NovelToon NovelToon

Rangga dan Rara (Mencintai Anak Mantan)

1. Hanya Satu Nama

Bukankah Rangga pun berhak bahagia? Tentu saja, dia adalah pria baik. Pria baik akan mendapatkan wanita baik baik.

Happy reading.

Amerika.

Di depan sebuah lorong terparkir sebuah mobil berwarna hitam. Terlihat seorang pria berumur 34 tahun sedang menuntun pria paruh baya masuk ke dalam mobil. Lalu dia sendiri segera naik dan duduk di belakang kemudi dan menyalakan mesin mobil. Saat hendak tancap gas, tiba-tiba pintu mobil di belakangnya di buka seseorang. Dengan cepat orang itu masuk dan segera menutup pintu dan menguncinya.

Keduanya kaget dan melihat ke belakang. Seorang gadis belia berumur 17 tahun dengan nafas ngos-ngosan, wajah keringatan. Memakai topi hitam, rambut di urai ke depan yang sepertinya sengaja di berantakin untuk menutupi sebagian wajahnya.

"Om tolong aku, cepat jalan." kata gadis itu menggunakan bahasa Inggrisnya yang pas pasan terdengar dari pengucapannya. Lalu segera melorotkan tubuhnya ke bawah sambil mengintip ke kaca mobil melihat ke arah lorong. Dari jauh terlihat beberapa pria yang berlari ke arah mereka.

"Cepat Om jalankan mobilnya! Mereka semakin dekat!" pintanya lagi dengan cepat. Panik dan cemas. Dia khawatir mereka akan mengetahui keberadaannya di dalam mobil.

"Cepat Om!" pinta gadis itu kembali sambil menepuk bahu sopir berulang. Dia kembali melorot kan tubuh karena kaca mobil yang transparan, bisa tembus dari luar.

Sang sopir memalingkan wajah ke arah lorong. Dia melihat sekelompok pria yang berlari mendekat ke mobilnya. Sepertinya mereka sedang mencari dan mengejar sesuatu, dan sudah pasti gadis ini. Yang masuk tanpa permisi dan sembarangan memberi perintah.

"Orang orang itu mengejar ku. Mereka orang jahat! Aku akan bayar berapa pun yang anda minta. Yang penting cepat bawa aku dari sini sekarang juga sebelum mereka menangkap ku!" kata gadis itu kembali dengan terburu-buru nada cemas.

Sang pria melihatnya dari kaca mobil tengah. Entah ada masalah apa sampai orang orang itu mengejar si gadis. Pria itu segera membuka jaketnya dan menutupi tubuh si gadis tak kala kelompok pria itu sudah dekat dengan mobilnya. Si gadis kaget tapi memilih diam dan tetap pada posisinya. Dia kesal kenapa mobil belum juga jalan.

Beberapa detik terdengar ketukan dari luar. Salah seorang dari kelompok pria yang memakai jas hitam itu mengetuk kaca mobil sopir.

Si sopir segera menurunkan kaca mobil sedikit."Ada apa?" tanyanya.

"Maaf, apa anda melihat seorang gadis lewat di sini? Ciri-cirinya seperti ini.....!" mengatakan ciri-ciri si gadis dan pakaian yang dia kenakan. Matanya menyapu cepat melihat dalaman mobil. Siapa tahu gadis itu bersembunyi di dalam mobil ini. Karena hanya mobil ini yang terparkir di tempat ini. Mereka juga sudah melihat ke arah samping kiri-kanan dan sekitarnya tak melihat apa yang mereka cari.

"Tidak, aku tidak melihat. Maaf, aku buru buru. Pamanku sedang sakit!" katanya si sopir seraya menoleh pada pria tua di sebelahnya yang sakit. Ciri ciri gadis yang mereka cari sama persis seperti gadis yang sembunyi di dalam mobilnya.

Si pria berjas melihat ke arah pria paruh baya di sebelah yang tampak lemah, wajah pucat.

Kaca mobil di naikan, lalu kendaraan roda empat itu melaju pergi meninggalkan kelompok pria yang tampak kecewa tidak menemukan apa yang mereka cari.

Setelah agak jauh si gadis segera menaikkan tubuhnya dan duduk. Dia membuang nafas lega. Dia melihat kebelakang. Ke arah pengawal tantenya yang di perintahkan untuk mencari dirinya yang kabur dari rumah. Lalu melihat kembali ke depan seraya melepas jaket dan di letakkan di jok sebelah. Ponselnya tiba tiba berdering.

"Kamu di mana sih?" suara keras langsung terdengar begitu dia mengangkatnya.

Si gadis menjauhkan benda pipih itu karena gendang telinganya serasa mau pecah.

"Ya tuhan, pelan pelan dong bicaranya. Telinga ku sakit! Bisa nggak bicara pelan? Kamu tuh seorang wanita, harus lembut bicaranya." katanya kesal.

"Udah deh Ra, gak usah sok nyeramahin aku. Sekarang katakan kamu di mana? Kamu pergi kemana? Semua orang panik nyari Lo! Tante mu sudah berulangkali menelpon aku menanyakan dirimu!" suara di seberang kembali terdengar menyentak.

"Kan udah ku bilang, aku sedang mencari cinta dan jodoh ku!" kata si gadis sambil tersenyum membayangkan sesuatu.

