NovelToon NovelToon

Gairah Cinta Tuan Posesif

Gara-gara mabuk

"Aaaaakkkkkk..." Teriak Aya, Saat menyadari dirinya sudah ternodai dan terbaring di atas ranjang tanpa pakaian. Aya segera menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos dan duduk meringkuk membenamkan wajahnya.

Lelaki yang tidur bersama Aya pun terbangun, akibat teriakan Aya yang cukup nyaring.

"Apa yang sudah terjadi padaku? apa yang kau lakukan padaku? hiks.. hiks..." tanya Aya pada pria di sampingnya, sambil menangis terisak-isak, Aya menyesali apa yang sudah menimpa dirinya tanpa ia sadari.

"Kenapa menangis, bukannya kita sama-sama mau?" Tanya balik pria itu dengan santai dan merasa tak bersalah. Membuat Aya langsung terdiam dan menatap pria tersebut yang kini duduk bersandar di sandaran ranjang dengan telanjang dada.

"Apa maksud mu dengan kita...?!" Aya pun mengingat-ingat kejadian tadi malam.

*** Beberapa jam sebelum kejadian***

Setelah di usir dari rumah oleh ibu tiri dan juga saudara tirinya dari rumah peninggalan sang papa, membuat Aya frustasi dan Aya memutuskan untuk datang ke sebuah club malam yang sering ia kunjungi.

Aya duduk di depan meja bartender sambil menikmati minuman beralkohol hasil racikan.

Seorang pria datang dan duduk di sebelah Aya sambil memesan minuman kembali.

"Sendiri saja di sini?" tanyanya pria yang setengah mambuk tersebut, Aya yang sudah mabuk itu tak menghiraukan pertanyaannya.

"Jangan menggangguku, aku sedang sedih, aku diusir dari rumah sama wanita jahat, aku gak punya uang, aku bingung mau tinggal dimana."oceh Aya tanpa perduli siapa yang diajaknya bicara saat mabuk ternyata pria itu pun sudah mulai mabuk juga.

"Aku juga sedang sedih, Apa kau tau? Kekasihku pergi meninggalkanku dan memilih pergi keluar negeri untuk menggapai mimpinya, dia memutuskan untuk meninggalkan aku." oceh nya saat sedang mabuk.

Merasa sama-sama sedang sedih, mereka pun ngobrol bersama dengan kata-kata yang ngacau, mereka pun nampak bahagia, seakan kesediaannya telah lenyap.

"Baiklah pria tampan, aku akan pergi berkelana sekarang, selamat tinggal." Pamit Aya sambil berjalan dengan sempoyongan.

"Mau kemana cantik, ikutlah bersamaku kita bersenang- senang lagi." Tanya pria itu dan meraih lengannya agar tidak meninggalkan dirinya.

Mereka pun memesan salah satu hotel bintang lima untuk menghabiskan malam bersama.

********

Aya pun ingat semuanya, lalu memukul-mukul kepalanya karena kebodohannya sendiri dan semua yang terjadi pada dirinya adalah kesalahannya, sampai melakukan perbuatan tak pantas itu tanpa ia sadari.

Aya pun segera pergi mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah kotor. Aya merasa jijik dengan dirinya, apalagi kini dia kehilangan kesuciannya pada orang yang tak ia kenal sekarang ini.

Setelah selesai semua, pria itu memberi Aya uang dan kartu nama.

"Ambilah, anggap saja itu kompensasi, jika kurang datang saja ke alamat itu." ucapnya.

Aya mengambilnya dan membaca nama yang tertera.

"Elang Anggara." ucapnya, lalu melirik pria yang ada dihadapannya dengan ekspresi wajah tak percaya.

Elang adalah pengusaha muda yang sukses di usia muda dan memiliki perusahaan besar yang terkenal dan memiliki beberapa cabang besar dibeberapa tempat.

Elang yang sangat low profile, menjadikan dirinya salah satu orang yang sangat susah ditemui, sekarang dia berada dihadapan Aya dan sudah menikmati tubuhnya sesuka hatinya.

" Aku bukan wanita munafik, karena saat ini aku memang sedang butuh uang untuk mencari kontrakan dan biaya kuliah, tapi jangan menganggap ku wanita murahan dan akan ku simpan kartu nama ini, semoga suatu saat bisa berguna." Aya pun mengambil uang dan kartu nama yang Elang berikan padanya.

