NovelToon NovelToon

Maried With Mr. L

BAB 1

Suara langkah kaki perlahan mengarah kesebuah kamar, dia bukan pencuri, tapi dia mengendap seperti takut ketahuan oleh pemilik rumah. Padahal dia sudah terbiasa untuk datang kesana, lantas apa yang membuatnya begitu takut?

Tidak, bukan takut dipergoki yang dirasakan gadis itu, tapi dia takut kecewa kalau sampai dugaannya benar. Hari ini adalah hari ulang tahunnya, tepat dimana usianya telah genap dua puluh dua tahun, hari yang ingin sekali dia habiskan bersama pria yang setahun ini menemaninya melalui hari dengan bahagia. Tapi, hari ulang tahun yang dia harapkan akan bahagia malah tak terjadi, yang ada hanya kekecewaan karena pria yang ia tunggu tak kunjung datang. Demi untuk mengetahui apa sang pria baik-baik saja dia datang ke apartemen kekasihnya, tapi siapa sangka kalau begitu membuka pintu malah suara sepasang manusia tengah mengaduh mesra di dalam kamar?

Sebentar gadis itu menarik nafas, menghembuskan perlahan. Tangannya terarah ingin meraih handle pintu dengan gemetar. Padahal sudah cukup lama dia menimbang apakah perlu untuknya membuka pintu ataukah tidak dan anggap saja sang kekasih sudah berkhianat. Tapi, hati yang ingin tahu membuatnya ragu, hingga pada akhirnya dia memberanikan diri menggerakkan handle pintu dan membukanya.

Sebentar dia mematung menatap dua manusia yang tengah bergumul tanpa busana di atas tempat tidur saling menjauh dan meraih selimut untuk menutupi tubuh mereka. Hah! Bagaimana bisa? Padahal yang ia tahu pria itu begitu terlihat mencintainya, menjaganya, bahkan selalu ada untuknya. Tapi melihat pasangan yang ia ajak melakukan kegiatan panas itu dia semakin tak habis pikir. Dia adalah kakak tirinya yang selama ini tak sekalipun menyukainya, selalu menyinggung, bahkan juga dengan terang-terangan memaki di depan Ayah mereka.

Sakit? Tentu saja iya! Tapi itu tak sebesar kekecewaan yang ia rasakan saat ini. Jika saja pasangan mesumnya bukan kakak tirinya, mungkin dia masih bisa memaklumi meski enggan untuk kembali melanjutkan hubungan yang sudah tercemar dengan bisa perselingkuhan.

" Marile, kenapa kau asal masuk saja?! " Bentak kakak tiri yang bernama Sephora. Aneh, padahal jelas dia yang ketahuan berselingkuh, tapi kenapa dia bertingkah seperti seorang istri yang terganggu dengan hadirnya wanita lain saat sedang melakukan hubungan suami istri? Pria yang menjadi kekasihnya juga terdiam menunduk. Entahlah, mungkin dia malu, ataukah merasa bersalah? Hah! Bersalah? Apakah seseorang yang berselingkuh akan merasa bersalah setelah ketahuan begini? Aneh!

Marile, itu adalah namanya. Nama indah itu sayangnya selain memiliki arti kesayangan, tapi juga sebuah kepahitan di dalam bahasa Perancis. Mungkin bukan salah yang memberi nama, karena bisa saja nasibnya yang selalu tidak baik adalah ujian dari Tuhan. Ibunya masuk kedalam penjara atas tuduhan korupsi, Ayah kandungnya kembali menikahi mantan istrinya, membawa Marile masuk ke dalam lingkaran kepahitan.

Gadis itu tak bicara, dia tetap berdiri menatap kecewa tapi tangis beserta air matanya ia tahan sekuat yang ia bisa. Tubuh yang gemetar kini semakin gemetar, tapi melihat tatapan permusuhan dari Sephora, Marile seperti mendapatkan kekuatan. Ditariknya nafas dalam-dalam, dia hembuskan perlahan berharap bisa mengatasi perasaan kacaunya saat ini. Marile tersenyum, meski itu sungguh sangat sulit untuk ia lakukan. Dia menatap kekasihnya yang masih terdiam seperti merasa bersalah, lalu Sephora yang matanya masih menunjukkan kebencian.

