..."Saat musim dingin melanda di Kota Manhattan, New York A.S"...
Dipagi hari yang mendung karena musim dingin, Tuan Almer menyalakan perapian sambil membawa kopi dan keluar mengambil koran. Disapa nya oleh Ny. Emelly yang usianya sudah mencapai 80 tahun lebih tapi masih saja segar.
"Tuan Almer. Selamat pagi!" Senyum sumbringah menghangatkan pagi ini.
"Selamat pagi Ny. Emelly!" Sahut Almer dengan senyuman manisnya.
*Beneran nggak keliatan kriminal*
*Blam!* Suara pintu perlahan di tutup menggunakan kaki, karena kedua tangannya memegang segelas kopi dan koran. Berjalan menuju sofa dekat perapian sambil menaruh gelas kopi di meja dan mulai membacanya.
Diatas meja lainnya terdapat koran 3 bulan lalu yang masih tersimpan rapi disana.
PASANGAN LANSIA TEWAS TERTEMBAK, PELAKU MELARIKAN DIRI
"Polisi sedang menyelidiki pelaku yang tak bertanggung jawab..."
Almer sambil membaca koran baru, dia tiba-tiba teringat kejadian pengawal nya yang di tembak mati olehnya di mobil.
"Kota besar menyebar nya begitu mudah, nasib Frak yang ku buang jasadnya kejurang apa dia sudah masuk surga?" Tersenyum angkuh sambil meminum kopi.
Pengawalnya pun tiba-tiba datang memberitahukan ada telepon dari Mr. Greek
"Bagaimana?" Muka seriusnya menakutkan.
"Tuan Almer, saya hanya memberi kabar bahwa mereka telah di lenyapkan oleh bawahanku, mungkin Tuan Almer bisa datang ke perkotaan kecil terhimpit bangunan tua dekat telepon umum" Jelas Mr Greek.
Almer menghebus nafas lega "saya kesana sekarang" langsung menutup teleponnya.
"Siapkan mobil, kita kesana sekarang" suruhnya pada pengawalnya.
"Baik tuan" menundukan kepala lalu pergi ke garasi untuk menyiapkan mobil.
Di perjalanan.
"Mr Greek sudah memberi lokasinya, sesuai Navigasi saja" jelas Almer.
"Baik Tuan" sambil menyalakan maps.
Kecepetannya tak cukup tinggi dari biasanya karena jam pagi macet banyak orang berlalu lalang. Tiba-tiba ada seorang wanita menyebrang hampir saja tertabrak, mobil Almer pun seketika mengerem.
"Wanita itu!!! Sudah bosan hidup apa bagaimana? urus dia cepat, berikan saja nomer kantorku jika ada apa-apa" karena tidak mau identitasnya di ketahui orang, pengawalnya pun pura-pura baik menolong wanita itu kemudian memberikan kartu yang berisikan nomor telepon dan nama Almer Giffin.
Kembali melanjutkan perjalanannya dengan hati-hati.
.
.
Sampai di tempat yang sudah diberikan Mr. Greek, sangat tersembunyi dan gelap. Disana ada pengawalnya Mr. Greek dan menuntun Almer kedalam ruang yang tak layak.
Info : Mr. Greek adalah bawahan Papahnya Almer, Mr. Greek juga tangan kanan Papahnya Almer selama 20 tahun, dan kini Almer berpegang penuh pada tugas Papahnya.
"Tuan Almer" tundukan kepala Mr. Greek.
"Buka kain penutup kepalanya" suruh Almer.
Di buka penutup kepalanya dan ternyata benar dia orangnya.
"Apa kau sudah melacak identitasnya?" Almer sambil menyalakan rokok dan membagikannya pada Mr. Greek.
