Saat aku duduk di bangku sekolah menengah pertama. Aku pernah merasa berpikir apa itu sebuah ikatan? ikatan dalam suatu hubungan. Dari sebuah keluarga, saudara, teman, maupun seorang pacar.
Menurutku beberapa diantara itu tidak cukup berguna untukku. Seperti hal nya sebuah persahabatan atau percintaan. Hal bodoh itu selalu ada diberbagai tempat.
Seperti jika saat mereka saling bertemu. Dan mengatakan "Ingin kemana kita hari ini." atau "Kau cocok sekali menggunakan itu." hal seperti itu sering sekali kudengar dan lihat seperti sebuah daun yang jatuh berserakan membuat lingkungan menjadi kotor.
Jelas sekali karena dasarnya adalah aku tidak mempunyai teman maupun seorang pacar. Dan juga jelas sekali aku tidak peduli dengan hal itu. Apa kau tau seekor hewan seperti Elang, Beruang, atau Ular? mereka adalah salah satu hewan yang lebih suka menyendiri. Bertahan disebuah Medan perburuan mahluk hidup sendirian. Mereka yakin bahwa dengan hidup berkelompok hanya akan membawa nya ke sebuah kesulitan bertahan hidup. Dan seperti itulah diriku yang berjuang dalam hidup sejak lulus dari sekolah dasar. Hidup seorang diri ditinggalkan oleh orang tua yang berpisah, dan bertahan dengan kemampuan yang kumiliki sendiri seperti bekerja sampingan, belajar untuk mendapatkan sebuah beasiswa, dan ingin menggapai sebuah tujuanku sendiri.
Hingga saat ini aku sudah ada di sebuah sekolah menengah atas pilihan. Aku berjuang mendapatkan beasiswa untuk ini hingga sampai aku mendapatkannya dan mulai nya masa remajaku di sini.
Aoyama Kizuku, itulah namaku. Aku adalah manusia introvert yang individualis, melakukan segala sesuatu dengan kemampuan diriku sendiri, dan melakukan hal yang hanya dilakukan oleh seorang. Aku cukup menyukai anime dan manga, itu adalah sebuah karya fiksi yang tidak akan bisa dirasakan di dunia nyata. Walau tidak banyak fakta bahwa banyak orang yang menerima kenyataan itu...Lupakan hal itu.
Aku mempunyai satu adik perempuan yang berusia satu tahun dibawah umurku. Walaupun orang tua kami berpisah, tetapi kami masih akur layaknya saudara seperti biasanya.
Tentu saja kita tidak tinggal bersama. Dia tinggal bersama nenek kami. Dan dia sering sekali mengunjungi rumahku hanya untuk mengecek kondisiku. Sungguh dia adalah adik yang sangat mudah khawatir karena dia selalu membawakan makanan sehat untukku setiap minggu, dan meneleponku hanya untuk menanyakan sisa bahan dapur maupun hal lain yang ada didalam rumahku, dia adalah adikku yang sangat spesial. Bahkan aku tidak akan membiarkan dia berada ditangan lelaki yang tidak pantas. Aku akan membantu nya untuk lebih menghargai hidup nya tidak hanya untuk sebuah percintaan sepele yang bisa membuatmu sakit hati saat terjadi suatu hal, dan juga dia harus mempunyai teman yang sangat bisa diandalkan, hanya itu yang bisa kulakukan untuk membuat nya aman.
Kembali kearah topik utamanya. Sekarang adalah hari pertama penerimaan siswa siswi SMA Asterisk. Pelajaran awal tahun baru diriku sebagai siswa baru harus mengikuti sebuah upacara penerimaan yang sangat panjang dan melelahkan.
................
Beberapa waktu berlalu... upacara penerimaan siswa telah selesai. Para siswa mulai keluar dari aula lapangan berhamburan kesana kemari dan berkumpul. Sedangkan aku mencari tempat yang sepi dan tidak banyak orang, hingga aku menemukan bangku panjang di taman belakang sekolah ini yang cukup sepi dan mungkin akan menjadi tempat yang tidak sering siswa siswi melewatinya. Aku pun duduk dan mengambil earphone untuk mendengarkan musik hingga menunggu jam pertama masuk.
Angin sejuk menghembus kearah belakangku, rasanya seperti angin itu membelai rambutku dengan lembut dan sejuk, suasananya yang sangat nyaman, hingga hanya ada suara ranting pohon yang terkena angin seakan pohon itu ikut tenang oleh belaian anginnya, selagi aku mendengarkan musik sembari membaca buku, tak terasa aku menikmatinya selama 20 menit hingga bel berbunyi.
*Kriinngggg Kriiingggg
Jam menunjukkan pukul 08.45 menandakan Bell berbunyi masuk. Sebelum itu para siswa diminta untuk melihat daftar siswa dan pembagian kelasnya masing masing pada majalah dinding.
Mungkin hari ini adalah hari yang sangat tidak menguntungkan untukku, karena letak kelasku kelas X-N yang terletak didalam gedung kedua lantai 3 koridor kedua. Tidak ada hal yang tidak bisa ku sesali lalu aku pun bergegas menuju gedung kedua sekolah ini. Cukup jauh untuk berjalan kaki tetapi tidak memakan waktu yang cukup banyak karena jarak antara kedua gedung hanya selisih beberapa meter dengan dipisahkan oleh lapangan olahraga.
..................
Beberapa lama kemudian aku berjalan, aku sampai didepan pintu kelas X-N yaitu kelasku sendiri. Aku mendengar beberapa siswa mengobrol dan berbincang, mungkin bukan beberapa, tetapi sedikit ramai suara yang terdengar ditelingaku, aku pun masuk kedalam kelas tersebut dan mengambil kursi dibelakang dan dekat dengan jendela luar sungguh beruntung bisa mendapatkan tempat yang cocok untuk berkonsentrasi.
Mulai nya jam pertama dan guru meminta kepada para murid untuk memperkenalkan diri masing-masing. Hal itu adalah bagian yang sangat tertekan bagiku karena para murid memperkenalkan dirinya dengan sangat lengkap hingga apa yang mereka sukai dan mereka tidak sukai. Rasanya seperti aku tidak akan bisa berbicara selancar mereka. Hingga tibalah saat giliran diriku untuk memperkenalkan diri.
"..."
"Um, perkenalkan namaku Kizuku Aoyama....mohon bantuannya."
"( Sudah kuduga hal ini akan gagal....Huhh baiklah. )"
Aku pun kembali duduk dan dilanjutkan dengan murid yang lain. Hingga beberapa menit kemudian semua telah selesai memperkenalkan diri dan jam istirahat pertama masuk, sebenarnya aku berencana ingin tetap disini saja hingga jam pelajaran dimulai lagi, tetapi rasanya terlalu menyedihkan untuk hari pertama hanya diam didalam kelas, aku pun pergi untuk berencana pergi ke taman belakang yang sebelumnya telah aku kunjungi.
"Yo, kau Kizuku kan?"
Seseorang menyapaku dari belakang saat aku ingin pergi keluar kelas. Sebenarnya aku juga merasakan dari awal ada seseorang yang selalu memperhatikanku saat aku pertama kali memasuki kelas.
"Ah, benar itu namaku."
Ucapku sambil berbicara kearahnya yaitu seorang lelaki dengan kacamatanya yang berwarna hitam terlihat seperti seorang kutu buku.
"Sebelumnya perkenalkan namaku Kitahara Touya."
Ucapnya memperkenalkan dirinya padaku.
"Baiklah, salam kenal juga."
"( Ada apa dengan dia? apakah ada sesuatu yang dia perlukan denganku? )"
"Oh benar juga, Kizuku, apa kau mau makan siang bersama?"
"Ha?.."
"Hm?, apa ada yang salah?"
"T-tidak ada, tetapi tiba tiba seperti ini."
Reaksiku sedikit terkejut saat ada seseorang yang mengajakku untuk makan bersama, karena jangankan ada yang ingin mengajakku, bahkan dari saat aku disekolah menengah pertama tidak ada satupun yang ingin berbicara kepadaku.