Dua pria di depan diam diam mendengar obrolan itu. Yang menggunakan bahasa Indonesia. Dari bahasanya, mereka tahu asli gadis itu.

"Ya ampun, berhenti bercanda. Cepat pulang! Semua orang menghawatirkan dirimu." teriak suara dari seberang.

"Aku baik baik saja. Aku bosan di rumah. Aku pengen jalan-jalan sebentar. Siapa tahu ketemu pangeran ku." celetuk gadis itu kembali.

"Stop bercanda Rara! Hentikan halu mu itu!"

"Aku serius Fi....!" celetuk May lagi.

"Hey Nona, Pria pujaan mu berada di Australia, bukan di sini!" kata gadis yang di seberang bernama Sofi.

"Siapa tahu aja dia ada di negara ini! Kalau dia jodohku, tuhan pasti akan mempertemukan kami, entah di Amerika atau di Australia. Barangkali saja dia ada di sini." kata Rara santai.

"Kau ini sangat menyebalkan! Cepat kembali, aku yang akan kena sasaran kemarahan semua orang."

"Aku hanya mau healing sebentar untuk menenangkan batin dan jiwaku! Nanti aku pulang! Udah dulu, aku tutup teleponnya,. khawatir di sadap, Assalamualaikum......!" Segera mematikan hubungan telepon.

"Rara..... Ra.... Tunggu. Kau di mana sekarang??" teriakkan Sofi dari seberang.

Tapi telepon telah di matikan.

Selanjutnya gadis yang di panggil Rara itu membuka galeri foto pada ponselnya. Dia menatap foto pria tampan dengan senyuman manis. Cukup membuat hatinya klepek klepek. Entah kenapa dia tertarik dengan pria bule ini dan ingin sekali bertemu walau hanya sebentar melihat secara langsung. Berawal dari dia dan Sofi membuka web untuk mencari artis Korea idola Sofi. Dan tak sengaja matanya melihat seorang pria dewasa yang membuatnya terpesona. Untuk pertama kalinya Rara tertarik pada seorang pria. Karena tertarik, dia memeriksa profil pria itu.

"Sepertinya Sugar Daddy Ra, tampan banget, macho dan keren. Tapi sepertinya Udah punya bini!" kata Sofi.

"Gak kayanya, dia belum nikah. Lihat biodatanya, masih lajang!" kata May.

"Iya sih, tapi lo gak liat umurnya? Ini udah Om Om, sama seperti ayah kita!"

"Tapi aku suka....!" kata Rara dengan senyuman manis di wajah.

Sofi terbelalak."Gila lo, sukanya sama Om Om. Kayak gak ada cowok cowok muda aja! Tuh banyak cowok cowok tampan muda yang naksir lo! Ngapain sukanya sama orang tua! Gua amit amit ya meski kaya tajir melintir, Ogah! Gue gak mau sama pria bule. Aku mau produk lokal!" kata Sofi ilfeel.

Rara mengabaikan perkataan Sofi. Dia terus menatapi wajah pria yang sudah berumur matang ini, bertubuh atletis dan berparas tampan. Wajah yang di tumbuhi kumis dan jenggot halus membuatnya semakin menawan. Tubuh yang proporsional. Sangat maskulin. Pria dewasa ini memiliki daya tarik tersendiri di matanya.

"Masa memiliki wajah ganteng dan tubuh proporsional se gagah ini belum menikah? Memang kriteria seperti apa wanita yang di inginkan? Apa dia punya kriteria khusus?" batinnya. Rara terus mencari data pria yang menarik hatinya itu. Sayangnya tak di lampirkan secara keseluruhan data pribadi termasuk pekerjaannya. Hanya nama pendeknya RAD dan juga hobi sebagai pencinta bunga.

Rara tersenyum,"Sepertinya Aku suka padanya Fi, aku tertarik. Siapa tahu dia jodohku! Aku akan mencarinya." katanya tersenyum lebar mengkhayalkan Rad.

"Kebanyakan halu ntar gila!" Sofi menyentil jidatnya.

Rara meringis seraya menyentuh jidatnya yang sakit."Biarin. Aku suka." katanya kesal.

"Hey Nona, si Om itu berada di Australia, jauh dari negeri kita. Dan lagian ya, lo gak baca artikelnya, banyak tuh perempuan bule cantik seksi kaya raya di tolaknya. Coba dirimu, ngaca dong, wajah pas pasan kayak gini. Jangan menghayal dan berharap terlalu tinggi. Mending ya, cintai produk sendiri dari pada produk asing." cibir Sofi kembali.

"Siapa tahu aja dia maunya sama aku. Dan jodohnya malah aku! Kamu lihat kan dia belum menikah sampai sekarang karena pasti nunggu aku! Hahahaha!" Rara tidak mau kalah

Sofi menatap sinis" Udah gila loh. Identitasnya pasti palsu. Gue yakin dia udah nikah, punya anak tapi di sembunyikan." Sofi juga tidak mau terus mematahkan hati Rara.(Itu adalah percakapan mereka Waktu di kelas saat masih sekolah sebelum mereka lulus 2 minggu yang lalu).

Dan demi mencari Rad dan ingin menemui pria itu, Rara kabur dari rumah.

"Om, stop di sini. Aku mau turun!" kata Rara tiba tiba.

Mobil segera menepi. Rara segera turun. Dia mengeluarkan dua lembar uang dollar.