"Dia bergerak dalam bidang bisnis yang terletak di Houston dia mengikuti jejak bisnis terlarang hingga ke kota Manhanttan untuk menyelidiki kasus mafia di kota ini, keluarganya telah meninggal 4 tahun lalu karena di tembak mati kasus narkoba, dia belum berumah tangga juga Tuan" penjelasan Mr. Greek cukup menenangkan hati Almer.
Senyum simpul dan tak peduli Almer di tebarkan "dia sudah tewas? Bakar saja lalu abunya buang ke laut" Almer pun beranjak dari kursinya dan pergi.
"Baik tuan" jasadnya pun di angkat dan di masukan kedalam peti mati lalu akan dibawa kehutan dekat laut supaya setelah di bakar abu nya langsung di hanyutkan.
Di satu sisi lain.
Wanita yang tadi hampir tertabrak mobil Almer adalah seorang pelayan restoran mewah sekaligus pekerja paruh waktu di minimarket, dengan name tag "Zabrina Vamela" di kanan atas bajunya.
Jam istirahat di restoran pukul 10 siang. Zabrina memandangi kartu nama yang di berikan pengawal Almer tadi pagi.
"Sepertinya Almer Giffin adalah orang penting" pikir Zabrina.
Zabrina baru saja kehilangan kedua orang tuanya 3 bulan lalu, maka dia seorang diri di rumahnya. Biaya rumah pun harus di tanggung sendiri sehingga Zabrina harus bekerja keras untuk mempertahankan rumah sisa kenangannya bersama orang tuanya.
"Apa aku keluar dari minimarket dan mencoba menanyakan pada Almer Giffin ini, apa dia membuka lowongan pekerjaan yang gaji nya mungkin bisa untuk menghidupiku dan mempertahankan rumah orang tuaku yah?" Bergumam sendiri sambil memikirkannya secara serius.
.
.
.
Malam harinya Zabrina bekerja di minimarket, dan mungkin jika ada lowongan disana, malam ini malam terakhir Zabrina bekerja disini.
Diluar cukup sepi setelah lewat jam 11 malam. Paling hanya 1 atau 2 orang yang datang, Zabrina berkesempatan untuk mencoba menghubungi nomer Almer Giffin yang tertera di kartu nama, ketika mulai terhubung dan berdering, tiba-tiba teleponnya langsung dimatikan kembali, karena takut mengganggu istirahatnya.
Tak lama kemudian, Zabrina di hubungi kembali oleh nomer kantornya Almer.
"Hallo, maaf mengganggu malamnya, saya yang tadi pagi hampir tertabrak oleh mobil anda" kata Zabrina dengan gugup. Dan kebetulan Almer sendiri yang menerimanya.
"Oh kau, apa ada sesuatu yang perlu di bawa kerumah sakit?" Seperti biasa Almer hanya menanyakan intinya saja.
"Oh saya baik-baik saja, apa saya berbicara langsung dengan Tuan Almer Giffin?" Nadanya penuh dengan hati-hati.
"Yah, saya sendiri. Baiklah jika tidak terjadi apa-apa, tapi jika ada yang terasa sakit tak wajar kau bisa menghubungiku kembali" jelas Almer.
"Tunggu tuan" spontan Zabrina.
"Yah?" Dinginnya.
"Jika di tempat pekerjaanmu terdapat lowongan pekerjaan apa saya boleh mendaftarnya?" Tanya Zabrina ragu namun penuh harap.
"... Seorang wanita? Hahaha, aku hanya memperkerjakan seorang pria nona" tawanya membuat Zabrina heran.
"Tidak ada wanita? Mengapa bisa?" Tanya Zabrina.
"Itu sudah menjadi peraturan yang kubuat di perusahaanku, tapi jika aku boleh menawarkanmu, kau bisa menjadi assisten pribadiku, nanti aku berikan proposal nya padamu, itupun jika kamu menyetujuinya, masalah gaji nya akan ku berikan sesuai yang kau butuhkan, bagaimana?" Jelas Almer tentang penawaran khusus untuk Zabrina.