"Oh maaf mengajakmu tiba tiba seperti ini, jika kamu sedang tidak bisa tidak apa-apa kok."
"Ah tidak, aku hanya penasaran kenapa kau tiba-tiba mengajakku."
"Owh soal itu, sebenarnya ada yang ingin kuberitahu sesuatu padamu, mungkin ini sedikit penting"
"Jadi begitu..( Bagaimana ini, apa yang harus kukatakan, sebetulnya aku tidak ingin menerimanya tetapi jika aku menolaknya alasan apa yang harus kuberitahu, ah benar juga mungkin dia hanya ingin memberitahuku sesuatu tentang sistem kelas atau semacamnya, mungkin dia yang sedang mengatur sementara sistem kelas karena terlihat dapat diandalkan. ) Jika ada hal yang ingin diberitahukan aku tidak keberatan."
"Benarkah??, kalau begitu kita berkumpul di taman dekat kolam ikan."
"O-oh ya....( Huhh merepotkan sekali, mungkin ini hanya memakan waktu sedikit, tidak masalah jika aku sedikit berguna didalam sistem kelas hanya dengan mendengarkannya. )"
Aku pun pergi ke mesin minuman untuk membeli kopi kalengan, dan menunggu ditempat sesuai yang dia katakan, kolam ikan yang cukup besar untuk disebut sebuah kolam, dan dipinggir nya banyak ditanami tumbuhan hias, sudah wajar tempat seindah ini banyak murid berkumpul, aku mengambil tempat duduk yang jauh dari keramaian.
"Rasanya....jika dipikir-pikir, aku merasa tidak asing dengan wajahnya.....huhh tidak bisa, aku tidak bisa mengingatnya."
Ucapku berusaha mengingat wajahnya yang asing, tetapi seorang penyendiri sepertiku sering melupakan seseorang yang baru saja ia temui, mungkin itu hanya diriku saja..
Beberapa saat kemudian aku melihatnya, sepertinya dia terlihat kesusahan dengan barang bawaannya, aku pun pergi membantunya.
"Kau terlihat kesulitan, apa perlu aku ban-...Ha?? apa itu? onigiri? untuk apa kau membeli sebanyak itu?."
"Oh Kizuku, yahh aku adalah tipe orang yang sangat membutuhkan energi yang sangat banyak, jadi aku membeli ini."
"J-jadi seperti itu..( Seperti apa dia mengkonsumsi banyak karbohidrat, bahkan satu atau dua pasti cukup.)"
Aku pun membantunya membawa satu kantong berisi onigiri dan makanan ringan lainnya, dan kami berdua duduk ditempat sebelumnya.
"Nih, makanlah."
"Ah tidak, aku tidak usah."
"Sudahlah, kulihat kau hanya membawa minuman ditangan mu."
"Baiklah, terimakasih makanannya." ucapku sambil menerima onigiri berisi daging ikan ditangannya.
"Seperti yang kukatakan, ada sesuatu yang ingin kuberitahu padamu."
"Oh, ya." ucapku sambil menikmati onigirinya."
"Kizuku, apa kau mengingat kejadian 2 tahun lalu?."
"Ha?, 2 tahun lalu?, ( Maksudnya?, dan juga ini bukan tentang sistem kelas?!!.)"
"Benar, lebih tepatnya saat festival kembang api 2 tahun lalu."
"...( Waktu itu...kejadian saat aku mengalami kecelakaan.) Apakah tentang kecelakaan?."
"Ah benar, waktu itu."
"Waktu itu aku tidak terlalu mengingatnya, yang aku ingat hanya aku sudah terbaring dirumah sakit."
"....Jadi seperti itu, sayang sekali.."
"Memangnya ada apa dengan kejadian itu, saat aku diberitahu oleh adikku aku tertabrak mobil saat melompat kejalan raya, rasanya aneh menerima pernyataan seperti itu."
"Tidak seperti itu!, sebenarnya pada saat kejadian itu kau...kau melompat untuk menyelamatkan adikku yang berada ditengah jalan..."
"..."
"Pada saat itu aku mengajak adikku pergi melihat kembang api. Tetapi aku ceroboh saat berada di ruko untuk membeli minuman untuk kami berdua. Adikku berjalan sendirian di keramaian hingga keluar dari kawasan festival, dan saat itu posisiku dan adikku sangat jauh, aku dengan bodohnya merasa lega saat melihatnya, dan tidak melihat dia sedang berdiri dimana, hingga mobil berkecepatan cukup tinggi ingin menabrak adikku. Aku sempat melihat sopir sudah menginjak rem semampunya tetapi....
Aku hanya bisa berlari sia sia mengejar adikku. Teriakan orang orang disekitarnya semakin membuatku merasa panik dan putus asa sehingga yang ada dipikiran diriku hanya ada ketakutan. Tetapi entah mengapa aku melihat adikku seperti terdorong oleh seseorang dan tetap saja aku mendengar terdapat suara tabrakan yang cukup keras."
"..." aku yang hanya mendengarkan ceritanya dengan merasa canggung.
Saat mendengar sedikit ceritanya aku menjadi ingat kejadian itu. Saat itu aku sedang membeli bahan makanan yang diperintah adikku karena dia sangat memaksa untuk membelikannya malam malam hanya karena khawatir. Jadi aku yang membelinya sendiri agar dia tidak pergi keluar tetapi saat itu aku melihat seorang anak kecil sedang berlari seperti ketakutan mencari seseorang. Dan entah mengapa aku merasa hanya aku yang melihat sebuah mobil bergerak dengan cepat menghampirinya hingga dia menyadari ada anak kecil didepannya. Tetapi rem pun tidak bisa menghentikan sekejap kecepatannya.
Hingga keanehan pada diriku pun terjadi. Aku mengingat adikku yang sedang khawatir kepadaku sekilas seperti hal itu secara tiba-tiba muncul didalam pikiranku dan secara tiba-tiba tubuhku bergerak untuk menolongnya. Tidak ada cara lain selain mendorongnya hingga setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi.
"Aku merasa sebuah keajaiban datang kepadaku dan melihat adikku selamat dari kecelakaan itu. Tetapi orang yang melindungi adikku terluka parah hingga dilarikan kerumah sakit terdekat. Aku sempat menjenguknya dan aku mengetahui nama seorang penyelamat adikku. Kizuku Aoyama seorang pelajar sekolah menengah. Kau tahu...rasanya seperti....diriku ini tidak berguna sama sekali."
"Tenanglah, bahkan aku sudah melupakan hal itu."
"Tetapi aku tetap tidak bisa menerima diriku yang sangat ceroboh."
"Jika memang seperti itu. Kau tidak bisa mengubahnya. Bahkan jika hal itu terjadi. Tidak ada yang bisa menebaknya karena kesalahan ada untuk menjadi sebuah peringatan."
"Kizuku...maaf...."
"Tidak usah dipikirkan. Mungkin karena kecelakaan itu, aku bersyukur masih ada seseorang yang peduli terhadapku. Adikku selalu berada disamping tempat tidurku setiap hari dan aku bersyukur bisa melakukan hal seperti itu."
"Terimakasih....aku tidak percaya bertemu denganmu disini."
"Sepertinya wajahmu yang tidak asing mungkin karena wajahmu sangat mirip dengan adikmu."
"Benarkah?"
"Ya...aku terus berpikir seperti itu."
"Kau tahu, adikku juga ingin bertemu denganmu."
"Be-benarkah... syukurlah dia baik baik saja."
"Kalau begitu aku akan mengajakmu ke rumahku."
"Ha? Tidak...tidak usah."
"Tidak harus hari ini kok, maksudku jika ada kesempatan."
"Y-ya..." Ucapku dengan lemas.
*Kriinngggg Kriiingggg
Bel masuk berbunyi dan jam pelajaran berikutnya pun ingin dimulai.
"Baiklah, untuk tiga tahun kedepan, mohon bantuannya."