" Terimakasih, terimakasih banyak telah menunjukkan kepadaku bahwa kau tidak pantas untuk cintaku. Dan untukmu Sephora, kau selalu menginginkan apa yang aku miliki bukan? Maka ambilah apa yang ingin kau ambil, laki-laki itu, kau bisa mengambilnya dengan senang hati aku merelakannya. "

Sephora mengeryit dengan tatapan tajam, marah? Iya dia sangat marah! Padahal dia sangat suka melihat Marile menangis seperti saat dia merebut barang-barang yang ia miliki, bahkan kamarnya juga sudah ia rebut, tapi kenapa kali ini Marile tidak menangis? Tidak, dia masih belum ingin mengalah, jadi dia putuskan untuk bersandiwara seperti biasanya.

" Maaf, maafkan aku, Marile. Aku tahu kau sangat mencintai Bram, tapi kami berdua saling jatuh cinta dan sulit menahan diri, jadi kalau mau marah, salahkan saja aku. Aku akan diam dan tidak memberontak atau membalas saat kau memukulku. "

Marile tersenyum karena dia bisa menebak apa yang akan dilakukan Sephora selanjutnya. Sudah tidak heran lagi, karena memang seperti itulah cara dia melakukan banyak hal. Berpura-pura tertindas dan tersakiti, lalu perlahan-lahan mengambil hati semua orang saat dia berhasil membuat orang lain merasa kasihan, lalu Marile lah yang akan dijadikan tersangka di balik semua aksinya. Semua barang miliknya, kamar, kasih sayang seorang Ayah, dan sekarang kekasihnya, jadi sudah bukan hal yang luar biasa lagi bagi Marile.

" Marile, ini juga kesalahanku. Tolong jangan memukul Sephora, dan jangan menceritakan ini keluar, selain aku akan di angkat menjadi penerus perusahaan, Sephora juga adalah kakakmu. Kau tidak bisa membiarkan kakakmu menyandang nama buruk kan? " Bram berbicara dengan begitu lancar, bahkan tatapannya jelas sekali memohon pengampunan meski jelas sekali menegaskan betapa egoisnya dia. Ternyata seorang pecundang memang sungguh ada ya? Takut dengan akibatnya saat perselingkuhannya terbongkar, tapi tidak takut saat akan berselingkuh. Sangat lucu, tapi juga menjijikkan.

" Apakah kau pernah melihatku memukul orang? "

Bram terdiam, tidak! Sama sekali dia tidak pernah memukul orang, tapi Sephora, juga salah satu teman Marile pernah menceritakan betapa buruknya sikap Marile saat sekolah menengah atas dulu, jadi apakah salah dia mengatakan hal itu tadi?

" Akan kuberi tahu, Bramantya Adiguna. Aku hidup selama enam tahun dengan nama buruk yang diciptakan oleh orang lain, dan aku baik-baik saja sampai detik ini. "

" Sudahlah, aku pergi saja. Aku janji tidak akan mengganggu hubungan kalian, aku akan mengalah demi mu, Marile. Aku akan Merelakan Bram untukmu. " Sephora menyeka air matanya. Sungguh hebat sandiwaranya, tapi ini juga semakin membuat Marile tenang dan berani.

" Aku tidak mengatakan kalau ingin melanjutkan hubungan yang sudah tercoreng dengan perselingkuhan ini, jadi jangan begitu memaksakan diri untuk berhenti, Sephora. Jangan sedih, pria itu akan kuberikan padamu, ambilah, ambil pria itu dan rengkuh dia sampai dia tidak bisa lepas darimu. "

" Marile? " Bram menatap Marile seolah tak menerima keputusan Marile barusan. Tidak tahu apakah pria itu tidak tahu malu, atau dia tidak memiliki otak untuk berpikir.

" Kau ingin berterimakasih, Bram? " Marile tersenyum meski ingin sekali menangis karena tatapan Bram barusan benar-benar mengingatkan dia dengan Bram yang sangat menyayanginya dan selalu bersikap lembut padanya.

" Marile, jangan salahkan Bram ya? Ini adalah kesalahanku. Biarkan aku yang tanggung sendiri. " Masih saja Sephora menyela, itu karena dia bisa melihat tatapan Bram yang sangat lembut untuk Marile jadi dia harus terus memojokkan Marile dengan sandiwara sok kasihan.

" Sudah kubilang jangan menyalahkan diri sendiri, Sephora. Mulai hari ini kalian bebas berhubungan, aku tidak akan mengganggu lagi. Oh iya, hari ini adalah ulang tahunku, anggap saja ini kado dari kalian berdua. "

Marile beranjak pergi, semetara Sephora tersenyum puas.