"Om, makasih udah nolong aku! Ini sebagai rasa terimakasih ku! Apa ini cukup?" katanya dalam bahasa Inggris. Meski dia tahu uang itu lebih dari cukup. Karena tak ada jawaban dari sang sopir, Rara meletakkan uang ke tangan pria itu.

Matanya menangkap sekilas wajah pria itu. Tampan dengan netranya yang biru. Brewokan, punya kumis dan jenggot tebal.

"Sekali lagi terimakasih!" ucap Rara kembali. Setelah itu dia segera berlari pergi.

"Gadis aneh....!" kata si pria melihat tubuh Rara yang telah menjauh. Dia hendak mengembalikan uang itu karena mobilnya bukan taksi. Tapi sebelum mulutnya bicara, si gadis malah pergi.

Siapa pria ini? Dia adalah Rangga Dionel Alkas. Setelah lulus SMA dia langsung ke luar negeri melanjutkan pendidikannya. Pergi meninggalkan tanah air dan juga cinta pertamanya, Rai Rara Ravendro Artawijaya atau Khanza Ghaniya Artawijaya. Yang telah bahagia hidup bersama suaminya, keluarga barunya.

Kepergian Rangga bukan hanya sekedar untuk melanjutkan studi, tapi juga untuk melupakan cinta pertama bersama kenangannya. Yang cukup membuatnya terluka dan sulit di lupakan. Tapi meski hatinya sakit dan terluka, dia berusaha kuat dan tegar melepas, demi melihat wanita yang dia cinta bahagia. Cukup baginya melihat kebahagiaan Rara.

Selama ini Rangga menyibukkan diri dengan berbagai hal agar dapat melupakan cintanya. Dan selama itu pula dia tidak pernah kembali ke tanah air dan berhubungan dengan Rara. Dia bahkan memutus semua akses hubungan dengan wanita itu demi janjinya pada Cio. 17 tahun telah berlalu, Terbesit rindu ingin mengetahui tentang sahabat sekaligus cinta pertamanya itu? Entah bagaimana kabar wanita yang belum hilang dari hatinya itu. Yang namanya masih terpatri indah di hatinya.

Bersambung.

Jangan Lupa Dukungannya ya 😘

2. Seraut Wajah Cantik

Happy Reading.

"Akhirnya aku menemukannya." gumam May senang begitu melihat toko bunga di depannya. Dia di minta oleh Sofi untuk datang ke sebuah tempat menemui seorang kerabat yang merupakan sahabat ibu Sofi. Sofi memintanya untuk membawa buket bunga anyelir. Karena kerabat ibunya itu menyukai bunga anyelir. Dan toko bunga ini adalah rekomendasi Sofi.

Setelah membayar taksi, May melangkah menuju toko. Di teras toko terpajang beraneka ragam bunga dari berbagai jenis. Sangat indah di pandang mata dan aromanya yang wangi. Bukan hanya dirinya, tapi banyak pengunjung di toko itu. Di toko ini bukan hanya menjual buket bunga hias, tapi juga bunga hias hidup, yang terpajang membentuk seperti sebuah taman bunga dan kebun. Warna warni bunga yang indah membuat May tertarik untuk melihat. May melihat lihat bunga bunga tersebut. Langkah kakinya membawanya ke teras samping. Tepatnya ke hamparan bunga mawar. Asik melihat dan menikmati keindahan dan aroma wangi bunga, Tidak di sadarinya sepasang mata melihatnya dari garasi mobil. Sepasang mata itu memperhatikannya beberapa saat. Kebetulan Orang itu baru pulang, keluar dari mobil dan tanpa sengaja melihat May.

"Tuan Rad sudah pulang?" tanya Manager toko. Membuat tatapan pria itu teralihkan dari May.

"Iya, tapi aku akan keluar lagi." kata pria yang tak lain adalah Rangga. Dia segera masuk ke dalam toko. Terus naik ke atas.

Sementara di bawah, May masih terus melihat dan memilih. Dia sedang melihat tanaman hidroponik.

Seorang pelayan mendekat ke padanya.

"Maaf Nona, ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan sopan.

"Saya butuh sebuket bunga anyelir." jawab May.

"Anda ingin warna apa?" tanya pelayan kembali.

May menyebutkan warna yang di katakan Sofi. Pelayan segera ke dalam untuk menyiapkan pesanan May. May kembali melihat lihat tanaman bunga.

Sementara di atas, Rangga sedang menerima telepon. Dia berbicara sambil berjalan menuju balkon. Telinga dan pikirannya ke pembicaraan tapi matanya melihat hamparan bunga di bawah sana. Tanpa sengaja matanya melihat seraut wajah cantik di antara bunga mawar. Dia Ingat pemilik wajah itu. Gadis yang naik ke mobilnya secara tiba-tiba, bersembunyi dari kejaran sekolompok orang. Sekarang gadis ini di lihatnya lagi di sini. Rangga memperhatikan tingkah May yang senyum senyum sambil mencium bunga mawar. Gadis ini menarik perhatiannya, karena berasal dari negara yang sama dengannya, Indonesia. Saat dia mendengar obrolan May dengan Sofi di dalam mobilnya tadi menggunakan bahasa Indonesia. Rangga memperhatikan wajah May di antara cantiknya bunga mawar. Wajah cantik itu mengalahkan keindahan warna cantik bunga bunga di bawah sana. Belum lagi di tunjang dengan bentuk tubuh yang ideal, kulit putih, rambut panjang hitam yang indah gemulai. Rangga teringat orang orang yang mengejar gadis itu. Kenapa mereka mengejarnya? Batinnya.