"Ya....Hah?!?."
"Maksudku untuk seterusnya."
"Tidak..bukan itu.."
"Lalu?."
"Apa kau memang sangat mudah mengakrabkan diri kepada orang lain?"
"Tidak terlalu, karena Kizuku sudah menjadi temanku, jadi mohon kerja sama untuk seterusnya."
"Kenapa kau memutuskannya sendiri?" aku yang mulai merasakan bahwa dia adalah orang yang merepotkan untukku.
"Karena aku ingin berteman denganmu.."
"( Rasanya aku ingin menghilang dari sini.)"
Ucapku mendengar perkataannya berteman denganku. Setelah beberapa tahun aku memang tidak pernah mempunyai sebuah teman hingga aku menjadi tidak peduli lagi dengan hal itu....Tetapi sepertinya aku merasakan hidupku mulai menjadi semakin merepotkan.
"Kau tidak ingin masuk? Aoyama."
"Kenapa kau memanggilku dengan nama depan?." tanyaku dengan wajah datar yang sangat tidak menerima keputusan sepihak.
"Karena kita sudah berteman, kau juga bisa memanggilku Touya saja."
"Tidak tidak, ini tidak benar."
"Cepatlah, sebentar lagi jam pelajaran selanjutnya akan dimulai, Aoyama."
"Huh... kenapa justru menjadi begitu merepotkan..."
Aku pun pergi dengan sangat tidak mempercayai hal ini. Aku mendapatkan sebuah teman, sebuah ikatan yang tidak kuinginkan tiba tiba muncul pada diriku dihari pertamaku pada masa remajaku di SMA Asterisk.
Mulai dari sekarang hingga seterusnya, ini akan menjadi sebuah kehidupan remajaku yang sangat merepotkan....
"Kakak, apa kamu sudah sarapan?."
"Ya."
"Apa kamu sudah Membersihkan halaman?."
"Sudah."
"Apa kamu sudah bersiap-siap pergi kesekolah?."
"Sedang bersiap."
"Bagaimana hari pertamamu kemarin? lancar?."
"I-itu..Sedikit."
"Sedikit? apa kamu sudah memiliki teman?."
"...." Aku diam mematung setelah mendengar pertanyaan Mai, karena jika membahas hal itu rasanya seperti sangat sangat tidak ingin memikirkannya.
"Kakak? apa kau tidak mendengarkan apa yang Mai katakan? saat SMA kakak harus mempunyai seorang teman, karena kamu terlihat menyedihkan setiap berangkat sekolah tanpa seorang teman satupun disebelah mu."
"A-Aku tau, jangan khawatir, harusnya kau yang harus bersiap-siap karena ini sudah tahun terakhir, jangan terlalu memikirkan diriku terlebih dahulu, kau harus lebih rajin belajar lagi."
"Emm aku tahu, karena aku sudah mengatakan untuk ingin masuk di sekolah yang sama dengan kakak, agar aku selalu bisa mengawasimu lagi..."
"Ya ya, aku tunggu kamu disini tahun depan."
"Ah kakak udah dulu ya, dan juga nanti kamu bisa terlambat kesekolah, dadah, ingat untuk mencari beberapa teman yang banyak!."
Seketika Mai menutup teleponnya seakan tidak memberikanku mengeluarkan kata kata.....
Dan itulah adikku "Kizuku Mai", rasanya adikku terlalu baik untuk terlalu khawatir, jika aku tidak memberikan informasi apapun tentang diriku, beberapa jam kemudian dia sudah berada didepan pintu rumah dengan wajah kesal sambil membawa makanan ditangannya, seberapa besar kekesalannya, dia seperti tidak bisa untuk tidak memperdulikan aku, sungguh....dia adalah adikku yang baik dan imut.
Hari kedua sekolahku pun dimulai dengan berjalan cukup baik, aku mengambil sepeda biru mudaku dan bergegas pergi kesekolah.
................
Sesampainya disana aku atau lebih tepatnya kami anak kelas 1 dikerumuni oleh banyak senior kelas untuk mempromosikan kegiatan ekskul mereka masing-masing, sayangnya diriku ini tidak ada satupun orang yang menawarkan kegiatan ekskul padaku, aku merasa beruntung untuk hal ini, karena kegiatan ekskul hanya mengambil waktu berhargaku dan juga energi diriku sendiri untuk hal yang tidak terlalu penting untukku, dan juga hal yang paling tidak kusuka adalah didesak oleh kerumunan, maka dari itu membuat konsentrasi pada diriku terganggu dan sangat membuatku lemas hanya dengan melihatnya.
"Oi Aoyama!."
"Oh Touya, kau terlihat kelelahan, apa kau menjadi korban kerumunan disana?."
"A-ah benar sekali, tetapi tidak terlalu banyak sih, mungkin hanya senior dari klub perpustakaan, sastra, dan semacamnya."
"Jelas sekali dari penampilanmu seperti layaknya seorang kutu buku."
"Benarkah?." ucapnya dengan mengedipkan matanya seakan bingung.
"Jika kau ragu, lepas saja kacamata itu dan tunggu beberapa menit kemudian."
"Tidak tidak, mereka sangat keras kepala, berapa kali pun aku menolaknya tetapi mereka tetap menawarkannya."
"benar juga, tentang itu, apa kau sudah mempunyai kegiatan ekskul?"
"Hmm aku masih memilihnya sih, aku ingin mengambil klub sepakbola, voli, basket, dan lainnya."
"Mendengarnya saja sudah membuatku menyerah."
"Apa kau tidak mengambil kegiatan ekskul?."
"Tidak, kegiatan melelahkan seperti itu tidak baik untukku."
"Maksud "Tidak baik" itu, apa kau mempunyai sebuah penyakit?."
"Tidak, aku hanya tidak ingin membuang waktuku lebih banyak dari waktu bebas aku."
"Pernyataan macam apaan itu..... Sebelum itu, kita harus bergegas masuk, namun sepertinya tidak masalah."
"Maksudnya?."
"Untuk sekarang tidak ada yang akan mendekati kita, mungkin."
"Kalau begitu syukurlah." responku untuk tidak ingin memikirkannya.
Kami berdua beranjak pergi ke kelas kami, tetapi apa yang Touya katakan benar, semua orang berkumpul di suatu titik tepatnya aula gedung sekolah.
"Apa maksudmu adalah ini?."
"Ya, sepertinya."
"Kau tahu sesuatu disana?."
"Mungkin sedikit lagi kau akan mengerti."
Mendengar perkataan Touya hanya membuatku tidak mengerti, aku juga tidak peduli dengan itu, mau bagaimana juga dari awal tidak ada yang menawarkan kegiatan ekskul padaku, tetapi sekarang para senior berkerumun seperti sedang mengincar sesuatu, hingga para siswa siswi dengan tingkatan diatas kita berhenti bergerak karena batas mereka tidak bisa melewati lorong anak kelas 1, apalagi secara bergerombol seperti itu.
Dan aku melihat seorang perempuan keluar dari kerumunan itu dengan banyak sekali perempuan temannya disekelilingnya, seperti penjaga yang sedang menjaga seorang ratu.
"Shiraishi Yuuki, penyebab hal itu adalah dia yang kamu lihat."
"Siapa dia?." ucapku sambil mengecilkan mataku untuk melihatnya lebih jelas.
"K-Kau tidak mengenal gadis itu??."
"tidak.."
"Yang bener aja.... Kau tahu, dia disebut pucuk bunga sakura di sekolah ini, karena kakaknya adalah seorang putri dari keluarga besar yang mempunyai banyak perusahaan besar digenggaman mereka, sekolah ini juga faktanya bahwa setengah dari biaya pembangunannya dibiayai oleh keluarganya, dan juga bukan hanya itu, kecantikannya juga membuat dirinya diberi julukan pucuk bunga sakura, tetapi sifatnya cukup berbeda dengan kakaknya, dia cukup bebas dibandingkan kakaknya yang tegas dan disiplin, mungkin karena itu dia disukai oleh banyak murid disini, jadi ...Apa kamu sudah paham?."
