Namaku Naira Rahmawati Sukma Wijaya. Sekarang aku berumur 18 tahun. Aku tinggal di keluarga Sukma Wijaya yang kaya raya. Sebenarnya namaku Naira Rahmawati karena aku di adopsi oleh keluarga Sukma Wijaya maka mereka memberikanku nama keluarga mereka.
Aku diadopsi keluarga Sukma Wijaya sejak aku berumur sepuluh tahun. Sebenarnya ibuku adalah sahabat dari ibu Herlina Sukma Wijaya. Dia mengadopsi aku karena kasihan melihatku yang sebatang kara ditinggal oleh kedua orangtuaku akibat bencana tanah longsor di desaku. Desa Sukatani.
#Flash back#
Hari itu hujan deras tidak henti henti. Sudah dua hari ini hujan terus menerus kami semua hanya tinggal di rumah dan tidak bisa kemana-mana. Desa kami terletak di sebuah kaki gunung akses ke kota masih jalan tanah dan berbatu batu, walaupun begitu desa kami terdapat fasilitas umum seperti sekolah dan puskesmas. Kami sekeluarga hidup pas pasan dari hasil ayah bercocok tanam. Keluarga kami hidup berbahagia.
Ditengah malam kami tertidur dengan lelapnya karena hujan yang sangat deras tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang sangat keras kamipun terbangun suasana gelap gulita dan akupun menangis dengan sangat kuat. Kudengar tetangga-tetangga kami berteriak-teriak menyuruh untuk keluar rumah secepatnya ... kamipun keluar rumah dalam keadaan yang gelap gulita .... tiba2 aku terhempas hebat oleh sesuatu dan tanganku terlepas dari gemgaman ibuku. Aku bagaikan terseret oleh sesuatu dan itu bukan air aku hanya bisa menangis dan memejamkan mataku dan pasrah. Kupikir aku sudah akan mati dan akupun tak sadarkan diri.
Aku terbangun serasa mimpi tubuhku penuh lumpur dan aku tidak bisa bergerak sama sekali. Aku menangis meraung-raung tapi tak ada seorangpun yang mendengarku. Badanku serasa hancur, aku hanya bisa pasrah dan berdoa semoga ada yang menolongku.
Aku masih terbaring kaku dengan wajah dan badan yang berlumpur. Aku hanya bisa memejamkan mataku dan menangis ... kurasa hari sudah siang karena matahari mengenai mataku dengan terang. Sayup-sayup kudengar orang-orang berteriak dan berbicara ... aku pun berusaha berteriak untuk meminta pertolongan.
"Tolong ..... tolong .... tolong saya pak."
Masih tidak ada orang yang mendengar tapi aku tetap berusaha meminta pertolongan.
"Tolong ..... tolong .... tolong saya ... teriakku terus menerus.
Aku tak henti hentinya berteriak sampai kurasakan tenggorokanku sakit.
Aku berusaha lagi berteriak sekuat tenaga sambil tetap menangis. Aku merasa sangat sangat ketakutan.
"Tolong ..... tolong .... tolong saya pak."
Akhirnya suaraku terdengar oleh seseorang.
" Hei ... kesini, ada seorang anak kecil disini ... cepat."
Merekapun segera datang ke arahku dan
akupun segera dikeluarkan dari lumpur yang sudah bercampur dengan batu dan kayu-kayu.
Akupun segera dibawa mereka ke tempat tenda pertolongan yg sudah disediakan.
Dokter yang bertugas sukarela disana memeriksaku dan memberikan instruksi untuk membersihkan tubuhku dan segera membawaku kerumah sakit terdekat.
"Hati-hati !"
"Sepertinya anak ini mengalami patah tulang yang sangat berat, kata dokter yang bertugas."
Aku di bawa ke dalam ambulan yang sudah stand by di sana. Ambulan langsung melaju menuju kota ke rumah sakit yang ditunjuk.
Di rumah sakit Sehat Jaya aku diperiksa secara intensive. Ternyata aku mengalami patah tulang yang sangat berat.
Lengan sebelah kiri dan kakiku terluka akibat terhantam batu dan kayu. Aku harus segera di operasi.
Aku menangis meraung raung. Aku masih merasa asing di rumah sakit dan tak ada seorangpun yang aku tahu, aku hanyalah seorang anak kecil. Aku segera dibawa keruang operasi untuk segera ditangani. Dokter bedah tulang, dokter anastesi dokter lain yang ditujuk serta perawat-perawat bekerja dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi untuk menyelamatkanku.
Operasipun berjalan dengan sangat lama. Setelah selesai operasi aku di bawa ke ruang perawatan. Cukup lama aku tertidur karena pengaruh obat bius yang diberikan. Aku harus dirawat inap disana dalam jangka waktu yang lama.
Setelah aku tersadar dan merasa aneh dengan lingkungan yang ada, akupun kembali menangis sekeras-kerasnya. Aku berteriak-teriak sejadi-jadinya
" ibuuuu .... ibuuu .... ayahhhhhhhhh hu ... hu... hu😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
Aku merasa sendirian dan ketakutan.
"Dimana ibuku?"
"Dimana ayahku?"
Hu ... hu ... hu ... 😭😭😭😭😭😭😭😭
Tiba-tiba seorang perawat mendatangiku dan berusaha menenangkanku.
" Tenang nak .... tenang ... kamu aman dan selamat sekarang ... cup ... cup ... cup.
"Jangan menangis ya nak."
Perawat itu memelukku dan membelai-belai rambutku seperti ibuku. Pelukan perawat itu begitu hangat dan mententramkan hatiku. Aku sangat senang dan terhibur.