Perhatian Rangga teralihkan oleh suara telepon di seberang yang terabaikan karena melihat May.

📞"Tuan, apa anda masih di sana?"

📞"Segera atur pertemuannya. Aku akan menemuinya nanti. Aku mau ke suatu tempat dulu." kata Rangga segera setelah kembali fokus ke telepon. Telepon di matikan. Dia melihat ke bawah, tapi tak melihat May lagi.

May bukan hanya membeli bunga anyelir, tapi juga beberapa tanaman hidroponik yang nantinya akan di letakkan di kamar apartemennya. Setelah menyelesaikan administrasi pembayaran, May segera keluar. Di trotoar depan toko, May melihat seorang anak perempuan berumur sekitar 10 tahun. Wajah di tekuk sedih. May penasaran tak tega melihat kesedihan di wajah anak itu. Dia mendekat.

"Halo....!" sapa May tersenyum.

Anak kecil mendongak melihat pada May."Halo kak!" jawabnya lemah.

"Kamu kenapa sedih begitu?" tanya May.

"Aku ingin membeli sesuatu." kata anak bule itu dengan bahasa Inggrisnya yang fasih.

"Terus kenapa tidak beli saja?" tanya May bingung.

"Uangku tidak cukup. Padahal aku sudah menabung selama beberapa bulan." katanya lesu.

May melihat uang di dalam genggaman tangannya."Memangnya kamu mau beli apa?"

Anak itu tak menjawab, karena baginya May adalah orang asing dan bukan siapanya. Dia selalu waspada pada orang yang tak di kenalnya.

"Kakak orang baik, kamu jangan khawatir. Kenalkan, nama kakak May__May Wulandari." kata May melihat keraguan di wajah anak itu.

Anak itu menatap May beberapa saat, lalu tersenyum. Tapi senyuman itu memudar dan berganti muram."Hari ini nenekku ulang tahun. Aku ingin memberikan sesuatu yang membuatnya tersenyum di hari ulang tahunnya! Tadi aku ke toko bunga itu untuk membeli bunga dan coklat. Tapi tak ada harga yang sesuai dengan jumlah uang ku." kata anak itu sedih. Dia melihat ke arah toko bunga yang tertulis R². Yang merupakan milik Rangga.

May terharu mendengar penjelasannya. Dia mengusap kepala anak itu."Kau masih punya orang tua?" tanyanya.

Anak itu menggeleng."Aku hanya punya Nenek di dunia ini." kata anak itu yang kembali membuat hati May terenyuh.

Mobil Rangga keluar dari garasi menuju jalan raya. Dia melambatkan mobilnya melihat May dan seorang anak. Lalu berhenti tidak jauh dari mereka.

"Tolong ambil uang di saku celana kakak!" kata May, karena tangannya telah penuh memegang bunga.

Anak kecil itu mengikuti perkataan May, mengambil uang di saku."Ini kak." katanya.

"Itu untukmu, ambilah." kata May.

Anak itu geleng kepala."Tidak, aku tidak mau menerimanya." anak itu menolak

"Kenapa? Kakak ikhlas kok,"

"Kenapa aku harus mengambilnya? Sementara aku tidak melakukan apapun. Itu pemberian karena rasa kasihan! Jika aku menerimanya, itu artinya aku butuh rasa kasihan dari orang orang untuk memberiku uang." Kata gadis itu.

May tersenyum mengerti makna kata kata penolakan itu.

"Mungkin di ulang tahun nenek kali ini aku tidak bisa memberikan sesuatu yang spesial untuknya, tapi di lain waktu pasti bisa. Aku akan bekerja keras lagi untuk mengumpulkan uang." kata anak itu lagi. Dia menaruh kembali uang May di saku.

May tersenyum bangga."Kamu benar nak, Selama kita masih kuat bekerja, kenapa harus menjadi seorang peminta mengharap belas kasihan dan uluran tangan orang tanpa mengeluarkan keringat?" kata May.

Rangga tersenyum tipis mendengar ucapan itu.

"Kau bisa mengikat rambut?" tanya May.

Anak itu mengangguk.

"Tolong ikat rambut kakak ya? Kakak lagi pegang bunga jadi gak bisa. Ikat rambutnya ada di kantong mantel sebelah kiri." kata May.

Anak itu melihat kedua tangan May yang penuh memegang bunga. Lalu mengambil pengikat rambut May.

May membungkuk sedikit. Si anak segera membuka topi May lalu mengikat rambut May. Matanya melihat tali sepatu May yang lepas. Dia segera menurunkan tubuh dan mengikat tali sepatu May.

"Terimakasih. Tolong panggil kan taksi itu ya?" kata May melihat sebuah taksi melaju ke arah mereka.

Si anak mengangguk. Dia segera ke tepi jalan raya dan mencegat taksi. Lalu balik lagi ke May, membantu May membawa beberapa kantong bunga.

Setelah semua bunga di masukkan ke dalam taksi, May berbalik pada anak itu.

"Siapa namamu?"

"Michelle....!"

"Michelle, terimakasih sudah membantu kakak tadi." kata May tersenyum. Lalu mengambil uang di saku dan di berikan pada Michelle.