"Tidak, aku tidak akan merendahkan mu, hanya saja jangan sampai kau buka mulut atas kejadian ini, mengerti. jika kau mau kau bisa tinggal di salah satu villa ku, hitung-hitung biar ada yang ngurus," jawab Elang.

"Oya namamu siapa?" tanya Elang sambil mengenakan bathrobe.

"Namaku Aya, panggil aku Aya," jawab Aya. "Terimakasih untuk tawarannya, tapi maaf aku bisa mencari kontrakan sendiri, aku akan pergi sekarang dan aku harap ini adalah pertemuan pertama dan terakhir kita." Aya 'pun berdiri dari sofa dan ingin pergi namun Elang malah menarik tubuhnya hingga Aya berada di pelukannya.

"Semoga kita tak bertemu lagi, dan jangan pernah membocorkan rahasia ini." Bisik Elang di telinga Aya dan untuk perpisahan dia mencium bibir mungil Aya dengan mendadak, seketika membuat Aya terbelalak.

Aya pun mematung dengan apa yang dilakukan oleh Elang lalu memegang bibirnya sendiri setelah mendapatkan serangan dari Elang.

"Kenapa kaku, bukanya tadi malam kau sangat menikmatinya," ucap Elang sontak membuat wajah Aya memerah karena dipermalukan lagi oleh Elang.

"Aku pergi." Dengan segera Aya pun pergi dari hotel dan meninggalkan Elang di sana.

Aya pun menggunakan uang yang diberikan Elang untuk mencari kontrakan yang tak jauh dari kampus, setelah mendapatkannya langsung membayar untuk satu tahun ke depan.

Aya pun membeli perlengkapan masak dan pakaian untuk kebutuhannya, Aya yang diusir oleh ibu tirinya tak membawa apa-apa selain baju di badan.

******

Aya yang berusia 20 tahun, masih menempuh pendidikan di salah satu universitas terkenal.

Dalam waktu singkat, gosip tentang Aya yang sekarang jatuh miskin sudah menyebar di kampus, bahkan semua menjauhi Aya dan hanya Ina yang masih mau menjadi sahabat Aya.

"Ina, aku sekarang ini sudah miskin, gak punya apa-apa gak bisa traktir kamu lagi. Apa kau masih mau menjadi sahabatku?" tanya Aya.

"Aya, aku berteman denganmu bukan karena statusmu, biar kamu kaya ataupun miskin, kamu akan tetap sahabatku," jawab Ina dan mereka pun berpelukan bahagia.

"Terimakasih sudah mau menjadi sahabat ku disaat aku jatuh," bisik Aya di telinga .

Saat mereka masuk ke kelas, banyak anak-anak yang mulai menghinanya di saat dirinya terjatuh.

Aya pun sadar mungkin ia terlalu sombong dulu, hingga mereka sekarang balas dendam padanya atas perbuatan yang pernah ia lakukan.

" Kamu gak papa, Aya," tanya Ina.

"Gak, aku gak papa, aku akan terbiasa nantinya jangan cemaskan aku." Tutur Aya dengan tenang menutupi kesedihannya.

Tiba-tiba Fina muncul dihadapan Aya, yaitu saudara tiri Aya.

"Hai gadis miskin, masih berani kuliah disini." hina Fina.

"Memang kenapa, apa aku tak boleh kuliah disini, aku masih bisa bayar, bukan kaya kamu dan mamamu yang jahat memanfaatkan papa untuk mengambil harta papa, " balas Aya.

Fina yang tak terima dengan ucapan Aya pun menjambak rambut Aya .

"Aaauuhhh," teriak Aya kesakitan.

"Dasar gadis miskin," hinanya sambil menjambak rambut Aya. Aya pun segera membalas menjambak nya dan akhirnya merekapun saling menjambak rambut.

Teman-teman yang lain malah mengadu mereka tanpa ada yang melerai. Sampai Kevin mantan Aya yang sekarang menjadi kekasih Fina datang untuk melerai. "Hentikan, apa yang kalian lakukan, seperti anak kecil saja." lerai Kevin dan merekapun berhenti dengan rambut yang sama-sama acak-acakan.