Aku bisa menggagalkan perjodohan dengan pria buruk rupa itu dan menikahi Bram.

Bersambung.

BAB 2

Marile berjalan pelan begitu turun dari sepeda motor yang ia pesan secara online, (ojek online ) Sudah tiga jam semenjak di memergoki Bram dan Sephora berselingkuh di kamar apartemen, tapi sepertinya mereka bergerak lebih cepat sehingga memutuskan untuk mendatangi rumahnya. Bukan hanya menebak saja, tapi mobil yang biasa digunakan Bram kini telah terparkir di halaman rumah, jadi sudah jelas kalau mereka pasti sudah lebih dulu datang, dan bisa jadi juga mereka sudah menyusun kalimat serta alasan sehingga bebas dari tuduhan buruk, dan lagi Marile merasa kalau pada akhirnya dia akan lagi-lagi menjadi pihak yang dirugikan. Sebentar Marile menghela nafas, dia diam sejenak menata hati dan pikirannya karena dia tidak ingin terbawa suasana dan menangis seperti biasanya tanpa bisa melawan.

Tak ada yang bicara begitu Marile sampai di ruang tamu, hanya tatapan aneh tak bisa di artikan terarah padanya. Tapi lima menit dari sekarang juga belum tentu akan setenang ini, jadi coba saja menikmati ketenangan ini sebelum suara nyelekit dari mulut Ibu tiri terdengar seolah hampir saja menembus gendang telinganya.

" Dari mana saja kau? "

Benar-benar seorang Ayah yang sangat baik dan luar biasa sopan, setiap kali bertanya kepada Marile seolah Marile adalah tersangka pembunuhan yang mangkir dari hukuman. Tidakkah dia ingat bahwa Marile adalah putrinya juga? Sedari kecil hanya bisa memperlakukan Marile seperti anak adopsi, lalu dengan terang-terangan memperlakukan Sephora dengan lembut seolah tubuh Sephora terbuat dari adonan tepung roti yang harus dia jaga dengan sangat teliti karena takut meleyot.

" Dari menyendiri menghilangkan stres dan kesedihan karena pacar dan kakak tiri ku baru kepergok sedang ewita di apartemennya Bram. "

Lancang? Iya, memang begitu sifat Marile. Bukan sedari kecil, tapi semenjak Ibunya dipenjara, dan dia harus ikut tinggal bersama dengan Ayah yang kembali menikahi mantan istrinya, lalu entah apa yang di bisikkan oleh Ibu tirinya sehingga sang Ayah perlahan-lahan mulai berubah dan memperlakukan Marile dengan buruk. Tak hanya Ayah kandungnya saja, tapi Ibu tiri juga Sephora selalu menindas dengan alasan menghukum Marile karena Marile melakukan kesalahan fatal. Jadi, karakter Marile sekarang ini adalah hasil dari lingkungannya tinggal.

" Dasar anak kurang ajar! " Satu tamparan begitu panas dan perih terasa di pipi Marile, tapi gadis yang sudah lelah menangis itu hanya bisa diam dan menatap bola mata hitam Ibu tirinya yang dengan berani mengangkat tangan padanya di hadapan Ayahnya, juga yang lain.

" Anakmu sudah ewita dengan pacarku, apa dia sudah kau tampar? "

" Tutup mulutmu! "

Marile terkekeh dengan tatapan heran, padahal sudah jelas anaknya bersalah, tapi wanita yang adalah Ibu tirinya malah tak terima saat ada yang mengingatkan kesalahan putri kandungnya sendiri. Tapi kalau yang melakukan itu adalah Marile, seluruh badannya pasti sudah di gorok habis dengan dalih menghukum anak yang berbuat salah. Memang benar keluarga cemara ya? Sangat cerah seperti matahari, seindah gemerlap bintang di malam hari. Benar-benar kotoran kambing! Kalau saja Ibu kandungnya adalah Ashanti, benar dia akan bersujud kepada suruh penghuni alam ini.

