Ijab Kabul telah selesai, semua bahagia melihat pernikahan kami, ya ... bagaimana tidak bahagia, saat melihat senyum termanis yang pernah aku lihat terlihat di bibir laki-laki yang kini berada di sampingku, namun... aku tahu arti senyuman itu, senyum itu hanyalah kedok agar lelaki tua yang menyatukan kami merasa bahagia, dan sembuh dari sakitnya,
"Kemarilah menantuku..."ucap mama mertuaku, dari segi wajahnya ia sangat terlihat galak, tapi entahlah, saat ia memanggilku menantu, aku sedikit berfikir kalau rupa belum tentu sama dengan hatinya,
aku mendekat ke arah mertuaku, dengan mata terkejut, mata ku melebar tidak percaya, kalau mertuaku mencium keningku,
Ya Allah... beginilah ciuman seorang ibu. ., tanpa aku sadari air mataku jatuh tak terasa, bukan karena aku sedih, tapi aku bahagia, meski sebelum ijab kabul, suamiku sudah memberi ku hadiah dengan perkataan menyakitkan nya.
FLASH BACK
"Ingat Aisyah... pernikahan ini bukan keinginanku, jadi ku harap kau tidak ikut campur atas hal pribadi ku, dan ingat lagi... ikuti semua kataku, karena aku adalah peraturan yang harus kau taati mengerti"ucapnya dengan penuh amarah
Laki-laki itu marah karena perjodohan ini, siapa yang ingin, aku juga tidak ingin, jika bukan karena kakeknya yang memaksa dan aku tidak punya pilihan untuk menolak nya,
aku beranikan menganggukkan kepalaku seraya berkata
"Anda tidak perlu khawatir tuan, aku akan mengikuti setiap yang anda katakan, dan anda tidak perlu khawatir karena saya juga tidak menginginkan pernikahan ini, jika bukan karena kakek,..."
"Jadi... kau bilang kau tidak tertarik padaku... cih... munafik sekali kau"ucapnya menyelang perkataan ku,
"Mungkin bagi anda saya munafik, tapi tuan bisa pegang kata-kata saya, saya tidak tertarik pada Anda bahkan pada harta anda, jika bisa setelah kakek sembuh, kita bisa mengakhiri pernikahan bohongan ini" ucap ku menguatkan hatiku, padahal ini adalah ikrar suci yang harus benar-benar aku jaga, tapi hidup dengan orang yang tidak menginginkan kita apakah kita bisa hidup bahagia ...
Aku berusaha kuat di hadapan pria arogan ini, Mungkin dengan begitu aku masih punya harga diri yang bisa aku pertahan kan
*****
"Nak... ini bibik Rosa,dan ini paman Anggara, dan yang ini adiknya Aditya namanya fanesa, kau cukup panggil dia nesa
Aku hanya tersenyum memandang semua keluarga suamiku, hanya wajah Nesa yang terlihat tidak ramah padaku, sama seperti kakaknya, fikir ku, tapi tak apalah toh, pernikahan ini hanya sementara setelah kakek sembuh, aku akan segera bebas dari pernikahan ini,
Setelah selesai dengan segala ritual, ibu mertuaku menyuruh Aditya untuk membawaku ke kamar nya, jelas wajah Aditya tersenyum dan menganggukkan kepala nya kepada sang ibu, dia memberi isyarat lewat matanya, agar aku mengikutinya, entah karena lelah,dan segera meninggalkan keluarga ini, aku langsung mengikuti langkah suamiku, namun saat ada dalam kamarnya, raut wajah nya sudah berubah, tak semanis saat di depan keluarga nya,
"Kau senang kan dengan keadaan ini, ahh.. sial ..."makinya kepada ku, apa salah ku kali ini, fikir ku
"Ini yang kau inginkan kan..,?tidur seranjang dengan ku ..."teriaknya lagi
'Oh Tuhan... apa lagi ini... ' ucap ku dalam hati
"Maafkan saya tuan... anda tidak perlu marah, saya juga tidak berniat untuk tidur sekamar dengan anda, apalagi tidur seranjang, sungguh!"ucapku meyakinkan nya,agar berhenti marah-marah padaku, namun nyatanya aku salah lagi, terlihat jelas dari matanya ia melotot padaku
