6 Tahun yang lalu....
Melihat istrinya yang pergi, Alden ingin mengejar, tapi tangannya lebih dahulu ditahan oleh Raya.
"Ada apa?" tanya Alden geram.
"Auww!" Raya tidak menjawab, tapi ia justru memegang kepalanya, lalu setelah itu jatuh. Untungnya Alden lebih dahulu memeluk Raya, sehingga wanina itu tidak terjatuh ke lantai.
Raya pingsan di dalam dekapan Alden. Hal itu tentu membuat Alden panik setengah mati.
"Raya!"
"Raya Giesella!"
Alden terus menepuk pipi Raya, untuk menyadarkan wanita itu. Tapi, Raya tak kunjung bangun, sehingga membuat Alden bingung dan sedikit panik.
Laki-laki itu lalu meminta pada pelayan yang lewat untuk membawakan minyak angin. Alden terus berusaha menyadarkan Raya dengan mengoleskan minyak angin yang baru saja diberikan oleh salah satu pelayan di hidung Raya.
"Eughh!" Raya tersadar dari pingsannya, lebih tepatnya dari drama yang ia ciptakan. Ini adalah permintaan terakhir Kenzo, yaitu berpura-pura untuk pingsan setelah perkenalan singkat, lalu pergi ke rumah sakit, dan menginap beberapa hari di sana.
"Lo udah bangun?" tanya Alden yang merasa lega.
"No, sa-sakit hiks!" Raya berpura-pura menangis, seolah-olah yang ia rasakan sangat sakit. Alden menjadi bingung sendiri. Tapi akhirnya ia memutuskan untuk menyelamatkan Raya saja. Dia akan berusaha untuk berbicara pelan-pelan pada istrinya nanti, berharap Rara akan memaafkannya untuk yang terakhir kalinya ini. Karena setelah ini ia akan berhenti berurusan dengan Raya.
"Baiklah, aku akan membawamu ke rumah sakit. Tapi, ingat! Ini adalah pertemuan kita yang terakhir kalinya!" ucap Alden dengan menekan setiap katanya. Sementara Raya hanya mengangguk dengan pelan.
Alden lalu mengangkat Raya ala bridal style. Kemudian keluar dari ruangan tersebut. Ketika berada di luar, kening Alden sedikit mengerut saat melihat tatapan seorang laki-laki yang seperti sangat benci dengannya, padahal dia sendiri tidak pernah bertemu laki-laki itu sebelumnya.
Alden tidak memperdulikan tatapan laki-laki itu. Ia segera menggendong Raya, dan berjalan menuju parkiran, setelah itu tancap gas menuju rumah sakit yang dulu pernah mereka datangi. Tidak ada obrolan di antara mereka, karena Raya yang lebih memilih untuk menutup matanya saja. Sementara Alden, pikirannya sibuk pada istrinya, memikirkan dan membayangkan hancurnya Rara saat tau mantan kekasihnya ternyata Raya, sahabatnya sendiri.
'Mas minta maaf sayang. Mas tau kalau Mas salah, Mas harap kamu mau memaafkan Mas untuk yang terakhir kalinya'
Setelah di rumah sakit. Alden kembali menggendong Raya, dan berteriak meminta tolong pada suster dan dokter yang ada di rumah sakit tersebut.
"Cepat periksa dia!" perintah Alden dengan menekankan setiap katanya.
Dokter yang memang ditugaskan Kenzo untuk memeriksa Raya sontak masuk. Untungnya ia tepat waktu, jika saja ia terlambat sedikit saja, maka dokter lain yang akan masuk ke dalam ruangan tersebut, dan semuanya tentu akan runyam.
Setelah melakukan beberapa pemeriksaan, dokter tersebut langsung mengatakan sesuai perintah Kenzo.
"Penyakit Ibu Raya cukup ganas. Ini harus segera dilakukan tindakkan operasi! Jika tidak, kami tidak bisa menjamin pasien bisa selamat. Sebaiknya segera urus administrasi untuk persetujuan operasinya. Jika boleh, operasinya dilaksanakan besok," jelas dokter yang bernama Bima, yang pastinya semua yang ia ucapkan bohong.