"Karena kamu sudah bantu kakak mengikat rambut, mengikat tali sepatu, memanggil taksi dan membawa bunga bunga ini ke dalam taksi, maka terima lah ini sebagai bentuk terimakasih kakak." Meletakkan uang ke dalam genggaman Michelle.

Michelle tersenyum mengerti perkataan May.

Rangga juga kembali tersenyum mendengar perkataannya.

"Belilah bunga, coklat dan kado untuk nenekmu. Buatlah beliau tersenyum dan merasakan kebahagiaan di hari lahirnya." kata May.

"Kamu anak yang baik Michelle. Sayangi dan jaga nenekmu dengan sepenuh hati. Kakak doakan kau dan nenekmu selalu di limpahi kesehatan, rezeki yang berkah dan kebahagiaan." kata May kembali.

Michelle mengangguk tersenyum.

May ikut senang melihat kegembiraan di wajah manis itu. Lalu dia segera masuk taksi."Senang bertemu dengan mu. Kakak pergi dulu."

"Terimakasih kak....!" kata Michelle. Taksi beranjak pergi dengan perlahan. Michelle berlari mengejar taksi. "Aku janji akan menjaga nenek dan membuatnya selalu tersenyum." teriaknya pada May.

May tersenyum mengangguk dan melambaikan tangan. Setelah itu taksi melaju cepat meninggalkan Michelle yang sudah berhenti mengejar.

Di belakang Michelle, mobil Rangga berjalan perlahan setelah taksi itu pergi. Dia menepi di dekat Michelle yang tampak terengah-engah dengan nafas memburu cepat. Rangga menurunkan kaca mobil."Hey nak.....!"

Michelle segera berbalik melihat kebelakang. Dia mendekati mobil Rangga begitu mendapat isyarat dari Rangga.

"Pergilah ke toko bunga itu. Kau akan mendapatkan bunga gratis. Berikan ini pada Manager toko." kata RANGGA seraya menyerahkan selembar kertas pada Michelle. Lalu dia meninggalkan Michelle yang bingung diam mematung melihat kertas di tangannya.

Bersambung.

Maaf masih banyak typo yang salah. Menyempatkan diri menulis di sela sela kesibukan. Dukung ya.... tinggalkan jejak 😘

Yang baru mampir masukkan ke fav ya jika suka novel ini.

3. Bertemu Kembali

...Happy Reading....

Setelah Dzuhur, May langsung menuju panti

jompo tempat kerabat ibu Sofi tinggal. Setelah bertemu dan basa basi sedikit dengan kerabat ibu Sofi, May pamit. Dia berjalan melewati setiap koridor panti. Saat melewati sebuah ruangan, telinganya mendengar suara riuh nyanyian dan tepuk tangan. Langkah May melambat. Perlahan dia membawa tubuhnya mendekat ke ruang itu. Dari balik jendela dia melihat sedang ada perayaan ulang tahun seorang lansia di dalam ruang itu. May kaget melihat Michelle ada di sana. Berdiri di dekat seorang wanita tua yang tampak tersenyum bahagia, mendapat ucapan selamat dan doa dari Michelle, juga para lansia lainnya. Ternyata nenek Michelle tinggal di panti jompo. Michelle tampak senang dan bahagia di samping neneknya. Bernyanyi dengan suara merdu lagu ulang tahun. Menyuapi kue ulang tahun dan memberi bunga, coklat dan kado. Semuanya saling berbagi kebahagiaan. May ikut bahagia dan terharu melihatnya.

Melihat keseruan dan kebahagiaan di wajah para lansia itu membuatnya teringat pada Nenek dan Kakeknya yang begitu menyayanginya. May jadi rindu pada kakek neneknya, juga pada orang tuanya.

Tengah asiknya melihat keseruan di dalam sana, May di kagetkan dengan sesuatu yang bergerak di kakinya. May segera melihat ke bawah. May kembali kaget setelah melihat apa yang bergerak gerak di kakinya. Seekor anjing kecil tengah menjilati kakinya. Sontak May memekik dan berlari kegelian menghindari binatang itu. Dia sangat alergi dan takut pada anjing. Selain itu, dalam islam di larang memegang, menyentuh apalagi terkena air liur anjing.

Sambil berlari, May mengusir bintang itu dan menakut nakuti. Bukannya pergi, anjing itu malah terus mengejar seakan menggoda dan menjahilinya. Binatang itu menjulurkan lidah dan menjilat pergelangan kakinya yang terbuka, karena celana jeans-nya hanya sebatas betis. May semakin geli. Di lihatnya ada dua ekor lagi yang berlari mendekat ke arahnya. May menjerit-jerit dan segera mengambil langkah seribu, berlari cepat. Dia mencari tempat tinggi untuk berlindung, tapi tak ada. Hanya beberapa pot bunga yang berjejer rapi di koridor. May berlari semakin cepat untuk mencapai Lobby panti.

Saat berbelok, dia melihat dua orang yang sedang berjalan di depannya. Seorang pria dan wanita. May sedikit senang.

"Tolong, Tolong." jeritnya cukup keras.

Spontan ke dua orang itu terkejut mendengar suara orang minta tolong di belakang mereka. Keduanya berbalik melihat ke belakang. Bertepatan dengan tubuh May melompat ke arah pria dan naik ke atas untuk menghindari anjing anjing tersebut. Reflek pria itu menangkap tubuh May agar tidak jatuh.

