SMA, Garuda Wijaya, sekolah menengah atas yang merupakan sekolah elit dan hanya keluarga terpandanglah yang bisa bersekolah disana, kecuali siswi bernama Aurellia ia merupakan siswi yang beruntung mendapatkan beasiswa disekolah itu, banyak gosip dan rumor beredar membicarakan Aurell bahwa pernah ada yang berkata, Aurell adalah anak sebatang kara tidak memiliki ayah dan ibu, terbukti bahwa teman satu smp dengannya melihat ia tak ditemani orang tuanya saat acara kelulusan Aurell.
...----------------...
Terdengar bunyi bel, menandakan bahwa jam istirahat telah dimulai, siswa dan siswi langsung berhamburan karena itu adalah jam yang paling mereka tunggu-tunggu, semuanya keluar ada yang langsung kekantin ada juga yang singgah di wc.
Tapi tidak dengan Aurell, ia malah asyik dengan bukunya dan earphone yang setia menempel ditelinganya itu.
"Hei, yuk kekantin" suara dari seorang siswi, yang mengajak temannya untuk pergi kekantin, kebetulan temannya itu satu kelas dengan Aurell.
"Yuk"
"Psstt, itu teman lo sendirian disana, gak ada niatan ngajakin dia"
"Ogah lah, ngapain ngajakin dia gak lefel tau, liat tuh penampilannya aja urak-urakkan kayak preman, wajarlah gak ada orang tua yang ngedidik, udah miskin gak punya orang tua pula ngenes banget hidupnya" cibir siswi itu yang merupakan teman sekelas Aurell.
"Suttt, nanti dia denger"
"Biarin emang sengaja kok"
"Wahhh jahat banget, ya lu hahaha"
"Biarin emang dia tuh pantes digituin, yuk langsung kekantin"
"Yuklah"
Setelah itu mereka berlalu, dengan diiringi tawa yang mengolok-olok Aurell.
Aurell melepas earphonenya. "Bict" upat Aurell. Sebenarnya Aurell mendengar percakapan mereka karena sejak tadi hp yang ia gunakan untuk mendengarkan musik ia matikan sedari tadi, ia tak membalas perkataan mereka karena bagi dirinya jika ia membalas perkataan dari mereka maka mereka akan semakin ngelunjak, dan hal itu hanya membuang-buang waktu bagi dirinya.
Aurell berdiri dari duduknya, ia berlalu keluar dari kelasnya ingin menuju tempat yang membuatnya damai yaitu atap sekolah yang jarang dikunjungi siswa ataupun siswi disana.
Sesampainya ditempat tujuan, ia melihat tiga sejoli tengah rebahan disana, ia pun menghampiri mereka dan dengan santainya ia mengambil salah satu minuman yang ada dimeja itu dan menyerobotnya sampai tandas.
Salah satu pria pemilik minuman itupun melotot. "Woi, main serobot aja, itu minuman gue" ucap kesal dari pria yang bernama Gustin.
"Haha, yang sabar ya akang" ejek Erlan, yang saat itu tengah rebahan disamping Gustin.
"Udah biasa" ucap kalem itu berasal dari Doni, yang saat ini tengah berbaring sambil fokus pada hpnya.
"Kok lu main serobot aja sih" kata Gustin yang masih saja kesal itu.
"Haus" jawab Aurell singkat.
"Kalo haus ya beli lah, kayak gak punya duit aja" ucapan Gustin itu seketika dihadiahi tatapan sinis oleh Aurell.
Gustin pun kelagapan. "Haha, sory! sory!, lanjutin aja minumnya" kata Gustin, yang malah dilempari botol kosong oleh Aurell.
"Aduhh, masih siang kok udah apes ya" ucap Gustin sambil mengelus-elus mukanya yang kena botol kosong itu. Erlan yang melihat itupun tertawa terbahak-bahak.