"Apa kau bilang... kau tidak ada niatan tidur sekamar denganku... apakah aku begitu buruk di matamu... kau dengar ya Aisyah, di luaran sana, banyak gadis yang mengantri tidur dengan ku, dan itu jauh di atas mu"
Apalagi yang dia katakan... kenapa setiap ucapan ku selalu salah
"Aisyah... kau jangan terlalu tinggi menilai dirimu sendiri, Apa tujuan mu dan orang tuamu melakukan perjodohan ini,jika aku mau, aku bisa menendang mu keluar dari rumah ini malam ini juga"ucapnya lagi, yang selalu membuat hati ini teriris
ya Allah... kuatkan dan sabar kan... semoga aku bisa melewati nya dengan senyuman,
"Baiklah tuan... setelah kakek sembuh, buktikan ucapan anda, dan masalah anda ingin menendang ku keluar dari rumah ini, aku sangat menunggu hari itu, dan perlu anda tau tuan, harga diriku tidak bisa kau injak semau anda!, saya memang dari keluarga yang miskin, tapi... percayalah orang tua saya mendidik saya agar menjadi orang yang baik, dan bertutur yang baik, saya harap jika anda hanya bicara dengan saya, hanya ingin menghina saya, aku mohon... kita tidak usah bicara atau bertutur sapa, cukup kita bersuara saat ada di depan keluarga, itu akan lebih baik bagi kita tuan,dan masalah tidur, aku akan tidur di lantai, anda tidak usah khawatir"ucapku yang langsung berpaling darinya, menghindari matanya yang terus menatapku, aku ambil baju tidur yang ada di koperku, lalu menuju ke kamar mandi, meski aku dari kampung, bukan berarti aku kampungan
Ku biarkan suamiku itu mematung, entah apa yang ada di fikiran nya, apakah perkataan ku ada yang membuatnya tersentuh, ah ... mana mungkin.
Selang tak berapa lama kemudian, akupun selesai dengan ritual ku, aku menghapus semua riasan wajahku, saat aku duduk di depan meja rias, terlihat pintu kamar terbuka dan ternyata ibu yang masuk, seraya membawa segelas susu,aku fikir itu untuk mas Aditya tapi aku salah, ternyata itu untukku, ahh... sungguh baik sekali mertuaku ini, beda jauh dengan anaknya, fikir ku
"Ibu.. kenapa repot-repot membawa susu kemari ... Aisyah bisa kok mengambilkan susu untuk mas Aditya setelah ini"ucapku seraya mengambil segelas susu yang di sodorkan ibu mertuaku
"Itu untukmu Aisyah, dan kemarilah duduk bersama ibu"ucap ibu mertuaku seraya menepuk sofa yang telah ia duduki, aku pun mengikuti perintah nya, dan duduk di samping nya,
"Aisyah... Aditya tidak suka minum susu, perlu kau ingat... dia sangat alergi dengan susu, dia paling suka teh jahe, setiap pagi kau harus membuatkan nya teh jahe, tugas mu disini hanya melayani Aditya, tidak yang lain, dan ingat ibu tidak suka dengan namanya kesalahan, kau paham maksud ibu kan"
Aku tersenyum kepada mertuaku seraya berkata,
"Aku akan berusaha menjadi menantu ibu yang baik, tapi Aisyah mohon, ajari Aisyah,agar Aisyah tidak melakukan kesalahan dan membuat ibu kecewa"ucap ku tulus
Ku lihat ibu mertua ku tersenyum walau dandanan mertuaku seperti mama tiri, tapi semakin aku mengenalnya, semakin aku merasa ada kehangatan di dirinya, yang ku lihat, mertuaku tegas, tidak suka kesalahan, dan aktif... itu menurut pandangan ku
Saat aku dan mertuaku masih berbincang kulihat mas Aditya sudah keluar dari kamar mandi, sontak aku berdiri, dan menghampiri nya, pertama mas Aditya melotot padaku, karena aku lancang mengambil handuk yang ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya, namun mataku memberi kode kalau di sofa ada ibu, ia seolah mengerti dan menoleh kearah ibu
"Ibu... kau kemari..."
