus, dia laki-laki yang pertama kali paling terdepan digandrungi sama cewek-cewek di kelas saat pertama kali masuk di rpl (rekayasa perangkat lunak).

Memiliki paras yang tampan, tinggi semampai, rambut ikal, badan yang ideal.

Kalau ditanya soal siapa yang disukainya, dia cuma balas dengan tersenyum saja. Bagaimana mungkin, cowok setampan tulus tidak ada yang memikat hatinya.

"Eh kamu itu normal kan?" Tanya Livia sahabat Anna.

"Maksudnya apa?"

"Suka sama siapa sih, masa iya nggak ada yang menarik hati di kelas ini?" Tanya Livia lagi dengan nada menggoda, kejadian itu saat mereka duduk melingkar di lantai lab komputer.

Tulus tersipu malu.

"Nggak ada, kenapa sih semua pada tanya soal itu?"

"Ya mau tahu saja, siapa tahu kita kenal sama orangnya,"

Saat Hanin menengok ke arah papan tulis, tulus berbisik pada Livia tentang seorang wanita yang ia sukai.

"Cie Tulus, ternyata ada di sini ya orang yang dia sukai," ucap Anna yang mendengar bisikan Tulus.

"Hus, jangan berisik dong Anna, kalau dia dengar bagaimana?" ucap Tulus seketika wajahnya jadi panik.

"Kenapa harus takut, ingat ya perasaan cinta itu harus ditunjukkan bukan untuk dipendam dalam-dalam !"

"Tahu nggak kenapa, kalau sudah terlalu dalam takut semakin sulit untuk mengambilnya lagi !" imbuh Anna mencoba membuka mata hati Tulus.

"Tapi janji ya kalian jangan pernah bilang tentang semua ini ke Hanin, oke?"

"Bolehlah, asal ada satu syarat," Anna mencoba membuat kesepakatan dengan Tulus.

"Syarat apa itu, jangan aneh ya !"

"Kamu yang akan memasang kembali komponen-komponen komputer ini seperti semula, bagaimana mudah kan syaratnya?"

"Nggak ah, enak kalian dong tinggal santai doang !" gerutu Tulus.

"Oh jadi setuju nih kalau Hanin tahu kamu menyukainya?" ucap Anna mencoba menakuti-nakuti Tulus.

"Sumpah ya aku menyesal satu kelompok dengan kalian ini," ucap Tulus yang menyerah dengan Anna dan Livia.

Bel istirahat berbunyi, Hanin begitu penasaran tentang apa yang telah Anna dan Livia bicarakan bersama Tulus.

"Mbak Anna, tadi pada ngomongin soal apa sih sepertinya seru sekali?"

"Oh yang sama Tulus tadi ya, cuma masalah pelajaran saja kok Han,"

"Benar yang mbak Anna katakan barusan mbak Livia?"

Hanin terbiasa memanggil nama Anna dan Livia dengan kata Mbak, walau umur kita hanya selisih 1 tahun saja.

"Bisa jadi sih,"

Sontak membuat Anna mengedipkan matanya pada Livia supaya Hanin berhenti mencurigai.

"Maksudku, bisa jadi soal pelajaran karena tadi aku nggak begitu memperhatikan obrolan mereka,"

"Yuk kita pergi ke kantin, keburu bel masuk nih !" ajak Livia.

"Kalian pergi saja, aku istirahat di kelas," ucap Anna dan pergi ke tempat duduknya.

Tok...tok..tok..

Anna terkejut mendengar suara dari pintu kamarnya.

"Hum siapa juga yang ketok pintu kamar ini, lagi asyik membayangkan juga," ucap Anna dan membuka pintu kamarnya.

"Ayo dimakan, keburu basi makanannya !" ucap Ibunya membawakan makanan.

"Anna sudah kenyang bu," sambil menelan ludahnya.

"Ibu masak semua ini pakai uang An bukan daun, cari uang sekarang juga susah dan kamu jangan buat semakin susah !"

"Bukan begitu bu, Anna memang lagi nggak mau makan,"

"Masa sih, ini lauk kesukaan kamu bukan?"

"An, kalau kamu terus-menerus seperti ini kapan bisa menjadi orang yang punya pola pikir dewasa?" imbuh Ibu Anna lalu pergi dengan raut wajah yang sedih.

