Seorang remaja tampan beraut muka dingin tengah berjalan di koridor sekolah. Dia terlambat di hari pertamanya, tapi dia gak perduli sama sekali soal itu.
Wajah menawannya yang terlihat kaku, rambut hitam kecoklatannya yang indah dan lebat. Dia adalah Damian Aelion, Putra tunggal dari pasangan Alisyah Aelion dan Ziyel Aelion.
Usianya baru 17 tahun, tapi tinggi tubuhnya sangat menjulang ke atas.
Dia pindahan dari Amsterdam, orang-orang mengenalnya dengan nama Ian. Dia dingin, ketus, sinis, dan bermulut racun. Apa yang keluar dari mulutnya adalah kata-kata yang menyakitkan telinga.
Dia teringat peringatan dari papanya tadi "Jangan buat ulah" Damian mendengus dingin. "Dikira gue bocil apa" Gumamnya datar.
Damian sampai di kelas barunya, dia langsung masuk tanpa mengetuk pintu, membuat seisi kelas tersentak kaget, sang guru sudah hendak memarahinya tapi terhenti ketika perusuh kelas masuk.
Brak!
Gadis cantik bercepol, seragam yang acak-acakan dan wajah polosan tak bermakeup. Dengan serampangnya dia masuk dan berjalan santai melewati Damian yang terpaku di tempatnya berdiri.
"Agata! Kamu uda terlambat bukannya melapor!!" Sungut guru tadi. Gadis yang dipanggil Agata tadi mengedikan bahunya malas.
"Ibuk kan tau saya telat, ngapai lagi ngelapor" Ujarnya malas, dia meletakan tasnya di meja dan menelungkupkan kepalanya disana.
Damian masih terpaku ditempatnya, ada sengatan aneh di dadanya, mendebarkan tapi tidak menyakitkan. Malahan itu memicu darah sedikit memenuhi pipinya, sehingga rona merah terbentuk.
"Kamu anak baru, kenalin diri kamu" Ujar guru tadi. Damian mengangguk.
"Damian Aelion, panggil Ian. Terima kasih" Ujarnya singkat dan tepat. Mereka semua hanya bisa menngangguk kaku mendengarnya.
"Silahkan duduk di sebelah Agata, AGATA ANGKAT TANGAN KAMU!"
Gadis itu mendecih, kemudian mengangkat tangannya. Damian menahan senyumnya agar tak keluar, dia senang karena bisa duduk bersebelahan dengan gadis itu.
Damian berjalan tenang menuju ke meja gadis tadi, setelah menarik kursi dia langsung duduk "Hai kamu" Sapa Damian ramah. Senyum lembutnya terbentuk, sedikitnya membuat beberapa gadis mimisan karena terpesona.
Gadis itu tak menjawab dan meneruskan tidurnya, Damian menahan senyum lebarnya. Gadis ini adalah gadis yang Damian impikan, gadis yang tidak tertarik padanya.
Nampaknya, Damian bisa bermain dengan gadis ini sejenak. Seperti yang Damian lakukan pada teman gadisnya di Amsterdam sana.
.
.
Jam pelajaran sudah selesai, dan para murid bisa menikmati waktu istirahat mereka, gadis disebelah Damian langsung berdiri dan hendak keluar.
Sedari gadis itu bangun sampai sekarang, Damian tak bisa mengajaknya ngobrol "Maaf, tapi-"
Plak.
"Jangan menyentuhku" Damian terpaku kembali gadis itu menolak sentuhannya pada tangan si gadis tadi. Berujar dingin disertai tatapan dinginnya.
Kemudian gadis itu melangkah keluar kelas, Damian bertepuk tangan di dalam hatinya. Sungguh gadis yang unik sekali, seringai sedikit mengerikan terbentuk "Menarik, Queenze Agata" Gumamnya.
Dia berdiri dan berjalan mengikuti Queenze, mengabaikan antrian para siswi dibelakangnya yang ingin berkenalan. Damian tak tertarik, yang dia mau hanya gadis bernama Queenze itu.
Senyum tak lepas dari wajah Damian, dia terus mengikuti kemanapun Queenze pergi. Dia fikir gadis itu tak sadar dengan keberadaan Damian.
Akhirnya Queenze berjalan ke taman belakang dan berkumpul bersama teman-temannya "Oi Agata, gue gatau kalau lo uda taken" Celetuk salah seorang gadis yang bernama Talia Aldibaren.
