NovelToon NovelToon

Si Tomboy Yang Tiba - Tiba Menikah

Rencana Mendadak

“Lean, apa maksudnya ini?” Tn Rico yakni papa Lean tengah murka sembari membanting surat kabar yang dipegangnya ke arah wajah Lean. Melihat foto yang mirip dengan dirinya bersama seorang perempuan sedang melakukan hal yang tidak terpuji dan dimuat di surat kabar maupun media sosial, membuat nama baik Lean, Tn Rico beserta seluruh keluarga besarnya memburuk, hingga mempengaruhi seluruh bisnis keluarga. “ini bukan aku pa!, gak mungkin aku berbuat hal menjijikan seperti itu!” sahut Lean dengan tegas menjawab pertanyaan papanya. Lean terus menyangkal bahwa foto tersebut bukanlah dirinya.

“jadi maksud kamu foto itu editan?” saut Tn Rico dengan membentak. “iya!, foto ini palsu!, aku masih doyan sama laki – laki pa!, gak mungkin kalau aku ngelakuin hal seperti itu!” Lean terus menyangkal bahwa wajah yang mirip dirinya itu hanyalah editan belaka. “dari begitu banyak teman cowok kamu, gak ada satupun yang kamu kenalin ke papa sebagai pacar kamu!, apa jangan – jangan kamu memang seperti itu?” Tn Rico berkata sembari memegang keningnya dengan ekspresi wajah yang nampak kecewa. “pa, mungkin perkataan Lean benar, mungkin foto itu cuma editan!” saut Ny. Wela yakni mama Lean sembari menghampiri Tn Rico mencoba menenangkan emosinya.

Tn Rico merenung sejenak, dan memutar otak guna mencari cara untuk memperbaiki nama baik keluarga besarnya beserta anak semata wayangnya yang bandel itu. “kalau gitu papa akan nikahkan kamu saja, biar gosip ini menghilang!” saut Tn Rico dengan serius sembari melotot memandang Lean. “tapi pa....” belum sempat Lean menolak, Tn Rico menyahut dengan ketus “gak ada tapi – tapi’an, gak ada alasan!!” ucap Tn Rico sembari berjalan meninggalkan Lean yang masih terduduk di ruang keluarga.

Bak tersengat aliran listrik, Lean seketika terpaku tanpa suara setelah mendengar ucapan papanya untuk menikahkan dirinya. “sudah Lean, kamu turuti saja ucapan papa kamu!, karena kamu gak tau jika masalah ini amat serius, hingga mempengaruhi bisnis keluarga kita!” ucap nenek Lean memberi nasihat. “ini gak adil nek, aku gak ngelaku’in apa- apa, tapi kenapa aku yang harus nikah? Aku enggak mau, kalau mau nenek aja yang nikah!” saut Lean sembari berjalan menuju garasi untuk mengeluarkan motor sport miliknya dan memacu motornya meninggalkan rumah, menuju rumah salah satu sahabatnya yakni Aji.

“apa papa benar – benar ingin menikahkan Lean?” ucap Ny. Wela sembari duduk menyebelahi Tn Rico. “kita enggak punya pilihan lain lagi ma!, hanya ini satu – satunya pilihan terbaik untuk keluarga kita. Karena berita ini semakin meluas, kita harus mempercepat pernikahan Lean!” ucap Tn Rico dengan tegas. “semoga memang ini jalan terbaik untuk keluarga kita pa!” sahut Ny. Wela dengan ekspresi pasrah dan tak memberikan penolakan. Nampak Tn Rico mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang dalam kontak di ponselnya. “iya, mari kita bertemu!, oke jam 7 malam gua kesana ya!, oke!” ucap Tn Rico sembari mengakhiri panggilan telefonnya.

