NovelToon NovelToon

Laut Merah (Izam, Roki & Martin)

Pertemuan

Tercium aroma tanah yang basah dengan angin yang berhembus dingin seraya berlari. Dibalik jendela Izam membuka tirai dan melihat lalu lalang orang berjalan. Awan gelap dengan tetesan embun yang membasahi jalan dan dedaunan.

“Ah...  hari ini adalah hari pertama aku,”kata Izam.

Suara pintu berbunyi dengan diiringi suara adiknya Cika yang berkata,” Sampai kapan kamu akan tidur, kak. Nanti kakak terlambat pada hari pertama masuk.”

“Iya...iya aku bangun,”ucap Izam sambil turun dat tempat tidur.

Pagi yang cerah tanpa suasana indah. Selesai sarapan Izam pergi berangkat sekolah dengan jalan yang basah, dan tidak lupa embun pagi yang sejuk. Bunga-bunga mulai bermekaran dengan secarik cahaya menyinarinya.

Di depan gerbang pintu sekolah. Izam melihat pemandangan yang sangat menarik. Izam yang tertarik dengan keramaian dia berjalan menuju tempat itu. dari jauh sudah terlihat dua orang yang berkelahi. Dari penampilannya Izam bisa berkata kalau mereka berdua adalah anak baru yang sama dengan Izam.

Karena Izam tidak ingin melihat perselisihan keduanya ia pergi menjauh. Belum sempat ia menjauh dari keramaian. Ia tidak sengaja menabrak salah seorang kakak kelas. Izam melihat kerah kakak kelas,”Maaf kak aku tidak sengaja.”

“Oh..oh tidak sengaja,”kata salah satu teman kakak kelas yang ada disampingnya.

“Anak baru sekarang tidak memiliki sopan santun ya,”katanya lagi.

Izam yang ingin pergi dari tempat itu, setelah meminta maaf. Tapi adanya mereka berdua tidak mengijinkannya. Tapi malah ingin mengajak berantem dengan mengancam Izam.

“Kak akukan sudah minta maaf. Kenapa tidak...,”belum sempat ia berkata ia mendapatkan pukulan telak di wajah Izam. Izam jatuh ke tanah dengan wajah yang memar. Orang-orang melihat terkejut dan berpindah pandangan yang awalnya melihat kedua anak baru berkelahi sekarang melihat Izam dan kakak kelas.

Izam yang berbaring ditanah langsung bangun. ”Apa mau kamu kak melakukan ini,”kata Izam dengan nada kesal.

“Ohhh kamu mau melawan,”dengan memandang wajahnya tanpa penyesalan.

Izam yang tersenyum dengan tatapan dingin dengan hawa yang dia keluarkan seperti ingin membunuh mangsanya tapi ia tahan emosinya sampai dia berkata,”Aku mau nyawa kamu...Tapi aku bercanda.”

Izam yang hanya bisa menahan emosinya terhadap perilaku kakak kelasnya di hari pertama ia masuk sekolah hanya bisa kembali terdiam dengan suasana hati yang tidak enak pada hari itu. Dia hanya berpikir,”Tidak ingin membuat masalah pada hari pertama sekolah.”

Hingga bel masuk berbunyi pertingkaianpun terhenti. Sebelum masuk kelas Izam pergi ke ruang kesehatan untuk memeriksa luka yang di wajahnya. Sampai di ruang kesehatan ia melihat dua orang yang tadi berkelahi sedang berbaring di kasur di ruang kesehatan. Izam yang sudah mendapatkan perawatan  dari dokter sekolah langsung pergi dari tempat ruang kesehatan dan menuju ruang kelas.

~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~

Angin berhembus awan berkumpul membawa gambar suatu imajinasi dengan cahaya yang bersinar menyinari jalan dan pepohonan. Bagaikan padang pasir yang gersang, semua murid berbaris keluar kelas menyambut hari bebas di jalan. Hari cerah dengan hati bahagia menyambut bebas pikiran saat di luar sekolah.

Izam yang berjalan melewati lorong kelas Tanpa disadari Izam, kakak kelas yang tadi memukulnya mengikutinya dari belakang bersama orang yang bersamanya tadi pagi di depan pintu gerbang sekolah. Sampai dibelakang gedung sekolah dengan jalan yang sepi. Mereka berdua menghadang Izam yang sedang berjalan pulang ke rumah sendirian.