Gadis berponytail yang cantik, memiliki kekasih tampan, polos, manja dan menggemaskan. Namun sayang kekasihnya lumpuh. Nama kekasihnya itu Devon Alexander.
Queenze mendengus "Aelah, gue gakenal siapa dia" Celetuk Queenze seraya duduk di sebelah Talia.
Damian segera berbalik dan pergi, masih ada kesempatan lain untuk mendapatkan hati Queenze, mau secara paksa atau secara sukarela.
Damian akan mendapatkan Queenze, dan pasti Queenze akan menjadi miliknya. "Lihat saja, kamu tidak akan bisa lepas dariku" Gumam Damian disertai senyum miringnya.
Dia harus meminta tolong pada Papanya yang menyebalkan itu.
tbc.
ini cerita pertama dari Mawkish Damian yaaa.
Pukul 23:38 malam kediaman Aelion.
Damian merongrong pada Ziyel, tidak seperti biasanya dia hanya akan meminta sesuatu dengan nada penuh perintah dan tak acuh.
Kali ini dia merengek dan sedikit mengeluarkan sifat terpendamnya. Damian mengguncang bahu Ziyel yang sedang bermesraan dengan istrinya.
"Papaaaaa, Dami mau Queen! Pokoknya Papa harus lakuin sesuatu biar Queenze jadi milik Dami!!" Rengeknya dengan banyak paksaan di dalamnya.
Ziyel menarik napas dalam, kenapa Putra dinginnya jadi gini dah. Baru 1 hari sekolah otaknya uda rada sableng. "Kamu kira cewek yang namanya Queen itu barang apa, usaha sendiri sana" Ketus Ziyel.
Dan kembali bermesraan, Damian merengut kesal dan menghentakan kakinya ke lantai. Lalu berjalan cepat menuju kamarnya yang ada di lantai 2 disertai gerutuan menyebalkan.
"Dami mau Queen pun gak dikasih! Huh! Papa pelit" Gerutunya kesal.
"Semangat Dami! Kalau Queenze jual mahal, kamu tawar sampai murah! Semangat!!" Damian berusaha menyemangati dirinya sendiri. Dia tak pernah merasakan perasaan ingin memiliki sebesar ini.
Biasanya oranglah yang menggebu ingin memiliki Damian, tapi kini Damianlah yang menggebu ingin memiliki seseorang.
Damian yakin, besok akan semakin indah dari hari ini. Masa tadi Damian diabaikan terus sama Queenze, Queenze bagai tak melihat babang ganteng yang bernama Damian duduk di sebelahnya.
Damian merasa kegantengannya sudah menurun 0,1 persen. Sampai membuat Queenze tak tertarik padanya. Memang perempuan yang suka jual mahal terlihat elegan ketimbang yang jual murah.
Ups canda jual murah👀.
Apa yang harus dia berikan pada Queenze besok, agar gadis itu cepat luluh dan sadar pada sosok tampan seperti Damian ini.
"Ah, benar. Aku berikan itu saja, cewek kan suka barang mahal" Oke Damian, ingat satu hal. Queenze bukan cewek yang suka barang mahap, semoga kamu gak di tendang sama dia.
.
.
.
Damian berjalan dengan semangat yang amat membara, dia sudah membawa barang yang sekiranya akan membuat Queenze senang terhadapnya.
Remaja yang baru merasakan jatuh cinta itu tak melepas senyuman indahnya. Dia berjalan memasuki kelas dan mendekati mejanya, Queenze hari ini tidak terlambat.
Damian segera meletakan benda itu dan menyapa Queenze "Pagi Queen~" Sapa Damian lembut. Queenze yang tadinya sedang bermain ular mendongak, dan menatap datar Damian.
"Ape?" Tanya nya ogah-ogahan, dari kemaren ni orang ngerusuhin dia mulu. Mirip debcolector tau gak, risih Queenze jadinya. Damian melebarkan senyumnya begitu mendapat respon semi positive.
Dia mendekatkan kotak tadi "Ini untuk kamu" Ucap Damian semangat.
Damian berpindah dan duduk di kursinya, menopang wajahnya dan menatap Queenze penuh binar. Queenze merasa sinar-sinar dari binar mata Damian menerpa wajahnya.
"Lo ngapai ngasih gue airpod? Ini kan mahal ngab" Gerutu Queenze seraya memegang kotak kecil itu. Damian mengibaskan tangannya "Itu menang give away, aku gak beli hehehe" Jawab Damian santai.