“bruumm, bruumm!” terdengar suara knalpot motor sport milik Lean memasuki halaman sebuah rumah dan berhenti tepat di depan pintu garasi. Rumah tersebut adalah rumah salah satu sahabatnya, yakni aji yang telah menjadi teman sekaligus sahabat Lean sedari Lean kecil hingga Lean dewasa. Saking lamanya Lean bersahabat dengan aji, hingga keluar masuk rumah Aji pun Lean seperti sedang berada dalam rumahnya sendiri. Ia dengan bebas masuk ke seluruh penjuru rumah Aji, bahkan orang tua aji pun telah menganggap Lean seperti anaknya sendiri.

Saking asyiknya Aji dan Bima bermain PS di kamar, hingga tak menyadari jika Lean telah tiba dan tengah berjalan menuju kamarnya. “ceklek!!” Lean membuka pintu kamar Aji yang tak terkunci itu dengan sekuat tenaga, hingga membuat Aji dan Bima pun terperanjat kaget. “kebiasaan deh lu, gak bisa ya buka pintu tanpa ngeluarin tenaga dalam??” saut Aji dengan kesal sembari terus menatap serius pada permainan PS yang sedang ia mainkan. “sekali – kali buka pintu dengan lemah lembut, inget kodrat lei lu tuh perempuan!” Bima menyela.

Lean yang biasanya menyahut perkataan kedua sahabatnya dengan ketus dan tak mau kalah, kini hanya terdiam dan merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur dengan lemas. Mendapati sikap Lean yang tak seperti biasa, bisa dipastikan jika saat ini Lean pasti sedang menghadapi masalah yang cukup berat. “kenapa lagi?” ucap Aji tanpa menoleh ke arah Lean dan masih fokus terhadap permainan PS nya. “gua mau nikah!” saut Lean dengan nada yang pasrah. Aji dan Bima saling beradu pandang dan “hahahahaha!!” mereka berdua tertawa terbahak – bahak hingga hampir menangis. “emang siapa yang mau nikahin lu? Hahaha” Aji menyahut sembari terus tertawa.

Aji dan Bima masih belum menyadari jika perkataan Lean adalah sebuah kebenaran, dan bukanlah sebuah candaan yang sering kali mereka bahas bersama. “gara – gara foto sialan yang diedit manusia tanpa adab itu, gua dipaksa buat nikah!!” ucap Lean dengan serius pada kedua sahabatnya. Mendengar ucapan Lean yang nampak meyakinkan, Aji dan Bima melompat dari sofa tempatnya bermain PS dan duduk tepat di samping Lean.

“apa beneran lu mau nikah lei?” saut Bima dengan ekspresi wajah yang nampak sedih. Lean pun mengangguk dengan pasrah guna mengiyakan. “astaga, lu jadi emak - emak dong lei!” ucap Aji sembari menutup mulutnya karena syok. “goblok lu!!, nikah aja belum masak gua udah jadi emak – emak!, jangan ngawur deh!” Lean menyahut ketus. “ohh ****, ini berita bersejarah!!” ucap Aji dengan ekspresi yang masih syok. Seperti sekumpulan wanita yang asyik menggosip, Aji dan juga Bima nampak antusias mendengar cerita yang Lean sampaikan.

Di rumah Tn Andra.

Tn Andra adalah sahabat Tn Rico, dimana mereka telah menjadi sahabat sedari mereka duduk di bangku SMP hingga sekarang. Hanya Tn Andralah sahabat satu – satunya yang Tn Rico miliki, baik dalam kondisi susah maupun senang. “wah ayo masuk!, saut istri Tn Andra mempersilahkan Tn Rico beserta istri untuk masuk ke dalam rumah dengan sopan. “Waduh, tumben – tumbennya kamu main kesini!” ucap Tn Andra sembari berjalan keluar dari ruang keluarga, dan langsung memeluk sahabatnya itu dengan ramah.

