Seorang Asifa Az Zahra, perempuan cantik, ramah, baik hati, pemaaf dan tentunya tidak sombong.
Namun kesempurnaan yang tampak dari luar, tidaklah benar. Karena kesempurnaan belum bisa dirasakan oleh nya.
Di telah menikah selama 7 Tahun lebih, belum juga bisa memberikan keturunan. Hingga kini dia harus memilih bercerai dari suaminya dari pada di madu.
Ardi Kusuma Dinata bukan tidak mencintai Asifa. Tapi karena tuntutan keluarga, Ardi di haruskan menikah lagi demi memiliki keturunan.
...----------------...
Di belahan kota Jakarta, kehidupan keluarga besar Hermansyah. Harus menerima kenyataan bahwa anak yang selalu ia bangga. Dan bisa mendapatkan menantu yang bisa mengangkat derajatnya.
Yang dulunya hidup sangat sederhana, bahkan hidup juga pas-pasan. Sekarang sudah berubah lebih baik, dan memiliki toko kecil-kecilan.
Ya setelah putrinya, dinikahi oleh salah satu anak pengusaha di kota ini. Ia di beri modal oleh menantunya untuk buka usaha, yaitu toko kue. Ya itu juga ke ahli bu Hafsah membuat kue.
Pak Hermansyah memiliki dua anak, putri pertama telah menikah dengan seorang pemuda Surabaya. Dan yang kedua menikah Ardi, anak pengusaha dan juga sahabatnya. Akan tetapi kini putrinya di kembalikan. Hanya karena belum bisa memberikan keturunan. Sungguh malang nasibnya, putri kesayangannya kini berduka.
...****************...
"Maafkan saya pa, saya ingin memiliki keturunan. Saya menikah dengan Asifa sudah 7 tahun. Tapi tak kunjung memiliki anak, keluarga saya juga menurut saya segera memiliki anak. Saya akan menikah lagi tapi Asifa tidak mau saya poligami. Jadi saya memilih untuk berpisah deng Asifa, atas kemauannya."Jelas Ardi, pada pak Herman.
"Apa tidak ada jalan lain selain berpisah, kan kalian bisa melakukan program bayi tabung. Apa kalian sudah pernah coba? saya selaku orang tua, tidak terima jika ini di bebankan pada anak saya."Ujar bu Hafsah.
"Pada dasarnya kalau bisa memiliki anak tak harus bayi tabung bu."Jawab Ardi dengan ragu, menjawab pertanyaan ibu mertuanya itu.
"Itu artinya memang kamu sudah tidak sayang dan cinta sama Asifa. Karena jika kamu masih punya perasaan pada Asifa, akan berpikir seribu kali!" bentak bu Hafsah, penuh penekan pada setiap kalimat.
"Jujur saya memang sudah hilang rasa pada Asifa, setahun terakhir ini. Dan untuk apa saya pertahankan, jika dia juga tidak bisa memberikan saya keturunan. Sebenarnya saya tidak mau menceraikan Asifa, tapi dia tidak mau di madu. Jika mama mau menyalahkan, maka salahkan saja Asifa."Kata Ardi dengan nada kesal, dan matanya menatap Asifa.
Asifa yang dari tadi hanya diam kini ia bicara juga. "Apa salah ku mas?" tanya Asifa pada suaminya.
"Lalu siapa yang mau di salahkan hah? hasil pemeriksaan medis, kamu itu susah untuk punya anak. Untuk apa saya pertahankan wanita yang dulu ku cintai ini. Tidak bisa memberikan saya keturunan, mending saya nikah lagi. Kamu harus bersyukur, meski kita berpisah. Dan tidak punya anak saya tetap memberikan harta gono-gini. Rumah, mobil, uang 1 M, untukmu." Menjeda sejenak "Dan mulai saat saya ARDI KUSUMA DINATA BUKAN LAGI SUAMI ASIFA AZ ZAHRA."Ucap Ardi.
Dan itu meluruhkan air mata Asifa, bahkan tak bisa berkata-kata lagi. Hancur sehancur-hancurnya, hati Asifa dan keluarganya kini. Harus menerima kenyataan pahit, rumah tangganya tak lagi bisa di pertahanan. Asifa menangis tersedu-sedu di pelukan mamanya.
Sebenarnya Ardi juga tak tega melakukan ini. Namun ini pilihan yang terbaik, agar Asifa tak terus-menerus tertekan. Dan tambah terluka lagi, yang lebih dalam atas hinaan keluarganya. Karena tak tahan melihat mantan istrinya saat ini ia segara pergi.