Queenze ingin tak percaya, tapi kata Gerald kalau ada rejeki jangan di tolak "Oke, makasih ya. Btw nama lo siapa" Tanya Queenze seraya menyimpan kotak berharga itu ke tasnya.
Damian semakin menebarkan sinar binar matanya, semyum manis masih terbentuk apik di bibirnya "Nama aku Damian Aelion, panggil aku Dami" Ujar Damian.
Damian hanya tak sadar, jika seluruh pasang mata di kelas tengah menatapnya "Perasaan semalam dia nyuruh kita manggil dia Ian deh" Gumam Gadis yang bernama Milky Aprillina.
"Gue gatau, gue gaperduli" Celetuk teman sebangkunya. Milky memandangnya sinis dan mencubit pinggangnya.
"Anjer! Sakit babi!!"
"Ya lo ngeselin Harpi, jadi gue cubit aja" Remaja yang dipanggil Harpi itu menggeram marah dan mencubit kedua pipi Milky "Tangan lo geratil banget" Ucapnya geram.
Milky ber aduh ria, dan Harvy melepas cubitannya saat pipi Milky sudah memerah. Btw nama lengkap sekolah mereka itu HarMil Candayana High School.
"Harpi babi!!"
"Milky bangsat!!"
"APE LO BILANG ANJROT!!"
"GUE BILANG LO BABI!!"
Oke semua, abaikan saja pertengkaran rumah tangga mereka. Kita berfokus pada Dami- oh maaf gausah.
Damian sedang gembira karena pujaan hatinya memberikannya senyum walau hanya setengah saja. Tak masalah, bagi Damian itu suatu kemajuan yang signifikan.
Dan besok Damian akan berusaha lebih keras lagi dalam mendekati Queenze. Sekeras perut berkotak milik Papanya itu.
Hohoooo.
Tbc..
Queen kira, menjadikan anak baru itu sebagai manusia pada umumnya adalah hal yang benar, tapi nampaknya anak baru itu tak paham maksud dari memanusiakan manusia.
Selama 5 hari mereka duduk bersama, selama itu jugalah hidup damai Queenze hilang. Damian selalu merecokinya dimanapun dia berada, jika seperti ini lebih lama. QUEENZE BISA GILA!.
Damian juga berubah drastis, dia jadi sering merengek pada Queenze, manja, menangis histeris kalau Queenze tak mau bicara padanya.
Queenze mengira jika Damian tengah kerasukan ros bocil tukang nangis. NANGIS MULU ANJER! GAK HABIS APA AIR MATANYA!?.
Queenze berjalan cepat menuju kelas 10 Ipa 3, yang tak lain adalah kelas Gerald. Dia harus minta perlindungan dari adik bejatnya itu.
Tok tok tok tok!
Queenze mengedor brutal pintu kelas Gerald, membuat seisi kelas menoleh ke arahnya. "Apaan sih bagong! Lo kira pintu kelas gue gendang apa!?" Gerald berseru kesal dan berjalan mendekat.
Queenze langsung mendekatinya dan memegang kuat bahu Gerald "Ger, bantu gue anjir!" Queenze langsung menyerbu Gerald, membuat remaja tampan itu kebingungan.
"Kenapa lo?"
"Bantu gue huhuuuuu, ada anak baru yang ngejer gue mulu!!"
Gerald memutar malas matanya, bukannya kakaknya ini memang banyak yang ngejer ya "Bukannye lo emang banyak yang ngejer gong" Ucap Gerald malas.
Queenze menggeram kesal dan menjitak dahi Gerald "Sakit njing!"
"Ini yang gue maksud, ngejer yang emang ngejer sat!" Ujar Queenze, Gerald masih mengelus dahinya.
Sedangkan Queenze sudah merasakan hawa-hawa buruk di belakangnya, Queenze segera berlindung di belakang Gerald. Membuat remaja itu semakin bingung, kakaknya kenapa sih.
Tiba-tiba, suara yang penuh dengan nada manja dan kekanakan terdengar. Tapi bagi Queenze itu mala petaka "Queenzeeee~"
"NAHKAN! NAHKAN MALAIKAT MAUT DATENG!!" Queenze berteriak histeris. Jantungnya berdegup sangat amat cepat karena ketakutan, Gerald bingung. Tumbenan kakak gilanya ini takut sama orang gila.
Bahkan tubuhnya sampai gemeteran gini "Lo disini aja, gue lihat dulu keluar" Ucap Gerald tenang dan melepas pegangan Queenze di bahunya.