“iya nih, aku lagi ada urusan penting sama kamu ndra!” ucap Tn Rico dengan wajah yang nampak gelisah. Hampir tak teka bagi Tn Rico untuk menceritakan seluruh masalah yang tengah menimpa keluarganya. Namun dengan sedikit menebalkan muka, akhirnya Tn Rico menceritakan seluruh masalahnya dengan detail pada sahabat karibnya itu. Setelah berdiskusi cukup lama, Tn Rico akhirnya pamit dan meninggalkan rumah sahabatnya itu dengan mata yang sembab.

....

Nampak seorang pria tampan berwajah estetik dengan postur tubuh tinggi dan tegap bak model profesional masuk ke dalam rumah Tn Andra “aku pulang!!” ucap pria tampan itu dengan santai. “Agam, bisa – bisanya kamu tinggal di luar, sedangkan rumah ini penghuninya cuma mama sama papa!!” ucap Ny. Risa mengomel sembari menghampiri Agam dan berakhir dengan pukulan ringan yang ia daratkan pada pundak anaknya itu. “Agam, ada yang ingin papa dan mama sampaikan sama kamu!” ucap Tn Andra menyahuti dengan tenang dan serius.

Agam pun duduk pada kursi sofa sembari menunggu berita penting apakah yang akan kedua orang tuanya sampaikan, hingga mereka berdua memaksa Agam untuk segera pulang ke rumah. “Agam, papa dan mama akan menikahkan kamu dengan anak sahabat papa, namanya Lean, ini fotonya!!” ucap Tn Andra tanpa basa – basi sembari mengulurkan sebuah potret gadis cantik yang tergambar dalam foto tersebut. Dengan rasa kaget yang luar biasa, Agam meraih potret tersebut dan menatapnya dengan seksama. “ini kan cewek bar – bar tadi?” ucap Agam dalam batin. Menyadari potret perempuan tersebut ialah perempuan yang pernah ia jumpai sebelumnya, Agam hanya termenung tanpa memberikan jawaban terhadap perkataan papanya itu.

Image Buruk

Sehari sebelum Agam pulang ke rumah.

Di Kampus.

Lean dan Bima tengah duduk sembari bercanda dalam kelas dan menunggu Dosen mata kuliah selanjutnya, yakni Ekonometrika. Tumben banget lu mau ikut masuk mata kuliah ini lei?, biasanya lu bolos terus di kelas ini!” saut Bima dengan ekspresi penasaran. “gua mau tobat bim!, gara – gara sering bolos matkul ini, dua semester gua terbuang sia – sia!, bokap gua uring – uringan terus kayak perempuan lagi PMS” ucap Lean menanggapi. “hahaha, paling satu atau dua kali lu masuk, habis itu lu bakal bolos lagi Lei!” saut Bima meremehkan sembari tertawa ringan. “sstttt, stop jangan negative thinking sama gua!” Lean menyahut ketus.

“kalian tau gak, ternyata dosen matkul Ekonometrika kita baru loh, lulusan London dan gosipnya dia ganteng bangeett!!” terdengar beberapa perempuan yang duduk di kursi belakang Lean tengah antusias dan heboh membicakan dosen baru yang akan mengajar di kelasnya. “kalau beneran ganteng, semoga aja Dosen Pembimbing gua nanti dia!” ucap perempuan lain menyahuti. Karena suara beberapa perempuan tersebut cukup keras, hingga Lean dan Bima pun bisa mendengar dengan cukup jelas perkataan beberapa perempuan itu.

“seganteng apa sih tuh dosen baru, sampai anak – anak pada gatel semua pengen digaruk!” ucap Lean sembari menoleh ke arah pintu masuk kelas, dan menatap kaget ke arah pria berpostur tinggi dengan wajah yang rupawan berjalan masuk ke dalam kelas. “ganteng banget!!” ucap Lean dengan spontan melihat seorang pria tampan yang nampak dingin dan misterius seperti kriteria pria yang ia idam – idamkan selama ini. “anjay, kenapa gua baru tau kalau ada cowok keren di kampus kita?” ucap Lean sembari menepuk pundak Bima dengan heboh.