Alden terdiam mendengarnya, apakah ia yang harus memutuskan semua ini? Sedangkan dia tidak ada hubungan apa-apa dengan Raya. Tapi, mendengar jika kemungkinan nyawa Raya tidak selamat jika tidak segera dilakukan tindakan operasi. Alden langsung menyetujuinya.
"Baiklah, lakukan tindakan operasi segera!" ucap Alden mantap.
Setelah dokter Bima pergi, Alden lalu masuk ke dalam ruangan, dan mendapati Raya yang sedang menangis. Alden hanya diam, tidak ada niat ingin menenangkan atau pun memeluk wanita itu.
"A-apa kata Dokter No?" tanya Raya dengan sesenggukkan.
"Kau harus segera dioperasi jika ingin selamat. Besok operasinya akan dilakukan!" jawab Alden datar.
"Ta-tapi aku takut No. A-aku takut sendirin di sini hiks ... bisakah kamu menemaniku selama di rumah sakit? Aku janji ini yang terakhir kalinya!" tanya Raya dengan terus menangis.
Alden terdiam, sedikit bingung harus memberi jawaban apa. Padahal rencanya ia ingin menemui istrinya, dan meminta maaf, lalu menjelaskan semuanya tanpa ada yang ditutup-tutupi. Tapi, mendengar permintaan Raya, Alden jadi tidak tega. Merasa kasihan melihat Raya yang berjuang sendiri. Dengan terpaksa Alden mengangguk.
"Baiklah, tapi kau harus ingat! Ini yang terakhir kalinya! Setelah itu, jangan pernah muncul di kehidupanku lagi!" ucap Alden menekankan setiap katanya.
Raya mengangguk lemah dengan tersenyum kecil. Entah apa rencana Kenzo saat ini, tapi Raya tidak mau memikirkannya, yang terpenting ini adalah tugas terakhirnya. Setelah operasi kedua Rina berhasil nanti, maka dia akan memulai lembaran baru, dan hidup bahagia bersama putrinya. Raya bahkan selalu berdoa agar operasi kedua putrinya berhasil. Dia yang akan meminta maaf pada istri Alden nantinya. Mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, dan alasan mengapa dia sampai melakukan itu semua.
"Kau tidurlah! Aku akan menjagamu di sini. Persiapkan dirimu untuk operasi besok!" perintah Alden, lalu memilih untuk duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut. Alden lalu mengeluarkan handphonenya, kemudian menghubungi istrinya. Tapi, hampir lima kali Alden menghubungi Rara, tetap tidak diangkat. Apakah Rara benar-benar marah? Begitulah isi pemikiran Alden. Alden lalu mengirim pesan pada istrinya, mengatakan semuanya sebelum wanita itu salah paham.
[ Ra, Mas minta maaf. Mas minta maaf untuk kebr***sekan Mas selama ini. Wanita yang Mas ceritakan ternyata Raya, sahabatmu sendiri. Percayalah, Mas sudah tidak memiliki perasaan apa pun pada dia. Tolong kamu beri Mas kesempatan kali ini saja. Biarkan Mas merawat wanita ini selama beberapa hari di rumah sakit ini. Kondisi Raya tiba-tiba ngedrop, oleh sebab itu dia harus dioperasi. Kamu bisa datang kemari jika kamu tidak percaya. Mas janji setelah ini kita akan hidup bahagia. Jaga diri kamu baik-baik, ya! ]
Pesan terkirim, dan beberapa saat kemudian centang dua tersebut berubah menjadi warna biru, dan tertulis di situ jika Rara sedang mengetik. Senyum terbit di wajah tampan Alden. Ia berharap Rara mau memaafkan dia untuk yang terakhir kalinya.
[ Iya Pak, Diandra paham kok. Titip salam buat Raya, ya. Semoga dia cepat sembuh, dan sehat seperti semula. Bapak boleh kok menginap di sana selama beberap hari, sampai kondisi Raya membaik. Diandra percaya kok sama Bapak. Bapak tenang aja, Diandra akan selalu menanggu, dan setelah itu kita akan hidup bahagia. Maaf nggak bisa angkat telpon, soalnya Didi lagi malas he-he-he.]