“Kamu mau kemana,”dengan tatapan tajam kakak kelas yang bernama Roy. Dengan posisi siap ingin memukul dengan kepalan tangan kak Roy.

“Aku belum puas tadi, bermain dengan kamu,”kata Roy dengan pukulannya. Tapi tidak disayangkan Izam dengan senyum manisnya menahan pukulan Roy dengan tangan kosong dengan santainya.

“Aduh... kak. Sampai kapan kalian akan terus bermain denganku. Apa kakak suka denganku mengikutiku terus. Tapi... sayang aku tidak suka ,”kata Izam dengan nada menyindir dan melepaskan genggaman tangannya.

“Apa kalian kira aku tidak bisa berbuat apapun,”dengan tatapan tajam dengan senyum iblis tepat dihadapannya.

Izam yang melepaskan tangan Roy dan mulai berjalan melewati Roy dan temannya. Tapi mereka yang ada di tempat itu siap untuk mengeroyok memukul Izam, saat Izam hendak ingin melewatinya. Saat mereka ingin menyerang dari belakang. Izam sudah menyadarinya kalau mereka semua akan menyerang balik Izam. Tanpa memberikan kesempatan mereka semua Izam membereskannya semuanya. Izam yang menghindari setiap pukulan yang dilontarkan berbalik membalas dengan pukulan yang mematikan untuk kedua kakak kelas yang mencari masalah dengannya Roy dan Rey sedangkan untuk yang lain hanya pukulan ringan.

“Itu baru awal bukan akhir, jika kalian mencari masalah lagi. Kalian akan tewas digenggaman tanganku. Apa kalian mengerti,”kata Izam dengan tatapan  tajam bagaikan Iblis yang haus akan darah.

Sebelum ia pergi meninggalkan Roy dan Rey, Izam membisikan sesuatu kepada mereka,”Kalian bisa mati kalau aku tidak menahannya.”

Setelah berkata Izam meninggalkan mereka semua dan melanjutkan langkanya menuju rumah. Hingga dia mendapatkan satu pesan adiknya yang meminta jemput yang kebetulan satu arah menuju rumah. Dengan senang hati Izam membalas pesan dari adiknya yang memberi tahunya kalau dia akan menuggu didepan pintu gerbang sekolah.

Langka kaki dengan santai Izam menuju sekolah Putri yang tidak jauh dari sekolah dia berada untuk menjemput adiknya. Sampai didepan pintu adiknya sudah di depan pintu gerbang. “Apa kamu menuggu lama?,”kata Izam.

“Tidak,”dengan wajah kesal Cika. “Kakak minta maaf tadi dijalan ada sedikit masalah yang harus kakak urus,”kata Izam menjelaskan.

“Baiklah, tapi tidak ada yang kedua kalinya ya kak,”ucap Cika yang bejalan didepan Izam.

“Mau mencari makanan dulu tidak sebelum pulang,”kata Izam. Cika tersenyum,”Apa boleh?”

Izam hanya membalas senyuman adiknya. “Ok kalau gitu ayo kita pergi ke cafe yang ada di seberang jalan itu. Katanya di sana ada menu baru kata temanku,”ucap Cika kepada Izam.

“Ayo kita pergi kesana. Kebetulan Ibu tadi memberitahuku kalau dia akan pulang malam,”ucap Izam.

“Memangnya kemana Ibu pergi,”kata Cika melihat Izam. “Ibu bilang mau bertemu temannya makanya pulang malam,”ucap Izam. Di depan pintu cafe Izam dan Cika masuk dan mencari tempat duduk yang kosong untuk dua orang yang kebetulan Cika melihat tempat kosong dekat taman. “Kak ayo ke situ,”kata Cika sambil menarik Izam menuju tempat duduk.

“Iya tapi bisakan pelan saja jalannya. Kakak lelah jika kamu menari seperti itu,”kata Izam. “Maaf kak,”ucap Cika yang sudah hendak akan duduk dikursi. Izam duduk hingga pelayan cafe datang menghampiri mereka berdua dan menayakan pesanan apa yang mereka ingin pesan. Izam melihat menu pesanan yang ada dalam cafe tersebut setelah beberapa menit dia memesan menu yang terbaru untuk dua orang dan makan ringan yang rasa mangga dan stroberi untuk adiknya. “Apa itu saja, ada yang lain,”kata pelayan.

“Itu saja kak,”ucap Cika. Hingga mereka menuggu pesanan datang mereka mengobrol di hari pertama sekolah kak Izam. “Bagaimana kak hari pertama masuk SMA?,”ucap Cika.