"Aditya... Aisyah begitu perhatian padamu, jangan kecewakan ibu Aditya"ucap ibu mertuaku
"Ap yang ibu bicarakan, apa pernah Aditya membuat ibu kecewa"ucap nya yang kini sudah ada di hadapan ibunya,lalu mencium kening wanita paruh baya yang ada di hadapannya,
"Kau kebanggan ibu, baiklah, kalau begitu ibu tidak akan mengganggu lagi, Aisyah, habiskan susu nya",ucap ibu mertuaku seraya keluar dari kamar ku, eh.. tepatnya kamar suamiku
Jam sudah menunjukkan pukul 2 malam, semua orang rumah sudah terlelap tidur, karena lelah nya acara tadi, benar saja, malam pertama ku yang menyedihkan, aku tidur di lantai, saat aku ingin memejamkan mataku, dering ponsel berbunyi, ku lihat ponselku tetap dalam keadaan mati, namun saat ku lihat, suamiku sudah mengambil benda pipih yang awalnya ia letakkan di nakas dekat ranjang
"Baiklah ... aku kesana sekarang ... kau jangan menangis ... aku segera kesana, sekarang juga" itulah ucapan yang aku dengar sebelum suamiku benar-benar pergi dari kamar ini, meninggalkan ku di malam pertama kami.
Tak terasa air mataku jatuh begitu saja,
Aku berusaha kuat di depan pria itu, namun tetap saja, aku lemah, hatiku terluka.
Aku menutup tubuhku dengan selimut, tanganku memeluk tubuhku sendiri, berusaha memberi kekuatan agar bisa melewati hari esok,
Tanpa terasa adzan subuh sudah berkumandang, dengan mata yang masih lelah, aku bangun, dan segera membersihkan diri dan menunaikan sholat subuh sendiri
Ku pinta dalam doaku, agar supaya di buka kan hati suamiku, meski tidak sebagai suami istri, setidaknya kami tidak saling benci, itulah yang ku pinta,
Setelah sholat subuh, ku putuskan untuk turun ke bawah, namun masih terlihat sepi, hanya ada suara dari ruang dapur, aku pun mendatangi arah dapur, di situ aku melihat si mbok telah berkutek dengan alat dapur.
"Ada yang bisa aku bantu mbok"ucapku
"Astaghfirullah non, ngagetin si mbok aja non, kenapa nona turun sepagi ini....?"tanya nya
"Sudah terbiasa saat di kampung mbok, Oya mbok, biasanya kalau pagi, kebiasaan ibu minum apa mbok...?"tanyaku seraya membantu si mbok mengeluarkan barang yang akan digunakan memasak nantinya
"Biasanya nyonya Martha minum teh jahe non, sama dengan Den Aditya, tapi kalau tuan biasa nya kopi hitam tanpa gula"ucap si mbok
"Apa gak pahit mbok...?"tanyaku heran
"Tuan kan punya diabetes non, jadi... gak begitu suka yang manis-manis"ucap jelas si mbok,
"Wah... Martha menantu mu sangat rajin sekali..."ucap Tante Rosa,
"Aisyah... kenapa sepagi ini kau sudah ada di dapur, kembalilah ke kamarmu, siapa tahu Aditya membutuhkan mu"ucap tegas ibu mertuaku,
Wajahku kini berubah pias, aku tak tahu harus bicara apa tentang suamiku itu, aku juga tidak tahu kemana ia pergi semalam.
"Ibu... itu... mas Aditya... mas Aditya semalam dapat telfon, dan dia... langsung pergi"ucap ku jujur namun suara ku pelan kan, terdengar mertuaku ber desis kesal
"Dasar Aditya... selalu begitu... Aisyah.. Aditya memang begitu... mungkin orang-orang rumah sakit tidak tahu, kalau tadi malam adalah malam pertama kalian, kau yang sabar ya sayang....",ucap Tante Rosa seraya membelai pipiku
"Ibu... Tante... sebaiknya ibu dan Tante duduk saja, akan Aisyah buatkan kalian teh jahe"ucap Aisyah dengan hati-hati
mertua masih terlihat diam membisu, entah apa yang ada di fikirannya, namun wajahnya terlihat ada kekecewaan,
Apakah dia kecewa pada anaknya... entahlah...
tapi terlihat Tante Rosa menarik tangan ibu mertua ku hingga duduk di ruang tamu, akupun segera membuatkan mereka teh jahe, sesuai intruksi dari si mbok, aku bisa membuat teh jahe kesukaan ibu mertuaku, Setidaknya meski suamiku tidak menyukai ku, tapi melihat perhatian ibu dan Tante, aku sudah cukup bahagia.