"Sayang dia duluan, menghinaku dan ibuku." hasut Fina membuat Aya makin jijik padanya.

"Kenapa kau lakukan itu, mereka saudaramu bukan musuhmu." Tanya Kevin pada Aya.

"Cuih... Saudara! Aku tidak punya saudara seperti mereka, dasar lintah darat. Memang kalian ini pasangan yang sangat cocok." Akhirnya Aya mengalah pergi meninggalkan mereka.

"Aya tunggu!" panggil Kevin namun Aya tak menggubris nya.

Aya pun meninggalkan mata kuliah yang masih dan memilih untuk pulang ke kost.

To Be Continued

Kesepakatan

Setelah pertengkaran itu, beberapa hari Aya tak masuk kuliah, ia memilih tinggal di kost dan tak ada aktivitas yang Aya lakukan, hanya menghabiskan cemilan yang dia beli.

Banyak pesan masuk dari Ina yang menanyakan keadaannya yang belum sempat ia balas, tak cuma Ina, Kevin pun ada beberapa kali melakukan panggilan dan dibiarkan Aya begitu saja, tak halnya juga dengan Dimas yang juga ikut kuatir.

"Lihatlah dirimu Aya, kau wanita cantik, seksi dan sangat menggoda, banyak pria lain yang menyukaimu, tapi kenapa kamu malah memilih Kevin yang membuat hidupmu bertambah malang seperti sakarang. Punya pacar lagi sayang-sayangnya malah diambil orang, kurang apa lagi coba." Aya yang memaki dirinya sendiri yang harus kalah dengan Fina yang tak lain saudara tirinya.

Memikirkan Kevin yang jelas-jelas sudah tak mencintai nya ditambah kini sendirian membuat otaknya membeku seperti es batu. Tak tahu lagi apa yang akan ia lakukan, tak ada tempat lagi untuk berbagi kesedihan.

Seperti biasa hal yang sering dilakukan Aya disaat otaknya tak mau bekerja, tujuan terakhirnya adalah club.

"Hai Dimas...." sapa Aya.

"Hai Aya, Tumben baru muncul lagi kesini." Sapa Dimas

Dimas adalah teman kuliah, dan bekerja paruh waktu di club malam.

"Biasalah, lagi gak ada duit, stok tipis," jawab Aya Sambil makan kacang.

"Ada apa tadi menghubungi ku?" tanya Aya.

"Aku menghawatirkan kamu tau."

"Kenapa tadi gak masuk, bertengkar lagi dengan Fina."imbuh Dimas.

"Dia dulu yang buat masalah, gengsi dong kalau aku harus mengalah." saut Aya

"Tapi, jangan mengabaikan kuliah gitu dong."

"Ya...maaf, soalnya otakku lagi buntu nie."

"Dasar kancil." ejek Dimas sambil memberi Aya minuman yang sama setiap Aya datang.

"Baiklah, aku lanjut kerja dulu, selamat bersenang-senang." Dimas pun melayani tamu lainnya.

Aya pun menggoyangkan kepalanya mengikuti alunan musik DJ, sambil sesekali meneguk menunaikannya.

Drrrttt

Drrrttt

Getar ponsel Aya. Ia pun segera mengambil ponselnya dari saku dan mendapati nama penelpon yang asing.

"Pria Tampan" ucap Aya membaca nama dari penelpon. "Kapan aku pernah save nomor dengan nama ini." Aya berusaha mengingat tapi tetap saja dia tidak ingat, karena ia tak merasa menyimpannya.

"Angkat gak, angkat gak, angkat.aaahhh angkat aja lah." Aya yang awalnya ragu pun akhirnya mengangkat panggilan tersebut.

"Halo sayang, apa kau rindu pada ku, sudah ku katakan, jangan mencari ku." oceh Aya dengan iseng.

"Apa kau sedang mabuk?" tanya Elang. Aya langsung menyadari dari suaranya, jika itu adalah laki-laki yang bersamanya malam itu.

"Ti-tidak, aku hanya bersenang-senang saja, dari mana kau tahu nomorku, aku kan tak pernah memberikannya padam?" Tanya Aya.

"Jangan cerewet, tunggu aku disitu,dan jangan kemana-mana." Elang pun mematikan panggilannya dan pergi menemui untuk menemui Aya.