"Sungguh? Saya terima pekerjaanya, dimana rumah Tuan? Biar saya besok datang kesana" grecep nya Zabrina karena memang lagi sangat membutuhkan uang lebih untuk membayar sewa rumah.
"Tak perlu, biar pengawalku akan menjemputmu, dimana?" Tanya Almer.
"Sungguh? Takkan apa-apa? Kalau begitu di jalan yang tadi pagi saja" jawab Zabrina penuh senang.
"Baiklah sampai jumpa besok" langsung mematikan teleponnya.
Zabrina sungguh senang bisa mendapatkan pekerjaan baru yang lebih menjanjikan hidupnya. Mulai besok hidupnya bergantung pada Tuan Almer Giffin.
Pukul 12 malam mini market pun Zabrina yang tutup.
Hari melelahkan untuk seorang yatim piatu seperti Zabrina.
Sepulang dari part time nya, Zabrina pun mandi menggunakan air hangat yang di masaknya menggunakan kompor.
Selesai mandi, Zabrina langsung menjatuhkan dirinya ke kasur karena sangat lelah.
"Badanku seperti hampir hancur, lelah sekali, tapi.. mulai besok aku akan mempunyai jam waktu yang efesien untukku, tidak sabar menunggu hari esok"
Zabrina pun terus me-monolog sendiri, akhirnya setelah pikiran-pikiran nya mulai tenang, tak terasa Zabrina pun tertidur penuh lelah.
Hari dimana Zabrina bertemu dengan Almer pun tiba.
"Tuan Almer, mari kita bicara di restoran saya bekerja, supaya bisa bicara dengan nyaman" ajak Zabrina pada Almer.
"Tentu" Almerpun menyuruh pengawalnya kembali ke dalam mobil.
Di restoran
"Anda ingin makan atau minum sesuatu Tuan? Biar saya siapkan" tawarannya.
"Orange jus saja" ketusnya.
"Baik Tuan" Zabrina pun segera ke dapur restoran.
Almer pun melihat-lihat restoran tempat Zabrina bekerja.
"Cukup baik, namun aku tak tahu cita rasa makanannya" gumamnya sendiri sambil mengilik sekeliling pada bagian ornamen-ornamen dinding.
Tak lama pun Zabrina datang sambil membawa Orange Jus.
"Terima kasih, silahkan duduk, saya mau bicara" perintahnya.
Zabrina pun duduk dengan rasa gugup.
"Namamu..." Menilik name tag Zabrina sambil mengerutkan dahinya.
"Oh ya! Perkenalkan nama saya Zabrina Vamela, usia saya 24 tahun, saya hanya lulusan SMA" jelasnya sambil berjabat tangan.
"Yah.. saya Almer Giffin, masalah pendidikan itu bukan suatu masalah besar untuk saya, saya berikan proposal nya, lihat dengan teliti kemudian pahami setelah itu tanda tangani" memberikan 2 lembar kertas yang berisikan peraturan.
Zabrina pun membaca dengan teliti proposalnya yang berisikan daftar keseharian Almer.
Pukul 7 pagi siapkan jadwal jika ada pertemuan klien.
Buatkan sarapan pagi untuk Tuan Almer, dibantu oleh asisten dapur bernama Claude.
Selalu pastikan email anda terhubung pada Tuan Almer.
Dilarang mengikut campurkan pekerjaan Tuan Almer tanpa seizin nya.
Pastikan sebelum anda beristirahat, semua pekerjaan telah rapi dan tuntas.
Pastikan anda membacanya dengan cermat, jika anda setuju tanda tangani di bawah ini.
Itulah isi proposal yang Zabrina baca.
"Pahami lalu pelajari, dan saya ingin anda bisa keluar dari restoran ini dan mulai bekerja besok pagi jam 8 tepat" melipat kedua tangannya dengan memasang muka serius.