“Lumayan bagus,”ucap Izam sampai pesanan mereka datang dan mereka menikmati makanan yang sudah disiapkan.

Perkenalan Martin dengan Roki

Pagi itu hari yang membosankan buat Martin karena harus berangkat sekolah. Di tengah jalan yang basah dengan awan gelap dengan sedikit cahaya yang menyinari jalan. Martin berjalan melewati lorong-lorong gang di dekat rumah untuk sampai ke sekolah. Di gang yang sempit dengan beberapa genangan air yang menutupi jalan disetiap gang yang ia lewati. Martin yang mengenakan Erphone mendengarkan alunan musik sambil berjalan melewati setiap gang-gang untuk sampai ke sekolahan.

Tanpa disangka hari itu Martin melihat gadis cantik yang ada didepan dia. Karena tertarik ia melangkah maju kearah  gadis cantik yang ada didepannya. “ Hai cantik,”ucap Martin dengan nada menggoda.

“Boleh kenalan tidak atau tukar nomor,”ucap Martin lagi sambil merangkul  gadis cantik. Tapi gadis itu merasa tidak nyaman dengan perilaku Martin mencoba melepaskan rangkulan Martin. “Pergi sana kamu bukan tipeku,”ucap gadis cantik sambil melangkah kedepan untuk menghindar dari Martin.

Saat hendak ingin pergi gadis cantik dipegang tangannya oleh Martin yang membuat dia tidak bisa pergi jauh darinya. Tapi tindakan itu digagalkan oleh Roki yang menghadang Martin yang membuat gadis cantik itu bisa berlari meninggalkan mereka berdua. “Dia tidak ingin diganggu harusnya kamu mengerti bahasa manusiakan,”kata Roki.

“Kamu siapa menggangguku saja apa tidak ada kerjaan mengurus urusan orang lain. Pergi sana jangan ganggu urusanku dengan gadis itu,”ucap Martin yang melihat Roki yang menggangu. Tapi tanpa dia sadari gadis yang ia incar sudah pergi meninggalkan mereka berdua.

“Hai gadis cantik ayo kenalan lagi dan tukar nomor kamu..,”kata Martin sampai dia melihat kalau gadis itu sudah tidak ada ditempat.

“Bukannya gadis itu sudah mengatakan tidak mau, kenapa kamu masih memaksa. Karena kamu gadis itu takut dan meninggalkan kamu,”ucap Roki.

Martin melihat kearah Roki,”Apa mau kamu mengganggu urusanku?”

Martin yang memiliki sifat keras kepala menyusul gadis itu yang kebetulan larinya tidak jauh darai mata dia melihat. Martin mengejar gadis itu dan mendapatkan tangan salah satu gadis yang bersamanya dengan erat dia memegang tangan gadis itu. “Aku tidak akan melukai kamu asalkan kamu memberikan nomor kamu bagaimana?,”kata Martin yang masih masih memegang tangan gadis cantik.

Tapi lagi-lagi Roki mengganggu Martin dengan mencoba untuk melepasakan genggaman tangan Martin dari gadis cantik “Aku tidak mau kenapa kamu masih memaksa,”ucap gadis cantik.

Gadis cantik yang merasa tidak nyaman mendorong Martin sampai Roki bisa melepaskan genggaman Martin dari gadis cantik. Setelah genggaman bisa dilepaskan gadis cantik bisa mendorong martin menjauh darinya dan berlindung dari balik tubuh Roki.

~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~~ ~  ~

Sementara itu Roki yang melihat perilaku Martin merasa tidak suka dengannya. “Lepaskan tangannya,”ucap Roki dengan tatapan tajam dengan memegang tangan Martin.

“Kamu lagi, minta dihajar ternyata,”kata Martin dengan membalas tatapan tajam kepada Roki. Martin yang tidak suka diganggu orang lain melepaskan genggaman tangan gadis cantik sambil berkata,”Nanti kita bicara lagi setelah urusanku dengan orang ini selesai.

Setelah melepaskan genggaman tangan gadis itu ia memukul Roki yang masih memegang tangan Martin tanpa ampun sampai Roki melepaskan genggaman tangannya kerena pukulan Martin. Sedangkan gadi cantik yang berlindung dibelakangnya sudah lari setelah tangannya dilepaskan oleh Martin.