"Ahh ya, sedikit..."
"Apa kamu tidak tertarik dengannya?."
"Hal membosankan seperti itu tidak terlalu berguna untuk masa sekolahku disini."
"Huhh, hei Aoyama, malah di masa remaja kita seperti ini kita harus mulai mencari jari diri kedewasaan kita, karena sebuah romansa remaja yang menemukan cintanya untuk pertama kalinya sebagian besar terjadi dimasa sekolah remaja."
"Tapi tidak harus tertarik pada orang itu kan?."
"I-itu benar juga..."
"Apa jangan-jangan kau tertarik pada gadis itu?."
"Ah, ti-tidak mungkin, bagaimana bisa aku tertarik pada gadis yang jauh lebih b-baik dariku, hahahaha." ucapnya sambil melipat tangannya.
"Ah soal itu..."
"Sudahlah Aoyama, aku tidak pantas berada didekatnya, jadi itu tidak mungkin hahahaha."
"Yang kamu katakan itu tidak benar tau."
"Eh?." setelah mendengar suara itu Touya diam seakan tubuhnya membeku layaknya bongkahan es besar.
"( Huhh padahal gadis itu berdiri dibelakang nya dari tadi.)"
"Umm kamu Kitahara...benar?."
"Sh-Shiraisi?!..B-benar.."
Ekspresi Touya sudah tidak bisa dibayangkan betapa malunya dia mengatakan hal seperti itu didepan orangnya.
"Itu tidak benar loh, kamu bisa berteman dengan siapa saja tanpa dilihat dari status seseorang maupun dirimu, karena semua orang bisa berteman dengan siapa saja."
"M-maaf, a-aku benar benar minta maaf."
"Tidak apa apa, jika ada yang ingin kamu katakan, aku tidak keberatan untuk membantu siapa saja kok."
Ucapannya sangat lembut seperti bidadari yang sedang menasehati seorang manusia, tak heran dari suasana yang dia buat seperti kenyamanan para murid, dan alasan mengapa banyak murid yang menyukainya.
"( Huhh, aku tidak mengerti apa yang dia ucapkan, rasanya semua kata-kata nya hanyalah sebuah omong kosong untuk mendapatkan hati seseorang, dengan kekuatan statusnya, dia bisa melakukan semua hal tanpa merasa ragu dan bimbang-.)" ucapku didalam hati yang merasa bahwa dia dan aku sendiri mempunyai pemikiran yang sangat bertolak belakang.
"Anu...Kamu Kizuku, benar kan?." setelah dia menyadari keberadaan diriku yang dekat dengan Touya.
"Ya." responku dengan datar.
"Ah benar! syukurlah....aku sempat lupa tadi."
"Bagaimana kau bisa tahu namaku?."
"Ah soal itu, aku mempunyai daftar nama murid kelas 1, agar aku bisa lebih akrab dengan semuanya, maka dari itu aku ingin lebih akrab pada semua orang." sambil mengeluarkan senyuman polosnya yang membuat orang lain menjadi salah tingkah.
"( Ini dia, kekuatan dari statusnya, dia bebas melakukan apa saja yang ingin dia lakukan.")
"Di-dia temanku, maaf kalau sikapnya kurang membuatmu nyaman, dia memang seperti ini."
"Ohh baiklah kalau begitu.."
"( Apa yang Touya katakan, kenapa dia menjadi sama seperti murid lainnya, padahal dia bilang dia tidak tertarik dengan gadis itu.")
"Baiklah, aku pergi dulu ya, jam pelajaran pertama mau dimulai sebentar lagi."
"A-Ah ya benar juga." Touya menjawab dengan sangat gugup dan gemetar seperti mengumpulkan tugas yang belum lengkap.
Gadis itupun pergi meninggalkan kami berdua dengan kelembutan yang ia tinggalkan seperti racun, dan untungnya aku kebal terhadap racun seperti itu.
"Touya...kau bilang tidak tertarik dengannya."
"T-tidak, aku hanya ingin berteman saja, benar! aku juga ingin mempunyai banyak teman, hahahaha."
"Huhh biarlah, lebih baik aku ke kelas."
aku pun pergi dari tempat itu untuk segera masuk kedalam kelas.
"Oi Aoyama tunggu dulu, kau mau meninggalkanku?!."
................
Jam pelajaran pertama dan ketiga pun selesai, jam istirahat dimulai dan aku mengambil buku catatan ku untuk mempelajari lagi materi sebelumnya.
"Aoyama? kau tidak makan siang?."
"Tidak, aku ingin ke taman belakang untuk berkonsentrasi belajar."
"Ah baiklah, nanti aku akan kesana."
"Tidak perlu, kau nanti hanya menggangguku."
"Hehe."
Aku meninggalkan Touya dan pergi ke taman belakang yang sangat sepi dan sunyi, karena taman ini jarang dilewati oleh murid lain, dan juga sekolah ini begitu luas hingga sudah banyak tempat untuk para murid bersantai.
Aku pun mengambil tempat duduk diujung taman yang tidak terlalu bisa dilihat murid dan juga agar aku tidak diganggu oleh hal hal yang mengganggu konsentrasi belajarku.
"Huhh materi tadi mengapa hanya menjelaskan beberapa akar materinya saja, walaupun modifikasi nya untuk ditingkatan atas bukannya menjelaskannya bisa membuat para murid lebih mengerti nantinya?."
Walaupun aku sudah menguasai materi itu sebelumnya, tetapi apa yang diberikan guru tidak lengkap dan hanya beberapa inti yang hanya dijelaskan, dan juga soal seperti itu hanya membuang buang waktu jika hanya beberapa bagian saja, itulah yang aku sedang pikirkan.
Aku membaca buku catatan milikku sambil mendengarkan musik, duduk ditengah pohon pohon rindang, cukup menyejukkan hati & pikiran, angin yang menyegarkan pun menyelimuti tubuhku dan juga tanaman yang ada disini, hingga berkonsentrasi cukup mudah untuk dilakukan...
"Ah...kamu...Kalau tidak salah Aoyama bukan?."
"..."
"Hei? Aoyama?."
"..."
"Apa kau tidu-...Ka-kamu Menggunakan earphone ternyata..."
Seseorang Berdiri didepan aku dan membuat cahaya matahari tertutup oleh gadis itu, saat aku melihatnya ternyata dia adalah Shiraishi Yuuki, aku sedikit menghela nafasku, aku pun melepaskan earphone ku untuk menghormati seseorang yang mungkin ingin berbicara padaku.
"Ada apa?." aku bertanya sambil melanjutkan membaca buku.
"Tidak ada apa apa kok."
"Sebuah kebetulan atau memang aku tidak melihat temanmu disini."
"I-itu...aku memang sengaja untuk menghindarinya."
"Kenapa? bukannya kau yang sangat populer ini sangat langka untuk menghindar dari orang lain?."
"Me-memangnya mengapa jika aku ingin sendiri untuk sebentar?."
Aku mulai merasakan bahwa dia berbeda dengan yang ada dipinggir lapangan tadi pagi.
"Tidak apa apa, hanya aku sedikit curiga denganmu berada disini."
"Memang nya aku seperti orang yang mencurigakan."
"Jika tidak, dari awal kau tidak ada disini."
"Aaahh aku tidak sanggup berbicara denganmu." ucapnya sambil memegang kepalanya.
"Aku juga tidak ada niat untuk berbicara padamu."
"Hmph! terserahmu!."
"Kalau begitu mohon untuk bermain dengan temanmu saja."
"Su-sudah kubilang aku ingin sendiri, kau tidak mendengarkan aku?."
"baiklah jika begitu aku pergi dari sini."
"Tu-Tunggu dulu, aku tidak menyuruhmu untuk pergi kan." wajahnya seketika memerah seperti buah tomat.
"Lalu aku harus apa, apakah aku harus menuruti kata katamu?."