Zabrina masih ragu untuk menandatanganinya. Karena yang dipikirkan adalah Zabrina harus tinggal di rumahnya Tuan Almer lalu merelakan rumah peninggalan orang tuanya.
"Maaf Tuan, tapi saya mempunyai rumah peninggalan orang tua saya, saya ingin mempertahankan rumah itu Tuan, itu.. satu-satunya kenangan saya bersama beliau" jelas ragunya Zabrina.
Almer pun seketika berpikir.
"Jika dalam seminggu anda bekerja bersama saya selama 6 hari dan setiap hari minggu anda boleh libur, bagaimana?" Saran Almer.
"Bolehkah seperti itu Tuan?" Rasa senang pun timbul.
"Tentu. Nah sekarang gaji pertamamu kita bahas, berapa yang anda mau?"
"Saya hanya ingin supaya sewa rumah dan kebutuhan sehari-hari saya cukup saja Tuan" malunya.
"Saya tak suka dengan orang yang berbelit-belit, langsung saja intinya, berapa harga sewa rumahmu?" muka seramnya terlihat.
"350 dollar per bulan nya Tuan" Zabrina malu mengatakannya.
"Ku beri gaji pertamamu 800 dollar, saya ingin melihat bagaimana kerjamu dulu, bagaimana?" Almer mengeluarkan pulpen di saku jas untuk diberikan pada Zabrina.
"Baik tuan, saya setuju" Zabrina pun senang dan langsung menandatangani proposalnya. Dan akhirnya mereka berdua pun berjabat tangan.
"Besok pagi jam 8 tepat pengawalku menjemputmu, dan mulai pertemuan besok, tak usah terlalu kaku bahasanya yah, saya permisi" Almer pun pergi.
Zabrina merasa senang, kini hidupnya akan terjamin. Zabrina pun mulai mendatangi manager nya untuk memberitahukan bahwa besok ia tak bekerja lagi disini.
Zabrina pun membuat surat pengunduran diri di restoran, dan ini adalah hari terakhirnya Zabrina bekerja, Zabrina pun diberi uang gaji dan uang tip karena beberapa kali ia pulang larut malam karena ramai pembeli.
.
.
.
Keesokan harinya...
Zabrina pun bersiap-siap pada pukul 7 tepat, sedikit berdandan dan memakai wewangian supaya tidak terlalu polos, dan beberapa baju ganti untuk malam hari.
"Nah sudah siap, tinggal aku menyiapkan sepatuku dan menunggu di tempat biasa" katanya sambil membenah bajunya.
Setelah selesai, Zabrina pun mulai keluar dan berjalan menuju tempat itu.
Pas di jam 8 tepat sebuah mobil tesla hitam parkir di depan Zabrina, dan ia pun masuk ke dalam mobil itu
"Nona Zabrina, silahkan masuk" pengawal Almer pun membuka pintunya.
"Terima kasih pak" masuk sambil membawa tas berisikan baju.
"Nona.. barangmu biar saya masukan ke bagasi belakang saja" pengawal pun keluar mobil sambil membawa tas milik Zabrina dan memasukkannya ke dalam bagasi.
"Oh, iya terima kasih pak" menganggukan kepala.
.
.
Terlihat halaman rumah Almer yang luas, bersih dan rapi. Membuat mata Zabrina tak berkedip melihatnya.
"Halamannya sangat luas dan rapi" katanya pada pengawal tuan Almer.
"Yah, memang seharusnya seperti ini nona, kau akan dipekerjakan bersama asisten lainnya di dalam" jelasnya.
"Ada berapa asisten disini?" Tanya Zabrina yang sambil melihat halamannya.
"19 asisten dan di tambah nona Zabrina menjadi 20 asisten, dengan tugas yang berbeda-beda" jawabnya membuat Zabrina terkejut.
Berhenti tepat di pintu depan rumah tuan Almer. Zabrina pun disambut oleh seorang pengawal lain untuk memandu ke beberapa ruangan.