"Ibu... Tante... silahkan di minum", ucap ku seraya meletakkan dua teh itu di depan mereka
"Terimakasih sayang..."ucap Tante Rosa
Saat aku ingin melangkah pergi, terdengar suara langkah kaki dari arah pintu masuk, aku pun menoleh, dan benar saja, suamiku yang arogan telah datang, melihat itu, ibu mertuaku mengisyaratkan agar aku menghampiri nya, dengan segera aku berjalan kearah suamiku, dan langsung mengambil jas yang ia pegang, sesaat ia tertegun, namun segera ia tersadar kalau di dekatnya ada Tante Rosa dan ibunya.
"Aditya... apakah kau tidak bisa cuti, meski sehari saja, kenapa kau tega meninggalkan istrimu di malam pertama kalian"ucap ibu mertuaku yang langsung membuat langkah kaki mas Aditya terhenti.
"Maafkan Aditya Bu... semalam ada pasien Aditya yang kritis, sedangkan dokter yang Aditya jadikan wakil Aditya sedang ada di luar kota, tidak mungkin kan Aditya mengabaikan pasien Aditya"ucap mas Aditya dengan lihai nya ia berbohong.
'Ya Allah .. lugas sekali mulutmu bicara mas, aku tahu semalam yang menghubungi mu bukanlah seorang pasien kan....'ucapku dalam hati
Tapi tidak ingin membuat kesalahan lagi, aku hanya menjadi pendengar nya saja, saat mas Aditya melangkah kan kakinya ke atas menuju kamar, aku dengan setia mengikuti nya dari belakang, dengan jas masih ku pegang
*****
Di dalam kamar, sesuai dengan perjanjian semalam, kami tidak bertutur sapa, namun... tanganku lihai, menyiapkan semua kebutuhan nya, mulai dari baju Hem, jas, celana dan semuanya sudah ku siapkan, masalah cocok dan tidaknya, itu urusan dia, pikirku
Saat ku dengar suara pintu kamar mandi terbuka, aku pun segera menjauh dari ranjang tidur, dan segera kembali ke bawah, dan di situlah aku menyibukkan diri
"Kau lihat Rosa, Aisyah sangat beda jauh dengan menantu mu Rashi... Jam segini menantu mu masih belum bangun... isss untung bukan aku yang menjadi mertuanya,"ucap jengah ibu mertua ku
Ya Rashi adalah istri dari kakak nya Aditya, tepatnya kakak sepupu, namun beda denganku, ia terlahir dari keluarga berada, hingga mungkin hidupnya memang selalu di manja, Sedangkan aku, sejak kecil sudah di didik agar menjadi wanita yang mandiri
Terlihat Tante Rosa hanya tersenyum menanggapi saudara iparnya itu
"Sayang.. Aisyah.. seharusnya ini bukan tugasmu nak, sudah ada si mbok nanti yang akan melakukan ini"ucap tante Rosa, yang mana membuat mata mertuaku terbelalak, tanda tidak suka dengan perkataan Tante Rosa
"Apa yang kau katakan Rosa .. biarkan menantuku melakukan itu, itu sudah jadi tugasnya berada di rumah mertua, dia memang harus melayani suami, mertua serta para orang tua di sini, itu ajaran yang sangat baik Rosa...."ucap mertuaku, yang kini juga mulai berkutat di dapur
Aku tersenyum saat ibu mertuaku mengajarkan ku memasak makanan kesukaan suamiku Aditya, semoga dari sepiring makanan bisa memperbaiki hubungan kami, itu doa ku seraya memasak bersama si mbok dan kedua mertuaku, Saat masakan hampir selesai, aku melihat seorang wanita cantik, yang ku tebak dialah Rashi yang ibu dan Tante bicarakan tadi.
