NovelToon NovelToon

Stand Alone

01

"Tanda tangan! Cepat!" Pintah Langit sambil melemparkan map kehadapan Aqilah.

"Apa ini?" Tanya Aqilah sambil menatap wajah Langit yang terlihat sangat dingin.

"Itu kontrak pernikahan. Cepat tanda tangan"

"Kontrak? Tapi mas, kita baru saja menikah dengan sah di mata hukum dan agama di depan orang tua mu, kenapa harus menandatangani kontrak ini?"

"Bego! Kau pikir aku sudih menikah dengan mu?" Tanya Langit sambil mentap Aqilah. "Kau tidak layak denganku. Kau hanya wanita mata duitan yang hanya ingin menumpang hidup dengan ku."

"Mas."

"Kita menikah hanya setahun dan setelah itu aku akan menceraikan mu. Jadi cepat tanda tangan."

Bagai di sambar petir di sore hari. Aku tidak menyangka jika pernikahan yang aku lakukan pagi tadi berjalan seperti ini. Langit nama pria yang dijodohkan dengan ku tidak menerima pernikahan ini. Dia ingin menjadikan pernikahan ini sebagai nikah kontrak selama setahun. Dadaku sesak seketika, saat aku dengar dari mulutnya bahwa aku tidak layak untuknya. Harusnya ia menolak jika tidak ingin menikah, bukan justru mempermaikan pernikahan dengan nikah kontrak seperti ini.

Dan terpaksa aku harus menandatangani isi perjanjian kotrak tersebut tanpa ku baca sama sekali. Karena tidak ingin bertengkar dengannya, dengan imam yang akan jadi penunjuk arahku kedepan selama setahun.

"Kau tidur di sofa. Jangan berani naik ke atas tempat tidurku." Katanya dengan wajah yang sangat dingin. "Dan, jangan menyentuh barang-barangku." Lalu Langit menutup pintu kamar dengan sangat keras membuat diriku kaget.

Aku hanya bisa menghembuskan nafas secara perlahan, lalu mengusap dadaku dan berharap Langit hanya sedang bercanda gurau dengan perkataannya. Aku berharap Langit sedang menguji kesabaran ku dengan tingkahnya yang barusan ia lakukan padaku.

Tapi meski Langit melarangku menyentuh barang-barang miliknya, aku sebagai istri tidak menggubris ucapannya. Aku sebagai istri tetap harus melayani Langit sebagaimana istri terhadap suaminya.

Kulihat sepatu Langit berserakan di lantai, lantas aku langsung mengambilnya dan menyimpanya ke tempat sepatu agar terlihat rapi, dan setelah itu aku merapikan tempat tidur yang seprei nya berantakan

. Hingga lelah menghampiri, aku pun segerah membersihkan tubuh dan kembali keluar dari kamar menuruni anak tangga menuju dapur.

"Sayang dimana Langit?" Tanya Ibu Lisa, ibu mertuaku.

"Langit, hhm dia-,

Ibu menggenggam kedua tangan ku dan mengajak ku duduk di kursi. "Sayang, kamu harus sabar menghadapi sikap Langit yang sangat cuek dan dingin. Langit walau pun seperti itu tapi dia punya sisi yang lembut, dia tipe laki-laki yang setia. Percaya sama ibu."

"Iya Bu." Ucapku sambil menganggukkan kepala.

"Sabarlah nak, ibu tahu Langit hanya belum menerima kenyataan ini. Tapi ibu yakin, Langit pasti akan menerima mu dan mencintaimu kelak. Jadi ibu mohon bersabarlah"

Aku hanya bisa tersenyum mendengar ibu mertuaku menceritakan tentang Langit kepadaku, tentang masa kecil Langit, tentang apa yang Langit sukai dan tidak sukai. Seketika aku berharap bisa menjadi awan bagi Langit agar aku bisa selalu bersama nya dalam keadaan apapun.

Langit. Aku tidak ingin menjadi hujan yang akan jatuh ke bumi lalu meninggalkan mu. Dan aku pun tidak ingin menjadi matahari ataupun bintang yang bersinar namun akan meninggalkan mu walau sudah waktunya. Dan aku pun tidak ingin menjadi pelangi yang terlihat begitu sangat cantik, namun tetap ujung-ujungnya akan meninggalkanmu. Langit, aku ingin menjadi awan mu yang selalu ada dalam terang dan gelap mu.

.........