“pria keren yang lu maksud tuh gua?, lu baru nyadar ternyata!” ucap Bima dengan percaya diri. “bukan bim!, tapi pria itu tuh!” Lean menyaut sembari menunjuk ke arah pria tampan yang berdiri di depan kelas. “anak – anak, kenalkan saya Agam Mahendra, Dosen Tamu yang akan mengajar Mata Kuliah Ekonometrika kalian mulai dari sekarang. Sekaligus menjadi Dosen Pembimbing bagi kalian mahasiswa atau mahasiswi dengan nila terendah” ucap Agam menjelaskan. Lean tak berkedip dan terus memandang penuh ketertarikan ke arah Agam, hingga ia tak menyadari jika mahasiswa dengan nilai terendah adalah dirinya.

“berarti tuh dosen yang bakal jadi Dosen Pembimbing lu dong lei!!” ucap Bima dengan heboh. “waah, masa sih??” Lean menyahuti dengan malu – malu. “Pak Agam, apa boleh kita panggil Kak Agam atau Mas Agam aja biar lebih akrab?” ucap Delina, perempuan yang duduk di kursi belakang lean dengan ekspresi yang malu – malu ke arah Agam. “tidak sopan!, tolong hormati status saya sebagai dosen pengajar, bukan sebagai teman yang terlihat akrab!” saut Agam dengan ketus dan sedikit membentak pada Delina. Seketika Delina pun terdiam dan menunduk malu.

“wah, wah ganteng doang tapi songong juga nih orang!” ucap Lean dalam batin setelah mendengar perkataan Agam yang terkesan arogan. “sebelum saya lanjutkan, saya akan memanggil 3 nama mahasiswa dengan nilai terendah di kelas ini” ucap Agam dengan tegas. “Fero!!” , “hadir pak!” saut Fero sembari berdiri dan mengangkat tangan. “Bagas!!” , “hadir!!” saut Bagas yang langsung berdiri dan mengangkat tangannya juga. “Lean!!”, Agam memanggil nama Lean dengan jelas, namun Lean yang asyik berbincang dengan Bima tak memperhatikan ucapan Agam yang tengah memanggil namanya. “Lean??” Agam mengulangi panggilannya.

“lei, lu di panggil tuh!!” saut dela sembari menepuk pundak Lean dengan keras. “duh, apa sih del? Ngagetin aja!” Lean menyaut dengan ketus. “lu dipanggil tuh!!” Dela menyahut sembari menunjuk ke arah Agam. “Leaaan!!” Agam mengulangi dengan suara yang lebih keras. “oh, hadir pak!” Lean pun berdiri dan mengangkat tangan kanannya dengan kaget. “Lean itu perempuan ternyata?” ucap Agam dengan terkejut. “saya kira hampir semua perempuan rajin dan pintar – pintar!, tapi baru kali ini saya bertemu perempuan dengan nilai terendah yang hobi bolos kelas seperti kamu!” ucap Agam dengan ketus dan memandang sinis terhadap Lean.

Bagai terjungkal di depan umum, perkataan Agam layaknya belati yang menggores dan mengoyak harkat serta martabat Lean di depan umum. Seketika Lean pun murka, dan “braakk!!” Lean menggebrak meja di depannya dengan keras hingga seluruh teman – teman di kelasnya menoleh kaget ke arah Lean. “kalau ngomong yang lebih sopan ya, sini gua jitak kepala lu!” ucap Lean dengan ketus dan sedikit berteriak terhadap Agam. “udah lei, jangan bikin Pak Agam marah, ayo keluar!” ucap Bima sembari menarik tangan Lean untuk keluar dari kelas. Bima tahu jika ia membiarkan Lean tetap berada di dalam kelas, pasti Pak Agam akan berakhir dengan babak belur dibuatnya. Menyadari watak Lean yang keras kepala, ditambah lagi kemampuan bela dirinya yang baik, membuat Lean tak segan menggunakan kekerasan untuk menghadapi masalah. “sial, berani – beraninya dia mempermalukan gua di depan umum!!” Lean menggerutu sembari berjalan keluar kelas dengan dituntun Bima.