"Nona Zabrina, mari ikut saya, saya akan memberitahukan beberapa tempat" berjalan tegak di depan Zabrina.
Matanya tak bisa sering berkedip karena rumah tuan Almer sungguh megah bak istana dalam dongeng di England.
"Ini adalah ruang tamu jika Tuan Almer menyebutnya adalah ruang pertemuan bebas"
"Dan ini adalah ruang piano"
"Tapi kenapa tulisannya ruang damai?" Tanya Zabrina.
Menunjuk ke arah setiap dinding "disini dindingnya dibuat kedap suara, dan jika nona membuka pintu ini, sekaligus ruang perpustakaan, dan di sebelah sana halaman luar, biasanya Tuan Almer akan membaca sambil minum teh hijau di halaman itu, pastikan vas bunga itu selalu nona siram" instruksinya.
"Vas bunga itu asli?"
"Harganya 100 dollar, untuk itu nona harus menjaganya"
"Wah.. mahal sekali"
Keluar dari ruang damai "disini ada toilet umum untuk para pekerja di lantai 1. Dan ini adalah lobby nya untuk perkumpulan yang dibuat Tuan Almer untuk para pekerja setiap tahun baru. Tuan Almer biasanya suka memberikan beberapa tip tambahan jika ada tugas diluar ketentuannya"
"Disebelah kanan dan kiri terdapat lift untuk Tuan Almer dan beberapa orang penting lainnya, dan tangga hanya khusus pekerja" sambil menaiki tangga.
"Maaf, apa Tuan Almer sudah menikah?" Tanya Zabrina, soalnya ia dari depan tadi tak ada satupun foto wanita muda terpajang di dinding.
"Belum menikah" ketusnya, membuat Zabrina pun terdiam.
"Di lantai 2 ini terdapat 6 kamar tidur untuk para tamu yang menginap, untuk kamar para pekerja terdapat di ujung lorong sana sekitar 10 kamar kecil dan 3 kamar mandi terpisah, sebelah sini ada laundry, ada 4 mesin cuci, nona bisa baca ini, yang ini untuk pakaian berwarna putih, yang ini pakaian berwarna, dan 2 sisanya untuk mencuci sprei, bedcover dan sebagainya. Oh iya ini adalah lemari tempat khusus deterjen"
Lanjut ke lantai 3
"Dan di lantai 3 ini sisanya kamar pegawai dan 3 kamar mandi terpisah, disini juga terdapat ruang keluarga, kemudian ada 2 dapur di sebelah sana dapur bersih, dan yang di sebelah nya dapur kotor untuk memasak yang bau bauan menyengat dan asap yang tebal, dan disini ruang makannya. Oh ya, mari saya bantu masukan barang-barang nona ke kamar terlebih dulu"
Kembali melanjutkan tournya.
"Ini lantai 4, ini adalah wilayah tuan Almer, di sebelah kiri itu adalah kamarnya Tuan Almer, siapapun tak boleh masuk tanpa izinnya, di sebelah kanan itu terdapat ruang karaoke sekaligus bioskop mini ruang itupun dibuat kedap suara, disebelahnya terdapat ruang kerja nya Tuan Almer"
Setelah penjelasannya berakhir, salah satu pegawai pun memberikan seragam asisten untuk Zabrina pakai.
"Nona.. ini seragammu dan mulai bekerja, saya permisi"
Pengawal itu pun pergi dan Zabrina pun pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian.
"Ayo.. Zabrina.. mulai bekerja.. semangat" gumamnya sambil menuruni tangga.
Tiba-tiba ada yang memanggil namanya dari kamar Tuan Almer. Sontak Zabrina pun kembali lagi ke atas untuk menghampiri suara itu. Disana Zabrina terkejut melihat Tuan Almer hanya memakai piyama transparan.
"Masuk ke dalam, saya perlu bicara"
Dengan gemetaran, Zabrina pun masuk ke dalam kamar Tuan Almer.