"Pufff, huahahaha sakit ya akang, ululuuluuu sini dedek elusin" ejek Erlan sambil mengelus-elus pipi milik Gustin itu.
Gustin pun menepis tangan Erlan, ia dibuat kesal oleh tingkah sahabatnya ini. "Gak sudi gue dielusin sama elu, huh lebih mending dielusin sama kambing"
"Apa lu kate? Lu nyamain gue sama kambing, dasar kembarannya biawak" ucap kesal dari Erlan.
"Dari pada lu, kambing"
Erlan yang kesal dikatai kambing itu, langsung saja mencekik sahabatnya dengan mengunakan keteknya.
"Woyy, lepasin gue, ketek lu bau kambing"
"Enak aja lu nyamain gue sama kambing, nih cium tuh ketek ku, yang super wangi ini" ujar Erlan yang masih saja mengampit Gustin dengan keteknya itu, sampai membuat wajah Gustin memerah akibat kehabisan nafas.
Doni hanya mengelekan kepalanya melihat tingkah konyol dari kedua sahabatnya itu, ia lalu beralih menatap Aurell yang sedari tadi diam termenung sambil melipat tangannya duduk bersandar didinding.
"Lagi mikirin apa rell" tanya Doni
Aurell tak meresponya, membuat Doni. membuang nafasnya seketika.
"Cerita aja rell, kita semua udah lama kenal sama lo, jangan sungkan kalau mau cerita jangan dipendem sendiri" kata Doni.
Aurell yang mendengar perkataan dari Doni itu menoleh. "Gak kok, cuman kepikiran tentang misi aja" jawab Aurell.
"Dari smp sampe sekarang misi itu belum juga kelar, lo gak capek apa ngerjain misi itu terus"
"Yaah mau gimana lagi, itu udah tugas gue" ucap Aurell sambil memejamkan mata menikmati sapuan angin diwajahnya.
Doni tak menjawab perkataan Aurell, mereka berempat sudah lama menjalin pertemanan sampai sekarang, tentu saja Doni dan juga dua sahabatnya tau akan rahasia Aurell selama ini. Bagaimana hidupnya, bagaimana masa-masa susahnya dan semua itu Aurell sendiri yang menanggung.
Saat Aurell tengah memejamkan matanya terdengar bunyi bel yang menandakan bahwa istirahat telah usai.
Aurell bangkit dari duduknya. "Yukk cabut" ucap Aurell setelah itu berlalu pergi.
Doni pun ikut bergegas. "Masuk, mau bolos lu pada" setelah mengucapkan itu ia pun menyusul Aurell.
Kedua sejoli yang tengah berantem itu langsung berhenti.
"Lah udah masuk aja, kok cepet amat" kata Gustin.
"Gara-Gara lo nih, ngajakin berantem terus"
"Lah kok gue disalahin, yah gara-gara lo lah ini" kesal Gustin.
"Udah ah males berdebat sama lu, mending cabut" ucap Erlan lantas berlalu meninggalkan Gustin.
"Lah malah ditinggalin, woy lu pade tunguinnn" teriak Gustin sambil berlari mengejar mereka.
...----------------...
Saat mereka berempat berjalan beriringan, terdengar bisik-bisik dari para siswi yang melintas itu.
"Liat tuh, cewek kok mainnya sama cowok, orang kalau ngeliat dia pasti dikira jalangnya cowok cowok itu" bisik dari salah satu sisiwi.
"Iya bener banget"
Aurell yang mendengar itu hanya mengacuhkanya.
"Rell, frans lu banyak banget ya" celetuk dari Gustin.
"Biasa, mulut kambing" ucap dari Erlan.
"Lah, lu kan yang kambingnya"
"Udah jangan ribut" ucap Doni menengahi.
Sesampainya dikelas Xl IPA 2, Aurell pun membelokan langkahnya kekelas itu.
"Dah, Guys" ucap Aurell.
"Yupp" jawab mereka langsung berlalu menuju kekelas masing-masing.