"Saya pamit pa. Karena tak ada lagi yang akan saya bicarakan."Pamit Ardi pada mertuanya.
"Ya silahkan kamu pulang hati hati."Kata pak Herman pada menantunya itu. Dengan terpaksa ia mengantarkan Ardi ke depan.
"Saya pergi pa, nanti untuk surat cerai biar di urus pengacara saya. Saya permisi,"Ardi pamit lalu pergi meninggalkan rumah keluarga Hermansyah.
Pak Herman masuk kembali ke dalam rumah. Ia melihat putrinya yang masih menangis, di dalam pelukan istrinya. Sesak rasanya melihat putrinya kesayangannya kini hancur. Sudah jatuh ketiban tangga, itu kata pepatah. Pak Herman menghampiri putri dan istrinya. Kini ia ikut memeluk tubuh kecil putrinya, yang menangis pilu.
"Sudah nak cukup kamu tangisi dia. Kamu masih punya masa depan yang masih panjang. Jangan terlalu meratapi sesuatu yang sudah di ambil sama yang maha kuasa. Jodoh, rezeki, maut, dan takdir sudah ada yang menentukan. Allah yang maha tahu, sedangkan kamu tidak mengetahuinya. Perbaiki diri kita, maka Allah akan memperbaiki kehidupan kita nak. Bersabarlah ini sudah ketentuan dari Allah, akan memberikan yang terbaik untuk mu nanti nak."Nasehat pak Herman pada putrinya.
"Insya Allah pa, Asifa akan berusaha kuat dan sabar. Mungkin benar yang papa katakan, Jodoh ku dengan mas Ardi cukup di sini."Kata Asifa, sambil mengusap air matanya.
"Ya sudah sekarang kamu istirahat ya, mari mama bantu beresin barang kamu, yok." Ajak bu Hafsah.
"Iya ma, makasih ya ma, pa, maaf Asifa ngerepotin mama dan papa."Kata Asifa.
"Kamu tidak ngerepotin nak, karena tidak ada yang namanya anak ngerepotin. Sudah sana istirahat ya, tenangin pikiran mu. Bila perlu kamu liburan kemana gitu buat tenangin diri."Ujar pak Herman, pada Asifa.
Pak Herman tidak mau putrinya murung tarus, jika di rumah saja.
"Nanti Asifa pikirkan pa."Jawabnya
"Asifa ke kamar ya pa."Lanjutnya
"Ya nak,"jawab pak Herman.
Asifa dan bu Hafsah berjalan ke lantai atas menuju kamar Asifa. Setelah sampai kamarnya Asifa membereskan barang-barangnya dan pakaiannya. Di bantu oleh bu Hafsah, setelah selesai bu Hafsah pun pergi dari kamar Asifa.
...****************...
Di kediamannya keluarga Dinata.
"Gimana apa kamu jadi menceraikan istri mu, percuma jika di pertahankan tak bisa memberikan keturunan."Kata bu Gina, yang tak lain ibunya Ardi.
"Sudah bu, bahkan saya juga sudah menalaknya. Kami bukan lagi suami istri, dan saya segera akan menikah dengan Rita. Bisa ibu tidak bahas lagi, tentang ini. Karena sulit bagi saya, untuk melupakan Asifa. Entahlah bu, apa bisa saya melupakan nya. Jujur aku masih sangat mencintai Asifa."Ujar Ardi.
"Kamu pasti bisa melupakan mantan istri mu itu, jika kamu sudah memiliki anak dengan Rita. Apalagi kamu itu juga bisa mencintai Rita seperti kamu mencintai Asifa."Kata bu Gina.
"Kalau masalah cinta saya gak tau bu, apa rasanya sama dengan mencintai Asifa. Saya sudah sepakat dengan Asifa. Jika kami bercerai, maka saya akan memberikan harta gono-gini bu. Rumah yang kami tempati kemarin akan saya jual dan hasil jual rumah itu akan saya belikan rumah lagi. Tapi rumah itu atas nama Asifa, dan nantinya untuk Asifa.
aku akan tambah mobil dan uang. Hitung hitung buat masa depannya sementara. dia belum ketemu jodohnya." Jelas Ardi pajang lebar.