"Matilah aku," ucap Aya sambil menepuk jidat.

Tak lama kemudian Elang pun datang ke club tempat Aya berada dan segera mengetahui posisi Aya menunggu.

"Cepat sekali sampainya." Aya pun tersenyum, ia sudah menghabiskan satu botol Vodka yang dikenal dengan kadar alkohol tinggi.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Elang.

"Aku hanya bersenang-senang saja. Hai...kenapa kau mencari ku, apa kau rindu padaku?"

"Ayo ikut aku pulang. Kita bicarakan di rumah." Elang berusaha menarik Aya dan hendak membawanya pulang.

"Tidak, aku masih ingin menghabiskan minumanku," Tolak Aya. Sambil memegang botol Vodka yang tinggal sedikit.

"Di rumah banyak minuman yang kau, mau tinggal pilih saja, kau pun boleh menghabiskannya." Bujuk Elang.

"Benarkah." Mata Aya langsung membulat, mendengar banyak minuman alkohol di rumah Elang,.akhirnya Aya pun luluh dengan ajakan Elang. Walaupun Elang terpaksa menopangnya untuk keluar dari club.

Selama di perjalanan Aya tak henti-hentinya ngoceh, karena sudah mabuk berat. Tubuhnya dan nafasnya yang bau alkohol tak dipedulikan Elang.

"Apa seperti ini kebiasaan mu sehari-hari, hanya mabuk-mabukan?" tanya Elang sambil menghirup parfum, agar mengurangi bau alkohol dari Aya.

"Tidak,.aku hanya bersenang-senang menghilangkan beban hidup ku. Kau tak tahu betapa berat hidup yang aku jalani, ingin rasanya aku gantung diri tapi masih takut mati aku masih takut mati. Hiks.. hiks..." Aya tiba-tiba menangis sebentar lalu kembali diam.

"Apa kau bisa memberiku uang, aku butuh uang, aku gak punya uang." Aya menengadahkan tangannya meminta uang kepada Elang dengan wajah memelas.

"Apa uang yang kuberikan beberapa hari lalu habis?" tanya Elang dan Aya pun mengangguk.

"Aku akan memberimu uang yang banyak, asal kau bisa menurut."

"Benarkah. Siap bos aku akan patuh jadi budak mu." ucap Aya sebelum ambruk di bahu Elang.

"Dasar wanita pemabuk." gerutu Elang.

Aya tak tahu lagi apa yang dilakukan Elang pada tubuhnya, yang dia tahu saat Aya bangun sedang berada dikamar bersama Elang, namun kali ini Aya masih memakai pakaian lengkap, tapi bukan baju yang dikenakan malam tadi.

Aya memandang wajah Elang yang tampan, hidung mancung, dan memang pria idaman bagi para gadis, termasuk dirinya.

"Kenapa kau datang lagi dalam hidupku sudah ku katakan waktu itu adalah yang pertama dan yang terakhir." ucap Aya yang mendekatkan wajahnya agar bisa melihat lebih jelas, setiap inchi wajahnya.

"Apakah aku tampan?" tanya Elang dan seketika Aya kaget dan salah tingkah ia ingin membalikkan tubuhnya, namun tak menyadari jika ia berbalik makan akan jatuh, dengan sigap Aya meraih tangan Aya dan menariknya, membuat tubuh ikut tertarik hingga tanpa sengaja Aya memeluk tubuh Elang yang masih telanjang dada.

"Dasar ceroboh."

"Siapa yang memandang mu tadi? aku tidak melakukannya. Lalu apa yang kau lakukan padaku, dan siapa yang Mengganti bajuku." pertanyaan yang terlontar dari mulut aya.

"Apa kamu tak ingat? Tadi malam kau menggodaku, kau bilang sangat merindukan kan ku dan ingin bercinta denganku." Jelas Elang. Dan lagi-lagi membuat Aya benar-benar gila.

"Tidak-tidak mungkin aku bilang begitu. Aku tidak percaya bisa menggodamu seperti itu." Aya menggelengkan kepala dan menjauhi tubuh Elang.

"Apa kau tak percaya? aku ada rekamannya nya saat kau merayuku."

"A- apa kau merekam ku." tanya Aya tak yakin.