Aurell pun duduk dibangkunya yang paling belakang, tentunya ia duduk sendiri, karena tidak ada siapapun yang mau duduk bersamanya saat ini.
Kebetulan gurunya langsung masuk kekelasnya, dan dibuntuti oleh pria yang sanggat asing dimatanya itu.
"Ayo anak-anak, duduk dibangkunya masing-masing, bapak mau perkenalkan siswa baru sama kalian semua" ucap pak Budi guru matematika.
"Oke langsung saja, siswa yang ada disamping saya ini adalah siswa baru disini, namanya Gavin dari keluarga Adhitama, dia sekolah dari luar negeri dan pindah kesini untuk menempuh pendidikan selanjutnya"
"Eh! Eh!, ganteng banget tu cowok"
"Bener banget, aduhh beruntung banget kita dikelas ini"
Seketika keadaan kelas menjadi riuh. "Tenang-tenang jangan ribut, oke Gavin kamu bisa duduk di sebelah Aurell yang ada dibelakang sana" ucap pak Budi sambil menunjuk Aurell.
Gavin melihat kearah yang ditunjuk pak Budi. Saat Gavin menatap kearah Aurell, Aurell pun menatap kearahnya, sedetik kemudian mereka saling bertatapan.
Dan disitulah pertemuan pertama mereka.
Bersambung.
Sudah tiga minggu berlalu, dan tiga minggu itulah siswa bernama Gavin sudah resmi bersekolah ditempat Aurell mengenyam pendidikannya.
Saat ini Aurell tengah berada dibalkon sekolah, ia tengah bersandar didinding dan menikmati angin seorang diri.
"Wah.. Siapa ini? Ternyata Aurell ya!" ucap seorang pria yang tiba-tiba saja datang dan membuat Aurell hampir terkejut itu.
"Disini adem ya, pantes aja kamu betah disini"
"Ngapain murid baru kesini" ucap ketus Aurell.
Murid baru yang dimaksud oleh Aurell adalah Gavin, siapa lagi kalau bukan dia yang saat ini tengah ikut-ikutan bersandar didinding disamping Aurell.
"Menikmati udara dong" jawab santai Gavin.
Aurell tak membalas ucapan Gavin, ia masih saja memejamkan matanya tak sedikit pun menoleh kearah Gavin.
Gavin yang tak mendapat jawaban itu, mendekatkan wajahnya ke wajah milik Aurell, ia mengamati setiap inci wajah cantik Aurell yang masih terpejam itu. "Wah kamu cantik juga ya, kalau dilihat dari dekat" ucap Gavin didepan wajah Aurell.
Aurell yang dapat merasakan nafas Gavin itu tiba-tiba saja membuka matanya, sedetik kemudian mereka saling bertatapan, sampai kemudian tiga sejoli datang dan refleks Gavin merubah posisinya kembali bersandar didinding.
"Tuhh, si Aurell dicariin juga, ternyata sudah mangkal disini aja" celetuk Gustin yang baru saja datang bersama dengan kedua sahabatnya, Erlan dan Doni.
"Iya nih, disamperin malah gak ada" gerutu Erlan.
Sedangkan Doni diam saja tak berkata.
"Ngapain kalian jemput segala biasanya juga langsung kesini" jawab Aurell tenang.
"Yang namanya sahabat harus soib broo, makanya kita samperin lo dulu, ya ngak lan?" ucap Gustin.
"Iya dong abang" jawab Erlan dengan nada kemayu, yang disambut jitakan oleh Gustin itu.
"Aduhh abang jangan main kasar dong" ucap Erlan sambil mengelus kepalanya yang sakit akibat jitakan Gustin itu.
"Abang pala lu itu, eh btw ada anggota baru nih biasanya kan gak ada orang lain disini selain kita" ujar Gustin mengarah pada Gavin yang duduk disamping Aurell itu.
"Ehh iya deh, siapa tuh rell gebetan lu ya" ujar Erlan.