"Menantumu sudah tiba Rosa, sekalian kau sambut menantu kesayangan mu itu",ucap sinis mertuaku pada tante Rosa
"Rashi... Rai akan pulang hari ini, bisakah kau menyambut nya nanti"ucap Tante Rosa
"Maafkan Rashi ma... Rashi ada acara dengan teman-teman Rashi, tapi Rashi sudah menghubungi mas Rai... katanya tidak apa-apa Rashi pergi",ucap Rashi pada mertuanya.
"Rashi... bisa tidak kau sehari saja libur untuk melakukan hal yang tidak berguna bersama teman mu itu, Apakah hanya itu kesibukan mu... Rashi... kau sudah berkeluarga, ada suami yang harus kau layani, suami mau datang, kau malah mau pergi ..., ucap mertuaku dengan matanya yang lebar,
Terlihat sekali Rashi tidak suka dengan perkataan mertuaku, mulutnya berkomat-kamit seperti menirukan ucapan ibu mertuaku.
Ya Allah... ucapku dalam hati
"Sudah biarkan saja... pergilah Rashi... dan ingat statusmu sekarang adalah seorang istri... jadi ..."
"Aku tahu ma... jaga jarak dengan pria manapun... benarkan ma..."ucap Rashi yang kini menggelayut manja di lengan mertuanya
Pemandangan apa ini, se akrab itukah hubungan mertua dan menantu, enak sekali andai aku bisa seperti itu, itulah fikiran Aisyah
Saat Rashi sudah tidak terlihat lagi, kami kembali dengan kesibukan kami
"Aisyah... letakkan semua ini di meja makan, dan panggil suamimu,agar segera kebawah"ucap mertuaku, aku tersenyum dan melakukan apa yang ia perintahkan.
"Martha... apakah kau benar akan mendidik Aisyah dengan cara itu"
"Menantuku memang orang dari kampung, makanya aku menyetujui saat ayah menjodohkan nya dengan Aditya, karena aku memang tidak menginginkan menantu, yang seperti menantumu Rosa, ia selalu pergi dari rumah, tidak melakukan pekerjaan apapun, hanya bisa berdandan seperti itu, mau jadi apa Raihan nantinya, jika Rashi tidak berubah.
Rosa.. aku tahu... pernikahan antara Raihan dan Rashi adalah pilihan Raihan sendiri, tapi setidaknya Rashi bisa berubah"Ucap Martha dengan sangat kesal dengan menantu Rosa, Rosa yang notabenenya sangat sabar, selalu tersenyum, dengan semua ucapan Marta, karena memang benar semua yang di katakan Marta adalah kebenaran, namun Rosa tidak bisa berbuat apa, karena ia tahu, itu adalah watak menantunya
*****
"Sarapan sudah siap... ibu menyuruh..."
"Baiklah...kau keluar lah..aku akan segera turun" ucap nya menyelang perkataan ku.
Apa yang membuatnya tidak menyukaiku? Apakah karena ada wanita lain dalam hatinya? Jika benar ! Kenapa ia tidak bicarakan itu ke kakeknya, Kenapa malah aku yang di salahkan ... ? bathin Aisyah
Menjalani biduk rumah tangga, tak semudah yang aku bayangkan, meski aku sudah tahu, kalau suamiku tidak menginginkan aku, tapi nyatanya, aku masih sakit hati dengan setiap ucapannya, aku berusaha biasa saja dengan sikapnya, namun ini hati... hati yang tak bisa aku kontrol sendiri
"Aisyah mana Aditya...?"ucap mertuaku saat melihat aku yang mendekat ke arah meja makan, saat aku ingin menjawab tiba-tiba
"Aku disini Bu..." ucap nya seraya menuruni anak tangga, ku lihat senyuman di bibirnya, membuatku sedikit menarik sudut bibirku juga, ia pun mensejajari langkahku, agar terlihat seperti pasangan serasi
Ku lihat ibu mertuaku tersenyum pada kami, akhirnya Aditya pun duduk di kursi nya, sedangkan aku masih berdiri di samping nya, ibu mertuaku pun memberi isyarat melewati matanya, dan aku faham itu, aku pun mulai menaruh nasi di setiap piring, semuanya aku ambilkan, wah aku mantu idaman kan... semua orang memberi senyumannya padaku, kecuali suami Arogan ku ini
"Sudah cukup nak, papa tidak bisa makan sebanyak ini" ucap papa mertuaku seraya tertawa
"Duduklah..." ucap mama mertuaku
Aku pun duduk di dekat mas Aditya dan mengambil nasi dan lauk yang ada di depan ku saja, semua menikmati masakan pagi ini
"Aditya... "
"iya paman..."