Baik pria dan si wanita terkejut dengan apa yang di lakukan May. Keduanya melihat anjing anjing kecil lucu menggemaskan yang berada di sepatu si pria seolah olah memburu May.

"Tolong jauhkan anjing anjing itu. Aku takut dan geli. Tolong usir mereka." kata May bergidik seraya menunjuk bintang itu. Dia semakin menaikan tubuhnya ke atas.

Pria yang tak lain adalah Rangga itu kaget setelah melihat wajah May.

"Dia lagi?" Batinnya dengan wajah mengernyit. Tangannya semakin menahan kuat bokong May agar tidak jatuh, karena gadis ini terus bergerak naik.

Wanita yang bersamanya menurunkan tubuh mendekati anjing anjing itu. Dia mengelus punggung binatang binatang itu dengan lembut. Bintang bintang yang tampak lucu dan menggemaskan baginya. Lalu dia segera mengusir anjing anjing itu dengan caranya. Anjing anjing itu patuh dan segera berlari pergi ke arah lain.

"Anjing anjing itu sudah pergi. Turunlah." kata wanita itu pada May. Dia menatap tajam, tak suka melihat May berada dalam gendongan Rangga.

May melihat ke bawah, benar......binatang menggelikan itu sudah tak ada. May lega dan segera turun, bersamaan dengan Rangga yang juga melepas pegangannya.

Rangga terus menatap wajah May yang masih terlihat panik dan tegang.

"Aku minta maaf telah lancang naik ke tubuh Anda! Tadi itu aku reflek saja karena sangat takut." Kata May menatap Rangga yang masih tak bergeming menatapnya.

"Sebaiknya kamu pergi." kata wanita itu ketus masih dengan tatapan tak suka.

"Sekali lagi aku minta maaf!'' kata May kembali melihat mereka bergantian. Lalu segera beranjak pergi meninggalkan keduanya.

"Masa sama bintang lucu begitu takut." kata si wanita sinis melihat tubuh May yang semakin menjauh.

"Mungkin dia punya alasan lain sehingga takut dan tidak mau bersentuhan dengan anjing anjing itu. Di dalam agama Islam, anjing adalah binatang haram. Air liur anjing adalah najis." Kata Rangga.

Wajah wanita itu mengernyit."Kamu kok tahu dia beragama Islam? Apa kamu mengenalnya?"

"Tidak. Itu hanya perkiraan ku saja." kata Rangga, lalu segera melangkah, Untuk menghindari pertanyaan wanita itu.

Si wanita segera mengikutinya."Tunggu aku Rad." Katanya kesal karena Rangga meninggalkannya.

Dalam langkahnya, Rangga memikirkan May. Sudah pasti gadis itu beragama Islam. Karena saat dari toko bunga tadi, Rangga singgah di sebuah mesjid untuk shalat Dzuhur. Dia tak sengaja melihat May keluar dari dalam mesjid.

Rangga tak menyangka akan bertemu dan melihat gadis itu lagi. Mengapa dia ada di panti? batinnya. Dia teringat saat tadi May membeli bunga anyelir di tokonya. Mungkinkah dia mengunjungi seseorang di tempat ini? Batinnya lagi.

Mereka terus melangkah mendekati parkiran. Saat hendak masuk mobil, Rangga melihat May tampak sedang membasuh kaki yang kena jilatan anjing dengan tanah.

Rangga segera masuk mobil, di ikuti wanita itu. Lalu pergi karena ada janji bertemu dengan klien bisnis. Adapun tujuannya datang ke panti ini untuk melihat dua orang lansia yang masuk ke tempat itu. Sesuai kata petugas yang mengelolanya. Karena yayasan panti ini adalah miliknya. Dan Wanita yang bersamanya adalah Rachel Maurin.

Rachel bisa di bilang kekasih Rangga, bisa juga tidak. Karena Rangga tidak menyukainya. Hanya Rachel yang cinta dan tergila gila padanya. Rachel baru tiba dari Australia. Menyusulnya ke sini. Selain itu Rachel juga punya urusan penting di panti itu.

May segera mencari taksi untuk membawanya pulang ke apartemennya yang sederhana. Dalam perjalanan pulang, May memikirkan kejadian konyol tadi. Memang anjing anjing itu terlihat lucu menggemaskan. Seakan mengajak dirinya untuk bermain, Tapi mau bagaimana lagi? dia tetap takut dan geli. Apalagi bintang bintang itu sampai menjilati kakinya.

"Untung ada Om bule itu...!" gumamnya teringat pada pria yang di naiknya tadi.

Terus menerus memikirkan pria itu membuatnya tiba tiba teringat pada pria yang telah menolongnya dari kejaran orang orang Widi tadi pagi. Pria yang memberinya tumpangan.

"Lho, bukankah pria itu Om yang membantu ku tadi?" batinnya. May terus mengingat. Benar, Pria itu adalah orang yang sama. May ingat wajah tampan brewokan itu. Tidak di sangka pria itu menolongnya lagi.

May teringat wanita yang bersama pria itu.

"Wanita itu pasti istrinya." batinnya lagi. May kesal karena menangkap perasaan tak suka wanita itu kepada dirinya saat naik ke tubuh Om itu. Padahal dia tidak sengaja melakukan itu, gerakan refleks saja karena ketakutan dan geli.