Roki yang mendapatkan pukulan telak oleh Martin  terjatuh ke tanah. Martin yang belum puas memukul Roki lagi saat dia masih berbaring ditanah. Lagi-lagi Roki mendapatkan pukulan oleh Martin saat dia masih d tanah dan belum bisa terbangun dari dia berbaring ditanah. Roki yang mencoba untuk melawan tapi hasilnya ia mendapatkan pukulan lagi oleh Martin. Hingga akhirnya Roki mendorong Martin sekuat tenaga yang ia miliki.

Usaha Roki tidak sia-sia mendorong Martin hingga ia terdorong sampai dipinggiran jalan, belum sempat ia melawan lagi. Roki melihat mobil yang melaju kencang dari arah belakang Martin. Tanpa berpikir panjang Roki menarik tangan Martin langsung dengan kencang. Sampai kedua orang tersebut jatuh ditengah pinggiran perjalan kaki sehingga tidak ada kecelakaan yang menyebabkan luka berat.

Martin yang terkejut dan tidak menyadari kalau ada mobil melaju dari arah dia terjatuh saat dia didorong oleh Roki. Memukul Roki tanpa memikirkan apa yang baru saja terjadi barusan.. Tapi gadis itu yang kembali di tempat mereka berdua beradu melihat kejadian saat mobil itu ingin menabrak Martin. “Kamu harusnya berterima kasih karena dia telah menolong kamu dari kecelakaan yang akan membawa kamu ke rumah sakit,”ucap gadis cantik sambil berteriak.

Martin yang mendengar suara gadis cantik itu berkata yang tidak bisa dimengerti oleh dia. “Apa maksud kamu, berterima kasih kepada orang itu yang telah mendorongku dan menariku,”ucap Martin sambil menunjuk kearah Roki.

“Apa kamu tidak tahu kalau dia telah menolong kamu dari mobil yang melaju kencang dari arah belakang kamu saat kamu terjatuh. Jika dia tidak menarik kamu, mungkin saja kamu sudah terluka,”ucap gadis cantik menjelaskan. Martin yang melihat kearah Roki dengan tatapan bingung.

“Tadi... ada.. mobil yang melaju dari arah sana dengan kecepatan tinggi,”ucap Roki sambil menuju kearah jalan mobil itu melaju.

“Mobil tadi melaju sangat kencang makanya aku menarik tangan kamu agar terhindar dari kecelakaan yang merebut nyawa kamu,”ucap Roki lagi menjelaskan.

Martin hanya terdiam dan terbangun dari tubuh Roki, tidak lama Martin berdiri dia mengulurkan tangan kepada Roki. Roki membalas uluran tangan Martin.

“Maaf telah memukul kamu dan terima kasih telah menolongku,”ucap Martin sambil memalingkan wajahnya. Roki yang menerima uluran tangan Martin tersenyum dan memaafkan Martin serta menerima ucapan terima kasihnya.

~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~  ~ ~ ~ ~

Saat mereka berbaikan semua orang beralih pandangan  melihat Izam dan kakak kelas yang hampir bertengkar karena masalah kecil. Saat hendak ingin melihat Roki dan Martin mendengar suara bel masuk yang membuat pertikaian itu terhenti. Karena suara bel berbunyi semua kerumunan bubar dan bejalan memasuki ruang kelas masing-masing.

Sementara Roki dan Martin bersama-sama menuju ruang kesehatan. Dijalan menuju ruang kesehatan mereka saling mengobrol satu sama lain. Sampai diruang kesehatan mereka beradu mulut lagi. Hingga suara pintu berbunyi, dibalik pintu muncul sosok laki-laki tampan yang wajahnya terdapat luka memar karena pukulan. Laki-laki itu berambut hitam agak gondrong atau panjang dengan tubuh agak tinggi.

Martin dan Roki yang melihat hanya terdiam. Saat Izam keluar dari ruang kesehatan mereka mulai saling memandang satu sama lain dan saling berkata satu sama lain.

“Bukannya itu orang yang tadi pagi di gerbang yang dipukul oleh kakak kelas,”ucap Martin yang melihat kearah Roki.

“Iya itu betul,”ucap Roki dengan singkat. “Kenapa kamu, apa masih marah?,”kata Martin sambil memegang bahu Roki.

“Tidak,”ucap Roki. “Kalau tidak marah kenapa kamu mengabaikanku,”kata Martin. Roki hanya terdiam tidak menjawab Martin. Martin langsung manarik tangan Roki dengan keras. “Sakit tahu tidak. Apa kamu bodoh,”ucap Roki.