" Seharusnya kau tidak perlu memaksa Bram, dia itu jelas mencintai Sephora! Kau saja yang murahan dan bodoh! Sekarang Bram dan Sephora akan menjalin hubungan, kedepannya juga akan bertunangan dan menikah, jadi jangan berharap bisa menjalin hubungan dengan Bram lagi! Kau juga tidak boleh menceritakan ini kepada siapapun. Kalau ada yang bertanya, bilang saja selama ini kau berteman dengan Bram saja. "

Marile terkekeh lagi semakin tak percaya dengan apa yang dia dengar. Apakah wanita yang katanya Ibu tiri itu sangat bodoh ya? Mau mengatai orang bodoh, murahan, tidak tahu diri, tapi masih memohon di balik kata memerintah agar tidak membuka atau menyebar aib putri kandungnya. Oh, beri tepuk tangan untuk Ibu tiri yang seperti ini.

" Tidak mau! Kalau ingin aku tidak menceritakan, bagaimana kalau suruh mereka berdua sujud di kakiku dan memohon, jangan lupa memanggilku Yang Mulai Marile nan agung. "

Ayah kandung Marile menatap wajah Marile yang nampak begitu berbeda dari sebelumya. Padahal biasanya dia hanya akan menatap tajam saat sedang di marahi, lalu menangis saja dan berakhir meminta maaf. Ada apa, lalu kenapa dia begitu berbeda?

" Dasar anak wanita rendahan! Tidak tahu sopan santun pula! "

Lagi, dengan sekarang sudah puluhan, bahkan ratusan kali dia mendengar Ibu tirinya memaki dengan sangat menyakitkan. Tahukah bahwa saat dia memaki Ibunya dengan kalimat itu rasa ya sangat menyakitkan? Benar, Ibunya dipenjara sepuluh tahun lalu karena tuduhan korupsi, tapi bagaimana dia bisa di anggap murahan hanya karena sebuah tuduhan yang sampai saat ini masih dibantah keras oleh Ibunya?

Sudah bertahun-tahun, tapi mulut Ibu tirinya malah jadi semakin licin sehingga begitu lancar dalam memaki dan mengutuk Ibunya. Maka jangan salahkan Marile yang dalam tiga jam lalu sudah berhasil merubah dirinya menjadi wanita yang kuat tak kenal takut karena bertemu dengan seorang pria misterius.

" Jangan lupa, nasi yang kau makan hari ini adalah uang keluarga Ibuku, aku bisa menuntut mu dan merampasnya jika kau tidak bisa mengontrol mulut kotor mu. "

Ibu tiri semakin terperangah menahan kesal tapi juga terhalang kebenaran saat ingin kembali menampar Marile. Sementara Sephora, gadis itu masih menunduk seolah begitu bersalah dan kasihan. Ayah Marile, atau sebut saja Tuan Diro semakin terdiam karena tak percaya dengan sifat Marile yang begitu berubah. Bahkan dia yang tadinya tidak pernah sekalipun perduli dengan harta peninggalan nenek kakeknya sekarang jadi mengungkit dengan begitu tegas seolah tahu kalau uang itu berjumlah cukup banyak.

" Oh iya, kalau ingin membuatkan orang-orang tahu aku dan Bram hanya berteman, maka minta saja Bram melakukannya. Soalnya dia yang selalu mengajakku kesana kemari lalu mengenalkan aku sebagai pacarnya. Oh, media sosialnya juga selalu aktif mengunggah photo ku, jadi jangan melibatkan ku dengan hubungan aneh anak mu yang sudah tidak tahu berapa banyak laki-laki ewita dengan dia. "

" Bajingan, brengsek! " Ucap Ibu tiri hanya bisa berteriak kesal tak berani melakukan apapun. Semetara Bram, pria itu kini menjadi dilema dan memutuskan untuk segera pergi dari sana mengabaikan Sephora yang terus memanggilnya dan memohon untuk jangan pergi dari sana sampai masalah hubungan mereka selsai dulu. Tapi Bram yang pikirannya sedang kacau dan dilema hanya bisa acuh dan melesat segera menjauh tanpa menoleh lagi.

" Ibu, bagaiman ini?! Hari pernikahan dengan pria cacat itu sudah akan sebentar lagi, aku tidak mau menikah dengan dia, Ibu! " Rengek Sephora.

Sebentar Ibu tiri menghela nafas, sedangkan Tuan Diro beranjak pergi karena tidak tahan dengan kepalanya yang sakit.

" Tenang saja, sayang. Kau tidak perlu menikahi orang cacat itu, kita buat saja Marile yang menikah dengan dia, jadi kau bisa menikah dengan Bram. Selain kaya, Bram itu anak kesayangan dari keluarganya, jadi akan untung banyak kalau kau menikah dengan dia. ''

Bersambung.