"Di kamar ini ada cctv-nya."ucap Elang dan Aya langsung memutar bola matanya melihat sekeliling memastikan dimana cctv-nya.

Wajah Aya pun memerah, mendengar ucapan Elang, atas apa yang Aya lakukan tanpa di sadari-nya

"Jika benar aku merayu Elang betapa malunya aku sekarang ini mungkin dimatanya aku hanyalah wanita penggoda." Gumam Aya sambil menutupi wajahnya.

Sedangkan Elang, ia puas telah berhasil mempermalukan Aya kembali.

Elang pun mengambil sebuah berkas yang ada di laci nakas dan menyerahkan nya pada Aya.

"Tandatangani kontrak ini." Perintah Elang.

"Kontrak apa ini?" tanya Aya sambil membolak-balikkan berkas tersebut lalu membacanya.

"Setelah ku pikir-pikir aku tak bisa melepaskan mu begitu saja, apalagi kau sering mabuk dan mudah sekali ngoceh, aku takut kau membongkar rahasia ini dan menghancurkan reputasi ku." Jelas Elang.

"Aku tak mau menandatangani kontrak ini, apalagi banyak menguntungkan pihak pertama daripada pihak kedua." Aya menyerahkan kembali berkas tersebut pada Elang.

"Hai, kita sama-sama untung, aku memegang kendali atas dirimu dan kau bisa menikmati uangku, bahkan kau sudah menikmati tubuhku yang berharga ini."

"Apa kau bilang, aku menikmati, aku tak pernah merasa kenikmatan itu disaat aku sedang mabuk."

"Apa kau mau menikmatinya lagi."

"Tidak aku tidak mau."

"Kalau begitu cepat tandatangani kontrak ini, agar kau tak bisa macam-macam dan bulan depan kita akan menikah, aku gak suka menjalin hubungan terlarang terlalu lama."

"Menikah, aku gak mau menikah dengan mu. Berikan aku alasan yang tepat agar aku mau menikah denganmu."

"Kau sudah menikmati tubuhku yang berharga ini."

"Bukankah kita sama-sama mau, lagian itu pasti sudah biasa buat mu." elak Aya.

"Itu pertama kalinya aku melakukannya denganmu." Jawab Elang dengan tegas.

"Hai.... bukannya pria kaya tu suka main-main dengan wanita." saut Aya dengan pelan, masih tak percaya.

"Dasar....aku ini pria terhormat, reputasi ku akan hancur jika tahu aku malakukan skandal **** dengan mu, lagian aku gak bisa sembarang main perempuan." jelas Elang lagi.

"Terus kenapa kau lakukan padaku?"

"Kau yang menggodaku." tuduh Elang lagi.

"Kau pikir aku seorang penggoda." Aya pun sedikit marah dan melempar bantal kearah Elang.

Aya merasa direndah oleh Elang, diluar sana masih banyak yang suka dan menghargai Aya sebagai wanita baik-baik, tapi Elang dengan seenak jidatnya mengatai Aya wanita penggoda.

"Sudahlah, cepat tandatangani, agar kau tak lagi macam-macam." Elang menyodorkan lagi, berkas tersebut untuk di tanda tangani Aya.

Aya 'pun terpaksa menandatangani kontrak itu. Sekarang Aya dalam kendali Elang, dan tak bisa berkutik lagi.

"Mulai sekarang kamu tinggal disini, dan sopir akan mengantar jemput mu kuliah, dan ingat jangan macam-macam," ancam Elang.

"Oke, tapi jangan ikut campur dengan masalah pribadiku dan kuliahku, selama di luar, kau adalah orang asing bagiku."

Aya pun membuat kesepakatan konyol menurutnya, mengikat perjanjian dengan orang yang baru di kenal beberapa hari lalu dari pertemuan yang tidak di sengaja.

Apes

Setelah sarapan pagi bersama, Aya 'pun pamit untuk berangkat kuliah.

"Aku berangkat kuliah dulu ya." pamit Aya dan segera meraih tasnya yang ada ia letakkan di kursi sebelahnya duduk

" Tunggu dulu!!" tahan Elang.

"Apa lagi, ini sudah siang nanti aku terlambat." Saut Aya ketus.

"Ayo ikut dengan ku." ajak Elang menuju garasi. Aya pun membuntutinya dari belakang.