Aurell yang ditanya itu hanya menghembuskan nafasnya. "Anak baru dikelas gue" ucap Aurell masih dengan memejamkan matanya.
"Ouhh, anak baru, hei anak baru siapa namun lu?" tanya Erlan, Gavin yang ditanya itu tersenyum seketika.
"Nama saya Gavin, saya teman sebangku Aurell" jawab Gavin dengan ramah.
"Wuisss, teman sebangku coyyy, biasanya si Aurell selalu sendiri kan, sekarang dah ada pawangnya broo" ucap gamblang Erlan, memang mulutnya itu selalu mengatakan hal sembarangan beda dengan Doni yang masih tenang berdiri disamping Erlan itu.
"Suttt, mau lu digampar sama Aurell" bisik Gustin memperingati. Seketika Erlan membekap mulutnya dan melirik kearah Aurell.
Aurell menatap sinis Erlan. "Hehe sory rell, mulut ku ini gak bisa diatur" ucap Erlan cegengesan.
Gavin yang memperhatikan interaksi mereka hanya terkekeh pelan. "Wahh Aurell, ternyata kamu punya temen selucu ini ya" ucap Gavin.
"Abaikan saja mereka, mereka itu suka ngomongin yang gak penting" ucap Aurell.
"Pefttt" tawa tahan itu berasal dari Doni. Ia memperhatikan wajah masam dari kedua sahabatnya itu.
"Tega lu rel sama sahabat sendiri" kata Gustin mendramatis.
"Iya nih" lanjut Erlan sambil menempelkan wajahnya dibahu Gustin.
Aurell hanya memutar bola matanya malas, sedangkan Gavin sudah tertawa sambil memegang perutnya itu.
"Eh, gue cabut duluan ya rell, ada urusan dari guru, kita ketemu dikelas nanti" ucap Gavin sambil melihat jam ditangannya itu.
"Wahhh udah main cabut aja nih" celetuk Gustin.
"Iya gue duluan ya guys" ucap Gavin, setelah itu berlalu pergi.
Gustin yang penasaran itu mendekati Aurell. "Eh! Eh! Lu ada hubungan apa sama si itu rell" tanya Gustin kepo sambil mendudukan bokongnya disamping Aurell.
"Iyaa rell, ceritain dong" ucap Erlan yang juga kepo.
"Gak usah didengerin rell, mereka ini memang biang kepo" ujar Dion sambil menghela nafas.
"Gak usah ikut-ikutan deh lu, pergi saja lu ganggu aja" kata Gustin.
"Iya nih si abang dua" lanjut Erlan.
Aurell yang melihat itu hanya mengelekan kepala, lebih baik ia memejamkan mata sejenak dari pada menanggapi tingkah konyol mereka.
...----------------...
Kini Aurell tengah berjalan menuju kelasnya, setiap ia berjalan pasti selalu saja ada yang bisik-bisik dibelakangnya, tentu saja mereka tengah membicarakan Aurell, tapi Aurell hanya acuh tak menanggapi karena seperti biasa ia sanggat malas membalas perkataan mereka yang hanya bisa menimbulkan keributan itu.
Sesampainya dikelas ia langsung saja mendudukan bokongnya dibangkunya itu, yang sudah ada Gavin disana. Bukan hanya Gavin para siswi-siswi juga sudah ada disana, sudah tak perlu ditanyakan lagi mereka berkerumun dibangkunya hanya ingin mengajak ngobrol Gavin bukan dirinya.
Saat sudah ada dibangku, siswi yang ada didepan Gavin itu menatap sinis kearah Aurell.
Merekapun mulai berbisik-bisik.
"Sebenarnya gue gak sudi dateng kebangku ini, kalo bukan ada Gavin" bisik salah satu siswi.
"Iya gue juga males kali, apalagi liat wajahnya itu yang sok angkuh pingin kucakar, plis deh jengkel banget gue kalo ada cewek itu"
"Gue juga jengkel kali"
Bisik-bisik itu masih terdengar ditelinga Gavin, Gavin pun melirik kearah Aurell yang hanya diam dengan santainya sambil memainkan henponenya itu.