BAB 3

Cukup lama Ibu Tiri membujuk Tuan Diro agar menyetujui usulannya dengan menggantikan Marile sebagai mempelai wanita bagi pria cacat yang awalnya akan dinikahkan dengan Sephora. Awalnya memang sempat Tuan Diro menolak karena kakek dari pria cacat itu menginginkan anak sulung, sementara anak bungsunya akan dijodohkan dengan keponakan pria cacat itu. Kalau begini dengan siapa keponakan pria cacat itu dijodohkan? Apalagi Sephora terus merajuk dan meminta agar dinikahkan dengan Bram. Sebenarnya tidak masalah juga karena keluarga Bram adalah orang berada, tapi Tuan Diri masih mempertahankan perjanjian nikah bagi dua anaknya yang sudah disetujui bersama kakek dari si pria cacat itu. Setelah satu jam berdiskusi dan saling tegang otot, Tuan Diro akhirnya mengalah dan menyetujui usulan istrinya itu.

" Panggil Marile, kita bicara sekarang saja. "

" Kau tahu bagaimana mengancam dia kan? " Tanya Ibu tiri memastikan.

" Tahu, dia tidak akan mungkin bisa menolak, jadi cepat panggil dia. Kita tidak punya banyak waktu karena tiga hari lagi pernikahan harus segar dilangsungkan. " Tuan Diro menghela nafas, lalu segara bangkit dan bersiap.

Marile terdiam menatap Tuan Diro dan Ibu tirinya yang duduk bersebelahan. Sejenak Marile membuang nafas bersiap karena pasti sepasang mahkluk langka itu akan memberikan kepusingan tersendiri untuknya. Kalau tidak memberikan masalah, lalu untuk apa lagi sepasang makhluk langka itu memintanya untuk duduk diruang keluarga seperti seorang terdakwa yang akan di interogasi?

Tuan Diro juga sebentar menatap Marile yang sangat berbeda seperti sebelumnya. Entah apa yang membuatnya berubah hampir seratus delapan puluh derajat, tatapan matanya yang terlihat berani, seperti sedang menghitung dendam yang akan siap untuk di balas kan, apalagi saat dia melihat senyum tipis penuh kebencian, rasanya jiwa seorang Ayah tersakiti secara tidak langsung.

" Kau harus bersiap, tiga hari lagi kau akan menikah. "

Gila! Kalimat paling gila yang pernah Marile dengar adalah kalimat yang keluar dari mulut laknat Ibu tirinya barusan. Apakah menikah bagi wanita itu adalah sebuah permainan anak-anak? Apakah dia adalah badan tanpa nyawa yang bisa di atur sesukanya? Marile memejamkan mata sebentar sembari membuang nafas, perlahan dia menaikkan tatapan matanya menatap sepasang mata tajam melebihi tajamnya silet, mata milik Ibu tirinya yang sangat dia ingat jelas bahkan di dalam kegelapan sekalipun.

" Bagaimana kalau nikahkan saja Sephora? Kasihan anak itu, belum menikah tapi sudah bekas orang banyak. "

Ibu tiri melotot marah, sudah biasa tentunya tatapan seperti itu bagi Marile, tapi Marile yang sekarang sama sekali tidak merasa takut. Mungkinkah bisa dibilang dia sudah kebal? Tidak tahu juga, tapi setelah bertemu pria asing kemarin, Marile terus mengingat kata-kata yang keluar dari pria itu, hingga keberanian yang tumbuh dihatinya semakin menggunung tak terkalahkan lagi oleh secuil ketakutan seperti sekarang ini.

" Jangan asal bicara! Sephora hanya melakukan itu dengan Bram! " Bentak Ibu tiri yang tidak terima anaknya di bicarakan dengan kalimat yang buruk. Aneh ya? Padahal dia sangat suka menghina dan mengatai Marile, tapi sudahlah! Orang seperti itu tidak akan sekalipun paham akan ucapannya sendiri, dan tidak akan Sudi dengan bagaimana besarnya kesalahan yang ia lakukan.

" Iya, iya Sephora yang maha suci itu selalu benar, dan aku yang selalu salah deh. Sudah senang belum? "

" Marile, dari mana sikap buruk mu ini berasal? " Tanya Tuan Diro dengan tatapan tajam.