"Tuh kan kena lagi, apa yang aku lakukan sepertinya nggak ada yang benar di mata orang-orang di rumah ini !" ucap Anna lalu menyusul ibunya.

"An, tolong dong belikan abang rokok di warung " ucap Abang Nanda, yang menghentikan langkah Anna.

"Beli sendiri bisa kan Bang?"

"Oh mulai membangkang ya sekarang, pasti karena salah pergaulan nih !"

"Bang, bisa nggak jangan bawa teman-teman anna !"

"Harusnya Abang itu paham dong sama keadaan Anna sekarang, jangan hanya mementingkan diri sendiri saja !" ucap Anna lalu pergi begitu saja.

"An, Anna," teriak Abangnya.

Kaki Anna gemetar begitu dahsyat, tak mampu melangkahkan kakinya untuk menemui ibunya yang sedih karena tingkah lakunya.

"Kamu tahu kan, selama ini Ibu itu nggak pernah meminta apapun sama anna, dan cuma satu saja harapan Ibu yaitu kamu," ucap Ibunya, yang mengetahui Anna ada di sana.

"Anna minta maaf Bu, sering sekali membuat ibu dan bapak kecewa,"

"Ibu dan Bapak hanya menginginkan yang terbaik untuk hidup Anna,"

"Lalu apa yang bisa Anna lalukan untuk membuat Ibu bahagia?"

"Dengan menyetujui satu permintaan dari Ibu,"

"Apa itu Bu?"

"Ibu dan Bapak sudah memutuskan jauh-jauh hari, untuk menjodohkan kamu dengan seorang laki-laki yang telah kami pilih,"

Anna tertawa terbahak-bahak setelah mendengar ucapan dari ibunya.

"Jadi kamu setuju?"

"Setuju, kalau Ibu mau jadi seorang pelawak,"

"Anna, Ibu ini serius mau kamu segera menikah !"

Anna mendekat pada ibunya, mencoba melihat adanya kekeliruan dari apa yang telah ia dengar.

"Yang Ibu katakan ini benar ya bukan candaan, anna telah dijodohkan dengan laki-laki pilihan Ibu dan Bapak?"

"Iya Anna, kenapa?"

"Anna masih belum bisa mencerna semuanya Bu, ini terlalu cepat,"

"Semakin cepat semakin baik kan, kamu melihat ibu dan bapak bisa bahagia?"

"Tolong ibu mau mengerti perasaan anna yang sama sekali belum siap untuk menikah !"

"Kurang pengertian bagaimana ibu selama ini, kamu memilih nggak kerja ibu turuti, mau ini juga dituruti,"

"Anna akan menuruti semua keinginan ibu tapi bukan yang ini,"

"Sekarang anna coba pikir, apa kata orang nanti anak ibu yang sudah berusia 23 tahun ini belum juga menikah, bukankah itu sudah menjadi kodrat kita sebagai seorang wanita?" tegas ibunya.

"Cuma minta satu keinginan saja, susahnya minta ampun,"

"Mau jadi anak durhaka kamu?"

Jodoh Tak Kemana

Cuaca yang bersahabat di pagi hari, aroma basah dari tetesan embun di balkon rumah, ditambah nikmatnya seduhan teh hijau di depan mata Danial Syahreza menemaninya bekerja.

"Teh hijau buatan Mama memang tiada duanya," ucap Danial menyeduh teh hijau sambil meletakkan proposal nya.

"Danial, kamu hari ini pergi ke kantor kan?" tanya Mama Danial sembari duduk di sampingnya.

"Nanti ma agak siangan dikit, tumben Mama tanya soal itu?"

"Cuma tanya saja, soalnya Mama mau ikut ke kantor juga bareng kamu,"

"Nah ini juga tumben sekali Mama mau pergi ke kantor, jangan buat Danial penasaran dong !"

"Nanti kamu juga akan tahu, Mama siap-siap dulu yah," ucap Mama Danial lalu pergi untuk bersiap-siap.

"Mobil kamu mana, jangan bilang berangkat ke kantor pakai motor ini?"