Melihat perempuan bar – bar yang berani berteriak terhadapnya, Agam pun terkejut pasalnya hanya perempuan itulah yang berani mengatainya di depan umum, dan tak tertarik terhadap ketampanan wajahnya seperti perempuan lain pada umumnya. “waah, perempuan bar – bar yang kasar banget, gak bayangin gimana nasib suaminya nanti jika punya istri kayak petinju gitu!” ucap Agam dalam batin sembari menghembuskan nafas panjang.

Jam menunjukkan pukul 5 sore. Setelah menerima telefon dari papanya, Agam mengendarai mobilnya menuju kediaman kedua orang tuanya. Karena semenjak Agam pulang kuliah dari London, ia memutuskan untuk tinggal sendiri dan membeli sebuah apartemen yang letaknya tak jauh dari perusahaan tempat ia bekerja dan kampus tempat ia mengajar di sela – sela waktu kosongnya.

Karena sebuah rombongan klub motor sport tengah melintas dan memenuhi seluruh jalan raya, jalanan pun menjadi padat merayap. Agam yang tak bisa menahan haus, akhirnya menepikan mobilnya di pinggir jalan untuk membeli air mineral dalam toko kecil pada pinggiran jalan tersebut. Tiba – tiba “braak!!” nampak salah satu anggota klub motor sport menyenggol seorang perempuan yang tengah berjalan di bahu jalan sembari membawa sebuah nampan berisi gorengan dan beberapa jajanan pasar di dalamnya, dan alhasil seluruh dagangan perempuan tersebut jatuh dan berhamburan di jalan. Tak bertanggung jawab, pengendara tersebut malah menarik gasnya dan meninggalkan perempuan tersebut.

Melihat kejadian tak bermoral itu, Agam hendak menghampiri perempuan tersebut dan membantunya. Namun belum sempat ia melangkah, ia melihat seorang pengendara motor sport lainnya menepikan motornya dan berhenti di sebelah perempuan tua tersebut. Ia pun melepas helm full face miliknya, dan dengan jelas Agam melihat wajah pengendara motor tersebut ialah Lean, perempuan yang membentaknya tadi di kelas.

Dari kejauhan, Agam memperhatikan Lean yang dengan cekatan membantu perempuan tua itu merapikan barang dagangannya. Nampak pula Lean menyalami ibu – ibu paruh baya tersebut dengan lipatan uang seratus ribuan, dan perempuan tersebut kegirangan hingga berkali – kali perempuan tersebut mengucap terima kasih pada Lean perempuan yang ia remehkan tadi di kelas. Melihat ketulusan Lean terhadap perempuan paruh baya tersebut, bisa dipastikan bahwa Lean adalah perempuan yang baik hati. Dan membuat sedikit celah di hati Agam pun sedikit bergetar, dan image buruk Lean di matanya pun seketika sirna.

Deal

Agam terus memandang ke arah Lean sembari tersenyum kecil. Pasalnya tak banyak perempuan masa kini yang lebih mementingkan menolong orang lain dari pada urusan pribadinya, seperti yang dilakukan oleh Lean saat ini. Cukup lama Lean membantu perempuan paruh baya tersebut, hingga membuatnya tertinggal cukup jauh dengan rombongan klub motor sportnya. Lagi – lagi Agam tak mengalihkan pandangannya dari Lean dan terus memperhatikan gerak gerik Lean dari tempat ia berdiri. Melihat Lean menaiki motornya dan hendak pergi, Agam pun melanjutkan niatnya untuk membeli air mineral.

Selesai membeli aire mineral, Agam terkejut melihat Lean yang nampak mondar - mandir kebingungan sembari menatap ponselnya. Agam pun masuk ke dalam mobil dan masih memperhatikan gerak – gerik Lean yang nampak sedang membutuhkan bantuan. Sesekali Lean mengotak atik kabel – kabel pada bagian bawah motornya, namun motor Lean tak kunjung menyala.