Alden membaca pesan yang baru saja dikirim istrinya. Jujur saja, Alden sedikit heran dengan panggilan istrinya, kenapa Rara tiba-tiba memanggilnya dengan sebutan bapak? Bukankah dia sudah terbiasa memanggilnya dengan panggilan Mas? Lalu apa ini, tumben sekali istrinya menyebut namanya lengkap, padahal biasanya dia selalu menyebut dirinya dengan panggilan Rara. Bahkan, apa Didi? Rara dan orang-orang di sekitarnya tidak pernah memangilnya dengan panggilan Didi.
Tapi Alden tidak mempermasalahkan itu semua, ia masih berpikir positif, berpikir jika istrinya memang menginginkan panggilan baru, yang berbeda dengan yang panggilan orang lain.
[Ya udah. Selamat malam sayang. Kemungkinan Mas di sini hanya beberapa hari. Sekali-kali bermainlah, kita selesaikan semuanya sama-sama.]
Alden tetap mengirim pesan pada istrinya dengan memanggil dirinya Mas.
[Iya, selamat malam juga dari Diandra. Didi akan ke sana lusa nanti, ya.]
Alden kembali tersenyum, tapi baru saja ia ingin membalas pesan Rara, handphonenya lebih dulu mati karena habis batrey. Alden hanya mampu berdecak kesal, lalu meletakkan handphonenya kembali di atas maja, kemudian memilih untuk tidur saja, meskipun hari masih sore.
"Setidaknya dia memaafkan aku," gumam Alden.
.
.
.
.
Jangan lupa tekan like-nya😉
Sudah tiga hari Alden berada di rumah sakit, dan selama tiga hari itu pula dia lupa mencharger handphonenya. Untungnya tadi pagi ia sempat, sehingga kini batrey handphonenya terisi penuh.
Malam ini Raya iseng membuka handphonenya, ada cukup banyak pesan yang masuk ke dalam handphonenya, salah satunya dari Kenzo dan dari sahabatnya, Rara. Karena penasaran dengan pesan yang dikirim Kenzo, Raya lebih dulu mengabaikan pesan yang dikirim Rara, dan lebih memilih membuka pesan dari Kenzo.
[Selamat Raya Giesella! Kau menjalankan tugas yang diberikan dengan sangat sangat sangat baik! Kini rumah tangga tersebut sudah hancur tak tersisa, berkat kerja kerasmu. Alden Reynoard Shiaparelli resmi diceraikan oleh istrinya, Diandra Latasha Jonshon. Kini SAHABAT RASA SAUDARAMU sudah pergi.]
Tubuh Raya sontak membeku, apa ia tidak salah baca? Atau Kenzo salah menyebutkan nama? Karena masih belum bisa mempercayai hal tersebut, buru-buru Raya membuka pesan yang baru saja dikirim oleh Rara.
[Gue adalah istri Alden. Rumah tangga yang lo hancurin adalah rumah tangga gue. Semua sudah direncanakan oleh Kenzo! Tapi gue udah bukan istri Alden, karena sekarang gue hanya mantan istrinya. Selamat! Kalian menang, dan gue kalah!]
*Foto*
Prangg
Alden yang mendengar suara benda yang terjatuh sontak berlari keluar dari kamar mandi. Ia benar-benar terkejut, ia berpikir terjadi sesuatu pada Raya.
"Lo kenapa?" tanya Alden khawatir.
Teryata bunyi benda yang terjatuh tadi adalah handphone Raya. Alden lalu mengambilnya meskipun sedikit heran, ia bertanya-tanya, kenapa Raya sampai menjatuhkan handphone miliknya.
"Aduhh Ray, kalo pegang handphone itu hati-hati dong," tegur Alden. Semenjak tau Raya adalah sahabat istrinya, Alden tidak pernah kembali memanggil Raya dengan panggilan Ella.
Raya tak menghiraukannya, ia masih di posisi sedang shock. Niat hati hanya ingin bermain handphone, tetapi ia justru melihat sesuatu yang membuatnya benar-benar terkejut.
Alden tak sengaja melihat gambar yang ada di handphone Raya. Karena merasa kenal dengan foto itu, ia lantas melihat kembali. Ternyata foto itu adalah foto pernikahan dirinya bersama dengan istrinya, Rara!
"Lo cemburu?" tanya Alden sedikit heran.