Taksi terus melaju, berhenti di sebuah gedung apartemen. May segera turun setelah membayar taksi. Dia menuju lift membawa ke kamar apartemennya yang sederhana. May langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang lumayan empuk setelah meletakkan bunga hidroponik ke beberapa tempat di dalam kamar.

Berbaring beberapa saat, bangun dan duduk karena teringat sesuatu. Dia memeriksa keuangannya yang tinggal sedikit. Uang yang di beri Sofi mulai menipis. Dia harus melakukan sesuatu untuk menghasilkan uang. Dia tidak mau meminta bantuan Sofi lagi. Takut akan ketahuan orang tuanya.

Sebenarnya May punya uang banyak di kartu kreditnya. Dia bahkan bisa membeli unit apartemen paling mewah di gedung ini. Tapi itu tidak dilakukan dia karena khawatir keberadaannya akan di ketahui oleh orang tuanya.

Sebenarnya siapa May? May adalah Rai Rara Putri Gracio. Anak sulung dari Sahreza Gracio dan Khanza Ghaniyah Artawijaya.

Setelah putrinya lahir, Khanza tak memakai nama Rai Rara lagi. Dia telah melepas nama Rai Rara dan memakai nama Khanza karena Khanza adalah namanya yang sebenarnya.

Kenapa Khanza memberi nama putrinya Rai Rara? Alasannya karena Rangga.

flash back.

Bercerita ke masa dulu, 17 tahun lalu. Rangga adalah sahabat dan orang yang sangat di percayai Khanza, tempat segala keluh kesah, susah senangnya, sedih tawanya, juga tempat berbagi kebahagiaan. Sama halnya ketika Khanza hamil satu bulan, orang kedua yang di beri tahu kabar bahagia kehamilannya setelah Cio dan orang tuanya, adalah Rangga.

Saat am istirahat tiba, dia mengajak Rangga duduk di taman sekolah. Keduanya menikmati snek dan minuman. Khanza sudah tak sabar untuk membagi Kebahagiaannya pada Rangga.

"Kamu mau ngomong apa? Sepertinya penting banget." tanya Rangga melihat keseriusan di wajah Khanza yang tampak ceria.

"Aku hamil Ga." kata Khanza menjawab pertanyaan Rangga. Dia menatap Rangga dengan senyuman kebahagiaan.

Rangga terdiam beberapa saat karena kaget dengan kabar itu."Hamil?" tanyanya kembali.

Khanza mengangguk."Iya, aku udah hamil satu bulan." jawab Khanza sumringah.

Rangga seketika mengulas senyum,"Aku ikut senang dan bahagia. Selamat ya....!" kata Rangga seraya memegang kedua tangan Khanza. Lalu memeluk wanita yang merupakan cinta pertamanya itu, tapi tak bisa di miliki. Khanza membalas pelukannya karena sangat bahagia.

Meski senang dan bahagia dengan kabar kehamilan Khanza, tapi Rangga merasakan sesak dan sakit. Ternyata Khanza dan Cio sudah melakukan malam pertama mereka. Setahunya Khanza selalu menolak tidur bersama karena masih sekolah. Khanza sering cerita hal itu padanya.

"Aku tidak bisa lagi menolak keinginan kak Cio." kata Khanza.

"Gak apa-apa Ra, itu sudah kewajiban mu. Sudah terlalu lama suamimu menahan diri. Toh bentar lagi kita akan lulus sekolah." kata Rangga.

"Tapi aku takut jika sampai ada yang tahu aku telah menikah dan hamil." kata Khanza khawatir.

"Apa yang kamu takutkan? Papamu dan juga suamimu adalah orang yang berkuasa. Tak akan ada yang berani bicara buruk pada mu!" kata Rangga.

"Tetap saja aku takut dan malu jika semua orang tahu. Terutama teman teman sekolah dan guru. Masa masih sekolah sudah nikah? hamil pula...!" kata Khanza tetap merasa tidak tenang.

"Yang tahu hanya keluarga mu dan juga aku. Dan Ini akan menjadi rahasia aku." kata Rangga menyemangati.

Khanza tersenyum. Keduanya menatap saling tersenyum. Lalu kembali saling berpelukan. Setelah itu kembali melanjutkan ngemil sambil suap suapan.

Sedih kecewa di rasakan Rangga, tapi dia lebih bahagia melihat Rara-nya bahagia. Apalagi wanita yang di cintanya ini tengah hamil.

"Setelah lulus apa rencana mu?" tanya Khanza.

Rangga terdiam beberapa saat, memikirkan sesuatu."Aku akan melanjutkan studi ke luar negeri. Mungkin aku akan tinggal dan menetap di sana!" jawabnya kemudian.

"Kamu akan meninggalkan aku? Aku tidak akan punya sahabat lagi. Kamu kan tahu hanya kamu yang bisa aku percaya sebagai teman!" kata Khanza sedih dengan penuturan Rangga.

Rangga tersenyum, memegang ke dua tangan Khanza."Yang kucintai sudah menikah dan bahagia. Lalu untuk apa aku tinggal disini lagi?" kelakar Rangga bercanda.

Rara mengeluh sedih."Maaf kan aku Rangga. Kamu orang baik, tapi aku tetap tidak bisa cinta sama kamu." kata Rara jujur.

"Hey, aku hanya bercanda! Kamu Jangan sedih gitu. Serius amat sih nanggapinya." Kata Rangga tersenyum lebar melihat wajah sedih dan manyun Khanza. Padahal hatinya sakit mendengar kejujuran ini.