"Maaf Tuan saya belum berganti pakaian" Zabrina pun ragu melangkah.
"Saya bilang masuk!" Tegasnya, membuat Zabrina merasa takut.
"B-Baik tuan, ada yang bisa saya bantu?" Gugupnya.
"Saya mau mandi, siapkan pakaian saya dan sepatu" langsung masuk ke kamar mandi.
"Baik Tuan" bergegas Zabrina pun menyiapkan pakaian dan sepatu Tuan Almer, walaupun ia tahu ini bukan bagian dari perjanjian, tapi Zabrina tetap harus melakukannya demi kelangsungan hidup dan mempertahankan rumah peninggalan orang tuanya.
Zabrina merasa canggung memegang barang Tuan Almer yang serba mewah, namun kini adalah tugasnya menjadi asisten Tuan Almer. Zabrina harus melakukannya serapi mungkin.
Zabrina pun hendak membuka lemari pakaiannya tuan Almer. Zabrina pun memilah-milah baju yang cocok untuk dikenakan tuan Almer.
Setelah beberapa menit mencari baju, akhirnya Zabrina pun menemukan baju yang cocok untuk dikenakan Tuan Almer, jas hitam kemeja putih dasi loreng celana katun hitam dia siapkan di atas kasur tuan Almer.
Aku melihat banyak sepatu yang tersusun rapi disini.
"Banyak sekali, aku bingung sendiri" monolog.
Tuan Almer pun keluar dengan telanjang dada bersamaan dengan Zabrina yang baru saja keluar dari lemari pakaian nya Tuan Almer untuk mencari sepatu.
"Aaaaa....!!!" terkejut, kedua mataku ditutup.
"Sedang mencari apa?" tanyanya tanpa menghiraukan teriakan Zabrina.
"A-anu Tuan, saya sedang mencari sepatu yang cocok untuk Tuan kenakan" gagapku masih menundukan kepala.
"Sepatu biar saya yang pilih, kamu boleh keluar" perintahnya.
"B-baik Tuan, permisi" buru-buru Zabrina pun pergi.
"Zabrina, tunggu.. seragam kamu ketinggalan di kursi saya" mengingatkan.
"Maaf Tuan, permisi" Zabrina pun mengambil seragamnya lalu pergi.
.
.
"Pake lupa segala ini seragam, untung jantungku nggak copot" monolognya sambil berjalan menuju kamarnya untuk berganti pakaian.
Setelah berganti pakaian Zabrina pun mulai mengerjakan pekerjaannya sesuai list, setelah selesai menjadwalkan pertemuan untuk Tuan Almer.
Didapur. Zabrina pun disapa hangat oleh semua pekerja yang ada di dapur.
"Kau Zabrina kan, pekerja baru? Semoga betah yah" sapa salah satu pekerja.
"Ah. Iya terima kasih, namamu siapa?" tanyanya tersenyum.
"Namaku Claude, asisten dapur, aku yang mengatur keuangan dapur" ramah nya.
"Oh iya baiklah, semoga kita bisa saling membantu yah Claude"
"Tentu" tersenyum begitu ramah.
Salah satu pengawal Tuan Almer menghampiri dapur.
"Nona Zabrina dipanggil oleh Tuan Almer, mari ikut saya"
Tuan Almer pun sudah berada di ruang tengah sambil duduk menunggu Zabrina.
"Ada yang bisa saya bantu Tuan?"
"Jadwal apa aja sekarang yang harus saya kerjakan?" menatap tajam Zabrina.
"Hari ini Tuan ada klien penting menunggu di kantor, kemudian jam 12.00 siang Tuan disuruh datang ke kafetaria bertemu dengan Mr. Greek" melihat di layar tab dan email.
"Baiklah, terima kasih silakan kembali kepada tugas kamu" Tuan Almer pun pergi.