"Bukan begitu, aku hanya ingin disini sebentar..."
"Tadi bukannya kau bilang ingin sendiri."
"Satu orang disini tidak apa apa kan? Ahh sulit sekali untuk berbicara denganmu."
"karena tadi kau mengatakan tidak sanggup untuk berbicara padaku."
"Yaudah kalau begitu aku ingin disini dan kamu tidak perlu pergi dari sini, bagaimana?."
"Terserah mu, lagipula dari awal tempat ini adalah tempat umum."
"B-benar juga."
Shiraishi duduk dengan cukup jauh diujung bangku panjang, tetapi aku tidak terlalu memperdulikan hal itu dan aku melanjutkan membaca buku milikku.
Rasa ketidakpedulian yang aku berikan membuat suasana menjadi sangat tidak nyaman baginya, karena jika seseorang menyendiri itu adalah hal yang wajar, tetapi jika seseorang berada dekat dengan Satu orang disebelahnya itu membuat suasana menjadi tidak nyaman.
"Hei Aoyama."
"..."
"Aoyama.."
"...."
"Hei aku memanggilmu."
"Bukannya kamu tidak ingin diganggu? mengapa malah kamu yang mengganguku."
"M-mau bagaimana lagi, aku bosan jika diam disini terus."
"Sebenarnya apa yang kamu inginkan, dari awal aku tidak mengerti."
Belum menjawab pertanyaannya, dia menghiraukanku dengan pertanyaannya.
"Aoyama, kenapa kamu juga tidak bersama teman temanmu?."
"Jangan langsung mengganti topik seperti itu, bukan urusanmu." Aku yang begitu heran dengannya yang tiba-tiba berkata seperti itu.
"Sebenarnya...aku tidak terlalu suka dengan banyak orang, aku dipaksa oleh kakakku untuk menjadi seperti ini agar nama keluarga kita lebih dipandang baik oleh semua orang, terlepas sifat kakakku yang disiplin dan tegas, hingga banyak murid yang tidak terlalu suka dengannya, padahal dia sudah berusaha untuk menjadi tegas, tetapi dia salah, maka dari itu aku menjadi orang yang ingin akrab pada semua orang untuk mengubah pandangan keluarga kami.."
"( Kenapa dia curhat kepadaku? apa aku terlihat seperti badut penghibur?...)"
"Jadi aku tidak bisa selalu berada didekat banyak orang, dan aku mencari tempat yang nyaman untuk istirahat."
"Bukannya itu bagus? mempunyai banyak orang yang membantumu kapan saja jika kau butuh bantuan." balasku sambil tetap membaca buku walaupun itu membuat konsentrasi diriku terganggu.
"A-Aku tahu, tapi...."
"Jika kau hanya mendapatkan banyak teman hanya untuk sebuah nama baik, itu akan hanya membuatmu terjerumus pada masalah, tidak hanya membuatmu menyesal, bahkan perasaan mereka yang dimainkan olehmu membuat mereka tidak akan percaya lagi denganmu."
Aku mengatakan apa yang kebetulan ada hubungannya dengan yang ada diatas kertas buku yang sedang aku baca ini...
Setelah mendengar itu Shiraishi hanya bisa duduk menatap kebawah dan menggenggam tangan diatas pahanya.
"Jadi apa yang harus aku lakukan.."
"Aku tidak tahu, karena itu masalahmu."
"Bagaimana dengan kamu sendiri?."
"Apa?."
"Bukannya kau juga mempunyai teman?."
"Ah itu, karena hal itu aku tidak ingin melakukan sesuatu yang akan menambah masalah."
"Maksudmu?."
"Tidak, lupakan saja."
"Dari tadi kamu selalu menghindar dari pertanyaan yang aku berikan, itu curang tahu!."
"Apa manfaatnya jika aku menjawab pertanyaan yang kamu berikan? lagipula dari awal kau yang selalu mempertanyakan banyak hal padaku.."
"K-kenapa kau seperti itu.."
"Kau juga, rasanya seorang ratu berubah menjadi seorang wanita kesepian jika berada ditempat seperti ini."
"Berisik! lagipula aku bukan ratu, aku hanya siswi SMA." ucapnya dengan emosi kepadaku setelah aku mengejeknya.
"Tetapi semua orang yang membicarakan kau selalu mengatakan seperti itu, aku sudah bosan mendengar itu."
"B-benarkah?.." Ucapnya dengan wajah memerah.
"Aku pergi dulu."
"Eh? kenapa? apa aku ada salah bicara barusan?."
"Tidak, itu-.."
Sebelum aku sempat mengatakannya mereka sudah mendekati kami berdua.
"Yuuki, ternyata kamu disini."
"E-eh y-ya aku hanya melihat lihat taman disini juga terlihat bagus."
"Kita mencari kamu loh, ayo kita makan siang bareng."
"O-oh iya."
Shiraishi pun pergi dengan teman temannya hingga aku bisa bebas darinya.
"Hei Yuuki, kenapa kamu disini bersama murid itu.?"
"Memangnya, kenapa?."
"Dia itu menyeramkan, duduk sendiri disini dan tidak pernah bersama teman, dan terlihat seperti orang aneh, kami jadi takut saat mendekati orang itu."
"O-owhh benarkah?."
Suara suara yang membicarakan diriku perlahan menghilang karena mereka sudah jauh, dan aku tidak terlalu peduli dengan itu, karena dari dulu memang selalu seperti ini, mendekati seseorang yang populer aku hanya seperti sebuah hewan Dimata orang lain.
"A-o-ya-ma! apa kau tadi berduaan dengan Shiraishi? arghh kau curang, kau bilang tidak tertarik dengannya."
"Dari awal aku hanya duduk disini, dia menghampiriku dan membuat konsentrasi belajarku terganggu."
"Hahaha bercanda bercanda, aku tahu kamu bukan orang yang seperti itu."
"Apa yang kau tahu, padahal kita baru 2 hari bertemu."
"Hhe, tetapi aku tahu kalau kamu tidak suka berbicara pada orang lain kan? karena kau itu lebih menyukai hal yang para introvert lakukan."
"Jika kau sudah tahu seperti itu, apa kau tidak sadar?."
"Kalau aku berbeda, aku yang memaksamu, jadi aku yang memintamu."
"Aku tidak pernah menerimanya."
"Kau tidak perlu menerimanya."
"Aku pergi."
"Tu-Tunggu! itu bercanda tahu! ambil ini, kau belum makan siang kan dari tadi?."
"Tidak perlu."
"Sudahlah makan saja, aku sudah membelikan kau roti ini karena aku kasihan padamu."
"Sudah kubilang jangan terlalu memperdulikan aku."
"Bagaimanapun juga aku tidak bisa membayar apa yang kamu lakukan dulu."
"Lagi lagi kau menggunakan hal itu."
"Makanya makan saja, bukannya kau juga memang belum makan."
"Huhh baiklah, terimakasih." ucapku terpaksa mengambil roti yang dia berikan.
"Santai santai, ah ini kopi hitamnya, aku tahu kau suka kopi kan?."
"Apa kau tidak merepotkan dirimu sendiri? aku bisa membelinya sendiri."
"Yah tidak apa apa, lagipula aku kebetulan lewat disini."
"Owhh."
Touya duduk sambil bersiul karena menyadari angin ditempat taman ini begitu sejuk, aku pun memakan roti isi dagingnya, sambil membaca buku catatan milikku, karena tadi Shiraishi mengganggu konsentrasi belajarku, aku harus mengulangnya lagi agar lebih memahaminya.
*Kringggg
Bel masuk berbunyi menandakan jam pelajaran selanjutnya dimulai, kami berdua pun berdiri dan berjalan kedalam kelas, melanjutkan pelajaran hingga jam pelajaran selesai dan pulang.
Hari ini cukup melelahkan, hingga aku menghampiri cafe terdekat untuk istirahat sebentar dan langsung pulang kerumah, sampai disana Mai sudah menungguku di dapur sambil memasakkan makanan untukku.