"Ya kalau ibu tidak keberatan, jika kamu berikan beberapa saham perusahaan atau kamu berikan usaha apa gitu sesuai kemampuan Asifa. Ibu paham akan perasaannya, karena ibu juga wanita. Sudah pasti berat berada di posisinya saat ini. Dengan dia sibuk dengan pekerjaan, maka dia tidak larut dalam kesedihan."Usulan bu Gina, pada anaknya, untuk kebaikan menantunya itu.
Meskipun kesannya ia kejam pada menantunya, namun tak sampai hati. Ia merasa itu tak cukup untuk membuat menantunya bahagia. Karena sesungguhnya kebahagiaan tak bisa di beli. Setidaknya bisa mengalihkan, ke hal yang lebih baik.
*****Bersambung
Malam semakin larut, Asifa kini tak dapat memejamkan matanya. Bayangan mantan suaminya selalu ada di pelupuk mata.
Kini dia meratapi nasibnya, mimpi apa dia semalam, dalam sekejap ia sudah menjadi janda muda. Hal ini tak pernah dia bayangkan, rumah tangganya akan hancur.
Baru kemarin ia pergi jalan-jalan bersama mantan suaminya. Menghabiskan hari dengan bahagia, namun tak di sangka itu menjadi kenangan terakhir.
Sungguh tega mantan suaminya, dia pikir apa mantan suaminya tak punya hati. Yang selama ini tak ada masalah, rupanya mantan suaminya sudah merencanakan ini semua. Begitu berat cobaan yang harus dia hadapi.
"Rupanya mas Ardi sudah merencanakan ini semua. Sungguh aku tak menyangka kisah cinta ku berakhir begini."Berbicara pada diri sendiri.
"Ya Allah, aku sampai lupa. Bahwa aku belum sholat, ampuni aku ya Allah. Aku lupa bahwa hidup ini semua atas kehendak mu."Berkata lagi, dan dia terlalu meratapi hidup barunya.
Sampai dia lupa pada sang penciptanya. Lalu ia turun dari tempat tidur, untuk ke kamar mandi. Untuk mengambil wudhu dan melaksanakan kewajibannya sebagai umat Islam. Setelah selesai dengan kewajibannya, dia baru bisa tidur.
...****************...
Sama dengan halnya dengan Asifa, Ardi belum bisa terlelap. Ia masih mencintai mantan istrinya, senyum bahagia Asifa tak bisa dia lupakan.
"Ku harap kamu tak membenci ku sayang, sebenarnya sangat berat aku berpisah dengan mu. Tapi keluarga ayah selalu menuntut ku, agar memiliki keturunan. Makanya aku milih berpisah, karena aku tak sanggup melihat kamu lebih menderita. Semoga kelak kamu dapat yang lebih baik dari aku."Kata Ardi pada diri sendiri. Sambil memandangi bingkai foto Asifa. Lalu dia peluk bingkai foto Asifa dan mulai memejamkan matanya.
"Aku merindukan mu sayang."Sebelum dia benar-benar terlelap.
...****************...
Paginya Asifa dapat telfon dari sahabat yang sekarang tinggal di Surabaya. Ya tak jauh dari tempat tinggal kakaknya Asifa.
📱"assalamualaikum Diana,"jawab Asifa.
📱"wa'alaikumsalam Asifa,"suara dari seberang.
📱"Hai kenapa dengan mu? apa kamu ada masalah dengan suamimu? sampai bengkak tu mata. Pasti semalaman kamu nangis?"tanya Diana
Namun Asifa masih diam belum menjawab pertanyaan sahabatnya.
📱"Kenapa diam? benar kamu ada masalahkan?"tanya Dian lagi.
📱"Ya aku memang lagi bermasalah" Asifa berhenti sejenak "Aku di ceraikan sama mas Ardi. Aku memang wanita tak berguna, tak sempurna, tak bisa membahagiakan mas Ardi. Aku hancur sehancur-hancurnya Diana. Andai aku bisa memberikan keturunan untuk mas Ardi. Mungkin aku tak akan seperti ini. huhuhuhuhu."Ungkapan Asifa sungguh memilukan. Diana pun tak tega melihat sahabatnya yang hancur hatinya.
📱"Kamu yang sabar ya, yakinlah bahwa Allah SWT akan memberikan yang terbaik di kemudian hari. Mungkin jodoh mu dengan Ardi cukup sampai disini. Dan suatu hari nanti kamu dapat yang lebih baik dari dia." Menjeda sebentar "Gimana kalau kamu kesini menenangkan diri, untuk melupakan masalah yang sedang kamu hadapi."Usul Diana pada Asifa.