"Baik Tuan"
Jam istirahat pun tiba.
"Akhirnya waktu istirahat" menghela nafas.
Claude pun mendekati Zabrina.
"Zabrina, bisa tolong kesini sebentar?" suruhnya. Zabrina pun menghampiri Claude ke dapur.
"Ada apa Claude?"
"Tolong cicipi makanan ini, aku iseng masak ini untuk para pekerja" sumringah nya. Zabrina pun mencicipinya.
"Ya ampun, ini sangat lezat, apa nama masakan ini?"
"Ini ayam bumbu pasta yang dicampur dengan kaldu kuah ayam, sungguh? Ini enak?" senangnya.
"Sungguh, ini masakan terenak daripada yang aku sering masak, kamu sungguh hebat" pujianku.
"Kamu pintar memuji Zabrina"
Claude pun memanggil semua pekerja perempuan untuk makan.
"Kau juga mesti ikut makan yang banyak yah" senyumnya.
Akhirnya Zabrina pun ikut makan bersama sambil mulai berbaur bersama pekerja yang lain.
Para pekerja pun memperkenalkan diri pada Zabrina begitu ramah.
Sore hari pun tiba, Tuan Almer pun baru saja pulang, semua para pekerja dan asisten pun menyambutnya di depan pintu.
"Zabrina, ikut ke ruang kerja saya sebentar, ada yang ingin saya tanyakan" Mukanya yang selalu datar namun berkarisma.
"Baik Tuan" Zabrina sudah deg-degan takut terjadi sesuatu.
. . . Di ruang kerja Tuan Almer.
"Ada yang bisa saya bantu Tuan?" gugupku.
"Bagaimana hari pertamamu bekerja di rumah saya?" mengatupkan kedua tangannya di dekat dagunya.
"Senang Tuan, para asisten dan pekerja pun ramah dan baik" Ujarku sambil tertunduk sesekali melihat matanya yang tajam.
"Kalau saya? apakah saya ramah dan baik?" mendekati Zabrina perlahan-lahan.
"Iya Tuan, Tuan ramah dan baik karena sudah memberikan saya pekerjaan dan tempat tinggal" Zabrina pun mundur perlahan.
"Jika saya tidak memberimu pekerjaan, apakah saya baik?" semakin dekat hingga Zabrina pun hampir terpentok tembok, tapi kepala Zabrina di lindungi oleh tangan Tuan Almer, seketika raut wajah Zabrina pun memerah malu dan canggung.
"Tetap baik Tuan, karena semua orang pada dasarnya adalah orang baik, hanya saja terkadang seseorang di luar sana di gelapkan hati dan pikirannya hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya" Jelas Zabrina membuat Tuan Almer tertegun.
"Siapkan air hangat untuk saya mandi" menjauh dari Zabrina.
"Baik Tuan, saya permisi" Zabrina pun pergi untuk menyiapkan air hangat.
(Disisi Zabrina)
"Huuu.. ya Tuhan, cobaan apa lagi ini? jantungku hampir copot, ngapain Tuan Almer sedekat itu tadi" menghembuskan nafas lega karena telah melewati sesaknya nafas di dekat Tuan Almer.
(Disisi Almer)
"Wanita itu, kenapa dia bisa berpikiran ke hal itu, apakah dia mengetahui yang aku perbuat? atau jangan-jangan dia adalah mata-mata? aku harus selidiki Zabrina" terduduk tegang sambil berpikir keras seperti sulit rasanya untuk bernafas.
20 menit kemudian.
Zabrina pun mengetuk pintu ruang kerjanya Tuan Almer.
"Permisi Tuan, air hangatnya sudah siap" Zabrina pun secepatnya pergi dari hadapan Tuan Almer.
Tuan Almer pun heran melihat sikapnya Zabrina yang berbeda.
"Zabrina!" teriak Tuan Almer. Zabrina pun menghampiri kembali Tuan Almer dengan tergesa-gesa.