Pemandangan luar biasa mengagumkan, sederet mobil mewah berjejer memenuhi garasi yang besar.

"Pilihlah salah satu yang kau mau, dan itu akan menjadi milikmu." ucap Elang.

"Ini semua milik mu? dan Aku boleh pilih salah satu." Aya menunjuk diri sendiri dan Elang mengaguk.

Aya pun kegirangan, benar-benar seperti mimpi. Aya pun langsung memilih salah satu mobil yang menarik perhatiannya.

"Aku pilih yang itu aja." Tunjuk aya ke salah satu mobil dengan warna silver.

"Baik lah, nanti sopir akan mengantar mu pakai mobil itu."

"Kalau boleh tau, kau pakai yang mana? apa boleh aku yang memilih nya." tanya Aya.

"Pilihlah."

"Itu keliatan bagus dengan suasana hari ini." Aya menunjuk salah satu mobil sport warna gold.

"Aku akan memakai yang kau pilih."ucap Elang, membuat hati Aya berbunga-bunga, merasa menjadi wanita yang sangat dihargai pria,

Mereka pun pergi dengan arah yang berbeda.

Aya pun diantar sopir berangkat kuliah.

"Pak...sudah lama kerja dengan Elang." tanya Aya pada pak sopir.

"Sudah Non.., Pak Elangitu orangnya baik, dia itu perhatian sama karyawan nya, sangat beruntung Non bisa ketemu dengan pak Elang. setahu saya pak Elang gak pernah berhubungan dengan wanita."

"Terus dengan wanita yang mutusin pak Elang?" belum sempat dijawabnya mobil sudah berhenti di depan gerbang.

"Sudah sampai Non."

"Ooooo......Oya pak, nanti gak usah jemput, aku bisa pulang sendiri."

"Tapi Non...." belum selesai bicara Aya sudah keluar dan sudah ditunggu Ina.

"Hai Ina..." sapa Aya pada Ina yang masih berdiri menunggunya.

"Diantar siapa kamu?"

"Ohhh itu, sopir bos ku, tadi kesiangan makanya aku diantar." jawab Aya bohong.

"Syukur lah kalau begitu, aku tadi hampir berfikir negatif denganmu."

"Pikiran mu itu, ayo masuk kelas..."

Mereka pun masuk bersama ke kelas.

"Hai Aya." sapa Kevin yang menghampiri.

"Kenapa beberapa hari gak pernah angkat panggilanku, kamu marah ya padaku?" tanya Kevin.

"Gak, aku enggak marah, wajar saja kamu membela pacar mu dari pada aku yang gak salah." jawab Aya ketus.

"Maafin aku ya, bisa kan kita tetap jadi teman."

"Aku belum bisa memaafkan mu, pergi sana dan gak usah di bahas lagi." usir Aya dan Kevin pun pergi, dia tahu kalau Aya masih marah padanya.

Mata kuliah hari ini pun selesai. Aya dan Ina sudah janji mau pergi bersama.

"Aku ke toilet bentar ya dah kebelet ini, tunggu disini sebentar nya." Ina buru -buru pergi ke toilet dan Aya pun menunggu nya.

Setelah beberapa waktu Aya menunggu, Ina belum ada tanda-tanda muncul membuat Aya kuatir. Aya pun segera menyusul ke toilet untuk melihat Ina, takut dia kenapa-kenapa.

"Ina.... Ina..."panggil Aya.

Namun Aya dikejutkan kedatangan Fina dan teman-temannya.

"Mana Ina." tanya Aya pada Fina, yang menduga, jikalau Fina sudah melakukan suatu pada Ina.

"Tenang aja Ina ada di toilet, aku kunci." jawab Fina sambil Melihatkan kunci ditangannya.

"Lepaskan Ina, dia gak ada hubungannya dengan masalah kita."

"Gak akan, selama kau masih menggoda Kevin, siapapun yang dekat denganmu akan ikut menderita." ucap Fina sambil mendorong - dorong tubuh Aya sampai tubuh Aya menempel dinding.

"Oh....jadi kamu cemburu denganku." Ejek Aya.

"Dasar wanita murahan." Fina menjambak rambut Aya dan lebih parahnya dia menghantamkan wajah Aya Ke dinding membuatnya beradu kuat dengan dinding yang jelas-jelas Aya pasti kalah.