📱"Insya Allah nanti akan ku pertimbangan setelah urusan perceraian selesai." Jawab Asifa.
📱"Ya sudah kamu sudah sarapan belum, kalau belum kamu harus sarapan, jangan larut dalam masalah. Masa depan mu masih panjang sayang. Semangat ya untuk berjuang di kehidupan yang sekarang. Aku yakin kamu bisa, karena tidak ada masalah yang tidak selesai."kata Dian
📱"Ya, terima kasih ya, kamu selalu ada saat aku membutuhkan."Kata Asifa
📱"Itu gunanya sahabat, ada bukan di saat senang saja, tapi ada saat duka juga."Kata Dian
📱"Ya sudah aku lapar nih, makasih sekali lagi. Salam buat ponakan yang cantik dan ganteng ya."Kata Asifa, tersenyum meski terpaksa.
📱"Ya dah assalamualaikum."Kata Diana
📱"Wa'alaikumsalam"jawab Asifa.
Akhirnya Asifa keluar dari kamar, berjalan menuju dapur. Mamanya lagi di dapur menyiapkan makanan untuk di bawa ke meja makan. Sang papa sudah menunggu di meja makan sambil minum kopi. Mendengar langkah kaki pun menoleh, lalu menyuruh duduk di sampingnya.
"Nak sini duduk kita sarapan, mama dah selesai masak nih."Ajak pak Herman.
"Iya pa, maaf Asifa baru keluar kamar."Kata Asifa.
"Tidak apa-apa sayang, mama dan papa paham. Jangan terlalu lama larut dalam kesedihan ya. Harus semangat buat masa depan mu sayang." Ujar pak Herman.
"Ya pa, Asifa akan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi. Doakan Asifa ya pa bisa menghadapi ini masalah ini."Kata Asifa.
"Tanpa kamu minta juga kami sebagai orang tua. Selalu mendoakan anak anaknya sayang. Ya sudah sekarang sarapan ya jangan di pikirkan lagi tentang masalah itu. Nanti juga akan selesai dengan sendirinya sayang."Nasehat bu Hafsah.
"Iya ma" Asifa menjawab dengan singkat.
Mereka sarapan bersama, tak ada suara selain suara piring dan sendok. Setelah sarapan Asifa membantu mamanya membereskan dapur.
Setelah selesai Asifa pergi ke kamar untuk mengambil pakaian kotornya. Karena ia akan mencucinya, di halaman belakang. Bu Hafsah tetap membantu putrinya, alasan agar putrinya tidak banyak bengong. Memikirkan sesuatu yang harus dia lupakan. Walau pun Asifa menolak untuk di bantu, terpaksa Asifa membiarkan mama membantunya.
Setelah selesai Asifa pergi ke supermarket terdekat, untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Ia memilih untung berjalan kaki, karena ia pikir sekalian menenangkan pikiran. Dia pun bertemu Dengan teman masa kecilnya, sekaligus orang yang sering membully nya.
"Eh Asifa ku lihat semalam kamu di antar ya sama suamimu, oops mantan suami maksudnya." Ejeknya Erna.
Asifa terkejut, pikir Asifa, tau dari mana Erna tentang dirinya.
"Kenapa terkejut ya? mantan suamimu itu mau nikah sama sepupu ku Rita. Ya mereka akan melangsungkan pernikahan 2 minggu lagi. Gak nyangka deh, cantik cantik mandul. Sekarang harus jadi janda, karena tak dapat memberikan keturunan. Tapi suamimu eh" menutup mulutnya "maksudnya mantan. Tiga hari lalu membawa Rita ke dokter untuk cek rahim nya. Bisa atau tidak ia memberikan keturunan, untuk keluarga Dinata. Dan hasilnya di bisa, maka Ardi akan menikahinya. itu juga atas permintaan keluarga Dinata, alasannya tepat sih tidak mau kecewa lagi. Punya menantu tak bisa memberikan keturunan alias mandul."Ucap Erna panjang lebar, memberitahu perihal informasi tentang Ardi. Ada kebanggaan tersendiri bagi Erna melihat Asifa menderita.
Sedang Asifa larut dalam pikirannya, dengan derai air matanya. Yang sudah meluncur bebas di pipi mulusnya. Kenapa dia harus tau dari orang lain tantang rencana Ardi dan keluarganya.