"Kenapa Mamaku jadi pelupa seperti ini, kan mobil danial masih di bengkel,"

"Aduh kenapa kamu nggak bilang dari tadi, kalau gitu kan Mama bisa pesan taksi online,"

"Kapan lagi Mama jalan berdua sama Danial, ayolah ma nggak perlu malu naik motor,"

"Bukannya malu, tapi susah ini Mama naiknya gimana?"

Danial memperhatikan mamanya dari ujung kaki hingga kepala.

"Sepertinya Mama harus mengganti pakaian terlebih dahulu, Danial tunggu di sini,"

"Kamu senang ya buat Mama susah?"

"Bukan begitu Ma, dari pada nanti terjadi apa-apa di jalan?"

Mama nya pergi ke kamar dan begitu bingung saat mencari pakaian yang sudah lama tak terpakai. Sampai harus menurunkan semua pakaiannya dari lemari.

"Maaf bu, ada yang bisa saya bantu?" tanya Bibi Atun.

"Ini loh Mbak, saya sedang mencari pakaian yang dulu sering saya pakai untuk konvoi motor keluarga, tapi sekarang jadi nggak ada,"

"Oh itu saya simpan di lemari Tuan Muda Bu, karena Ibu sendiri waktu itu yang bilang kalau lebih baik disimpan di sana, soalnya suatu hari nanti bisa diberikan kepada calon menantu,"

"Iya Mbak saya baru ingat sekarang, terima kasih ya,"

"Iya Bu, mari,"

"Kita jalan sekarang?" ucap Mama Danial, membuatnya takjub memakai pakaian hem lengan panjang, dan jeans biru, juga sepatu boot kulit.

"Wow ini baru pas, pasti Papa akan terpesona melihat penampilan Mama yang ini !"

"Sudah ah Mama jangan dipuji terus, kamu tahu kan Mama takut dengan ketinggian?" ucap Mama Danial tersipu malu.

"Danial itu nggak bohong Ma, memang cantik dan gaul sekali Mamaku ini,"

"Akan lebih baik kalau kita jalan sekarang, nanti kamu telat lagi ke kantornya,"

"Okay, let's go !" ucap Danial kemudian menyalakan motornya.

"Iya Pak, nanti akan saya tandatangani masalah perjanjian yang dulu kita sepakati bersama,"

"Nanti kita sambung lagi ya, terima kasih," ucap Papa Danial di telepon.

"Akhirnya yang ditunggu-tunggu telah datang juga, kenapa lama sekali?"

"Lihat Pa, apa yang membuat Danial jadi telat pergi ke kantor," ucap Danial menunjuk ke arah belakang.

"Siapa ini, bidadari surga telah berubah menjadi bidadari jalanan?" ucap Papa Danial menggoda istirnya.

"Papa ih, sama saja seperti anaknya yang suka menggoda perempuan ya,"

"Kalau Papa hanya menggoda Mama saja, entah kalau Danial ini sudah berapa banyak perempuan di luar sana yang telah ia goda,"

"Nggak ada Pa, danial mana bisa goda-goda perempuan lain, selain Mama dan Bibi Atun di rumah,"

"Tapi ada satu perempuan yang membuat Danial merasa bahagia,"

"Siapa dia?" tanya Papanya.

"Nanti Papa dan Mama juga akan tahu,"

"Hari ini aku antar nyokap ke mall nih, jadi sorry ya nggak bisa datang ke acara mu," ucap Danial di telepon.

"Dan, Mama mau mampir ke toko itu bentar ya,"

"Iya Ma,"

"Kamu nggak ikut?"

"Danial tunggu di sini saja ya Ma,"

Mamanya pun pergi, dan Danial duduk seorang diri.

"Danial Syahreza kan, teman satu kelas di smk 1 tunas bangsa?" tanya seorang wanita yang tiba-tiba duduk disampingnya, membuat Danial bertanya-tanya.

"Iya benar, siapa ya?"

"Aku saja ingat kamu ini siapa loh, masa iya sih nggak ingat teman satu kelas?"

"Teman satu kelas ku banyak, bukan kamu saja,"

"Iya juga sih, namaku Anna Anindira," sambil mengulurkan tangannya, namun Danial tak menghiraukannya.

"Oh aku ingat sekarang, sedang belanja juga ya?"

"Iya, belanja baju untuk pernikahan,"

"Selamat ya, semoga pernikahannya bahagia dan hanya maut yang bisa memisahkan,"

"Terima kasih Dan,"

"Halo Na, sudah selesai kah belanjanya?" ucap Danial di telepon.