"Mai, kenapa kamu disini?."
"Kenapa kakak menanyakan hal seperti itu? Sudah jelas aku ingin memasak... dan juga kakak pulang terlalu lama dari jam pulang, apa kakak sudah berkumpul dengan banyak teman?."
"Tidak, bukan itu... aku hanya mengecek kembali apa yang sudah dipelajari."
"Kakak terlalu banyak belajar!."
"Aku ingin melakukan apa yang aku inginkan... kau kesini hanya untuk memasak?."
"Aku sengaja kesini karena aku ingin memasak, apa tidak boleh?."
"B-Boleh, apa saja yang adikku inginkan aku tidak bisa melarangnya."
"Kalau begitu baguslah." ucapnya melanjutkan kegiatannya sambil bernyanyi tanpa kata-kata.
"Huhh"
Aku menaruh tasku dan mengganti baju santai milikku lalu duduk dimeja makan sambil membaca buku.
"Nih makanannya, habiskan loh."
"Ya ya, terimakasih makanannya."
Aku pun memakan makanan itu hingga habis tak tersisa.
"Mai, apa hari ini kamu tidak ada kerjaan?."
"Mmm nanti aku ingin kerumah Chika untuk main bersama." Ucap Mai sambil mencuci piring di dapur, dia memang selalu seperti itu, jika ada pekerjaan yang aku belum kerjakan seketika dia langsung menyadarinya dan mengerjakannya, maka dari itu aku melakukan pekerjaan rumah sebelum aku berangkat agar dia jika datang kerumah ini tidak harus melakukan pekerjaan rumah lagi.
"Apa perlu aku antar?."
"Naik apa? sepeda kakak? lebih baik tidak usah... aku jalan kaki saja."
"Jangan meremehkan sepedaku."
"Mai tahu... sepeda itu sudah rusak ratusan kali, dan masih bertahan hingga sekarang..."
"Jika tahu seperti itu, baguslah."
Aku berpikir bahwa hidupku beruntung mempunyai seorang adik yang sangat baik, dia sudah seperti ibuku, dan dia selalu memperdulikan aku, hingga aku hanya memiliki satu orang yang aku percayai, setiap dia ingin sesuatu sudah pasti akan kuberikan, jika dia perlu bantuan sudah pasti itu akan jadi prioritas utamaku, hari ini mungkin sangat melelahkan, seperti biasanya, aku hanya ingin sendiri.....
Hari minggu adalah hari dimana aku bisa bebas melakukan kebiasaan yang selalu aku lakukan, semua pekerjaan tugas sekolah telah selesai sehari sebelum aku mempersiapkannya, dan juga dihari ini Mai selalu berada di rumahku hingga malam, karena dia juga tidak ada pekerjaan tugas lagi jadi dia menghabiskan waktu liburnya dirumah kakaknya.
Aku melakukan hal yang aku sukai seperti membaca manga, menonton anime, dan juga bermain game, walau itu terlihat seperti orang pemalas, tetapi tidak denganku.
Setiap hari kecuali hari minggu adalah hari bebas yang sudah aku persiapkan
Semua yang aku pelajari sudah berada didalam kepalaku, bahkan jika ada ujian sekalipun mungkin itu akan mudah untuk dikerjakan.
Selagi aku menikmati liburanku biasanya Mai memasak sarapan, makan siang maupun makan malam, menyirami tanaman, bahkan ikut melakukan hal yang aku lakukan, karena dia sangat ingin melakukan banyak hal denganku dari dulu, disaat apa yang ingin aku lakukan, dia selalu penasaran dan mengikuti apa yang aku lakukan, dan juga biasanya kami berdua akan pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli apa yang adikku inginkan.
Walaupun hanya satu hari, aku tidak mau membuangnya begitu saja..
Aku dibangunkan dengan suara bel rumahku, tidak lain itu adalah adikku, dan saat itu jam menunjukkan pukul 05.38, dan Mai kesini sangat pagi karena biasanya dia sambil sekalian berolahraga kesini, walaupun biasanya tidak sepagi ini.
"Haah rasanya nafasku berat sekali.."
"*Hooaamm, pagi buta seperti ini, tidak seperti biasanya."
"Sudah jelas bukan, aku banyak waktu luang tersisa karena murid kelas 3 tidak terlalu banyak hal yang harus dilakukan, jadi aku lebih pagi kesini."
"Jadi begitu.." Ucapku dengan memejamkan mataku yang masih ingin melihat mimpi.
"Lagian kakak, kenapa kamu jam segini baru bangun?."
"Ah, tadi malam aku terlalu fokus membaca hingga terbawa cerita, jadinya aku lupa untuk tidur."
"Huhh kebiasaan kakak tidak pernah berubah ya."
"Apa kamu ingin mandi dulu? nanti aku yang akan membuat sarapan."
"Hmm aku sangat ingin membuat sarapan sih.." Ucapnya dengan muka yang cerah.
"Lalu?."
"Bagaimana jika kakak menunggu aku mandi dan aku yang akan membuat sarapannya?."
"Aku tidak masalah menunggu berapa lama, tetapi itu jadi merepotkan kamu dan aku tidak melakukan apapun padahal kamu sudah jauh jauh kesini."
"Sudah tidak apa apa, aku juga lagi ingin memasak, jadi kakak lakukan hal lain aja, ya sudah aku pinjam kamar mandinya."
"Jangan lupa mengambil handuknya dikamar.
"Baik."
Mai pun pergi kebelakang untuk mandi, dan karena kesadaran pikiranku setelah bangun belum sepenuhnya sempurna, aku duduk di sofa sambil mendengarkan musik.
"benar benar, bersantai memang sangat enak.."
................
"Kakak, apa didapur masih ada roti?." Ucap Mai sambil mengeringkan rambutnya.
"Hmm, sepertinya masih ada."
"Baiklah."
"Mai, memangnya kamu tidak kedinginan dengan baju seperti itu?." Ucapku melihat Mai hanya menggunakan kaos panjang hingga mencapai lututnya.
"Ini lebih nyaman menurutku, apakah kakak senang melihatku seperti ini?." Mai mencoba menggodaku dengan menarik bajunya kebawah seperti ingin aku lebih berusaha untuk melihatnya.
"Tidak, aku tidak akan bergairah hanya melihat adikku, lagipula dulu kita sering sekali mandi bersama." Ucapku sambil memejamkan mata karena masih sedikit mengantuk.
"B-bodoh! Kenapa kakak memikirkan hal itu."
"Makanya ganti bajumu dengan yang lebih tebal sana, dan juga bukannya kamu membawa dalaman?."
"Sampai segitunya kakak mengetahuinya...Kakak menyeramkan, lebih baik aku menggantinya sekarang.." Mai pun pergi ke kamar untuk mengganti pakaiannya.
"Huhh padahal aku hanya peduli.."
Setelah itu aku mengambil ponselku untuk bermain game, dan mencari tempat yang nyaman yaitu hanya sofa ruang tamuku.
*Ting Tong
Tak berapa lama kemudian suara bel rumahku berbunyi, membuat aku dan Mai terkejut pada jam seperti ini tiba tiba ada orang yang datang.
"Kakak, siapa yang datang pagi pagi seperti ini?."
"Aku juga tidak tahu, mungkin pengantar paket."
"Apa aku yang membuka pintunya?."
"Tidak, kakak saja, bukannya kamu ingin memasak?."
"Benar juga.."
Aku pun pergi kedepan untuk membukakan pintunya, aku membuka pintunya yang kupikir adalah pengantar paket atau surat..
"Yo, Aoyama!."
*Brakk
Aku langsung menutup pintunya lagi, tetapi dia memencet bel rumahku berkali kali hingga membuat bising satu ruangan, daripada itu membuat berisik lebih baik aku membukanya lagi.
"Oi! kenapa malah ditutup!"
"Maaf, hanya refleks."
"Kau kira aku hantu."
"Jadi, ada keperluan apa kau disini?."
"Hmm mumpung ini adalah hari libur, bagaimana kalau kit-."