"Ada apa Tuan?" muka Zabrina sudah pucat.
"Kamu takut sama saya sampai kamu dengan cepatnya pergi begitu saja?!" beranjak dari kursinya dengan kesal.
"T-tidak Tuan, saya hanya sedang buru-buru karena saya sedang memasak juga" jelasnya.
"Memasak? Bukankah di perjanjian jam segini waktunya memanjakan saya, eh maksud saya tertulis di perjanjian bahwa kamu hanya bertugas sesuai proposal?!"
"Maafkan saya Tuan" Zabrina hanya merasakan takut dan gelisah.
"apa Claude membantumu masak?" wajahnya sungguh menakutkan.
"Iya Tuan" Zabrina pun tertunduk.
"Pergi dan cepat lakukan tugasmu, panggil Claude ke ruangan saja pukul 8 tepat, saya mau mandi dulu" tegasnya lalu Zabrina pun pergi.
. . . Di dapur.
"Apa aku di panggil Zabrina?" tanya Claude yang sepertinya sudah punya feeling.
"Iya Claude, pukul 8 tepat kamu ditunggu di ruangannya, maafin aku yah kamu jadi ikut kebawa salah" Zabrina pun merasa sangat bersalah.
"Tak apa Zabrina, aku memahaminya, lagian kamu juga baru sehari disini, jadi wajar jika kamu belum bisa mengatur waktu" jelasnya.
"Oh Claude, kamu sungguh baik hati, aku jadi sangat merasa bersalah" Zabrina pun menangis.
"Sstt.. tak perlu menangis, mungkin Tuan Almer hanya berkata tegas padaku dan aku sudah terbiasa mendengarnya, tenang saja, aku sungguh tak apa" jelasnya sambil memegang tangannya Zabrina lalu memeluknya.
Pukul 8 tepat di ruang kerjanya Tuan Almer.
Claude pun telah duduk di kursi.
"Bagaimana Tuan Almer? ada yang bisa saya bantu?" basa basi Claude.
"Lain kali, kamu harus mengajari Zabrina supaya bisa membagi waktu, paham?" tegasnya Tuan Almer membuat Claude tertunduk takut.
"Paham Tuan, nanti saja ajarkan supaya Zabrina bisa membagi waktu pada pekerjaannya" jelasnya.
"Oh iya, ini sudah awal bulan, perlengkapan apa saja di dapur yang sudah habis?"
"Penyedap rasa, kecap, beras, buah-buahan juga sudah habis Tuan" jawab Claude sambil mengingat-ingat.
"Karena kamu orangnya pelupa, besok pagi saya kasih uangnya 10 juta untuk membeli keperluan dapur, kamu cek lagi di dapur terus catat apa saja yang habis atau dibutuhkan, paham?" ujarnya.
"Paham Tuan, ada lagi yang bisa saya bantu?" tanya Claude.
"Mm... sudah cukup itu saja, tolong ajari Zabrina yah, saya juga mengerti dia baru disini, kamu yang sudah lama tolong dia untuk bisa membagi waktunya" Tuan Almer pun sepertinya merasa kurang sehat ketika bicara dengan Claude.
"Baik Tuan, saya permisi" beranjak dari kursi lalu pergi.
"Iya silahkan"
Tak lama Claude keluar, Tuan Almer pun menghubungi pengawal nya.
"Keruangan saya sekarang" nadanya datar.
"Baik Tuan"
1 pengawal pun datang keruangan Tuan Almer.
"Ada yang bisa saya bantu Tuan?" berdiri tegak.
"Cari tahu latar belakang Nona Zabrina Vamela, jangan sampai ada yang terlewatkan sedikitpun" perintahnya.
"Siap laksanakan Tuan"
Pengawal pun pergi untuk mencari tau latar belakang Zabrina.
(Disisi Tuan Almer)
"Semoga saja bukan mata-mata brengsek itu!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!