"Iya, kamu ada di mana Mama tunggu di depan toko ya,"

"Sebentar lagi Danial ke sana,"

"Kalau gitu aku pulang dulu ya, bye,"

"Jangan katakan bye, tapi see you again,"

"Oke, see you Anna,"

"Duh mimpi apa ya semalam aku, hari ini bisa bertemu dengan dia lagi setelah bertahun-tahun lamanya," ucap Anna begitu bahagia, sampai tak sadar ada ibunya yang memperhatikannya sedari tadi.

"Siapa laki-laki itu?" tanya ibu Anna membuatnya jadi malu.

"Dia teman satu kelas anna Bu,"

"Dari segi pakaian sepertinya anak orang kaya ya,"

"Memang Bu, dia anak seorang konglomerat, waktu di smk orang tuanya itu sebagai penyumbang terbesar di sekolah loh,"

"Oh iya, sayang sekali ya dia nggak bisa jadi menantu Ibu,"

"Ibu, jangan bicara seperti itu karena ucapan adalah doa,"

"Maksudnya apa nih, jangan bilang kamu nggak setuju dengan laki-laki yang sudah Ibu jodohkan,"

"Sebelum janur kuning melengkung, masih bisa kan Bu?"

"Hmm dasar ya kamu ini,"

"Oh iya Bu, sudah lama nih kita menunggu mereka,"

"Kira-kira menunggu di mana ya?"

"Iya juga, di telepon juga nggak diangkat lagi,"

"Aduh handphone Mama mati lagi, bagaimana bisa tahu mereka ada di mana?"

"Sebenarnya Mama ini sedang menunggu siapa?"

"Hari ini kita akan bertemu dengan Calon Istri dan Ibu Mertua kamu,"

"Mama ini bicara apa sih, nggak lucu ah !"

"Apa Mama belum menceritakan semuanya ke kamu?"

"Cerita soal apa Ma?"

"Kalau kamu akan segera menikah !"

"Tentunya dengan wanita yang telah mama pilihkan untuk kamu,"

"Papa juga sudah setuju dengan semua ini,"

"Apa, menikah?" Danial terkejut hingga menjauhkan diri dari Mamanya.

"Ma Danial belum memikirkan soal menikah, kenapa tiba-tiba Mama membicarakan hal ini?"

"Please Ma Danial ini sudah gede loh, jadi nggak perlu diatur seperti ini !" tegas Danial.

"Apa kamu bilang, coba katakan sekali lagi Mama nggak dengar !"

Danial takut untuk menatap wajah mamanya.

"Dengar ya Danial, ini adalah mimpi Mama sejak dulu jadi jangan kamu mencoba untuk mematahkannya !"

"Mama, Danial mau menikah jika sudah siap,"

"Sampai kapan, sekarang lihatlah sudah saatnya kamu itu untuk membangun kehidupan berumah tangga, usia siap untuk menikah, juga memiliki pekerjaan yang tetap, lantas apa lagi yang harus ditunggu?"

"Danial sudah memilih siapa orang yang akan menghabiskan hidup bersama dengan Danial ma, lalu bagaimana bisa membangun kehidupan berumah tangga dengan orang yang nggak kita cintai bahkan kenal sekalipun?"

"Maaf Ma, kalau Danial nggak bisa memenuhi keinginan Mama," ucap Danial lalu pergi meninggalkan Mamanya sendirian di sana.

"Danial tunggu, jangan pergi !" teriak Mamanya.

"Alhamdulillah akhirnya ketemu juga, Anna itu mereka di sana," tunjuk ibu Anna melihat Mama Danial seorang diri.

"Sarah, akhirnya aku menemukan kamu juga !" ucap Ibu Anna mengejutkannya.

"Lilis, maaf ya ternyata anakku nggak bisa datang ke sini karena ada urusan di kantornya,"

"Oh begitu, nggak apa-apa kok Sarah kita bisa mengerti hal itu,"

"Maaf ya Sayang," ucap Mama Danial ke Anna.

Anna tersenyum simpul.

"Kalau begitu kita belanja sekarang ya, karena sebentar lagi tokonya akan tutup," ajak Mama Danial.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!