"Maaf ya, jika kalian disini hanya ngomongi orang dari belakang lebih baik kalian pergi aja" ujar Gavin sambil tersenyum paksa itu, biasanya ia akan bicara ramah terhadap siswi itu tapi hari ini tidak entah apa yang merasukinya.
"Loh, kok gitu sih Gavin, kita kan masih mau ngobrol"
"Iya nih, apa jangan-jangan, gara-gara cewek itu ya, kamu jadi gak nyaman bicara sama kami"
Seketika Gavin mengubah rautnya menjadi datar. "Maaf ya temen-temen kalian sanggat mengganggu lebih baik kalian pergi saja dari sini" usir Gavin.
Siswi itu pun pergi setelah diusir oleh gavin meraka berlalu sambil mengerutu dan setiap perkataan pasti ada nama Aurell disana.
"Kamu kenapa kok gak mau bales omongan mereka, sepertinya mereka sudah lama giniin kamu ya" ucap Gavin menatap kearah Aurell.
"Sudah biasa" jawab singkat Aurell.
Gavin tiba-tiba memegang tangan Aurell. "Sebenarnya aku kagum sama kamu, kamu dijelekin gak mau bales, mungkin jika orang lain pasti gak mau kalah, tapi kamu tidak membalas bersikap acuh dengan santainya, ini yang membuat aku tertarik denganmu, bukan.... sepertinya sudah dari awal kita ketemu aku sudah ada rasa kagum pada mu" ucap Gavin sambil menatap lembut kearah Aurell.
Aurell hanya diam, ia tak tau harus menanggapi apa, sejak tadi ia merasa gugub dan jantungnya sedari tadi berdebar. Ia baru pertama kali merasakan perasaan aneh itu, ia lebih memilih diam karena tak tau harus berkata apa.
Bersambung.
Dukung author...
Dengan cara like, komen, atau vote.
Bel berbunyi menandakan jam pelajaran telah usai, berganti dengan jam pulang sekolah.
"Oke anak-anak, bapak berpesan kalian langsung pulang kerumah, jangan keluyuran belajar dirumah dengan benar, sebentar lagi kalian akan ujian untuk kenaikan kelas dua belas, ingat! Nilai kalian semester ini harus bagus jangan mau dikalah dengan anak kelas sebelah, kalian mengerti! "ucap panjang lebar itu berasal dari pak Budi yang merupakan wali kelas dari XI IPA 2.
"Iya pak" jawab serempak dari siswa siswi kelas itu.
"Jangan iya-iya saja, harus dilakungan! Jangan hp.... Teruss kapan kalian majunya, contoh itu Aurell gak banyak tingkah nilainya selalu bagus" ucap pak Budi.
Bukannya didengarkan, siswa siswi itu malah enak bercerita dengan teman sebangkunnya.
"Si Aurell.... Terus yang dibangain, gak ada yang lain apa"
"Bener gue juga lama-lama jengkel kalo nama Aurell terus yang disebut"
Ucap para siswi yang sejak tadi membicarakan Aurell, membuat suasana kembali riuh dengan bisikan-bisikan mereka. Tetap saja walau mereka berbisik-bisik pak Budi yang ada didepan itu tetap mendengarnya karena memang jaraknya agak dekat dengan bangku siswi itu.
"Hei! Malah bicarain orang, kalau kalian merasa iri ya belajar lah" ucap pak Budi dengan nada meledek, setelah itu pak Budi berlalu meninggalkan kelas itu.
"Ah pak Budi ngeselin, cabut aja yuk" gerutu siswi itu.
"Yuk"
Setelah keadaan sudah agak sepi, Aurell bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Namun ia terhenti kala lenganya dicekal oleh Gavin yang memang masih ada dibangku.