"Lo harus ingat kalo gue udah nggak memiliki perasaan sedikitpun ke lo. Gue hanya kasihan dan berniat membantu lo, hanya itu. Dan lo harus ingat, setelah ini gue nggak mau lo muncul di kehidupan gue lagi, karena gue akan hidup bahagia bersama istri gue setelah pertemuan terakhir ini!" Alden menekankan setiap katanya, pertanda ia benar-benar serius. Laki-laki itu masih mengira jika Raya sedang cemburu.
"D-dia istrimu?" Raya mengabaikan ucapan Alden, justru ia bertanya balik dengan wajah yang masih sangat shock.
"Iya, dia istriku. Istri yang sangat aku sayangi! Dia adalah wanita yang paling berharga di hidupku! Jadi, jangan pernah berharap aku akan kembali padamu, karena itu tidak akan mungkin!" jawab Alden.
"Diandra Latasha Jonshon. Jadi, istri kamu itu Rara?" lirih Raya. Raya benar-benar dibuat terkejut, bahkan badannya bergetar dengan hebat. Jiwanya benar-benar terguncang mengetahui jika rumah tangga yang ia hancurkan adalah rumah tangga sahabatnya sendiri.
"Iya, wanita yang kau kenalkan waktu itu adalah istriku," jawab Alden mantap.
"Kenapa kau tidak beritahu aku waktu itu! Kenapa kalian justru bertingkah seolah-olah tidak terjadi sesuatu?" teriak Raya menggelegar. Pantas saja Rara tau tentang pertemuan dirinya dan Alden, bahkan tentang ciuman hari itu, padahal dirinya tidak pernah bercerita apa pun perihal itu.
"Kenapa kau harus berteriak!" bentak Alden. Dirinya benar-benar dibuat terkejut mendengar teriakkan Raya yang sangat nyaring.
"I-istrimu sudah pergi Alden!" lirih Raya.
"Apa maksudmu berbicara seperti itu Raya! Jelas-jelas istriku mengatakan dia sudah memaafkan semuanya!" bentak Alden lagi. Alden benar-benar dibuat naik pitam mendengar ucapan Raya yang sembarangan. Jelas-jelas Rara sudah mengatakan jika ia memaafkan dirinya.
"Ini sudah direncanakan oleh Kenzo Alden! Aku tidak benar-benar sakit! Aku melakukan ini semua demi uang yang ditawarkan oleh Kenzo!" teriak Raya lagi.
"A-aku ti-tidak tau jika istrimu ternyata adalah Ra-Rara. Dan bisa saja yang membalas pesan itu bukan Rara, melainkan Kenzo," lirih Raya lagi, lalu sontak menangis, menyesali perbuatannya sendiri. Bagaimana mungkin ia tidak tau perihal siapa istri Alden, dan bagaimana mungkin dia tidak paham maksud Rara saat mereka bertiga bertemu saat itu.
Tubuh Alden sontak membeku mendengar penuturan Raya, apalagi saat mendengar jika sebenarnya Raya tidak benar-benar sakit, melainkan hanya berpura-pura untuk mendapatkan uang.
Kenzo? Seketika Alden teringat dengan nama itu. Bukankah dia adalah mahasiswanya dulu, yang pernah ia tampar dulu saat berusaha memaksa istrinya untuk ikut dia pulang?
"A-apa maksudmu?" tanya Alden terbata-bata.
Raya tidak menjawab, tapi ia terus menangis, bahkan menjambak rambutnya dengan sangat kuat.
Alden yang tidak mendapat jawaban dari Raya sontak mengambil handphonenya. Alangkah terkejutnya laki-laki itu saat melihat panggilan tak terjawab yang lebih dari seratus kali. Tiba-tiba pesan masuk dari nomor tidak dikenal tersebut.
Tubuh Alden sontak terjatuh saat membaca pesan tersebut. Ternyata itu pesan dari istrinya, dan yang membuatnya tidak mampu berdiri adalah, istrinya mengatakan jika ia sebentar lagi akan melahirkan, dan pesan itu dikirim dari tiga hari yang lalu. Lalu, apakah maksudnya Rara melahirkan sendiri? Tanpa dia di samping wanita itu?
[Rumah Sakit Pondok Indah, kamar nomor 22.]
Membaca pesan tersebut langsung membuat Alden bangkit berdiri. Sepertinya istrinya sedang dirawat di rumah sakit tersebut. Laki-laki itu sontak menyeka air matanya, merasa tidak sabar ingin bertemu kedua anak kembarnya. Sebelum ia keluar, ia lebih dulu menatap tajam Raya.