Akhirnya akupun tertidur dengan pulas dipelukannya.
Keesokan harinya aku terbangun dan disebelahku ada seorang ibu yang cantik sedang memandangiku dan menggenggam tanganku dengan erat. Ibu itu membelai-belai keningku dengan lembut. Di sebelahnya juga ada seorang pria yang gagah dan tampan menemani wanita itu. Mereka semua tersenyum padaku dengan hangat.
"Selamat pagi anak cantik, semoga hari ini keadaanmu tambah membaik kata wanita itu dengan tersenyum."
Aku menatapnya dengan kebingungan karena aku tidak mengenalnya.
"Saya ibu Herlina dan ini suami saya pak Anugrah, kata bu Herlina yang tahu Naira sedang kebingungan melihatnya.
"Kami berdua adalah teman kedua orangtuamu."
Syukurlah kamu masih selamat dan sekarang kamu sudah aman.
Tenang ya nak, kami akan menjaga dan melindungimu.
Herlina adalah seorang istri dari Anugrah Sukma Wijaya seorang konglomerat yang terpandang di kota M. Mereka hidup serba kecukupan dan sangat bahagia. Mereka dikarunia 3 orang anak laki-laki yang semuanya ganteng-ganteng.
Herlina adalah aktivis yang selalu bergerak di bidang sosial, dia selalu menjadi donatur disetiap ada musibah di negaranya. Suatu sore Herlina sedang duduk dan menonton tv karena tidak ada kegiatan yang sedang dijalaninya. Dia melihat siaran langsung di channel tv SC dia melihat sedang terjadi bencana tanah longsor di desa Sukatani di kota B.
Herlina menonton siaran itu dengan fokus kemudian tiba-tiba dia teringat akan sesuatu.
"Bukankah Kumalasari tinggal di sana."
"Bagaimana ya keadaannya?"
Herlina merasa cemas dan menduga-duga.
Herlina mondar mandir seperti berpikir akan sesuatu. Akhirnya dia menelepon seseorang dan berkata;
H :" Halo" ...
X : 'ya bu kata seseorang di seberang sana.
H : " Tolong kamu cek kejadian di desa
Sukatani" Cari keberadaan orang yang mau saya cari.
X : 'siap bu'
H : Saya kirim gambarnya.
X : Baik bu.
Herlina berusaha mencari foto Kumala dan segera mengirimnya.
Sambil menunggu seseorang itu mengabarkan berita untuknya Herlina menelpon suaminya dan memberitahu apa yang terjadi.
#Anugrah Sukma Wijaya
Anugrah Sukma Wijaya sedang berada dikantornya setelah selesai rapat direksi ketika ponselnya berbunyi .
Dia melihatnya ponselnya, ternyata istrinya yang menelpon.
"Baiklah ma, papa akan usahakan pulang secepatnya."
"Tenang ma jangan banyak pikiran nanti darah tinggimu kumat lagi."
"Baikla pa, mama tunggu dirumah."
Sesampainya Anugrah dirumah, Herlina yang sudah tidak sabar langsung menceritakan berita apa yang sudah didapatnya dari seseorang itu.
H : Pa ... pokoknya kita harus segera
kesana.
A : Tenang ma... , sabar.
Besok kita pergi ke sana. Sekarang
sudah malam. Lebih baik kita istirahat saja.
H : Baiklah pa.
Keesokan harinya Herlina dan Anugrah berangkat ke bandara. Mereka mau pergi ke kota B dan segera ke desa Sukatani.
Perjalanan dari bandara ke desa Sukatani sekitar 4 jam menggunakan mobil. Mereka sengaja langsung ke tempat tujuan.
Sampai didesa Sukatani hari sudah sore menunjukkan jam 4. Setelah bertemu dengan seseorang yang bernama X, dan dia menjelaskan secara detsil kemereka, akhirnya mereka diantar menuju rumah sakit Sehat Jaya. Disana mereka bertemu dengan dokter dan menanyakan kondisi pasien yg bernama Naira. Akhirnya mereka dipersilahkan masuk ke dalam kamar perawatan Naira.
Herlina menangis dan memandangi Naira yang sedang tidur. Tangan kanannya menggenggam tangan kanan Naira dan tangan kirinya membelai-belai kening Naira.
"Pa ... kasihan Naira."
Ayah ibunya sudah pergi meninggalkannya.
Neneknya pun ikut jadi korban bencana.
"Bagaimana ini pa ?" Herlina berbicara sambil tetap menangis.
"Tenang ma, biar semuanya papa yang urus."
Anugrah yang selalu setia menemani istrinya disampingnya menghiburnya dengan penuh kasih sayang.
"Tenang ma, jangan menangis."
"Kasihan nanti Naira kalau lihat mama menangis."
"Nanti dia malah tambah sedih, mama harus kuat untuk menjawab semua pertanyaan Naira."
"Aku akan selalu disampingmu ma kata pak Anugrah sambil memegang kedua bahu istrinya dengan lembut sambil menenangkannya."
Naira membuka mata dan mendapati dua orang yang berada didekatnya sedang tersenyum dan memandanginya.
"Siapa kalian?" tanya Naira ke pada kedua orang di samping tempat tidurnya itu.
"Kami adalah teman dari kedua orang tuamu."
Saya ibu Herlina dan ini suami saya pak Anugrah. Maaf kami turut berduka cita ya atas musibah kedua orang tuamu dan nenekmu juga kata Herlina dengan lembut.
Tiba-tiba Naira menangis dengan keras dan memanggil-manggil ibunya kembali.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!