"Mau pulang kan? Bareng yuk" ucap Gavin.
Aurell tak menanggapi ia mengangkat alisnya dengan ekspresi bingung.
"Udah ayok" ajak Gavin sambil menarik tangan Aurell mengajaknya keluar.
Sesampainya dikoridor kelas Gavin masih memegang tangan Aurell, sampai terdengar suara panggilan pun ia belum melepasnya.
"Reeeel" teriak Gustin memanggil nama Aurell.
Merasa namanya dipanggil Aurell membalikkan tubuhnya menghadap arah suara itu. Dan terlihatlah tiga sejoli yang tengah berlari menuju Aurell kecuali Doni yang masih berjalan dengan tenang dibelakang kedua sahabatnya itu.
Tampak Gustin yang tengah mengatur nafas. "Hahhhhh, ternyata belum pulang lu rel, kirain udah pulang" ucap Gustin yang sudah ada didepan Aurell.
Gustin yang tengah mengatur nafas itu tak sengaja melihat tangan Aurell yang berpengangan dengan tangan Gavin itu.
"Acieee udah main pengang-pengan nih" goda Gustin.
"Mana-mana, wahh Aurell sudah jadian kok gak kasih kabar sih, gak setia kawan deh lu rell" ujar Erlan, sedangkan Doni yang mendengar itu hanya mengelekan kepalanya.
Aurell yang mendengar itu melirik tangannya dan memang benar saja tangannya masih belum dilepas oleh Gavin, ia lalu beralih menatap Gavin yang tenang itu.
Merasa ditatap Gavin menoleh kearah Aurell yang menatapnya dengan datar itu, ia lalu tersenyum dan melepaskan tangannya.
"Hehe sory...." ucap Gavin sambil tersenyum.
Aurell tak menanggapi. "Kalian mau kemana?" tanya Aurell pada tiga sahabatnya itu.
"Kita? Yah nyusul lo lah rell, mau ngajakin lo nih, biasa nongkrong" kata Gustin yang dianguki oleh Erlan.
"Gak bisa gue mau keperpus belajar" jawab Aurell.
"Yahhh... Kok gitu sih rell, gak usah belajar deh kan lu dah pinter" ucap Gustin.
"Iya rell, nongkrong aja lebih enak" kata Erlan menimpali.
"Kalian ikut gue aja, belajar habis itu nongkrong" jawab Aurell dengan muka datarnya itu.
"Gak deh rell, lu tau kan gue anti perpus" ucap Gustin sambil cengegesan.
"Yaudah kalian duluan aja kalo ada waktu nanti gue nyusul" kata Aurell.
"Okelah, kita cabut dulu ya rell" ujar Gustin sambil menarik kedua sahabatnya berlalu dari koridor, sedangkan Doni tampak pasrah saja ditarik oleh Gustin itu. Sebenarnya Doni ingin ikut Aurell tapi entah kenapa sahabat satunya itu malah menariknya juga.
Tersisa Aurell dan Gavin yang ada dikoridor itu, Aurell melanjutkan kembali langkahnya diikuti Gavin yang ada dibelakangnya itu.
...----------------...
Sesampainya diparkiran Aurell yang merasa diikuti itu menoleh kebelakang. "Ngapain ngikutin gue" tanya Aurell.
Gavin yang memang sedari tadi mengikuti Aurell itu tersenyum. "Aku gak ada kerjaan, itu sebabnya aku ngikutin kamu"
"Mending lo pulang aja" ucap Aurell sambil melangkah pergi.
"Ehh, gak bisa gitu dong, kamu mau pergi keperpus kan? Gak usah keperpus besok aja ya, yuk kita jalan-jalan aja" ucap Gavin, ia lantas menarik tangan Aurell tanpa mendengar jawabannya itu.
"Mau kemana? Gue mau belajar" ujar Aurell.
"Udahh besok aja belajarnya, kita seneg-seneg dulu sekaran" jawab Gavin yang masih menarik tangan Aurell.