Gerald mendekati pintu dan hendak melongo keluar, tapi tiba-tiba saja sesosok wajah tampan melongokan kepalanya ke kelas. "Hihihiii, Queen~"
"WANJER KUYANG!!"
"AAAAAAAA SETAAAAAAAAN!!"
Gerald berteriak kaget dan membuat seisi kelas juga kaget. Pasalnya mereka mengamati tindakan yang terjadi sedari tadi, dengan cepat Gerald mundur dan memeluk Queenze.
"Huhuuuu serem gong, takut gue huhuuuuu" Queenze mengelus punggung adiknya dengan cepat. Jangan sampai Gerald kena gangguan mental gara-gara muka Damian.
Sedangkan Damian yang tadi cengar-cengir kini mendatarkan ekspresinya saat melihat adegan pelukan itu. Kedua tangannya mengepal kuat sampai urat-uratnya terlihat.
Mendecih kasar sebelum akhirnya berjalan pergi dari sana. Queenze terpelongo, nampaknya meminta bantuan Gerald kali ini berjalan lancar.
.
.
.
Sejak hari itu Queenze selalu ke kelas Gerald untuk menghindar dari Damian. Memang sih Damian sedikit menjauhinya, tapi yang jadi masalahnya itu Gerald kena teror.
"BAGONG LO JANGAN KESINI LAGI!! GUE DITEROR BGST! SEREM GUE GASUKA!!" Gerald mengamuk di kelasnya seraya membanting tasnya ke meja.
Queenze yang baru datang memelaskan wajahnya "Bantu gue napa Ger, lo kan adek gue yang paling ganteng" Bujuk Queenze, tapi itu tak mempan.
"Gue emang adek lo yang paling ganteng, kan cuma gue adek lo Queenze bagong!!" Gerald mendorong tubuh Queenze agar keluar dari kelasnya.
"Mulai sekarang lo di blacklist, gaboleh masuk ke dalam kelas gue sampai tamat. Bay bagong"
Brak!
Queenze terdiam setelah mendapat bantingan pintu tadi, dia menghela napas lesu dan berjalan tak tentu arah. Apa yang harus Queenze lakukan, siapa yang bisa melindunginya dari malaikat maut semacam Damian itu.
"Lesu amat lo Ta"
Queenze mendongak, wajahnya langsung berbinar cerah melihat siapa yang datang "Jilbert~" Panggil Queenze senang dan mendekat.
Jilbert adalah teman beda kelasnya Queenze, remaja tampan yang sangat teladan dan juga seorang penulis novel terkenal. "Kenapa lo?" Tanya Jilbert heran.
Queenze ragu untuk bercerita, dia menggeleng dan menepuk bahu Jilbert "Gapapa gue, btw dimana Talia?" Talia dan Jilbert itu 1 kelas.
Jilbert mengedikan bahunya "Palingan lagi pacaran sama Devon di taman belakang" Ucap Jilbert tak perduli, kemudian dia memberikan paper bag pada Queenze.
"Kasih sama Milky, bilang sama dia jangan lupa makan" Setelahnya Jilbert berlalu dari hadapan Queenze, Queenze sedikit iri pada Milky. Banyak yang menyayangi dan mencintainya.
Tak lain adalah para teman 1 rumahnya yang nampak jelas begitu mendambakan seorang Milky Aprillina. Gadis cantik namun bar-bar, sudah membuat keributan di hari pertama sekolah.
Mengacaukan ucapan Kepala Sekolah, membuat KepSek pingsan akibat senyumannya, mendatangkan beberapa Pria paruh baya yang jelas berpengaruh di sekolah mereka, dan menjadi fenomenal pada saat itu.
Apalah Queen ini, yang suka banyak tapi yang getol ngejer dia sampai ke liang lahat cuma si Damian "Oh ya, pikiran soal Damian. Dimana tuh bocah" Damian belum terlihat, sedari Queenze keluar kelas sampai sekarang.
Apa dia masih di dalam kelas ya, Queenze mengedikan bahunya dan melanjutkan langkahnya. Tak menyadari adanya sepasang mata tajam yang menatapnya dari belakang.
Seringai mengerikan terbentuk "2 orang, Gerald dan Jilbert. Siap-siap lo terima hadiah dari gue" Bisik Damian licik.
Dia punya hadiah salam kenal untuk kedua orang itu.
Tbc..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!