Bahkan Ardi tidak mengatakan bahwa dia menikah dengan siapa. Asifa balik arah pulang dengan sedikit berlari, sambil menangis. Di sepanjang jalan, banyak orang yang melihat dia menangis. Dan itu jadi tanda tanyanya warga sekitarnya.
"Assalamualaikum ma, huhuhuhuhu..." Langsung memeluk mamanya.
"Wa'alaikumsalam Asifa, kamu kenapa nak?"...
*****Bersambung...
"Wa'alaikumsalam Asifa, kamu kenapa nak? kenapa kamu pulang menangis? mana belanjaan mu?"Tanya bu Hafsah sambil membalas pelukan anaknya.
Lalu di ajaknya masuk keruang keluarga. melihat putrinya menangis tersedu sedu, ada rasa sesak di dadanya. Membiarkan putrinya menangis sampai tenang, setelah teng baru ia bertanya.
"Apa yang terjadi sama kamu sayang?"tanya bu Hafsah dengan lembut.
"Ternyata mas Ardi sudah merencanakan ini semua ma, bahkan calon istrinya itu sepupunya Erna. Dan Erna tahu semuanya karena Rita menceritakan semuanya pada Erna. Bahkan warga semua tau bahwa aku perempuan tak berguna, perempuan mandul ma, huhuhuhuhu"Asifa mengatakan pada mamanya sambil menangis sesenggukan.
"Mungkin Ardi punya alasan melakukan ini semua nak. Kita hadapi bersama ya, jika kamu belum sanggup untuk keluar rumah sendiri, biar mama temani. Apa kamu jadi keluar, untuk mencari barang yang kamu cari?"tanya bu Hafsah pada putrinya.
"Tidak ma, hari ini aku di rumah aja. Asifa minta mama saja untuk membelikan. Jika mama tidak keberatan hanya sabun dan sampo aja."Jawab Asifa dengan lesu. memandang ke depan dengan tatapan kosong, seperti kehilangan arah. Tak nampak lagi wajah ceria di sana, yang ada penuh luka dan kesedihan. Bu Hafsah meraih tangan putrinya, di genggam dengan lembut.
"Nak tak semua yang kita lihat indah dari luar, maka indah juga ketika di dalam. Bisa jadi ketika pandang biasa saja atau bahkan buruk. Begitu juga sebaliknya, di pandang buruk, ketika di dalam ada keindahan yang alami. Apa yang kita pikir baik untuk kita, buruk bagi Allah. Begitu pula buruk pikir kita, baik bagi Allah. kita serahkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kita kehidupan ya. Sabar dan tawakal, jangan sampai kamu larut, masa depan mu masih panjang sayang."Nasehat bu Hafsah.
"Insya Allah ma, Asifa akan berusaha sebisa Asifa ma, Asifa ke kamar ya."Pamit Asifa.
Langsung pergi ke kamar, kemudian mengunci pintunya. Ia naik ke tempat tidur, merebahkan tubuh larut dalam kesedihannya. Hingga malam hari pun, Asifa tak keluar dari kamarnya. Ia mengurungkan diri di kamar, bangun dari tempat tidur hanya untuk sholat saja.
Hingga hari berganti hari Asifa tak pula keluar kamar. Mama dan papanya berulang kali mengetuk pintu kamar Asifa. Namun tak lagi ada sahutan dari Asifa mulai resah.
"Mas gimana ini Asifa tidak keluar kamar sama sekali. Bahkan sekarang tidak lagi terdengar suaranya Asifa menangis atau menyahut panggilan kita mas." Keluhan bu Hafsah.
"Kamu tenang dulu ya" Berhenti sejenak, mengusap punggung istrinya "mas akan dobrak pintu kamarnya Asifa ya."Ujarnya pada istrinya.
Ia masang kuda kuda bersiap untuk mendobrak pintu kamar Asifa. Namun ia urungkan karena ada yang ketuk pintu, bertanda ada tamu.
tok tok tok
cekreek
Pintu terbuka, nampak yang di depan mata adalah orang yang membuat putrinya menderita. Namun ia tak mau menunjukkan ke marahannya.
"Assalamualaikum pa."Ardi mengucap salam.
"Wa'alaikumsalam nak, ada apa kamu datang kesini."Tanya pak Herman.
"Pa, perasaan saya tak enak, apa Asifa baik baik saja"tanya Ardi dengan raut wajah khawatir.