"Setelah ini, akan ku pastikan membunuhmu Raya!" ucap Alden dingin dengan aura yang sangat mengerikan.
Setelah mengatakan kalimat itu, Alden lalu pergi dengan berlari kencang menuju parkiran. Tanpa basa-basi ia segera menjalankan mobilnya dengan kecepatan maksimum. Air mata terus membasahi pipinya, membayangkan betapa sakitnya Rara melahirkan tanpa suami di sampingnya, tapi ia justru sedang merawat wanita lain. Wanita pembohong seperti Raya!
Alden pastikan akan menebus semua kesalahannya dengan cara apa pun.
"Sayang Mas minta maaf karena nggak ada di samping kamu saat melahirkan. Mas janji setelah ini kita akan hidup bahagia bersama buah hati kita" gumam Alden.
.
.
.
.
Jangan lupa tekan like-nya yaa😉
Alden berlari dengan sangat kencang saat sudah berada di rumah sakit Pondok Indah. Laki-laki itu bahkan tidak bertanya di mana ruangan nomor 22 pada resepsionis.
Alden terus berlari, hingga melihat sebuah pintu yang terdapat tulisan 22. Tanpa basa-basi Alden langsung berlari dengan sangat kencang, lalu membuka pintu tersebut tanpa mengetuknya terlebih dahulu.
"Sa-sayang?" panggil Alden dengan napas ngos-ngosan.
"Sa-sayang? Rara?" Tidak ada yang menyahut panggilannya, dan tidak ada tanda-tanda orang menempati kamar tersebut. Alden terdiam, ia hanya melihat beberapa map di atas nakas. Lantas laki-laki itu segera berlari ke luar.
"Suster, istri saya di mana?" tanya Alden saat melihat seorang suster yang sedang berjalan.
"Maaf Pak?" Suster tersebut tentu bingung dengan maksud laki-laki di depannya.
"Maksud saya, pasien di ruangan nomor 22 di mana, ya?" Alden memperjelas pertanyaannya.
"Oh pasien atas nama Bu Diandra? Dia sudah pergi sejak tadi pagi, Pak." jawab Suster tersebut dengan ramah.
Tubuh Alden membeku mendengarnya, lantas apa maksud istrinya meminta dia untuk datang ke rumah sakit? Laki-laki itu segera berlari kembali saat ia teringat jika tadi melihat ada beberapa map di atas nakas.
Saat sudah berada di ruangan, Alden lalu mengambil map berwarna coklat tersebut, kemudian membukanya dengan cukup kasar. Entah kenapa pikirannya menjadi kacau.
Tingg
Tiba-tiba benda kecil berbentuk bulat terjatuh saat Alden menarik beberapa kertas yang ada di dalam map coklat tersebut. Tubuh Alden semakin membeku saat melihat benda tersebut. Cincin! Ya itu cincin pernikahan mereka. Kenapa bisa ada di sini? A-apa sebenarnya maksud istrinya?
Alden lalu menarik kertas tersebut, lantas membacanya dengan perasaan kacau.
Jdarr ...
Bagai disambar petir, tubuh Alden sontak ambruk saat membaca kata 'Cerai' di surat tersebut. Apalagi saat melihat tanda tangan indah milik istrinya. Alden menggeleng dengan kuat. Tidak! Itu tidak mungkin! Alden yakin jika Rara adalah wanita baik, dan pasti akan memberikan ia kesempatan sekali lagi.
"R-Ra, i-ini ng-nggak mu-mungkin, kan? Kamu nggak mungkinkan menceraikan Mas?" lirih Alden dengan air mata yang terus mengalir.
"Ha-ha, kamu becanda, kan sayang? Kamu nggak mungkinkan ninggalin Mas?" Alden tertawa dengang nyaring di ruangan tersebut.
"Kamu kenapa bercandanya keterlaluan Diandra!" teriak Alden dengan sorot mata yang tajam ke depan. Tanpa basa-basi Alden lalu merobek surat perceraian tersebut dengan perasaan marah. Tidak! Sampai kapan pun dirinya tidak akan pernah mau bercerai dengan istrinya! Tidak akan pernah!