Rangga melihat perut Khanza."Lagi pula ya, kan masih ada Rai Rara junior di sini." katanya menyentuh perut Rara.

"Aku berharap anakmu perempuan. Jika aku tidak bisa memiliki ibunya, maka aku harus memiliki anaknya. Aku akan menikahi Rai Rara kecilmu! Hahahah....!" kata Rangga kembali berkelakar dan bercanda.

Rara ikut ikutan tertawa."Kamu ini.....!" Rara memukul tangannya."Kamu pasti sudah tua saat itu. Punya istri dan anak banyak! Oh ya Ga, Gimana kalau anak anak kita di jodohkan. Jika anakku perempuan, dan anakmu lelaki, atau sebaliknya, mereka kita jodohkan?" kata Rara.

Wajah Rangga mengernyit." Boleh juga!" "Nanti kita akan jadi besan dong." kata Khanza. Mereka kembali tertawa.

Rangga kembali menyentuh perut Rara dan menatapnya lekat.

"Aku yakin calon anakmu adalah perempuan. Dalam perut ini sedang tumbuh Rai Rara junior!" kata Rangga.

Khanza tersenyum mendengar tebakannya itu.

"Hay Rai Rara putri Khanza, Cepatlah keluar. Om Rangga gak sabar ingin lihat kamu! Dengar ya, besar nanti kau akan jadi milik Om untuk menggantikan ibumu. Om akan nunggu kamu." katanya kembali hanya sekedar candaan untuk menghibur hatinya yang sedih dan terluka.

"Benar ya Om? Om jangan nikah dulu. Om harus menunggu ku untuk jadi istri Om." kata Khanza dengan nada suara anak kecil.

"Om janji, Om gak akan menikah selain denganmu! Om akan nunggu kamu. Cari Om jika kau sudah besar nanti." jawab Rangga ikut meniru suara anak kecil.

Tawa mereka pecah dengan obrolan dan candaan itu. Bagi mereka itu adalah sebuah candaan, tapi bagaimana dengan takdir Allah?

Untuk mengenang persahabatannya dengan Rangga, Khanza memberi nama putrinya Rai Rara, karena dia tahu Rangga suka nama itu.

Cio tak masalah dengan itu. Karena dia tahu persahabatan di antara Rangga dan Istrinya. Sebelum pergi ke luar negeri, dia meminta Rangga untuk tidak menemui dan menghubungi Khanza lagi. Memutus akses hubungan dengan Khanza selamanya. Itu bukan hanya sebuah permintaan tapi juga janji. Dan Rangga berjanji akan memenuhi permintaan itu selama lamanya.

Jadi nama May sebenarnya adalah Rai Rara Putri Gracio. Sedangkan nama May itu adalah nama sepupu Sofi, May Wulandari....

Kenapa Rara bisa memakai nama May? Itu di lakukan untuk mengelabui semua orang. Saat dia melihat Rad dalam website, dia telah jatuh hati pada pria bule itu. Yang tidak diketahuinya adalah Rangga, sahabat sekaligus mantan mamanya. Pria yang pernah mencintai ibunya dengan segenap hati dan jiwanya, pria asli Indonesia dan telah menetap lama di Australia karena janjinya pada Cio.

Rara menggunakan nama May Wulandari untuk menutupi identitas aslinya agar bisa leluasa mencari Rad. Awalnya di hanya minta izin pada orang tuanya untuk berlibur ke Eropa. Siapa tahu bertemu dengan Rad di sana. Cio memberi waktu liburan hanya sebulan, setelah itu melanjutkan pendidikan dengan mendaftar kuliah. Di Eropa Rara tinggal bersama tantenya, Widi adiknya Edgar (Edgar suami Cia). Tapi Rara tidak tahan dengan sikap Widi yang terlalu posesif, selalu mengekang. Dia tidak bebas dan leluasa keluar untuk mencari Rad. Kemana mana selalu di jaga oleh body guard.

Karena tidak tahan dengan sikap posesif Widi, Rara pamit pada Widi untuk balik ke tanah air. Tapi begitu tiba di bandara, Rara malah kabur ke Amerika dengan bantuan Sofi. Entah kenapa, hatinya membawa dirinya ke Amerika. Karena dia merasa akan bertemu Rad di Amerika. Rara meminta bantuan pada Sofi untuk meminjam data indentitas orang lain untuk di gunakan di Amerika agar jati dirinya tidak di ketahui oleh siapapun. Dia ingin tenang dan bebas berkeliaran tanpa terganggu dengan buruan orang orang ayahnya, kakeknya dan semua orang yang di tugaskan mencari keberadaan dirinya. Sofi sebenarnya menolak karena takut memalsukan identitas. Tapi karena paksaan dari Rara, akhirnya hatinya luluh. Untungnya May Wulandari sepupunya, mau meminjamkan identitasnya tapi hanya dalam batas sebulan. Tapi tentu semuanya tidak gratis. Sofi harus mengeluarkan uang yang banyak.

Itulah kenapa Rai Rara putri Gracio memakai nama May Wulandari.

(Dalam kisah ini, Rai Rara putri Gracio akan menggunakan nama May Wulandari untuk penyamarannya. Sedangkan Rangga menggunakan nama RAD).

Bersambung.

Tinggalkan jejak dukungan ya 😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!