"Kami juga sedang berusaha membujuk Asifa keluar dari kamar. Karena dari kemarin dia mengurungkan diri di kamar. Makan pun tidak, ini semua karena kamu. Yang kamu rahasia kan dari kami, pun telah di ketahui oleh Asifa. Dan Asifa tau itu semua dari pihak keluarga calon istrimu. Bahkan dia yang menghina Asifa di depan umum. Apa ini yang kamu mau, menghancurkan Asifa sampai dasar hah?"bu Hafsah meluapkan emosinya.
dengan air matanya yang mengalir di pipinya. Itu menandakan bahwa hati seorang ibu mana ya tidak hancur. Ketika anaknya yang terluka perasaannya hingga tak lagi memiliki harapan hidup.
"Maafkan saya ma." Lalu Ardi menerobos masuk tanpa permisi. Langsung menuju kamar Asifa, dan mendobrak pintu kamar itu.
BRAAK
Pintu terbuka lebar, nampak Asifa yang tergeletak di atas sajadah. Masih lengkap dengan alat sholat, tak pikir panjang Ardi mengangkat tubuh mungil Asifa. Terlihat wajah putih pucat, dibawa ke mobilnya. Yang di ikuti oleh kedua orang tua Asifa. Pak Herman membuka pintu dan menyuruh istrinya masuk, kemudian Ardi merebahkan Asifa di pangkuan mamanya. Kemudian ia dan pak Herman duduk di depan. Segera Ardi menjalankan mobilnya, menuju rumah sakit terdekat. Segera Asifa di periksa orang dokter di ruang IGD. Ardi dan kedua orang tuanya Asifa menunggu di depan ruang IGD.
Tak lama dokter yang memeriksa Asifa keluar.
dengan wajah tampak, bingung dan menatap ke mereka bertiga. Bu Hafsah maju lebih dulu, karena tak sabar dengan kabar kondisi putrinya.
"Dokter bagaimana keadaan putrinya saya?"tanya bu Hafsah.
"Keadaan pasien sangat lemah bu, pasien harus dirawat intensif. Beruntung pasien segera di bawa ke sini, segera ditangani.
Pasien perutnya kosong, dan tertekan, apa pasien sedang menghadapi masalah. Ini yang menyebabkan pasien stres, ini sudah berada hari dalam kondisi ini bu?" tanya dokter menjelaskan kondisi Asifa.
"Dari kemarin di mengurungkan diri dok, memang dia lagi ada masalah." Jawab bu Hafsah.
"Baiklah, saya minta tolong di jaga pasien, saya tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya jika pasien seperti ini terus. Dukungan keluarga dan kerabat lah, yang dapat membantu pasien bangkit dari keterpurukan. Saya permisi dulu, pasien akan segera kami pindah.
"Tunggu dok, berikan perawatan yang terbaik untuk pasien. Pindahkan ruang VVIP, saya akan tanggung biaya pasien. Ma pa, saya ke bagian administrasi dulu nanti saya menyusul ..." Belum selesai bicara pak Herman sudah memotong pembicaraan Ardi.
"Kamu tidak perlu menemuinya lagi. Segera selesaikan perceraian kalian. Biarkan Asifa tenang dulu, dan bisa keluar dari masalah ini dengan tenang."Kata pak Herman, memotong pembicaraan Ardi.
Maaf pa, saya percuma saya menghindari Asifa tapi masalah ini tidak akan selesai. jika tidak saya selesaikan. saya tidak akan lari dari tanggung jawab saya. Saya permisi ke administrasi dulu. Assalamualaikum"ucapnya Ardi lalu pergi tanpa menunggu jawaban dari pak Herman dan bu hafsah.
Bagaimana mas apa kita bicarakan ini juga dengan besan. Biar bagaimanapun besan berperan besar dalam masalah ini"kata bu Hafsah.
"Tidak perlu sayang, biarkan Ardi menyelesaikan masalah ini sama Asifa. Tidak perlu kita ikut campur terlalu dalam. Benar kata dia, jika kita menghalangi dia maka kapan selesainya. Ya sudah yok kita ke kamar inap Asifa, kasihan dia sendiri."Kata pak Herman, lalu berjalan menuju kamar inap Asifa.
Sedangkan Ardi di bagian kasir, menyelesaikan pembayaran perawatan dan obat-obatan buat Asifa. Setelah selesai ia menghubungi keluarganya dan memberitahu bahwa Asifa masuk rumah sakit. Setelah memberitahu keluarga ia menghubungi calon istrinya.
"Halo mas"....
*****Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!