“duuh, gua sial banget sih!, Bima sama Aji juga gak bisa dihubungi, gua harus gimana dong!!” ucap Lean sembari duduk dengan lemas di trotoar jalan dengan ekspresi wajah kebingungan. “butuh bantuan?” ucap seseorang yang berdiri tepat di depan Lean duduk. “butuh!” Lean menyahut sembari mendongak ke arah suara tersebut. “Agam??” ucap Lean dengan spontan mengenali pria di depannya itu ialah Agam, dosen baru yang ingin ia jotos dalam kelas tadi. “enak aja lu manggil nama gua!, gak sopan banget!” ucap Agam dengan ketus sembari melotot ke arah Lean.

“emang disini lu lagi ngajar? Enggak kan? Berarti status kita sekarang sejajar!, ogah banget gua harus ngehormati orang sombong model kayak lu!” saut Lean dengan ketus. “emang dasar perempuan bar – bar, terserah lu kalau enggak mau gua bantu” ucap Agam dengan ketus menyahuti. Merasa niat baiknya tak digubris, Agam pun kembali masuk ke dalam mobilnya. Cukup lama Agam memantau gerak – gerik Lean dari kursi kemudinya, Lean nampak gelisah menyadari mentari sepenuhnya telah tenggelam, dan hanya ada lampu remang – remang sebagai penerangannya, dan itu pun di depan toko kecil tempat Agam membeli air.

“sial, ponsel gua mati segala, Aji sama Bima juga bisa – bisanya mereka enggak tahu kalau gua enggak ada di rombongan!” Lean menggerutu kesal. “udah deh, lebih baik gua anterin!, perempuan enggak baik diem di pinggir jalan sendiri” saut Agam tiba – tiba. Akhirnya, dengan bibir terkuncir Lean pulang ke rumahnya diantar oleh Agam.

Mobil Agam masuk ke dalam halaman rumah Lean, dan nampak kedua sahabatnya itu tengah duduk di teras rumah Lean. Menyadari pria yang duduk di kemudi mobil adalah Dosen killer yang Lean bentak tadi pagi, Aji dan Bima pun terhentak kaget sembari melotot seakan tak percaya dengan apa yang mereka lihat saat ini. “makasih!” ucap Lean sembari tersenyum penuh keterpaksa’an. Agam pun pergi sembari menahan tawanya.

Ke esokan harinya.

Lean sedang berada di bengkel bersama Bima untuk memperbaiki motornya yang kemarin rewel dan tiba – tiba mogok itu. “ddrrrttt!!” ponsel Lean bergetar. “hallo pa?” Lean menjawab. “pulang sekarang, calon suamimu ada di rumah!, awas aja kalau gak pulang, papa bakar motormu nanti!” saut Tn Rico dengan mengancam. “duuhh, iya – iya pa!!” Lean pun menyahuti dengan berat hati.

“pa, apa gak terlalu perfect laki – laki ini buat Lean yang amburadul gitu?” Ny. Wela berbisik pelan sembari menatap Agam yang duduk manis di kursi bersama kedua orang tuanya. “papa juga mikir begitu sih ma!” Tn Rico menyauti. “kalau sampai laki – laki ini menolak setelah bertemu Lean gimana pa?” Ny. Wela berbisik lagi. “udah ma, jangan mikir aneh – aneh lah!” Tn Rico mencoba menenangkan istrinya yang sedari tadi kawatir itu.

“bruum, bruuum, bruum !!” terdengar knalpot motor sport Lean yang kencang. Setelah memarkir motornya di garasi, Lean pun berjalan masuk ke dalam ruang keluarga dengan perasaan was – was, pasalnya Lean akan bertemu dengan bakal suaminya. Dengan pakaian seadanya, yakni kaos oblong, celana pendek, sandal jepit, dan rambut yang kurang rapi, Lean nekat masuk ke dalam ruang keluarga.