...----------------...
Kini mereka sudah sampai ditempat tujuan, terlihat banyak orang yang berlalu lalang disana, Aurell memperhatikan sekitar ternyata ia dibawa ketempat wahana bermain oleh Gavin.
"Ngapain ngajakin gue kesini?" tanya Aurell.
"Ya main lahh" jawab Gavin. "Yuk kita coba satu persatu"
Terlihat Aurell yang hanya pasrah saja ditarik oleh Gavin, entah kenapa pria yang ada didepanya itu mengajaknya kesana-kemari padahal mereka baru kenal tiga minggu. Itu pun Aurell jarang mengajaknya bicara.
"Kita main itu dulu ya" ucap Gavin sambil menunjuk wahana yang terlihat ekstrim disana. Aurell tak menjawab ia hanya manut saja mengikuti Gavin dibelakang.
Selesai bermain diwahana itu, Aurell diajak masuk kedalam rumah hantu. Biasanya pada umumnya wanita yang ketakutan dan berteriak histeris jika berhadapan dengan hantu palsu, tapi ini malah laki-laki yang takut pada hantu.
Seperti saat ini Gavin tengah bersembunyi dibalik tubuh Aurell sambil memegang legannya. "Udah gak ada kan hantunya" ucap Gavin yang masih menutup mata.
"Kalo takut ngapain ngajakin masuk kesini" ujar Aurell sambil menghela nafas.
"Ya aku kan penasaran rell" jawab Gavin diselingi nada kegugupan, pasalnya ia malu sisi jeleknya diketahui oleh Aurell. "Udah gak ada kan hantunya?" tanya Gavin lagi.
Aurell melihat sekitar, lantas ia menyerigai seketika. "Udah gak ada" ucap Aurell tenang.
Gavin yang mendengar jawaban itu mendongakan kepalanya. "Sebenarnya gue itu gak takut cu-- Akkkhhhhhgh" teriak Gavin seketika, ia lalu berlari meninggalkan Aurell yang masih ada disana.
"Pfffftttt.. Hahahaha"
Ternyata Aurell membohongi Gavin jika tidak ada hantu diseketirnya, hantunya sudah berdiri tepat didepan Gavin, itu sebabnya Gavin terkejut bukan main.
"Hahhhhh... Itu tadi hantu kenapa bisa deket banget dimuka gue" ucap Gavin yang sudah berada diluar rumah hantu.
Terlihat Aurell yang menghampiri Gavin. "Gara-Gara kamu nih rell, untung jantungku gak keluar tadi" ucap Gavin diselingi nada kesal. Bukannya menjawab Aurell malah asyik menertawakan Gavin.
"Hahahah... Puffttt.. Hah... Hahaha"
"Seneg yaa... Orang lagi jantungan malah diketawain" ucap Gavin kesal.
"Hahaha.. Sory sory tadi lu lucu banget" jawab Aurell masih diselingi tawannya.
Gavin memperhatikan wajah Aurell yang tertawa itu. "Cantik"
"Hah?" tanya Aurell yang tak mendengar suara Gavin itu.
"Kamu cantik kalo ketawa" ujar Gavin sambil tersenyum.
Deg...
Tiba-tiba saja Aurell jadi gugup, ia mengalihkan wajahnya untuk menetralkan rasa gugubnya itu.
"Yaudah yuk, kita kesana kebetulan ada eskrim tuh" ujar Gavin, ia berlalu menuju gerobak yang ia tunjuk tadi.
Sedangkan Aurell masih ada diposisinya entah apa yang ia rasakan saat ini.
"Perasaan apa ini?"
Batin Aurell dalam hati pasalnya ia baru merasakan perasaan itu, ia mengakui jika ada kehangatan didalam hatinya yang sudah lama membeku itu, ia juga mengakui jika disamping Gavin ia merasa nyaman dan juga damai. Sepertinya ia mulai menyukai Gavin saat ini.
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!