"Rei akan tiba jam 10, kau bisa menjemput nya kan...?"
"Baiklah paman...,sekalian Aditya ke rumah Ramdhan " ucap Aditya seraya mengusap bibirnya dengan tisu
"Kau bawa juga Aisyah, sekalian kau kenalkan pada nenek mu"ucap ibu mertuaku
Nenek... jika itu neneknya mas Aditya kenapa kemaren gak datang
"Aisyah... Nenek nya Ramdhan adalah neneknya Aditya juga, dia ibu dari ibu mertuamu, tapi sekarang dia lagi sakit, jadi kemaren tidak bisa datang kemari sayang" ucap bibik Rosa seakan mengerti dengan kebingunganku
"Baiklah Bu... kalau begitu...kau bersiaplah, aku tunggu di mobil" ucap Aditya seraya menatap ku, mengerti dengan sorot matanya yang seolah menyuruhku untuk cepat-cepat berganti pakaian, akupun segera bangkit dari dudukku, dan menuju kamarku, Karena memang aku notabenenya tidak suka make up, aku pun cepat kebawah
"Ais.. tidak perlu terburu-buru sayang... Aditya akan menunggumu kok" ucap bibik Rosa
"Iya bik...takutnya mas Aditya kelamaan nunggunya"
"Aisyah... bawa ini... kau kasihkan sama nenek, dan pastikan nenek untuk memakan nya" ucap mertuaku seraya memberiku rantang, yang aku yakini ini adalah makanan kesukaan ibunya
"Baiklah Bu, kalau begitu Aisyah berangkat dulu, assalamualaikum" ucapku seraya menyalami ibu mertuaku dan bibik Rosa
"Waalaikum salam" ucap kedua orang tua itu, dengan segera akupun menuju ke mobil mas Aditya, terlihat ia menatap ke arahku, apa ada yang salah dengan penampilanku... ah.. biarlah... pikirku
"Kau mau duduk dimana... kau fikir aku ini sopir mu" ucap mas Aditya saat aku membuka pintu mobil bagian belakang
Eh maksud nya ini bagaiamana, apakah aku di suruh duduk di depan... tidak apa-apa kah...? ihhh dasar kau.. Arogan banget
Begitulah gumaman hati Aisyah, Aisyah pun menekad kan diri untuk duduk di depan, dan segera Aditya menghidupkan mesin mobilnya
"Ya..aku masih ada di jalan, kau tunggu saja, setengah jam lagi aku akan menemui mu, tapi sebelum ini aku masih mau mampir ke rumah Ramdhan, tidak apa-apa kan..?"