"Tidak, aku sedang sibuk."
"Kau berbohong pastinya."
"Tidak, ini bukan bohongan, aku benar benar sedang sibuk."
"Benarkah? baiklah, jika memang kamu sedang sibuk, mungkin minggu depan bisa." wajah Touya lesu seperti tidak mendapatkan yang dia inginkan.
"Sepertinya, ( Bagus dia percaya dengan itu...)
"Baiklah, aku pergi dulu, maaf mengganggu-."
Saat Touya ingin pergi, keberhasilan membuat dia pergi menjadi hancur saat Mai datang.
"Kakak, kenapa bel nya berbunyi terus-.....dia siapa?."
"M-Mai?!." Ucapku melihat Mai datang dan melihat Touya.
"Ah! adiknya Touya! senang bertemu kembali, aku sekarang sudah bersahabat dengan Aoyama"
"S-Sa-Sahabat?!?."
"Oi kenapa kau mengatakan seperti itu, padahal baru seminggu kita bertemu." Aku berbisik kepadanya.
"Hhe, benar seperti itu, aku adalah sahabatnya Aoyama."
"Kakak....kamu menyembunyikan sahabatmu dari aku ya.."
"T-tidak, bukan begitu, kita baru bertemu diawal masuk sekolah, jadi ini bukan yang seperti itu."
"Jadi kak Touya, bagaimana jika kita mengobrol didalam saja." ucapnya dengan senyum ramah mengabaikan perkataan aku.
"A-Apa maksudnya Mai?!."
"Karena diluar sedikit dingin, jadi kasihan kak Touya sahabat kakak berdiri diluar."
"Ternyata adiknya lebih baik dan ramah daripada kakaknya." Ucap Touya mengamati kami berdua.
setelah aku tidak bisa melakukan apa apa, aku pun pasrah dengan hal ini.
A-Apa benar tidak apa apa?."
"Apa yang kakak katakan? kakak ingin menyuruh kak Touya pulang begitu saja?."
"Huhh, cepatlah masuk, udaranya sangat dingin."
"Baiklah kalau begitu, aku permisi."
Setelah itu Touya duduk di sofa dengan kita bertiga sambil Mai membuat minuman untuk kita.
"Aoyama.." Touya berbisik kepadaku.
"Apa?."
"Jangan bilang kamu tinggal berdua disini hanya dengan adikmu?."
"Tidak, dia tinggal dirumah nenek kami, tetapi dia selalu kesini."
"Jadi begitu..."
Tidak lama kemudian Mai datang membawa minuman dan cemilan.
"Ah terimakasih, maaf merepotkanmu pagi hari seperti ini."
"Tidak, jika itu temannya kakak, dan juga kenapa kak Touya mengenal kakakku yang sangat tidak bisa diandalkan untuk bergaul?."
"Oi apa kamu hanya ingin mengejek kakakmu.?
"Hmm bagaimana aku mengatakannya.."
"Kami satu kelas di sekolah, dan dia mengingat wajahku" Ucapku membantu menjelaskan dengan terlihat tidak berniat.
"Benar, dan saat itu aku menjadi akrab dengan Aoyama."
"Tidak, sejak kapan aku mengatakan kita sudah akrab."
"Sudahlah kawan, ini memang takdir yang datang tiba-tiba."
"Tch."
"Benarkah? jadi...Rina?."
"Kalau dia, ada dirumah."
"Kakak, kenapa dari awal kamu tidak memberitahu hal ini? apa kamu tahu sudah berapa lama aku ingin bertemu Rina." Ucapnya dengan menatapku dengan tatapan ingin membunuh.
"T-tunggu, siapa Rina, dan juga aku tidak pernah mengatakan kalau aku mempunyai teman kan?."
"Tetapi seharusnya kamu memberitahuku jika kamu bertemu dengan kak Touya kan?."
"Y-ya tapi menurutku itu tidak terlalu penting Sepertinya.."
"Tidak penting?." aku yang semakin membuat marah seekor singa.
"T-tenang dulu Mai, sekarang kau kan sudah mengetahuinya."
Melihat pertengkaran kami, Touya hanya bisa melihat kami sambil menyeruput teh.
"Jadi ini pertengkaran adik kakak...sedikit menyenangkan."
................
"Jadi..alasan kau kesini untuk apa?."
"Ah benar juga, tadinya aku ingin mengajakmu pergi, tetapi sepertinya kamu sedang sibuk."
"Ah jangan pikirkan apa yang kakak katakan, dia sama sekali tidak sibuk, bawa saja dia pergi." Ucap Mai dengan senyum ramahnya kembali.
"K-kejam, kenapa kamu mengatakan hal kejam seperti itu."
"Memangnya kenapa? setelah sekian lama kakak akhirnya ada orang yang ingin mengajakmu keluar."
"Tetapi lagipula aku tidak bisa meninggalkanmu disini sendirian bukan?."
"Kalau begitu masalahnya, kita bertiga saja berangkat, dan sekalian bersama adikku Rina." Touya yang memberikan ide.
"Benarkah? kalau begitu aku ingin membuat bekal untuk Rina."
"Huhh, kenapa hal ini terjadi."
Dengan hal yang merepotkan seperti ini, aku hanya bisa pasrah mengikuti apa yang Mai inginkan, harapan bermain game hancur begitu saja, dan kami bertiga pergi kerumah Touya untuk bertemu dengan Rina adik dari Touya.
"Kita sudah sampai."
"Ohh jaraknya cukup dekat, hanya beberapa stasiun."
Sesaat kita berangkat menggunakan kereta dan tiba di stasiun yang cukup dekat dengan sekolahku, rumahku cukup lebih jauh dari rumah Touya jadi tidak heran mengapa dia lebih awal disekolah.
"Rinaa Kakak pulang."
"Apa kakak membawa pesanannya? ah..."
Seketika Rina berhenti berjalan saat melihat Mai melambai dibelakang Touya.
"Kak Mai! k-kenapa bisa disini?!."
"Kakaknya Mai ternyata adalah teman sekelas kakak, jadi aku mengajak mereka kesini."
"Rinaa! lama tidak bertemu." Mai memeluk Rina setelah kita masuk kerumah Touya.
"Kak Mai!." Wajah Rina yang ikut senang setelah bertemu kembali dengan Rina
Melihat mereka sangat akrab aku pun penasaran dan bertanya kepada Touya.
"Touya, sejak kapan mereka saling kenal?."
"Ah itu saat kau dirawat dirumah sakit, dan saat setiap hari kami menjengukmu dan Rina jadi akrab dengan Mai."
"Jadi begitu.."
Usia Rina hanya berbeda 2 tahun dari Mai yang dimana dia baru saja masuk dijenjang SMP kelas 1.
"A-anu, kak A-Aoyama, terimakasih saat dulu sudah menyelamatkanku." Ucapannya terbata bata dengan wajah memerah karena malu.
"Tidak usah dipikirkan, sekarang aku sudah menjadi lebih baik."
"Benar, Rina tidak perlu sedih, karena kakak orangnya baik walaupun sikapnya buruk."
"Oi, apa yang kamu katakan kepadanya."
"jadi, sekarang bagaimana jika kita makan sarapan bersama nanti?." Ucap Touya memberi usul.
"Ah benar juga, nanti aku sama Rina saja yang akan memasak."
"Um!."
"..."
"Kalau begitu aku dan Aoyama berbelanja bahan masakannya."
"Kalau itu, biar aku sama kak Mai aja, soalnya kakak kurang tau untuk memilih bahan makanannya."
"Benar, biar aku dengan Rina aja, kakak disini aja sama kak Touya."
"Apa tidak masalah?." Ucapku khawatir jika mereka berdua berjalan berdua saja.
"Toko dan lainnya cukup dekat dari sini, jadi mungkin tidak masalah mereka berdua yang belanja, dan juga selagi mereka yang berbelanja, daripada itu..."
Touya mengeluarkan sebuah game konsol dan dipasang di TV dengan sangat bersemangat.