"Kenapa? Kenapa kamu dengan mudahnya menggugat cerai Mas? Apa kamu nggak mikir nasib kedua putri kita?" lirih Alden, laki-laki itu bahkan masih mengiara jika kedua anaknya berjenis kelamin perempuan.
"M-Mas tau kalau Mas salah, tapi kenapa kamu nggak mau ngasih Mas kesempatan sekali lagi?" Laki-laki itu terus menangis di dalam ruangan tersebut, kemudian mengambil dan mengeluarkan apa saja lagi isi di dalam map coklat tersebut. Alisnya sedikit mengerut saat melihat ada ATM di dalam map tersebut. Tapi, laki-laki itu tidak memperdulikannya, ia lalu mengambil surat yang satunya, yang ternyata tulisan tangan istrinya sendiri.
Mata Alden memanas saat membaca baris per baris dari surat tersebut. Cairan bening terus mengalir dari pelupuk matanya.
Anggap saja aku membeli benihmu. Jadi, biarkan mereka tetap menjadi anak-anakku, bukan anak-anakmu.
Jika pada akhirnya kita dipertemukan kembali, aku harap kita tidak lebih hanya sebagai orang tua si kembar.
Di dalam ATM tersebut terdapat sepuluh miliar lebih. Aku harap itu cukup untuk membayar semua yang sudah kamu berikan padaku selama ini.
Berbahagialah! Aku pergi ....
Alden kembali merobek kertas tersebut. Hatinya benar-benar terpukul membaca surat yang ditulis oleh istrinya. Apakah ia memang tidak pantas untuk mendapatkan satu kali kesempatan lagi?
"Ra-Ra, tidak bisakah kamu memberi Mas satu kesempatan lagi seperti sebelumnya? Mas janji, Mas tidak akan mengulangi ini untuk yang kedua kalinya. Tolong, jangan pergi meninggalkan Mas, hiks ... hiks ...." Alden menangis sambil meremas dadanya dengan kuat. Entah kenapa ia merasa sangat sesak sekali, apakah seperti ini yang dirasakan istrinya? Bahkan bernapas pun sangat susah.
Alden melihat masih ada beberapa surat lagi, tapi dia lebih tertarik membaca informasi-informasi yang diberikan istrinya.
Laki-laki itu lalu mengambil dan membacanya secara teliti. Mata elangnya sontak menajam saat membaca informasi-informasi tersebut. Semuanya lengkap, dari awal hubungan mereka hancur, sampai saat ini. Bahkan tentang Raya yang sudah memiliki seorang putri dari laki-laki lain, dan di kertas itu jelas mengatakan jika alasan Raya meninggalkan dirinya dulu adalah karena sudah memiliki putri. Dan alasan wanita itu mau melakukan pekerjaan kotor tersebut adalah karena dia membutuhkan uang untuk biaya pengobatan putrinya. Ha-ha-ha, apakah wanita itu waras? Sampai rela berbohong demi uang satu miliyar yang ditawarkan oleh laki-laki ba***gan seperti Kenzo? Padahal jika wanita itu berterus terang, maka ia akan memberikan uang dalam jumlah yang lebih besar dari pada yang diberikan Kenzo?
"Kenzo! Camella! Raya!" lirih Alden dengan suara pelan tapi mengerikan.
"Akan ku pastikan kalian mendapatkan hukuman yang setimpal!" ucap Alden lagi.
Laki-laki itu lalu bangkit berdiri, tangannya sudah terasa gatal ingin mencekik wanita yang bernama Raya tersebut. Menghabisi wanita itu dengan tangannya sendiri, yang sudah menghancurkan rumah tangganya.
Tapi baru saja Alden membuka pintu, ia dibuat terkejut dengan kehadiran Abimanyu dan Satya yang sedang menatapnya dengan sangat tajam. Tidak hanya itu, ternyata kedua orang tuanya juga berada di situ. Alden dapat melihat tatapan kedua orang tuanya, di mana Elena yang menatap sendu dirinya, bahkan mata wanita itu bengkak, mungkin akibat terus menangis. Sementara Mike, tatapan pria paruh baya tersebut sangat datar, seolah-olah tidak peduli lagi dengan Alden.
"A-ayah?
.
.
.
.
Jangan lupa tekan like-nya yaa😉
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!