"Mas, kamu sudah pulang?" Tanya ku sambil menghampiri Langit.

Langit hanya diam langsung membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.

Lalu aku yang melihat Langit seperti itu, berbaring dengan memakai sepatu, langsung mendekat dan mencoba melepas sepatu yang Langit kenakan.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Langit dan tanpa sengaja kaki nya menendang tubuhku hingga aku terjatuh

"Mas, aku-,

"Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu." Ucap Langit dengan tegas membuat dadaku terasa sesak.

Sekotor itukah aku di mata mu mas? Hingga memegang sepatumu pun saja kamu tidak sudi.

"Keluar sekarang juga!" Titah nya sambil menunjuk ke arah pintu.

Aku hanya bisa menurut dan keluar dari kamar, karena tidak ingin mengganggu Langit untuk beristirahat. Dan setelah beberapa saat, aku pikir Langit mungkin sudah tertidur, perlahan aku membuka pintu kamar dan masuk secara perlahan. Benar saja Langit sudah tidur dengan pulasnya.

Ini adalah malam pertama kami menjadi pasangan suami istri. Mungkin pasangan suami istri di luar sana akan menghabiskan malam pertamanya dengan hangat dan romantis. Tapi berbeda dengan aku dan Langit. Malam kami tidak ada malam seperti mereka.

02

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Langit sambil menatap tajam pada diriku lalu menatap pakaian yang sudah aku siapkan di atas tempat tidur.

"Aku hanya menyiapkan pakaian kerja kamu mas."

Satu langkah, dua langkah. Langit semakin mendekat kearahku dengan wajah yang sulit aku baca.

"Auuhhh, sakit Mas." Aku meringis karena Langit mencengkram kedua pipiku dengan sangat keras.

"Kuperingatkan padamu, jangan menyentuh barangku. Karena aku tidak sudih di urus oleh wanita seperti dirimu."

Setelah berkata seperti itu, Langit langsung melepaskan cengkramanya dan mendorong tubuhku dengan kuat, hingga aku terjatuh dengan posisi duduk.

"Sabar.. sabar.. sabar.." Ucapku dalam hati sambil menutup mata. Aku menghembuskan nafas, lalu kembali berdiri dengan senyum kupasang di wajahku.

"Aneh!" Batin Langit saat tanpa sengaja matanya melihat wajahku yang tersenyum.

Aku melangkah mendekat ke arah Langit saat Langit kesulitan untuk memasang dasinya, ku kumpulan keberanianku untuk memasang dasi untuk Langit, namun lebih dulu Langit menepis tanganku.

"Jangan harap tangan kotormu menyentuh diriku" Ucap Langit yang begitu penuh dengan penekanan, membuatku kembali tersakiti dengan kata-katanya.

Hingga keheningan terjadi di dalam kamar, karena aku maupun Langit sibuk dengan pemikiran masing-masing. Aku sibuk memikirkan bagaimana bisa membuat Langit melihatku, Langit menerima kehadiranku sedangkan aku tidak tahu apa yang Langit pikirkan.

Hingga ketukan pintu membuat aku tersadar.

"Tuan, Nyonya. Maaf mengganggu, saya di minta nyonya besar untuk membangunkan Nyonya dan Tuan." Ucap Bibi saat setelah mengetuk pintu kamar.

Aku dan Langit sama-sama berjalan keluar dari dalam kamar.

"Tuan dan Nyonya di tunggu di bawah oleh tuan dan nyonya besar." Kata Bibi sambil menundukkan kepalanya.

"Iya Bi, makasih yah sudah di panggil."

Tanpa menjawab, Langit langsung berjalan mendahuluiku. Aku pun langsung mengekor di belakang tubuh tengap Langit, hingga brukkk. Langit berhenti berjalan, dan aku menambrak tubuh kokohnya.

"Maaf." Kataku

"Jangan katakan apapun pada orang tuaku jika kau ingin hidup aman" Titah Langit lalu kembali berjalan.

......

"Sayang bagaimana hari pertama pernikahan kalian?" Tanya Ibu Lisa mertuaku.

"Ibu, jangan membuat mereka malu." Timpal sang ayah.

Apa aku harus menjawab pada kedua mertuaku yang sudah aku anggap sebagai orang tua kandung, jika Langit tidak menerima ku dan tidak hanya mengingikan pernikahan ini sebgagai pernikahan kontra. Apa harus? Tapi aku tidak mungkin bercerita kepada kedua mertua ku tentang semua ini aku tidak ingin mereka kecewa padaku mengingat betapa mereka sangat baik padaku dari dulu hingga kini dari sebelum aku menjadi istri Langit. Aku tidak ingin mereka kecewa.