“waah, ini nak Lean ya?” ucap Ny. Risa sembari tersenyum ramah menatap Lean. “hay tante!” Lean pun menyaut sembari tersenyum ramah. “tapi, potret di foto sama aslinya beda ya?” saut Ny. Risa sembari memandang Lean dari atas ke bawah, dan bawah ke atas. “ehm iya jeng, kalau di foto itu waktu Lean lagi ikut pesta, jadi kelihatan lebih anggun dan cantik!” saut Ny. Wela beralasan. “ah enggak juga, meskipun penampilan sederhana seperti ini Lean juga kelihatan cantik kok!, dari pada perempuan yang ngejar – ngejar Agam, dandanannya menor semua!” ucap Ny. Risa sembari tersenyum ramah menatap Lean. “Agam?” Lean pun terkejut mendengar calon mertuanya itu menyebut nama Agam. Dengan spontan, Lean pun menatap pria tampan yang duduk manis di sofa ruang keluarganya.

“Agam?” Lean terperanjat kaget menatap pria yang duduk tersebut adalah Agam, si dosen killer. “dia calon suamiku ma?” Lean pun bertanya dengan terbata – bata pada mamanya. “iya lei, tampan kan?” Ny. Wela menyahuti. “gimana nak Agam, inilah Lean apa adanya. Apa nak Agam masih setuju meneruskan pernikahan ini?” ucap Tn Rico bertanya dengan penasaran. Mendengar pertanyaan papanya, Lean pun menggelengkan kepalanya pada Agam guna memberi isyarat untuk menolak. Namun dengan tegas Agam pun menjawab “saya setuju om, saya akan menikahi Lean!”

Bak tersambar halilintar, Lean terkejut dan Tak bisa berkata – kata. Mengapa Agam si dosen killer itu mau menikah dengannya. “baik lah kalian keliling rumah dan mengobrol dulu, biar kalian bisa saling mengenal!” saut Tn Rico. “lu ikut gua sekarang!” ucap Lean dengan ketus pada Agam. Lean pun membawa Agam masuk ke dalam kamarnya. Melihat penataan kamar Lean yang rapi dengan banyak koleksi miniatur mobil dan juga motor, kamar Lean sungguh cocok menjadi tempat bermain anak – anak.

“kenapa lu setuju buat nikah sama gua?” ucap Lean dengan menatap curiga pada Agam. “terserah gua lah, gua bebas dong mau terima apa enggak!, kan ini pernikahan gua!” Agam menjawab sembari memalingkan wajahnya menatap miniatur motor Lean yang berada di depannya. “tapi masalahnya calon istrinya tuh gua!” saut Lean dengan ketus. “terus??” Agam menyahut seakan menantang. “pokoknya kita batalkan aja pernikahan kita!” ucap Lean sembari menatap Agam dengan kesal. “lu pikir gua kesenengan nikah sama mahasiswi gak berprestasi kayak lu?” sahut Agam dengan ketus.

Setelah berdebat cukup lama dan tak menemukan titik terang, akhirnya Lean pun menemukan ide brilian. “oke kita menikah, tapi selain di depan keluarga kita, status pernikahan kita harus dirahasiakan!” ucap Lean dengan menatap serius ke arah Agam. “oke!” Agam menyahuti sembari mengangguk. “selama kita jadi suami istri, gua gak mau satu tempat tidur sama lu!” ucap Lean meneruskan perkataannya. “oke!!” lagi – lagi Agam mengangguk. “dan satu lagi, kita harus sama – sama menghormati privasi satu sama lain!” ucap Lean melanjutkan perkataannya. “oke, gua setuju!” Agam pun menyetujui seluruh permintaan Lean. “tapi ada satu hal yang harus lu inget , karena kita bakal tinggal di apartemen gua, gua ngelarang lu bawa temen – temen cowok lu masuk ke apartemen gua!” ucap Agam sembari menatap Lean dengan tatapan serius. “oke, gua setuju, deal!!” mereka berdua pun bersalaman.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!