Perkataan suamiku yang entah bicara dengan siapa tapi yang kulihat ada sedikit ke khawatiran di wajahnya, apa mungkin dari orang rumah sakit, Aku tidak berani bersuara,apalagi bertanya, bisa-bisa dia marah lagi padaku, aku edarkan pandanganku ke arah jendela mobil, kini ku memasuki area perumahan yang begitu asri, banyak pohon rindang di jalan, tidak seperti di perumahan yang ada di sekitar rumah suamiku tadi
Tak berapa lama kemudian mobil yang aku tumpangi berhenti di depan rumah gak bertingkat tapi begitu luas, mungkin ini rumah nenek fikir ku, Saat aku hendak membuka hendle pintu mobil itu, aku mendengar ucapan mas Aditya meski secara samar-samar
Sesuai lah dengan harapan nenek
Entah apa yang sesuai aku tidak mengerti, masak bodoh begitulah fikir ku
Aditya berjalan mendahului Aisyah, Sedangkan Aisyah setia mengekori kemana langkah suaminya dengan rantang di tangannya
"Dah nyampek lu..."Ucap seseorang yang baru keluar dari kamar nya, mungkin dia yang bernama Ramdhan, yang tadi di ucapkan suamiku,
mas Adit tidak menjawab tapi si Ramdhan sudah memberi pertanyaan lagi
"Issttt... cantik bener istri lu Dit, hai kakak ipar... kenalkan aku Ramdhan sepupu suami mu" ucap nya seraya menjulurkan tangannya, Aku melihat ke arah mas Adit, seolah bertanya, Apakah tidak apa-apa, namun isyarat mataku tak dia pedulikan, aku pun membalas uluran tangannya menghargai sesama manusia
"Aisyah" ucap ku,
"Apa itu untuk nenek, kebetulan sekali, dari tadi nenek sangat susah di suruh makan," ucap Ramdhan
Ya Ramdhan dan Aditya sangat berbeda, Ramdhan terkenal dengan keramahan nya sedikit humoris, sedangkan Aditya sedikit pendiam
"Kalau begitu, dimana Nenek sekarang?" tanyaku yang kulihat mas Adit malah sibuk dengan ponselnya, apakah dia tidak khawatir dengan neneknya, dasar cucu gak ada akhlak, gumamku dalam hati
"Ram... gue tinggal dulu ya, ada sesuatu yang harus gue kerjain, dan Oya, aku bawa motor lu ya" ucap mas Adit pada Ramdhan
"Lalu istri lu?"
"Kalau sudah selesai,aku jemput " ucapnya tanpa melihat ke arah Aisyah
Jika kalian yang menjadi Aisyah, ngennes nggak jadi istrinya... ???? jawab loh ya ..
"Kakak ipar, mari ku antar ke kamar nenek" ucap Ramdhan memecah ke galauan Aisyah, Ramdhan pasti bisa melihat raut wajah Aisyah yang penuh dengan kesedihan
Tanpa menjawab Ramdhan, Aisyah mengikuti ramdhan dari belakang, hingga akhirnya, kini Aisyah berdiri di samping ranjang neneknya Ramdhan atau neneknya suaminya Aditya
"Nenek... coba lihat, siapa yang datang" ucap ramdhan seraya memegang tangan neneknya, terlihat sekali, bahwa Ramdhan sangat menyayangi neneknya itu, mendengar kata Ramdhan neneknya membuka mata sedikit demi sedikit, aku tersenyum melihat kedua mata nenek itu terbuka sempurna, lalu ku lihat senyum nya juga
"Assalamualaikum nek... saya Aisyah" ucapku seraya mencium tangan nenek
"Aisyah cucu menantuku?" ucap nenek dengan tanda tanya
"Iya nek... dia istri nya Aditya" ucap Ramdhan,
"Lalu dimana anak itu sekarang" ucap nenek seraya melihat kearah sekitar
"Adit sedang keluar sebentar nek, ada hal yang harus ia kerjakan, Nenek, coba lihat Aisyah bawa sesuatu untuk nenek" ucap Ramdhan memberi kode kepadaku agar aku duduk di samping nenek
Aisyah membuka rantang seraya tersenyum pada neneknya,
"Pasti mertuamu yang mengirimkannya iya kan..?" ucap nenek
"Iya nek, ini pasti makanan kesukaan nenek kan, mari Ais bantu nenek" ucapku seraya menyandarkan tubuh nenek ke sandaran ranjang
*****
"Apa yang terjadi...?"
"Adit... dia datang lagi tadi... ,aku takut dit, aku tidak mau kembali padanya" ucap sang wanita itu, ya Aditya menemui seseorang yang semalam juga telah membawanya dan meninggalkan istrinya di malam pertama nya, sungguh terlalu kau Aditya, semoga kau mendapatkan karma
Geram aku yang nulisnya,
Mohon dukungannya ya kawan semua, like, komin dan serta vote nya, biar author semangat menulisnya terimaksih semoga kalian suka
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!