"Ini pelajaran buat wanita penggoda seperti mu."

"Apa kau bilang." Aya pun membalas jambakan Fina dan mereka pun saling Jambak.

"Lepaskan aku, dasar perempuan penggoda." teriaknya dan Fina sempat mencakar pundak Aya sampai merobek bajunya.

Ini adalah pertwngkaran paling parah Aya dengan Fina, yang menyebabkan beberapa luka lebam di wajah dan punggung Aya saat mendapat cakaran dari Fina.

Fina pun juga mengalami beberapa Lebam diwajahnya karena ulah Aya..

Akhirnya pertikaian mereka, berhenti setelah salah satu dosen mengetahui kejadian ini. bahkan Kevin dan Dimas pun tahu.

"Kalian ini, buat ulah saja, ikut bapak ke kantor." teriak pak dosen.

Dimas pun menghampiri Aya dan melepas jaketnya untuk menutup bekas cakaran di pundak aya, sedangkan Kevin menghampiri Fina, tidak lupa Ina pun sudah di keluar dari toilet.

Sesampai di ruang dosen, pak Gunawan pun langsung marah-marah pada mereka berdua.

"Kalian ini sudah kaya preman kampus saja, suka sekali membuat ulah."

"Dia duluan pak." ucap Aya dan Fina bersamaan.

"Sudah-sudah, besok suruh wali kalian datang." perintah pak Gunawan sambil menyodorkan surat pada mereka berdua.

"Tapi pak!!!"

"Tidak ada tapi-tapian, sekarang kalian boleh pulang."

Aya pun keluar kantor dan diikuti Dimas dan Ina.

"Ayo ikut aku, kita obati dulu luka mu." ajak Dimas

"Makasih Dimas, aku akan pulang saja."

"Aku antar ya."

"Gak usah, aku bisa naik taksi."

"Aya , maafin aku ya."

"Bukan salahmu Ina, aku gak papa kok, aku baik-baik saja."

"Baiklah kalau begitu aku antar ya."

"Gak usah lebih baik kamu juga pulang, Dimas tolong antar Ina ya."

"Tapi kamu..."

"Aku gak papa."

"Ya baiklah, kamu hati-hati ya, ayo Ina" Dimas pun pergi mengantarkan Ina.

Aya pun segera pulang naik taksi.

"Pak, antarkan aku ke alamat ini ya..." perintah Aya sambil menunjuk kan alamat rumah yang ada di kartu nama.

"Baik neng." jawab supir taksi dan segera mengantarkan Aya.

Selama di taksi, Aya hanya mengelus-elus pipinya yang memar.

"Kenapa Neng, cantik-cantik wajahnya pada memar." tanya sopir taksi.

"Habis jatuh pak." sahut Aya.

Tak lama kemudian sampai kerumah.

"Ini rumah neng."

"Iya pak,berapa ongkos nya."

"Lima ratus ribu neng." jawab Sopir

"Lima ratus, eeehh pak, bapak mau malak saya, mahal amat."

"Eh...pelit amat neng, lima ratus ribu buat orang kaya itu gak seberapa neng."

"Yah...baiklah malas aku debat dengan bapak, tunggu sebentar aku ambilkan uangnya.

Aya pun segera masuk mencari keberadaan Elang siapa tahu sudah pulang, namun ternyata belum.

"Non, kenapa wajah non." tanya kepala pelayan.

"Gak papa pak, Pak Elang apa sudah pulang." tanya Aya.

"Belum non"

"Bapak punya uang lima ratus ribu gak, buat bayar taksi?" tanya Aya.

"Mahal amat non bayar taksinya."

"Ada gak pak, nanti saya ganti."

"Ada Non."

"Tolong bayar kan taksi didepan sudah nunggu."

"Baik Non."

Hari yang sangat apes buat Aya, yang sudah babak belur masih saja dipalak supir taksi, mudah-mudahan Elang gak marah liat dirinya,

"Besok sapa yang mau jadi waliku gak mungkin Elang kan, ah nanti saja mikirnya, aku obati dulu lebam ku dah mulai terasa sakit nie." Gumam Aya sambil berjalan menuju kamar.

To Be Continued...☺️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!