“Makanya jangan mengabaikanku,”kata Martin.

Perkenalan Roki dengan Izam

Cahaya bersinar seperti di padang pasir. Awan berkumpul di langit biru yang indah.Burung-burung berterbangan. Angin berhembus dedaunan berhamburan. Roki yang berjalan melewati lorong kelas menuju pintu gerbang sekolah. Saat ingin menuju gerbang sekolah, ia melihat laki-laki berambut panjang yang tadi di ruang kesehatan.

Tanpa ia sadari dia melihat dari jauh kakak kelas yang tadi memukul laki-laki tadi di pagi hari. karena penasaran mereka mengikuti keduanya sampai dibelakang gedung sekolah yang ada dibelakang gang. Ada beberapa orang yang menghadang Izam dari depan dan belakang dan Izam tidak bisa pergi kemana-mana. Roki yang melihat ingin membantu temannya tapi ia tidak bisa berkelahi. Karena pengetahuannya kurang tentang fisik tubuh dia hanya melihat  temannya saja dari jauh.

Roki yang melihat dari jauh berpikir,”Apa aku harus ke sana membantu dia, atau tidak.” Sambil menimbang-nimbang ia melihat situasi yang ada disekitarnya. Karena kelamaan berpikir Roki ingin membantu temannya Izam. Tapi saat ingin keluar dari tempat persembunyian dan hendak berjalan Roki merasa ada aura negatif dan menakutkan yang berada disekitar Izam. Tidak lama kemudian setelah Izam hendak ingin memukul kakak kelas tapi gagal karena kedua kakak kelas menghindar dengan sombong. Izam yang hanya berpura-pura hanya tersenyum sampai kedua kakak itu melontarkan pukulan tapi dihadang oleh Izam dengan tangan kosong.

Setelah selesai perkelahian Izam membisikan sesuatu kepada kakak kelas. Yang membuat Roki penasaran apa yang mereka bisikan kepada kakak kelas tadi yang ingin membuat keributan. Dari tatapan Izam yang tajam seperti bukan percakapan yang enak untuk didengar.

Selesai perkelahian keduanya Izam pergi melanjutkan  perjalananya dengan di ikuti Roki dari belakang. Tanpa disadari Roki, Izam melihat dia yang mengikutinya menghilang setelah persimpangan jalan yang ada. Membuat Roki melihat kanan dan kiri  jalan mencari sosok teman kelasnya berada. Tapi ia tidak menemukan sosok temannya itu hingga Roki berjalan untuk beberapa langka, dari belakang seseorang muncul dengan menepuk pundak Roki dengan keras.

“Apa yang kamu cari,”kata Izam dengan bisikan ditelinga Roki.

“Aku tidak mencari apa-apa,”ucap Roki dengan nada yang takut dan tubuhnya bergetar karena bisikan Izam.

Roki perlahan berbalik menuju arah suara yang ia dengar dari belakang dia. Dengan pura-pura tidak terjadi apa-apa Roki berkata,”Sedangkan kamu sedang apa disini dan sedang mencari apa.”

Izam yang ada didepan dia kembali mundur satu langka dari Roki yang ada dihadapannya. Izam berjalan melewati Roki sambil melihat kearah Roki,”Tidak ada.”

Setelah mereka berdampingan Izam kembali membisikan sesuatu kepada Roki,”Apa yang kamu lihat jangan orang lain tahu dan lupakan semua yang kamu lihat tadi. Apa kamu mengerti?”

Izam pergi meninggalkan Roki sendirian yang masih berdiri disampingnya. Setelah Izam menjauh dari pandangan Roki barulah ia bisa bernafas dengan lega karena dia takut melihat tatapan Izam. Sambil berkata dengan suara kecil,”Dia menakutkan.” Seketika dia duduk di tanah karena takutnya tubuhnya lemas dan tidak bertenaga untuk mengangkat tubuhnya yang besar.

Tidak lama kemudian Martin datang dari belakang dan berkata,”Sedang apa kamu disitu. Tidak ada kerjaan saja kamu.”

Roki hanya mengulurkan tangannya kepada Martin meminta tolong untuk membantunya dia berdiri. Martin dengan senang hati mengulurkan tangannya membantu Roki berdiri. “Kamu sedang apa tadi di situ,”kata Martin.

“Tidak ada hanya merasa kecapean saja,”ucap Roki yang masih ketakutan.