"Ayah, Ibu. Aku dan Aqila sudah mengambil keputusan akan tinggal di apartemen milikku." Ucap Langit.

Aku terheran dengan apa yang Langit katakan. Sejak kapan aku dan dirinya membicarakan tentang apartemen. Kenapa Langit membual di pagi hari ini.

"Benar itu sayang?" Tanya mertuaku sambil menatap wajahku.

Aku bingung ingin berkata apa, karena memang aku tidak tahu dengan rencana Langit ini. Akhirnya aku menengok ke arah Langit melihat dirinya meminta penjelasan dari matanya, dan dia hanya menatap tajam pada diriku.

"Sayang katakan, apa yang Langit katakan benar?" Tanya ibu lagi

Langit tetap diam, dengan wajah dinginya namun kaki nya menginjak kakiku yang beeada di bawah meja. Aku pun mengerti sekarang

"Iya bu." Jawabku

Mertuaku menghela nafas, mungkin dia merasa sedih karena harus di tinggal oleh anak semata wayan nya yang amat dia sayangi

"Apa itu harus?" Tanya ibu sambil melihat Langit.

"Sayang ini sudah menjadi keputusan mereka berdua, jadi tolong hargai." Timpal ayah mertuaku.

Ibu tersenyum dan mengiyakan kami untuk tinggal di apartemen. Kini pikiranku hanya berfikir kelak apa yang akan aku lakukan dengan Langit di sana? Hanya berdua dengan dirinya.

"Aku pamit." Langit berdiri dari duduk nya dan berjalan keluar.

"Nak." Panggil mertuaku. "Aqilah ayo sini sayang."

Aku mengikuti mertuaku yang berjalan mendekat ke arah Langit

"Pasangkan suamimu dasi nya."

Aku menatap wajah Langit yang hanya diam mematung. Benar-benar sulit di tebak apa yang ada di dalam pikiran Langit.

"Ayo, pasangkan dasi untuk suamimu."

Satu langkah, dua langkah, akhirnya kini aku berdiri tepat di depan Langit.

"Bismillah" batinku.

Hatiku berdetak tak karuan saat aku memasangkan dasi pada Langit. Sungguh ini pertama kalinya aku melihat wajah Langit dari jarak dekat. Sungguh sempurnah ciptaan Tuhan.

"Selesai.' Kataku sambil tersenyum.

"Cium suamimu." Titah mertuaku membuat aku membulatkan mata.

Cium? Sedangkan di sentuh saja Langit tidak sudi. Apalagi dicium olehku.

Aku masih terdiam hingga satu kecupan mendarat di pucuk kepalaku.

"Aku pamit dulu yah sayang. Baik-baik di rumah, nanti aku menjemputmu dan membawa mu ke apartemen."

Aku diam mematung, sungguh aku tidak menyangka dengan perkataan sayang, dengan ciuman itu. Apakah benar dia adalah Langitku? Atau saat ini aku sedang bermimpi? Langit kau kah itu.

03

Kata-kata Langit masih tergiang-giang di telingaku. Kata 'sayang' membuat ku terbang tinggi, entah kanapa panggilan itu seakan membuat dunia ku berhenti berputar. Lagi, lagi dan lagi, aku berharap setiap hari dan bahkan setiap saat, Langit memanggilku seperti itu, jujur aku tersenyum membayangkan nya. Membayangkan Langit kembali memanggilku sayang dan mengecup kembali diriku. Huffff pikiranku, selalu membuat ku terbang tinggi.

Namun semua yang aku harapkan percuma, aku pun terbang tinggi tiba-tiba terjatuh. Senyuman yang ku ukir di wajahku kalah membayangkan Langit, tiba-tiba menghilang. Ketika suara seseorang memanggilku yang tak lain adalah Langit.

"Hey." Kata Langit sambil melemparkan jas kerja miliknya ke hadapan wajahku.

"Kemasi barang mu dan kita pindah ke aparteman sekarang juga." Titah nya sambil berjalan meninggalkanku yang belum menjawab ucapannya.

Aku mulai mengemasi pakaianku satu persatu, dan saat semua yang kuperlulan telah masuk kedalam tas, kini aku melihat lemari Langit, kuputuskan untuk mengemas baju yang akan Langit gunakan jika kami tinggal bersama nanti.