Sebentar Marile tersenyum, dia sungguh kehabisan kata-kata. Padahal dia ingat dengan jelas bagaimana Sephora begitu kasar, bahkan memukul di hadapan Ayahnya juga pernah beberapa kali dia lakukan. Kenapa begitu dia tidak sopan justru terlihat seperti baru saja menampar seorang presiden dan wajib dihakimi? Ingin tertawa dengan kebodohan Ayahnya, tapi dia tidak Sudi mengeluarkan tenaga untuk itu. Sudahlah, biarkan saja dia mau bicara apa, sekarang kembali ke masalah pernikahan.

" Aku mau kembali ke kamar, masalah pernikahan bagaimana kalau Ibu tiri saja yang menikahinya? Sephora kan tidak mau, aku juga tidak mau. "

" Marile, jika kau ingin Ibumu bebas dari penjara, maka terima saja pernikahan ini. "

Marile yang tadinya sudah berdiri akan meninggalkan ruang tamu terpaksa berhenti dan mendengar kalimat itu. Dengan tatapan menyelidik juga tajam, Marile menatap mata Tuan Diro mencari kebenaran dari ucapannya tadi.

" Aku akan membebaskan Ibumu, dua hari setelah pernikahan mu selsai. "

Marile mengeraskan rahangnya, tangannya mengepal menahan kebencian yang semakin dalam untuk Ayah kandung serta Ibu tirinya. Kenapa tidak dari dulu saja Ibunya dibebaskan kalau mereka punya cara untuk membebaskannya? Kenapa harus menunggu dua belas tahun membiarkan Ibunya mendekam di balik jeruji besi yang dingin. Marile tergiur dengan tawaran itu meski tak mengurangi kemarahannya, dia diam dan pergi begitu saja meninggalkan ruang keluarga.

" Dia tidak bicara, bagaimana ini? " Tanya Ibu tiri yang panik. Sebenarnya sayang juga kalau pernikahan itu dibatalkan, karena seserahan dari pria cacat itu sangat banyak. Uang senilai dua miliar, emas batangan dua kilogram, berlian sebagai cincin pernikahan, bahkan juga menjanjikan kerja sama bisnis dengan ikatan keluarga. Memang benar-benar sangat disayangkan karena pria muda dan kaya itu malah cacat, bahkan katanya juga tidak pernah lepas dari kursi rodanya.

" Dia setuju, itulah kenapa dia tidak mengatakan apapun. Kita siapkan saja apa yang perlu kita siapkan mulai dari sekarang. " Ucap Tuan Diro dengan wajah datarnya.

Ibu tiri tersenyum begitu puas, benar-benar berjalan sesuai dengan yang dia harapkan. Dia akan segera mendapatkan hantaran yang begitu banyak, lalu putri kandungnya Sephora juga akan menikahi Bram yang juga dari keluarga kaya raya, pastilah saat menikah nanti hantaran yang akan diberikan keluarga Bram akan tidak kalah dari hantaran dari pria cacat itu kan? Membayangkan itu benar-benar dia tidak bisa menahan diri untuk tersenyum bahagia.

Brak!

Marile menghempaskan tumpukan buku miliknya ke lantai dengan tatapan marah, nafasnya menderu dengan dadanya yang naik turun kuat karena menahan kesal juga membuatnya lelah.

" Padahal punya cara untuk membebaskan Ibuku, kenapa mereka membiarkan Ibuku dipenjara? Brengsek! Jadi kalian menahannya untuk mendesak ku? "

Bugh!

Marile memukul tembok dengan mata memerah, bahkan dia menitihkan air mata kemarahan juga kekecewaan yang baru kali ini dia rasakan seumur hidupnya. Sekarang harus menikah, tidak tahu siapa yang akan dinikahi, mungkinkah seorang bandot tua? Heh! Benar-benar hanya bajingan yang akan melakukan ini.

" Kalian semua, aku tidak akan membiarkan kalian bahagia lebih lama lagi. Aku pastikan kalian membayar semua perbuatan kalian dengan sakit berkali-kali lipat dari yang aku dan Ibuku rasakan. "

Marile bangkit dari posisinya, dia menatap dirinya melalui pantulan cermin yang menghadap padanya. Jika itu adalah pria tampan yang banyak istri, maka Marile hanya perlu melakukan apa yang bisa ia lakukan. Ayahnya adalah pria yang tampan, tapi dia bajingan. Begitu juga dengan Bram, jadi akan lebih baik menjaga hati dari pria tampan yang menjijikan baginya.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!