“Serius tidak ada yang tejadi dengan kamu,”ucap Martin. “Iya,”kata Roki.

Martin yang tidak ingin membuat keributan degan Roki mengubah pembicaraan. “Apa kamu lewat jalan ini, pulangnya?”

“Tidak,”kata Roki. “Lah kenapa kamu lewat sini,”ucap Martin. “Hanya ingin pergi ke cafe yang ada diseberang sana,”ucap Roki sambil menuju cafe yang ada diseberang. Mereka berjalan beriringan bersama sampai di cafe yang dituju oleh Roki dan mereka kembali berpisah.

Setelah berpisah dengan Martin Roki masuk kedalam Cafe dan mencari tempat duduk yang kosong setelah pelayan datang dia memesan makanan penutup yang manis dengan eskrim di atasnya. Sambil menuggu dia melihat Izam bersama gadis kecil, karena takut dia memalingkan pandangannya dan berpura-pura tidak melihat dia sampai dia selesai menikmati pesanannya.

Sampai di rumah impian dengan kehangatan yang indah. Roki berjalan membuka pintu sampai didepan pintu masuk dia membuka pintunya sampai didalam ia melepaskan sepatunya dan menaruhnya ke rak sepatu yang sudah disiapkan.. Roki berjalan menaiki anak tangga dan menuju ketempat yang lembut dengan kehangatannya. Sampai di kamar ia berbaring di atas kasur yang lembut melepaskan lelah dan pikiran yang membuat dia tegang menuju rumah. Hingga ibunya memanggilnya dari bawah,”Roki bantu ibu belanja ya.”

Roki yang belum puas dengan berbaring di kasur didatangi ibunya,”Cepat bangun.”

“Kenapa sih bunda, aku masih lelah baru saja aku pulang,”kata Roki yang masih berbaring di kasur.

“Bunda tahu kamu lelah. Tapi nanti malam kamu tidak usah makan ya anakku sayang,”kata Ibunya.

“Iya aku pergi,”ucap Roki yang bangun dari kasur tempat dia berbaring. “Aku ganti baju dulu, nanti aku akan turun,”kata Roki yang melepaskan  pakaian yang ia kenakan.

Setelah selesai berganti pakaian Roki turun menuju dapur. “Mana uang belanjanya dan catatan belanjaannya, bunda,”kata Roki.

“Ini catatan sama uang belanjanya sisanya bisa buat kamu sendiri,”kata ibunya yang memberikan catatan dan uangnya kepada Roki.

“Siap.Makasi uang jajannya,”kata Roki sambil mengambil catatan dan uang belanja. Sampai di supermarket Roki mengambil tas belanja yang sudah disiapkan toko dan menuju ketempat bahan makanan. Perlahan ia berjalan sambil melihat catatan belanja apa saja yang ingin dia beli di supermarket. Setelah selesai membeli barang yang ada dalam catatan belanja ia menuju kasir untuk membayar semua barang makanan yang ia beli. Tapi tidak disangka yang menjaga supermarket adalah teman sekelasnya yang ia ikuti di gang belakang gedung sekolah dan laki-laki yang membuat dia ketakutan.

Tapi anehnya temannya tidak menyadari kalau dia adalah teman sekelasnya yang mengikutinya. “Totalnya Rp 200.000,-,”ucap Izam yang sedang berjaga  di supermarket.

Sambil menyodorkan uang belanja,”Kamu sedang kerja part time.”

“Iya kenapa,”ucap Izam sambil tersenyum dengan tidak lupa menyerahkan barang belanja kepada Roki.

“Terima kasih telah berkunjung,”ucap Izam. “Siapa nama kamu,”kata Izam lagi.

Roki hanya terdiam dan kemudian dia berkata,”Bukannya kita satu kelas bukan.”

“Iyakah. Aku tidak ingat dengan wajah kamu. Tapi kenapa kamu tidak asing ya,”ucap Izam yang pura-pura tidak kenal dengan Roki.

Roki keluar dari supermarket setelah pembeli yang mengantre yang membuat dia tidak bisa melanjutkan obrolannya. “Tapi aneh, kenapa dia tidak mengenalku. Bukannya seharusnya dia mengenalku karena aku sudah mengikuti dia di gang belang sekolah,”ucap Roki yang masih tidak percaya kalau dia bertemu dengan Izam lagi di supermarket dan dia menjadi pelayan toko.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!