"Lepaskan!" Sentak Langit sambil menghempaskan tanganku dengan sangat kasar.

"Jangan menyentuh barang milikku." Kata Langit sambil menatap wajahku dengan tatapan yang sangat dingin.

Matanya seakan menusuk mataku. Aku takut melihat tatapan itu. Aku langsung menunduk tak kuasa melihat Langit menatap aku seperti sedang ingin memangsa diriku.

"Sekali lagi kamu menyentuh barang milikku, maka tangan mu akan aku patahkan." Ucapnya sambil menutup pintu lemari dengan keras.

Huffff, aku mengusap dadaku. Langit benar-benar sangat sulit untuk di tebak. Kadang ia diam, mendung, dan mendadak menjadi panas.

Kami berdua pun pamit pada Ibu dan Ayah. Walau Ibu mertua ku hatinya masih separuh untuk melepaskan kami, tapi Ayah mertuaku menyakinkan Ibu mertuaku bahwa Langit pasti akan bisa menjaga ku dan membimbingku.

Langit begitu baik padaku, hingga kami berdua masuk kedalam mobil. Selepas mobil keluar dari pekarangan rumah. Tiba-tiba suasana di dalam mobil menjadi dingin. Baik aku ataupun langit tidak ada yang saling sapa. Kami berdua terdiam seribu bahasa, hingga mobil berhenti di tepi jalan.

"Turun!" Ucap Langit dengan suara beratnya

"Haaa?" Aku melongoh menatap Langit.

"Apa kau tuli? Aku bilang turun!" Sentak Langit sambil membuka pintu mobil nya dan membuka pintu bagasi mengambil semua barang milikku dan di letakkan di pinggir jalan.

Aku hanya terdiam di dalam mobil sambil melihat Langit dari kaca spion. Lalu setelah itu Langit membuka pintu mobil dan menarik ku secara paksa.

"Turun!" Sentak Langit dengan sangat kerasnya sehingga aku yang belum siap, terpaksa jatuh tepat di pinggir jalan.

"Aku tidak sudi, tubuh kotormu duduk di mobil mewahku" Ucap Langit yang membuat hatiku teriris sakit.

Se hina itu kah aku dimatamu? Sehingga untuk duduk di kursi mobilmu pun aku tidak layak?

"Ini." Langit melemparkan selembar kertas di hadapanku.

"Kau harus datang ke apartemenku dengan usahamu sendiri." Ucapnya lalu Langit naik ke atas mobil dengan menutup pintu dengan sangat keras membuat ku menjadi tersentak kaget.

Aku melirik ke kanan dan ke kiri. Ada beberapa orang yang melihatku, menatap ku penuh dengan tanda tanya. Aku layaknya orang yang telah di buang, di turunkan di tepi jalan dengan barang barang.

Aku berusaha tersenyum ramah, hingga ada mobil hitam mewa yang berhenti tepat di sampingku.

"Naiklah, aku beri tunpangan." Kata pria itu setelah membuka kaca mobilnya

"Terima kasih. Tapi aku bisa naik taxi." Ucapku dengan sopan menolak ajakan pria tersebut yang belum aku kenal sama sekali.

Namun pria tersebut tetap bersikeras ingin menolongku. Mungkin ia kasihan melihatku yang berdiri sendiri di tepi jalan dengan barang bawaan ku.

Pria itu turun dari mobilnya dan membawa barangku kedalam mobilnya tanpa izin terlebih dahulu padaku.

"Hey kenapa mengambil barangku?" Tanya ku dengan sedikit kesal dengan pria yang sangat sok ini.

"Masuklah biar aku antar." Kata pria itu sambil membukakan pintu mobil nya untukku.

Aku terdiam menatap pria itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Karena jujur di kota besar ini aku takut, aku sungguh tidak percaya pada seorang yang baru aku temui.

"Namaku Andre. Di sini kau tidak akan bisa naik taxi karena ini jalan perumahan elit, tidak ada taxi yang masuk. Jika kau tidak menerima ajakkan ku berarti kau harus berjalan kaki hingga ujung komplek ini."

Aku terdiam sesaat memang benar kata Andre, tidak ada taxi yang lalu lalang di tempat ini.

"Makasih." Ucap ku lalu aku masuk kedalam mobil dan duduk tepat di kursi depan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!