"Bagaimana jika kita bertanding, Aoyama."
"Game itu...( Bukannya itu seri game yang sudah aku tamatkan berkali-kali.)
"Apa kau takut?."
"Tch, terlalu naif kau mengajakku tanding tempur."
"Siapa takut! yang kalah traktir makan saat istirahat besok."
"Seharusnya nanti kau menyiapkan uang untuk mentraktirku." ucapku mengintimidasinya.
"Jangan sombong dulu!."
Melihat kami berdua bersemangat bermain game konsol, Mai dan Rina hanya bisa melihat kami dengan hal yang memang sudah terbiasa.
"Kalau begitu kita pergi dulu kak."
"Ya, hati hati, jaga Rina dengan baik."
"Rina, jangan merepotkan Mai ya."
"Iya, kita jalan dulu"
Mereka berdua pergi berbelanja sedangkan kami berduel sangat sengit dalam bermain tanding tempur game strategi yang bisa dimainkan maksimal 4 orang dengan 4 Legion tempur, tetapi kami bermain berdua dengan memegang masing-masing 2 Legion agar permainan semakin menegangkan.
"Woah, lumayan juga kau."
"Kau juga, taktik seperti itu jarang aku lihat."
"Aku tidak mau mendengar hal itu dari orang yang mengeluarkan komando bersamaan dengan sangat cepat."
Sepanjang permainan yang sangat lama, dan berkali kali percobaan untuk menang saling terhalang, situasi memanas setiap mulai peperangan, dan tidak ada yang bisa menjatuhkan pemimpinnya satu sama lain.
Selain itu ditempat Mai dan Rina...
"Woaahh Rina, lihat lihat! toko baju itu imut imut."
"Ah iya! tapi kita kan harus beli bahan masakan untuk makan siang."
"Tenang aja, tidak akan lama kok, cuma lihat lihat baju disana."
"Berarti kalau begitu, aku juga penasaran karena aku melihat banyak model baju yang bagus dari kemarin." Ucap Rina sambil mengingat-ingat.
Niat awal mereka yang ingin membeli bahan masakan terlepas begitu saja setelah melihat toko baju dipusat perbelanjaan, mereka tidak hanya melihat lihat tetapi mereka juga membeli banyak barang saking terbawa oleh suasananya.
................
Hingga Sudah 2 jam kami berdua bermain, dan akhirnya permainan dimenangkan oleh aku sendiri, dan kami pun berbaring istirahat setelah sekian lama kami duduk bermain game.
"Padahal sedikit lagi aku menang."
"Itu sedikit menghibur."
"Aku tidak tahu ternyata kau lebih mahir dengan game strategi."
"Aku hanya sudah bermain game itu berkali kali, jadi aku bukan ahli bermain game strategi."
"Lagi lagi kau menghindar."
"Tunggu, kita sudah bermain sekitar 2 jam tetapi mereka belum kembali."
"Ah benar juga! apa kita harus menyusulnya?."
"Nanti jika mereka disini dan tidak ada seorangpun dirumah itu akan merepotkan."
"Benar juga, berarti kita hanya bisa menunggu."
Sudah 30 menit kita menunggu mereka kembali hingga jam menunjukkan pukul 01.25, kami yang semakin khawatir menjadi bingung untuk mencarinya dimana.
"Aoyama, apakah sebaiknya kita mencari mereka?."
"Kau benar, sudah beberapa waktu kita menunggu mereka."
Saat kita ingin pergi, tiba tiba suara bel berbunyi yang membuat kita merasa lega.
"Kita pulang."
"Kenapa kalian sangat la-apa itu?!!." Aku terkejut dengan barang bawaan mereka yang seperti ingin pindah rumah.
"Uwahh banyak sekali baju yang kalian beli."
"Tadi padahal kita hanya ingin melihat lihat tetapi sayang banget kalau tidak membelinya, iya kan Rina?."
"Iya, sayang banget kalau kita melewatkan obral tadi."
Melihat semangat mereka dan wajah senangnya membuat aku ikut senang dan lega akan keselamatan mereka.
"Rina, ayo kita masak makan siang."
"Ah benar juga, ayo."
Mereka pun pergi ke dapur untuk memasak makan siang.
"Apa kalian tidak kelelahan?." Ucap Touya dengan sedikit khawatir.
"Biar kami yang memasak makan siang, kalian istirahat saja."
"Tidak usah, biar kami aja." Ucap Mai dengan semangatnya.
"Baiklah kalau begitu."
Hingga 10 menit kemudian masakan tiba dan kami menyantapnya dengan sangat nikmat oleh makanan yang sangat lezat mereka buat dengan penuh semangat.
"Haah kenyang! enak banget masakan kalian!." Ucap Touya sambil duduk di kursi karena kekenyangan.
"Ini sangat enak, benar benar lezat." Ucapku dengan merasakan sebuah kenikmatan.
"Wahh kita berhasil Rina!."
"Iya!." Mereka sambil Melakukan tos.
Setelah itu kita melakukan banyak hal hingga tidak terasa hari sudah menjelang malam dan Langit malam mulai berjalan diatas menggantikan langit sore.
"Terimakasih atas semuanya, maaf merepotkan kalian." Ucapku dengan rasa terimakasih yang besar.
"Tidak tidak, aku yang meminta kalian untuk kesini jadi, terimakasih waktunya yang kalian berikan."
"Rina, kapan kapan kita main lagi ya."
"Iya! kak Mai nanti kita berbelanja lagi."
"Aku janji nanti kita bermain lagi."
Setelah mendengar itu Rina mengeluarkan senyum yang sangat bahagianya sehingga matanya sedikit berkaca kaca.
"Kita pulang dulu."
"Ya, apa perlu aku antar?."
"Tidak, kasian Rina tinggal sendiri disini."
"Baiklah, sampai bertemu besok."
Kami berdua pun pergi dengan menggunakan kereta seperti tadi saat kita berangkat, dengan jarak stasiunnya, hanya membutuhkan waktu 10 menit hingga sampai di stasiun.
Saat di kereta Mai terlihat sangat menikmati apa yang dilakukan nya hari ini hingga aku sedikit tidak menyesal untuk mengubah kebiasaanku setiap hari libur.
"Kakak, tadi sangat menyenangkan."
"Ya, itu benar."
Seketika badan Mai jatuh disamping tubuhku karena sangat kelelahan dan akhirnya tertidur.
"Baiklah, ini keadaan yang buruk." Ucapku dengan melihatnya tidur di sampingku yang dimana aku tidak bisa membangunkannya karena dia sangat terlihat kelelahan.
................
"*Hooaamm...Hm??ehh??!."
Mai yang terkejut setelah menyadari dirinya terbangun dikamar rumah neneknya dan dia pun meneleponku dengan sangat cepat.
"Oh, Mai ada apa?."
"K-kakak...bagaimana aku bisa berada dirumah nenek..?"
"Saat di kereta kau ketiduran dan aku tidak tega membangunkannya jadi sekalian aku menggendong kau kerumah nenek."
"Apa yang kakak bilang tadi?."
"Kenapa?."
"Kakak menggendong aku dari stasiun hingga kesini?."
"M-maaf aku tidak bermaksud membuatmu malu atau apa, tapi aku tidak punya pilihan." Ucapku yang panik mendengar nada bicara Mai yang berubah.
Seketika telepon Mai mati dan aku yang pasrah akan keadaan ini pergi untuk belajar.
.
.
.
"Aku mempunyai seorang kakak yang benar benar tidak peka terhadap keadaan.."
Setelah mematikan teleponnya Mai menutup mukanya dengan bantal karena mukanya yang sangat merah, dia bukan karena malu digendong dilihat banyak orang, tetapi dia tidak percaya jika kakaknya akan menggendongnya yang saat itu sedang tertidur pulas.
"Habislah diriku, mungkin aku akan dimarahi Mai saat pulang sekolah besok..."
Hingga dirumah, diriku yang sedang melamun memikirkan hari esok...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!